Anda di halaman 1dari 45

POSTMODERNISME

HELLO!
I am Nurul Anam
I am here because I love to give presentations.
You can find me at University of Bakti Indonesia

2
A.Latar Belakang Lahirnya Aliran Postmodernisme

▰ Latar belangkang timbulnya aliran Postmodernisme disebabkan adanya kritik atau ketidak
percayaan terhadap aliran Modernisme yang dianggap telah gagal mewujudkan cita-cita yang
mereka agung-agungkan yaitu ingin mensejahterakan seluruh umat manusia, tetapi malah
sebaliknya bahwa aliran modernisme dianggap telah gagal dan merusak tatanan kehidupan
masyarakat yaitu kehidupan masyarakat sudah terlalu individualisme, yang kaya semakin
kaya, yang miskin semakin miskin, yang pintar membodohi orang yang bodoh dan negara
yang kuat menjajah negara yang lemah.
▰ Dunia saat ini sedang bergejolak, khususnya dalam bidang filsafat, ilmu, seni dan kebudayaan.
Manusia merasa tidak puas dan tidak dapat bertahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, kapitalisme, serta cara berpikir modern. Modernisme dianggap sudah usang dan
harus diganti dengan paradigma baru yaitu postmodernisme. Inilah hal-hal yang melatar
belakangi lahir atau timbulnya aliran / paham postmodernisme

3
B. Pengertian Aliran Postmodernisme.

▰ Kata postmodern berasal dari kata depan “post” (Latin klasik) dan kata akhiran
“modern” (Perancis, moderene). Secara etimologis, postmodern merujuk pada sebuah
kehidupan setelah modernisme. Secara filsafat, istilah postmodern merujuk pada dua
hal yaitu ketidakpercayaan tentang metanaratif dan akhir sejarah.
▰ Postmodernisme dibedakan dengan postmodernitas, jika postmodernisme lebih
menunjuk pada konsep berpikir. Sedangkan postmodernitas lebih menunjuk pada
situasi dan tata sosial sosial produk teknologi informasi, globalisasi, fragmentasi
gaya hidup, konsumerisme yang berlebihan, deregulasi pasar uang dan sarana publik,
usangnya negara dan bangsa serta penggalian kembali inspirasi-inspirasi tradisi. Hal
ini secara singkat sebenarnya ingin menghargai faktor lain (tradisi, spiritualitas) yang
dihilangkan oleh rasionalisme, strukturalisme dan sekularisme. 4
▰ Istilah postmodernisme pertama kali diperkenalkan oleh filsuf
Jerman, Rudolf Pannwitz, pada tahun 1917, untuk
menggambarkan nihilisme budaya barat abad ke-20. Istilah ini
pertama kali muncul pada bidang seni dan kemudian juga
arsitektur, ketika perumahan Pruitt-Igoe di St. Louis
dihancurkan dengan dinamit dan dimulailah pengembangan
karya-karya arsitektur yang berwajah baru

5
C. Pengertian PostMoDERNISME menurut tokoh

Kvale (2006) Anthony Giddens


Postmodernisme adalah Munculnya gerakan mengenai
pengistilahan yang jauh berbeda agenda sosial dan agenda
dalam posmodern, hal ini politik dengan kosentrasi pada
dikarenakan postmodernisme lingkungan, hingga akhirnya
memiliki karektristik yang luas, istilah ini menjadi
kontroversial, dan ambigu. Akan penggantidaripada sistem
tetapi yang pasti Kvale berpendapat kapitalisme dengan sosialisme
bahwa postmodernisme tersusun yang berkembang pada saat
dari istilah postmodernitas dan ini..
posmodernism
6
▰ Lyotard ▰ Eagleton
munculnya rasa Pengambilan mengenai ide dari
ketidakpercayaan terhadap modernisme dengan mempertajam
permasalahan yang besar di terhadap kritik dan jarak, karena
dalam melegitimasikan postmodernisme dibentuk dengan tujuan
perkembangan ilmu untuk memberikan pemecahan masalah
pengetahuan sosial yang terjadi dalam masyarakat,
termasuk di dalamnya adalah masalah
kebudayaan.
7
..dengan demikian

▰ Postmodernisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide zaman


modern (yang mengutamakan rasio, objektivitas, dan kemajuan). Postmodern
memiliki cita-cita, ingin meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial, kesadaran
akan peristiwa sejarah dan perkembangan dalam bidang penyiaran. Postmodern
mengkritik modernisme yang dianggap telah menyebabkan desentralisasi di
bidang ekonomi dan teknologi, apalagi hal ini ditambah dengan pengaruh
globalisasi. Selain itu, postmodern menganggap media yang ada saat ini hanya
berkutat pada masalah yang sama dan saling meniru satu sama lain.

8
Francois Lyotard mengatakan bahwa postmodernisme
merupakan intensifikasi yang dinamis, yang merupakan


upaya terus menerus untuk mencari kebaruan,
eksperimentasi dan revolusi kehidupan, yang menentang
dan tidak percaya pada segala bentuk narasi besar,
berupa penolakannya terhadap filsafat metafisis, filsafat
sejarah, dan segala bentuk pemikiran totalitas, seperti
Hegelian, Liberalisme, Marxisme, dan lain-lain.
Postmodern dalam bidang filsafat dapat diartikan segala
bentuk refleksi kritis atas paradigma modern dan atas
metafisika pada umumnya..
9
D. Postmodernisme kritik terhadap modernisme

▰ Postmodernis awal, Nietzsche, mengkritik Modernism (sains) sebagai


kecurangan yang mengklaim kebenaran yang tetap, netral dan objektif padahal
sesuatu itu adalah mustahil. Bagi Nietzsche, penjelasan ilmiah bukan penjelasan
yang sebenarnya; itu hanya menghasilakan deskripsi yang rumit.
▰ Sedangkan Foucault curiga bahwa sains bukan disiplin netral seperti diklaim
kaum Modernis, ada banyak teori bersaing dan berkompetisi disana
▰ Sedangkan Baudrillard curiga terhadap peran media massa sebagai wujud dari
modernisasi yang telah banyak melakukan kebohongan. “Apakah kita benar-
benar melihat apa yang terjadi? Siapa mengatakan hal itu?

10
▰ Menurut Pauline Rosenau mengatakan bahwa, postmodernisme menganggap
modernisme telah gagal dalam beberapa hal penting antara lain:
Pertama, modernisme gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan dramatis
sebagaimana diinginkan para pedukung fanatiknya.
Kedua, ilmu pengetahuan modern tidak mampu melepaskan diri dari kesewenang-
wenangan dan penyalahgunaan otoritas seperti tampak pada preferensi-preferensi
yang seringkali mendahului hasil penelitian.
Ketiga, ada semacam kontradiksi antara teori dan fakta dalam perkembangan ilmu-
ilmu modern.

11
Keempat, ada semacam keyakinan – yang sesungguhnya tidak berdasar– bahwa
ilmu pengetahuan modern mampu memecahkan segala persoalan yang dihadapi
manusia dan lingkungannya; dan ternyata keyakinan ini keliru manakala kita
menyaksikan bahwa kelaparan, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan terus
terjadi menyertai perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
Kelima, ilmu-ilmu modern kurang memperhatikan dimensi-dimensi mistis dan
metafisik eksistensi manusia karena terlalu menekankan pada atribut fisik
individu.

12
RASIONALISME

▰ Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting
untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan diperoleh dengan
cara berpikir.
▰ Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala
pemikiran tradisional (scholastic), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu mengenai
hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Pada tokoh aliran Rasionalisme diantaranya adalah
Descartes (1596- 1650 M ).
▰ Akal adalah dasar kepastian pengetahuan, pengetahuan yang benar diperoleh dan di ukur dengan
akal manusia, menurut aliran ini, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap
objek. Orang mengatakan (biasanya) bapak aliran ini ialah Rene Descartes (1596-1650); ini benar.
Akan tetapi, sesungguhnya paham seperti ini sudah ada jauh sebelum itu. Orang-orang yunani
kuno telah meyakini juga bahwa akal adalah alat dalam memperoleh pengetahuan yang benar,
lebih-lebih pada Aristoteles.
13
….KRITIK POSTMODERNISM TERHADAP IDEOLOGI MODERN

▰ Pertama, penafian atas ke-universal-an suatu pemikiran (totalism).


Para penganut postmodernisme beranggapan, tidak ada realita yang bernama rasio universal. Yang ada
adalah relativitas dari eksistensi plural. Oleh karenanya, perlu dirubah dengan cara berpikir dari
“totalizing” menuju “pluralistic and open democracy” dalam segala aspek kehidupan. Dari sini dapat
diketahui, betapa postmodernisme sangat bertumpu pada pemikiran individualisme sehingga dari situlah
muncul relativisme dalam pemikiran seorang postmodernis. Ini jelas sangat berbeda dengan konsep
metode ilmiah dan gejala ilmu pengetahuan modern yang menitikberatkan pada konseptualisasi dan
universalisasi teori. Misalnya kita mengenal konsep induksi, deduksi, silogisme dan lain sebagainya
yang menjadi acuan pokok untuk menemukan ide universal akan sebuah pengetahuan modern. Disinilah
postmodernisme berpendapat semuanya itu hatus ditinggalkan dan ditinjau ulang.

14
▰ Kedua, penekanan adanya pergolakan pada identitas personal maupun sosial secara terus-
menerus yang tiada henti.
Hal itu sebagai solusi dari konsep yang permanen dan mapan yang merupakan hasil dari kerja panjang
modernisme. Postmodernis memberikan kritik bahwa hanya melalui proses berpikirlah yang dapat
membedakan manusia dengan makhluk lain. Jika pemikiran manusia selalu terjadi perubahan, maka
perubahan tadi secara otomatis akan dapat menjadi penggerak untuk perubahan dalam disiplin lain.
Postmodernisme menolak segala bentuk konsep fundamental —bersifat universal—yang bernilai
sakralitas seolah menempati posisi sebagai tumpuan atas konsep-konsep lain. Manusia postmodernis
diharuskan selalu kritis dalam menghadapi semua permasalahan, termasuk dalam mengkritisi prinsip-
prinsip dasar – dasar pengetahuan modern yang dianggap baku dan mapan.

15
▰ Ketiga, semua jenis ideologi harus dikritisi dan ditolak.
Selayaknya dalam konsep berideologi, ruang lingkup dan gerak manusia akan
selalu dibatasi dengan mata rantai keyakinan prinsip yang permanen. Sedang
setiap prinsip permanen dengan tegas ditolak oleh kalangan postmodernis. Oleh
karenanya, manusia postmodernis tidak boleh terikat pada ideologi permanen
apapun, termasuk ideologi agama sekalipun.

16
▰ Keempat, setiap eksistensi obyektif dan permanen harus diingkari.
Atas dasar pemikiran relativisme, manusia postmodernis ingin membuktikan tidak adanya tolok
ukur sejati dalam penentuan obyektifitas dan hakekat kebenaran,kebenaran agama sekaligus. Ini
tentu sangat berbeda dengan paradigma modernisme pada ilmu pengetahuan modern yang sangat
menekakan obyektifitas dalam prosesdur ilmiah untuk mendapatkan kebenaran. Ungkapan
Nietzsche(1844-1900), “God is Dead”[20]. Atau ungkapan lain seperti “The Christian God has
ceased to be believable”, terus merebak dan semakin digemari oleh banyak kalangan di banyak
negara Barat, Sebagai bukti atas usaha propaganda mereka yang mengusung tema konsep
nihilisme dalam filsafat posmodernisme[21].

17
▰ Kelima, semua jenis epistemologi harus dibongkar.
Kritik tajam secara terbuka merupakan asas pemikiran filsafat postmodernisme. Pemikiran
ataupun setiap postulat—yang bersifat prinsip—yang berkaitan dengan keuniversalan,
kausalitas, kepastian dam sejenisnya akan diingkari. Berbeda halnya pada zaman
Modernis, semua itu dapat diterima oleh manusia modernis. Ini mengandung arti bahwa
rencana postmodernisme adalah dalam rangka mengevaluasi kembali segala pemikiran
yang pernah diterima pada masa modernisme, dengan cara mengkritisi dan menguji ulang.
Meskipun pada prakteknya sulit sekali untuk menemukan kerangka epistemologi yang
jelas dari gaya pemikiran posmodernisme itu sendiri.

18
▰ Keenam, postmodernisme memiliki ide besar melakukan pengingkaran penggunaan metode
permanen dan paten dalam menilai fakta dan realitas serta ilmu pengetahuan.
Jika dilihat secara spintas, postmodernist cenderung menerapkan metodologi berpikir “asal comot”
dengan mainstream pemikiran yang kurang jelas dan tidak beraturan. Postmodernisme seolah tampak
menghalalkan segala cara sehingga cenderung bebas nilai. Namun ini perlu disadari bahwa
postmodernisme hakekatnya Postmodernisme ingin membuka berbagai penafsiran baru atas kekakuan
yang diciptakan oleh paham modern. Era postmodernisme adalah era pemikiran dengan pola
penggabungan dari berbagai jenis pondasi pemikiran filosofis. Posmodernist tidak mau terkungkung
dan terjebak dalam satu bentuk pondasi pemikiran filsafat. Hal ini dilakukan untuk menentang kaum
tradisional yang tidak memiliki pemikiran maju karena mengacu pada satu asas pemikiran saja.
Postmodernisme mengakui bahwa apa yang ada sekarang ini adalah apa yang disebut dengan post
philosophy, puncak perbedaan dengan filsafat modernis. Dengan jenis filsafat inilah, mereka ingin
meyakinkan kaum intelektual bahwa dengan berpegangan prinsip tersebut dapat meraih berbagai hal
yang menjadi impian dalam kehidupan era kontemporer[22 ].
19
E. Postmodernisme kritik terhadap kapitalisme

▰ 1) kapitalisme modern ▰ 2) Modernisme ▰ 3) Erat kaitannya dengan


terlalu tergantung pada memahami perkembangan kekeliruan dalam menginterpretasi
otoritas pada teoretisi sejarah secara keliru ketika perkembangan sejarah, ekonomi
sosialekonomi seperti Adam menganggap sejarah sebagai modern cenderung untuk hanya
Smith, J.S.Mill, Max suatu gerakan linear menuju memperhitungkan aspek-aspek noble
Weber, Keynes, Samuelson, suatu titik yang sudah pasti. material dan mengesampingkan
dan lain-lain yang Postmodenisme muncul vulgar material sehingga berbagai
menciptakan postulasi dengan gagasan bahwa upaya penyelesaian krisis seringkali
teoritis untuk secara sejarah merupakan suatu justru berubah menjadi pelecehan.
sewenangwenang genealogi, yakni proses Inkonsistensi yang terjadi adalah
merancang skenario bagi yang polivalen akibat rendahnya empati para
berlangsungnya prinsip pembuat keputusan terhadap
kapitalisme; persoalan-persoalan yang mereka
hadapi.
20
F. Ciri-Ciri Postmodernisme
1. 2 3
Timbulnya Meledaknya industri media massa, Munculnya radikalisme etnis
pemberontakan secara sehingga ia bagaikan perpanjangan dan keagamaan. Fenomena ini
kritis terhadap proyek dari sistem indera, organ dan saraf muncul diduga sebagai reaksi
kita, yang pada urutannya menjadikan atau alternatif ketika orang
modernitas; memudarnya
dunia menjadi terasa kecil. Lebih dari semakin meragukan terhadap
kepercayaan pada agama itu, kekuatan media massa telah kebenaran sains, teknologi dan
yang bersifat transenden menjelma bagaikan “agama” atau filsafat yang dinilai gagal
(meta-narasi); dan “tuhan” sekuler, dalam artian perilaku memenuhi janjinya untuk
diterimanya pandangan orang tidak lagi ditentukan oleh membebaskan manusia, tetapi
pluralisme relativisme agama-agama tradisional, tetapi tanpa sebaliknya, yang terjadi adalah
kebenaran. disadari telah diatur oleh media penindasan.
massa, semisal program televisi.
21
4. 5. 6.
Munculnya Semakin menguatnya Semakin terbukanya peluang bagi
kecenderungan baru wilayah perkotaan (urban) klas-klas sosial atau kelompok
untuk menemukan sebagai pusat kebudayaan, untuk mengemukakan pendapat
identitas dan apresiasi dan wilayah pedesaan secara lebih bebas. Dengan kata
serta keterikatan sebagai daerah pinggiran. lain, era Postmodernisme telah
rasionalisme dengan Pola ini juga berlaku bagi ikut mendorong bagi proses
masa lalu. menguatnya dominasi demokratisasi.
negara maju atas negara
berkembang. Ibarat negara
maju sebagai “titik pusat”
yang menentukan gerak
22
pada “lingkaran pinggir”.
7.
Era Postmodernisme juga ditandai 8.
dengan munculnya kecenderungan
bagi tumbuhnya eklektisisme dan Bahasa yang digunakan dalam waacana
pencampuradukan dari berbagai Postmodernisme seringkali mengesankan
wacana, potret serpihan-serpihan ketidakjelasan makna dan inkonsistensi
realitas, sehingga seseorang sulit sehingga apa yang disebut “era
untuk ditempatkan secara ketat pada Postmodernisme” banyak mengandung
kelompok budaya secara eksklusif. paradoks

23
G. Kritik terhadap Postmodernisme

Postmodernisme telah menarik para intelektual untuk memberikan kritiknya. Jika


diklasifikasikan, maka terdapat 4 (empat) kritik terhadap postmodern yaitu :
1. Kritik yang diberikan berdasarkan sudut pandang orang yang menolak konsep
modernism.
2. Kritik yang diberikan oleh mereka yang menjunjung tinggi modernism yang juga
percaya postmodernisme kurang memiliki karakteristik penting dari proyek
modern.
3. Kritik dalam masyarakat postmodern yang mencari perbaikan atau perubahan
berdasarkan pemahaman mereka tentang postmodernisme.
4. Kritik yang diberikan oleh mereka yang percaya bahwa postmodernisme
hanyalah sebuah proses yang lewat dan bukan merupakan pertumbuhan dalam
organisasi sosial.
24
H. Manfaat Mempelajari Teori Postmodern

▰ Mempelajari teori postmodern dapat memberikan berbagai manfaat,


diantaranya adalah kita dapat memahami pengertian
postmodernisme melalui perjalanan sejarah perkembangan istilah
postmodernisme dan kritik yang diberikan oleh para ahli. Selain itu,
kita juga dapat memahami secara singkat kaitan postmodernisme
dengan komunikasi.

25
I. PERKEMBANGAN LOGOSENTRISME

Tradisi filsafat Barat sepenuhnya


didasarkan pada apa yang disebut ▰ VISI PHENOMENOLOGIK
sebagai logosentrisme atau ‘metafisika Dalam Visi phenomenologik, fase
kehadiran’ (metaphysics of presence). pemikiran filsafat dibagi menjadi:
Logosentrisme merupakan sistem ▰ 1. fase kosmosentrisme
metafisik yang mengandaikan logos
atau kebenaran transendental di balik ▰ 2. fase teosentrisme
segala hal yang tampak di permukaan ▰ 3. Antrophosenterisme
atau segala hal yang terjadi di dunia ▰ 4. logosentrisme
fenomenal. Makna tidak pernah hadir
kecuali dalam intertekstualitas tanda. 1. Fisrt order of logic : matematika
2. Second Order of Logic : Bahasa

26
Fase pemikiran filsafat dalam visi phenomenologi

▰ Kosmosentrism ▰ Teosentrisme ▰ Antrophosentris ▰ Logosentrism


e m e
Pusat diskursus
Dimana pusat obyek keilmuan ada pada Pusat diskursus Pusat diskursus
wacana/diskursus Tuhan keilmuan ada pada keilmuan ada pada
keilmuan ada pada manusia tanda/symbol:
alam semesta termasuk Bahasa
didalamnya

27
Melacak Logosentrisme

Melahirkan ilmu hermeunetika, ilmu tentang


Strukturalisme penafsiran seputar logos atau seputar struktur dan
positivistik De sausure system bahasa

Ricour dan Gadamer hermeunetik tidak lagi bersifat


positivistic melainkan filosofik. Melahirkan kritik thdp
Strukturalisme hermeunetika yang membatasi ekspresi manusia pada
phenomenologik ikatan struktur Bahasa makna kata dan aturan Bahasa
lain .Ricour berpendapat hermeunetika adalah ilmu
interpretasi terhadap interpretasi.

Logosentrisme menghilangkan peran manusia sebagai


Poststruktura subjek, strukturalisme de sausure menjadikan manusia
lisme bukan subjek berfikir/tindakan melainkan yang dibicarakan
oleh struktur Bahasa, maka Derrida mendekonstruksi
pemikiran logosentrisme positivistic tsb 28
J. Mengingat kembali strukturalisme

Strukturalisme adalah pendekatan yang melihat berbagai gejala budaya


dan alamiah sebagai sebuah struktur yang terdiri atas unsur-unsur yang
saling berkaitan dalam satu kesatuan (Piaget). Bagi kaum strukturalis,
praktik sosial yang tampak tidak beraturan di permukaan ini sebenarnya
selalu didasari oleh struktur dalam atau fundamental yang biasanya tak
nampak yang beroperasi di bawah kesadaran manusia. Oleh karena
itu, strukturalisme juga mengandaikan individu atau subjek pelaku yang
tidak bebas karena ditentukan oleh struktur tersebut dalam praktik
sosialnya.

29
EPISTEM SEBAGAI STRUKTUR (FUCOULT)

▰ Dalam Les mots et les choses (1966) Foucault melahirkan istilah épistémè yang
secara sederhana dapat diartikan sebagai keseluruhan ruang bermakna, stratigrafi
yang mendasari kehidupan intelektual, serta kumpulan prapengandaian pemikiran
suatu jaman. Bambang Sugiharto menyebut épistémè sebagai struktur kognitif
fundamental yang mendasari keseluruhan pola berpikir masyarakat di suatu
jaman.2 Beberapa kritikus lain menyebutkan bahwa épistémè bisa disejajarkan
dengan paradigma menurut pandangan Thomas Kuhn.

30
EPISTEM…..

▰ Sebagai sebuah struktur, épistémè dapat dikenali dari salah satu sifat
struktur yang disepakati oleh para pemikir strukturalis, yaitu totalitas.
Dalam bukunya L’archeologie du savoir (1969) Foucault menjelaskan
épistémè sebagai sebuah totalitas yang menyatukan, dalam arti
mengendalikan cara kita memandang dan memahami realitas tanpa kita
sadari. Épistémè hanya berlaku pada suatu zaman. Ketika kita sadar akan
épistémè yang mempengaruhi kita, berarti kita telah berada dalam
épistémè yang berbeda, karena menurut Foucault épistémè tidak dapat
dilihat atau disadari ketika kita ada di dalamnya.3

31
EPISTEM…..

▰ Épistémè tidak bisa dilacak, tetapi dapat ditemukan dengan cara mengungkap
“yang tabu, yang gila, dan yang tidak benar” menurut pandangan suatu jaman. Pada
saat kita menemukan “yang tabu”, maka kita telah mengetahui sebelumnya “yang
pantas”. Saat kita tahu “yang gila”, maka kita sebelumnya telah tahun mana “yang
normal”. Demikian juga dengan “yang tidak benar”, saat kita temukan, berarti kita
ada di dalam “yang benar”. Klasifikasi-klasifikasi itulah yang sepenuhnya didasari
oleh épistémè suatu jaman. Oleh karena itulah Foucault sangat serius mendalami
masalah kegilaan, seksualitas, dan kejahatan, karena melalui ketiga hal itulah dia
bisa mengidentifikasi épistémè suatu jaman.

32
K. Poststrukturalisme

▰ Derrida mengajak untuk melampaui bahasa seperti yang dihasilkan oleh sistem
linguistik dan logika. Hubungan antara bahasa dan pikiran merupakan hubungan
yang timpang. Pikiran selalu diperlakukan lebih tinggi danpada kata-kata,
Pikiran menjadi sumber dari bahasa, sementara bahasa hanya kepanjangan
tangan dari pikiran. Bahasa bertugas menyampaikan sesuatu yang ingin
diekspresikan oleh pikiran. Derrida menolak supremasi pikiran sebagai fakultas
tersendiri yang bebas dari bahasa, dan sebaliknya menegaskan bahwa pikiran
juga terkontaminasi oleh bahasa dan diferensialitas tanda-tanda. Derrida
mengoperasikan differance untuk membedah kelemahan internal dari metafisika
Barat.

33
▰ Poststrukturalisme melayangkan sejumlah kritik metateoritis dan mempertanyakan
kebenaran atas segala hal. Poststrukturalisme, sesuai argumentasi Derrida, pada dasarnya
sangat menentang logosentrisme yang menyatakan bahwa manusia mampu menemukan
pengetahuan dan “kebenaran tunggal” yang absolut. Oleh karena itu, manusia tidak dapat
secara seenaknya menentukan mana langkah konkrit efektif yang harus dilakukan untuk
menghadapi suatu problematika tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran yang matang.
Derrida menghendaki adanya keterbukaan dan kesadaran akan pentingnya pendekatan
etika-politis dalam setiap pengambilan kebijakan. Selain itu, serupa dengan pola pemikiran
Postmodernisme, Poststrukturalisme juga menekankan pada pentingnya upaya
dekonstruksi. Dekonstruksi pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mencoba
meruntuhkan pemahaman lama manusia yang terkesan inevitable dan melekat kuat dalam
pikiran mereka.
34
L.TEORI HERMENEUTIKA GADAMER

▰ Pertama, ” prasangka hermeneutik“.


bahwa dalam membaca dan memahami sebuah teks harus dilakukan secara
teliti dan kritis. Sebab sebuah teks yang tidak diteliti dan diintegrasi secara
kritis tidak menutup kemungkinan besar sebuah teks akan menjajah kesadaran
kognitif kita. Tetapi adalah hal yang tidak mudah bagi seseorang untuk
memperoleh data yang akurat mengenai asal usul sebuah teks dan cenderung
untuk menerima sumber otoritas tanpa argumentasi kritis.

35
TEORI HERMENEUTIKA GADAMER

▰ Kedua, ” Lingkaran Hermeneutika “ .


”Prasangka hermeneutik“ bagi Gadamer nampaknya baru merupakan tangga awal untuk
dapat memahami sebuah teks secara kritis. Ia sebetulnya hendak menekankan perlunya ”
mengerti ”. Bagi Gadamer mengerti merupakan suatu proses yang melingkar. Untuk
mencapai pengertian, maka seseorang harus bertolak dari pengertian. Misalnya untuk
mengerti suatu teks maka harus memiliki prapengertian tentang teks tersebut. Jika tidak,
maka tidak mungkin akan memperoleh pengertian tentang teks tersebut. Tetapi di lain pihak
dengan membaca teks itu prapengertian terwujud menjadi pengertian yang sungguh-
sungguh. Proses ini oleh Gadamer disebut dengan ”The hermeneutical circle” (lingkaran
hermeneutika).

36
TEORI HERMENEUTIKA GADAMER

▰ Ketiga, ” Aku-Engkau “ menjadi ” Kami “ .


Menurut Gadamer sebuah dialog seperti dialog kita dengan teks akan dipandang
sebagai dialog yang produktif jika formulasi subjek-objek ”aku-engkau“ telah
hilang dan digantikan dengan “kami“.16

37
TEORI HERMENEUTIKA GADAMER

▰ Keempat, hermeneutika dialektis.


Gadamer menegaskan bahwa setiap pemahaman kita senantiasa merupakan suatu yang
bersifat historis, peristiwa dialektis dan peristiwa kebahasaan. Karena itu, terbuka
kemungkinan terciptanya hermeneutika yang lebih luas. Hermeneutika adalah ontologi dan
fenomenologi pemahaman. Kunci bagi pemahaman adalah partisipasi dan keterbukaan,
bukan manipulaisi dan pengendalian. Lebih lanjut menurut Gadamer hermeneutika berkaitan
dengan pengalaman, bukan hanya pengetahuan; berkaitan dengan dialetika bukan
metodologi.
Metode dipandangnya bukan merupakan suatu jalan untuk mencapai suatu kebenaran.
Kebenaran akan mengelak kalau kita menggunakan metodologi. Gadamer memperlihatakan
bahwa dialetika sebagai suatu sarana untuk melampaui kecenderungan metode yang
memprastrukturkan kegiatan ilmiyah seorang peneliti. Metode menurut Gadamer tidak
38
mampu mengimplisitkan kebenaran yang sudah impilisit di dalam metode.
M. DEKONSTRUKSI JAQUES DERRIDA

▰ Dekonstruksi adalah sebuah metode sekaligus melampaui metode itu sendiri.


Dekonstruksi tidak hanya menggambarkan teks, baik teks literatur ataupun teks sebagai
realitas, apa adanya, melainkan juga mau mengungkap kontradiksi yang terletak di dalam
detil teks, sehingga pemaknaan dan arti baru yang sebelumnya tidak terungkapkan bisa
tampil dan justru menjadi dominan. Dalam bahasa Derrida dekonstruksi hendak
menemukan kontradiksi dan menggetarkan seluruh teks. Menurut Royle di dalam
tulisannya tentang Derrida, dekonstruksi adalah sebuah gempa yang menggetarkan
seluruh teks, dan mengubahnya ke arah yang sama sekali tidak terduga. Kemungkinan
untuk melakukan dekonstruksi sudah selalu terkandung di dalam teks itu sendiri.
Kemungkinan yang tampak seperti hantu, namun sama nyatanya seperti teks itu sendiri.
Dekonstruksi itu sendiri adalah teks.

39
N. ETIKA POSTMODERNISME

▰ Etika postmodern tidak didasarkan pada prinsip universal atau tidak berubah.
Orang Kristen, Yahudi, dan Muslim merangkul kode etik kemutlakan moral
yang didasarkan pada karakter Allah atau keputusan moral;Kaum Humanis
sekuler, Marxis, dan Postmodernis mendasarkan sistem etika mereka pada
ateisme, naturalisme, dan evolusi. Meskipun muncul dari akar yang sama,
etika postmodern berbeda secara signifikan dari etika sekuler humanis dan
marxis. (Richard Rorty)

40
1. Tidak Ada Otoritas di Luar Diri
Dari perspektif pandangan dunia postmodern, etika
adalah hasil logis dari komitmen sebelumnya pada
teologi tertentu. Richard Rorty membuat hubungan
ini dalam karyanya Mencapai Negara Kita, di
mana dia merendahkan keberadaan Tuhan dan
tempat Tuhan dalam skema moral alam semesta.
Untuk mengilustrasikan perspektif ini, Rorty
memanggil puisi Walt Whitman, yang
mengungkapkan pandangannya tentang Tuhan
dalam kalimat berikut: “Dan saya memanggil umat
manusia, Jangan penasaran tentang Tuhan. Sebab
aku yang penasaran masing-masing tidak penasaran
dengan Tuhan. ” Dengan menganut gagasan
Whitman, Rorty menyatakan: “Whitman berpikir
bahwa tidak perlu penasaran tentang Tuhan karena
tidak ada standar, bahkan tidak ada yang ilahi, yang
41
bertentangan dengan keputusan orang bebas dapat
2. Relativisme Moral Budaya

▰ Setelah menyangkal keberadaan Tuhan, Rorty bergerak untuk menyangkal keberadaan


realitas moral universal "yang mungkin diharapkan oleh penilaian moral kita untuk
berkoresponden, sebagaimana ilmu pengetahuan fisik kita konon sesuai dengan realitas
fisik."
▰ Pada tahap ini, kita mungkin bertanya, Jika tidak ada realitas moral objektif,
mengapa harus peduli dengan masalah etika? Meskipun ini tampaknya langkah
berikutnya yang masuk akal, Postmodernis tidak merasa nyaman dengan
meninggalkan etika sepenuhnya dan malah didorong untuk mencari dalam pandangan
dunia mereka untuk standar benar dan salah.

42
3. Moralitas yang Berkembang dengan Dorongan

▰ Dalam etika Postmodern, standar moral masyarakat ditentukan oleh koersi dan
konsensus. Moralitas tidak berhubungan dengan Tuhan atau didikte oleh jenis hukum
alam apa pun; sebaliknya, sistem etika dibangun di dalam masyarakat. Setiap budaya,
dengan demikian, memiliki standar moral sendiri yang timbul dari berbagai pengaruh
dalam setiap kelompok tertentu. Selain itu, moralitas tidak stagnan; itu berubah,
beradaptasi, dan terus berkembang sesuai dengan perintah kelompok.
▰ Untuk menunjukkan bahwa standar moral ditentukan oleh budaya dan berevolusi
dengan masyarakat, pertimbangkan contoh aborsi. Di masa lalu, masyarakat Barat yang
paling beradab, di bawah pengaruh persuasi Kristen, membenci praktik aborsi. Namun,
dalam masyarakat kita saat ini, pemerintah sekuler dan warganya lebih nyaman dengan
praktik ini.
43
44
45

Anda mungkin juga menyukai