HELLO!
I am Nurul Anam
I am here because I love to give presentations.
You can find me at University of Bakti Indonesia
2
A.Latar Belakang Lahirnya Aliran Postmodernisme
▰ Latar belangkang timbulnya aliran Postmodernisme disebabkan adanya kritik atau ketidak
percayaan terhadap aliran Modernisme yang dianggap telah gagal mewujudkan cita-cita yang
mereka agung-agungkan yaitu ingin mensejahterakan seluruh umat manusia, tetapi malah
sebaliknya bahwa aliran modernisme dianggap telah gagal dan merusak tatanan kehidupan
masyarakat yaitu kehidupan masyarakat sudah terlalu individualisme, yang kaya semakin
kaya, yang miskin semakin miskin, yang pintar membodohi orang yang bodoh dan negara
yang kuat menjajah negara yang lemah.
▰ Dunia saat ini sedang bergejolak, khususnya dalam bidang filsafat, ilmu, seni dan kebudayaan.
Manusia merasa tidak puas dan tidak dapat bertahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, kapitalisme, serta cara berpikir modern. Modernisme dianggap sudah usang dan
harus diganti dengan paradigma baru yaitu postmodernisme. Inilah hal-hal yang melatar
belakangi lahir atau timbulnya aliran / paham postmodernisme
3
B. Pengertian Aliran Postmodernisme.
▰ Kata postmodern berasal dari kata depan “post” (Latin klasik) dan kata akhiran
“modern” (Perancis, moderene). Secara etimologis, postmodern merujuk pada sebuah
kehidupan setelah modernisme. Secara filsafat, istilah postmodern merujuk pada dua
hal yaitu ketidakpercayaan tentang metanaratif dan akhir sejarah.
▰ Postmodernisme dibedakan dengan postmodernitas, jika postmodernisme lebih
menunjuk pada konsep berpikir. Sedangkan postmodernitas lebih menunjuk pada
situasi dan tata sosial sosial produk teknologi informasi, globalisasi, fragmentasi
gaya hidup, konsumerisme yang berlebihan, deregulasi pasar uang dan sarana publik,
usangnya negara dan bangsa serta penggalian kembali inspirasi-inspirasi tradisi. Hal
ini secara singkat sebenarnya ingin menghargai faktor lain (tradisi, spiritualitas) yang
dihilangkan oleh rasionalisme, strukturalisme dan sekularisme. 4
▰ Istilah postmodernisme pertama kali diperkenalkan oleh filsuf
Jerman, Rudolf Pannwitz, pada tahun 1917, untuk
menggambarkan nihilisme budaya barat abad ke-20. Istilah ini
pertama kali muncul pada bidang seni dan kemudian juga
arsitektur, ketika perumahan Pruitt-Igoe di St. Louis
dihancurkan dengan dinamit dan dimulailah pengembangan
karya-karya arsitektur yang berwajah baru
5
C. Pengertian PostMoDERNISME menurut tokoh
8
Francois Lyotard mengatakan bahwa postmodernisme
merupakan intensifikasi yang dinamis, yang merupakan
“
upaya terus menerus untuk mencari kebaruan,
eksperimentasi dan revolusi kehidupan, yang menentang
dan tidak percaya pada segala bentuk narasi besar,
berupa penolakannya terhadap filsafat metafisis, filsafat
sejarah, dan segala bentuk pemikiran totalitas, seperti
Hegelian, Liberalisme, Marxisme, dan lain-lain.
Postmodern dalam bidang filsafat dapat diartikan segala
bentuk refleksi kritis atas paradigma modern dan atas
metafisika pada umumnya..
9
D. Postmodernisme kritik terhadap modernisme
10
▰ Menurut Pauline Rosenau mengatakan bahwa, postmodernisme menganggap
modernisme telah gagal dalam beberapa hal penting antara lain:
Pertama, modernisme gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan dramatis
sebagaimana diinginkan para pedukung fanatiknya.
Kedua, ilmu pengetahuan modern tidak mampu melepaskan diri dari kesewenang-
wenangan dan penyalahgunaan otoritas seperti tampak pada preferensi-preferensi
yang seringkali mendahului hasil penelitian.
Ketiga, ada semacam kontradiksi antara teori dan fakta dalam perkembangan ilmu-
ilmu modern.
11
Keempat, ada semacam keyakinan – yang sesungguhnya tidak berdasar– bahwa
ilmu pengetahuan modern mampu memecahkan segala persoalan yang dihadapi
manusia dan lingkungannya; dan ternyata keyakinan ini keliru manakala kita
menyaksikan bahwa kelaparan, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan terus
terjadi menyertai perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
Kelima, ilmu-ilmu modern kurang memperhatikan dimensi-dimensi mistis dan
metafisik eksistensi manusia karena terlalu menekankan pada atribut fisik
individu.
12
RASIONALISME
▰ Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting
untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan diperoleh dengan
cara berpikir.
▰ Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala
pemikiran tradisional (scholastic), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu mengenai
hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Pada tokoh aliran Rasionalisme diantaranya adalah
Descartes (1596- 1650 M ).
▰ Akal adalah dasar kepastian pengetahuan, pengetahuan yang benar diperoleh dan di ukur dengan
akal manusia, menurut aliran ini, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap
objek. Orang mengatakan (biasanya) bapak aliran ini ialah Rene Descartes (1596-1650); ini benar.
Akan tetapi, sesungguhnya paham seperti ini sudah ada jauh sebelum itu. Orang-orang yunani
kuno telah meyakini juga bahwa akal adalah alat dalam memperoleh pengetahuan yang benar,
lebih-lebih pada Aristoteles.
13
….KRITIK POSTMODERNISM TERHADAP IDEOLOGI MODERN
14
▰ Kedua, penekanan adanya pergolakan pada identitas personal maupun sosial secara terus-
menerus yang tiada henti.
Hal itu sebagai solusi dari konsep yang permanen dan mapan yang merupakan hasil dari kerja panjang
modernisme. Postmodernis memberikan kritik bahwa hanya melalui proses berpikirlah yang dapat
membedakan manusia dengan makhluk lain. Jika pemikiran manusia selalu terjadi perubahan, maka
perubahan tadi secara otomatis akan dapat menjadi penggerak untuk perubahan dalam disiplin lain.
Postmodernisme menolak segala bentuk konsep fundamental —bersifat universal—yang bernilai
sakralitas seolah menempati posisi sebagai tumpuan atas konsep-konsep lain. Manusia postmodernis
diharuskan selalu kritis dalam menghadapi semua permasalahan, termasuk dalam mengkritisi prinsip-
prinsip dasar – dasar pengetahuan modern yang dianggap baku dan mapan.
15
▰ Ketiga, semua jenis ideologi harus dikritisi dan ditolak.
Selayaknya dalam konsep berideologi, ruang lingkup dan gerak manusia akan
selalu dibatasi dengan mata rantai keyakinan prinsip yang permanen. Sedang
setiap prinsip permanen dengan tegas ditolak oleh kalangan postmodernis. Oleh
karenanya, manusia postmodernis tidak boleh terikat pada ideologi permanen
apapun, termasuk ideologi agama sekalipun.
16
▰ Keempat, setiap eksistensi obyektif dan permanen harus diingkari.
Atas dasar pemikiran relativisme, manusia postmodernis ingin membuktikan tidak adanya tolok
ukur sejati dalam penentuan obyektifitas dan hakekat kebenaran,kebenaran agama sekaligus. Ini
tentu sangat berbeda dengan paradigma modernisme pada ilmu pengetahuan modern yang sangat
menekakan obyektifitas dalam prosesdur ilmiah untuk mendapatkan kebenaran. Ungkapan
Nietzsche(1844-1900), “God is Dead”[20]. Atau ungkapan lain seperti “The Christian God has
ceased to be believable”, terus merebak dan semakin digemari oleh banyak kalangan di banyak
negara Barat, Sebagai bukti atas usaha propaganda mereka yang mengusung tema konsep
nihilisme dalam filsafat posmodernisme[21].
17
▰ Kelima, semua jenis epistemologi harus dibongkar.
Kritik tajam secara terbuka merupakan asas pemikiran filsafat postmodernisme. Pemikiran
ataupun setiap postulat—yang bersifat prinsip—yang berkaitan dengan keuniversalan,
kausalitas, kepastian dam sejenisnya akan diingkari. Berbeda halnya pada zaman
Modernis, semua itu dapat diterima oleh manusia modernis. Ini mengandung arti bahwa
rencana postmodernisme adalah dalam rangka mengevaluasi kembali segala pemikiran
yang pernah diterima pada masa modernisme, dengan cara mengkritisi dan menguji ulang.
Meskipun pada prakteknya sulit sekali untuk menemukan kerangka epistemologi yang
jelas dari gaya pemikiran posmodernisme itu sendiri.
18
▰ Keenam, postmodernisme memiliki ide besar melakukan pengingkaran penggunaan metode
permanen dan paten dalam menilai fakta dan realitas serta ilmu pengetahuan.
Jika dilihat secara spintas, postmodernist cenderung menerapkan metodologi berpikir “asal comot”
dengan mainstream pemikiran yang kurang jelas dan tidak beraturan. Postmodernisme seolah tampak
menghalalkan segala cara sehingga cenderung bebas nilai. Namun ini perlu disadari bahwa
postmodernisme hakekatnya Postmodernisme ingin membuka berbagai penafsiran baru atas kekakuan
yang diciptakan oleh paham modern. Era postmodernisme adalah era pemikiran dengan pola
penggabungan dari berbagai jenis pondasi pemikiran filosofis. Posmodernist tidak mau terkungkung
dan terjebak dalam satu bentuk pondasi pemikiran filsafat. Hal ini dilakukan untuk menentang kaum
tradisional yang tidak memiliki pemikiran maju karena mengacu pada satu asas pemikiran saja.
Postmodernisme mengakui bahwa apa yang ada sekarang ini adalah apa yang disebut dengan post
philosophy, puncak perbedaan dengan filsafat modernis. Dengan jenis filsafat inilah, mereka ingin
meyakinkan kaum intelektual bahwa dengan berpegangan prinsip tersebut dapat meraih berbagai hal
yang menjadi impian dalam kehidupan era kontemporer[22 ].
19
E. Postmodernisme kritik terhadap kapitalisme
23
G. Kritik terhadap Postmodernisme
25
I. PERKEMBANGAN LOGOSENTRISME
26
Fase pemikiran filsafat dalam visi phenomenologi
27
Melacak Logosentrisme
29
EPISTEM SEBAGAI STRUKTUR (FUCOULT)
▰ Dalam Les mots et les choses (1966) Foucault melahirkan istilah épistémè yang
secara sederhana dapat diartikan sebagai keseluruhan ruang bermakna, stratigrafi
yang mendasari kehidupan intelektual, serta kumpulan prapengandaian pemikiran
suatu jaman. Bambang Sugiharto menyebut épistémè sebagai struktur kognitif
fundamental yang mendasari keseluruhan pola berpikir masyarakat di suatu
jaman.2 Beberapa kritikus lain menyebutkan bahwa épistémè bisa disejajarkan
dengan paradigma menurut pandangan Thomas Kuhn.
30
EPISTEM…..
▰ Sebagai sebuah struktur, épistémè dapat dikenali dari salah satu sifat
struktur yang disepakati oleh para pemikir strukturalis, yaitu totalitas.
Dalam bukunya L’archeologie du savoir (1969) Foucault menjelaskan
épistémè sebagai sebuah totalitas yang menyatukan, dalam arti
mengendalikan cara kita memandang dan memahami realitas tanpa kita
sadari. Épistémè hanya berlaku pada suatu zaman. Ketika kita sadar akan
épistémè yang mempengaruhi kita, berarti kita telah berada dalam
épistémè yang berbeda, karena menurut Foucault épistémè tidak dapat
dilihat atau disadari ketika kita ada di dalamnya.3
31
EPISTEM…..
▰ Épistémè tidak bisa dilacak, tetapi dapat ditemukan dengan cara mengungkap
“yang tabu, yang gila, dan yang tidak benar” menurut pandangan suatu jaman. Pada
saat kita menemukan “yang tabu”, maka kita telah mengetahui sebelumnya “yang
pantas”. Saat kita tahu “yang gila”, maka kita sebelumnya telah tahun mana “yang
normal”. Demikian juga dengan “yang tidak benar”, saat kita temukan, berarti kita
ada di dalam “yang benar”. Klasifikasi-klasifikasi itulah yang sepenuhnya didasari
oleh épistémè suatu jaman. Oleh karena itulah Foucault sangat serius mendalami
masalah kegilaan, seksualitas, dan kejahatan, karena melalui ketiga hal itulah dia
bisa mengidentifikasi épistémè suatu jaman.
32
K. Poststrukturalisme
▰ Derrida mengajak untuk melampaui bahasa seperti yang dihasilkan oleh sistem
linguistik dan logika. Hubungan antara bahasa dan pikiran merupakan hubungan
yang timpang. Pikiran selalu diperlakukan lebih tinggi danpada kata-kata,
Pikiran menjadi sumber dari bahasa, sementara bahasa hanya kepanjangan
tangan dari pikiran. Bahasa bertugas menyampaikan sesuatu yang ingin
diekspresikan oleh pikiran. Derrida menolak supremasi pikiran sebagai fakultas
tersendiri yang bebas dari bahasa, dan sebaliknya menegaskan bahwa pikiran
juga terkontaminasi oleh bahasa dan diferensialitas tanda-tanda. Derrida
mengoperasikan differance untuk membedah kelemahan internal dari metafisika
Barat.
33
▰ Poststrukturalisme melayangkan sejumlah kritik metateoritis dan mempertanyakan
kebenaran atas segala hal. Poststrukturalisme, sesuai argumentasi Derrida, pada dasarnya
sangat menentang logosentrisme yang menyatakan bahwa manusia mampu menemukan
pengetahuan dan “kebenaran tunggal” yang absolut. Oleh karena itu, manusia tidak dapat
secara seenaknya menentukan mana langkah konkrit efektif yang harus dilakukan untuk
menghadapi suatu problematika tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran yang matang.
Derrida menghendaki adanya keterbukaan dan kesadaran akan pentingnya pendekatan
etika-politis dalam setiap pengambilan kebijakan. Selain itu, serupa dengan pola pemikiran
Postmodernisme, Poststrukturalisme juga menekankan pada pentingnya upaya
dekonstruksi. Dekonstruksi pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mencoba
meruntuhkan pemahaman lama manusia yang terkesan inevitable dan melekat kuat dalam
pikiran mereka.
34
L.TEORI HERMENEUTIKA GADAMER
35
TEORI HERMENEUTIKA GADAMER
36
TEORI HERMENEUTIKA GADAMER
37
TEORI HERMENEUTIKA GADAMER
39
N. ETIKA POSTMODERNISME
▰ Etika postmodern tidak didasarkan pada prinsip universal atau tidak berubah.
Orang Kristen, Yahudi, dan Muslim merangkul kode etik kemutlakan moral
yang didasarkan pada karakter Allah atau keputusan moral;Kaum Humanis
sekuler, Marxis, dan Postmodernis mendasarkan sistem etika mereka pada
ateisme, naturalisme, dan evolusi. Meskipun muncul dari akar yang sama,
etika postmodern berbeda secara signifikan dari etika sekuler humanis dan
marxis. (Richard Rorty)
40
1. Tidak Ada Otoritas di Luar Diri
Dari perspektif pandangan dunia postmodern, etika
adalah hasil logis dari komitmen sebelumnya pada
teologi tertentu. Richard Rorty membuat hubungan
ini dalam karyanya Mencapai Negara Kita, di
mana dia merendahkan keberadaan Tuhan dan
tempat Tuhan dalam skema moral alam semesta.
Untuk mengilustrasikan perspektif ini, Rorty
memanggil puisi Walt Whitman, yang
mengungkapkan pandangannya tentang Tuhan
dalam kalimat berikut: “Dan saya memanggil umat
manusia, Jangan penasaran tentang Tuhan. Sebab
aku yang penasaran masing-masing tidak penasaran
dengan Tuhan. ” Dengan menganut gagasan
Whitman, Rorty menyatakan: “Whitman berpikir
bahwa tidak perlu penasaran tentang Tuhan karena
tidak ada standar, bahkan tidak ada yang ilahi, yang
41
bertentangan dengan keputusan orang bebas dapat
2. Relativisme Moral Budaya
42
3. Moralitas yang Berkembang dengan Dorongan
▰ Dalam etika Postmodern, standar moral masyarakat ditentukan oleh koersi dan
konsensus. Moralitas tidak berhubungan dengan Tuhan atau didikte oleh jenis hukum
alam apa pun; sebaliknya, sistem etika dibangun di dalam masyarakat. Setiap budaya,
dengan demikian, memiliki standar moral sendiri yang timbul dari berbagai pengaruh
dalam setiap kelompok tertentu. Selain itu, moralitas tidak stagnan; itu berubah,
beradaptasi, dan terus berkembang sesuai dengan perintah kelompok.
▰ Untuk menunjukkan bahwa standar moral ditentukan oleh budaya dan berevolusi
dengan masyarakat, pertimbangkan contoh aborsi. Di masa lalu, masyarakat Barat yang
paling beradab, di bawah pengaruh persuasi Kristen, membenci praktik aborsi. Namun,
dalam masyarakat kita saat ini, pemerintah sekuler dan warganya lebih nyaman dengan
praktik ini.
43
44
45