Anda di halaman 1dari 10

“JENIS-JENIS MODAL SOSIAL DAN PENGARUH MODAL

SOSIAL”

RESUME
Diajukan untuk Tugas individu Pada Mata Kuliah Filsafat Ilmu dan Riset

Oleh:

Nama : Irzan Fachrozi


No. BP : 2020812008

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum modal sosial adalah merupakan hubungan-hubungan yang
tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial
dalam masyarakat dalam spektrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social
glue) yang menjaga kesatuan anggota masyarakat secara bersama-sama.
Modal sosial adalah sumber daya yang dapat dipandang sebagai investasi
untuk mendapatkan sumber daya baru. Seperti diketahui bahwa sesuatu yang disebut
sumber daya (resources) adalah sesuatu yang dapat dipergunakan untuk dikonsumsi,
disimpan dan diinvestasikan. Sumberdaya yang digunakan untuk investasi disebut
sebagai modal.
Dalam pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan mengenai pemikiran-
pemikran paara tokoh mengenai Modal Sosial. Oleh karena itu dalam pembahasan
kali ini akan disampaikan jenis-jenis modal sosial dan pengaruh-pengaruh modal
sosial..
BAB II

PEMBAHASAN
A. Jenis-Jenis Modal Sosial
Woolcock (2001) menyebutkan tiga tipe modal sosial. Begitu juga dengan
Abdullah (2013) menyatakan bahwa modal sosial memiliki tiga tipologi, sekaligus
merupakan wujud dari energi atau kekuatan yang dapat mengoptimalkan potensi modal
lainnya. Tipologi modal sosial tersebut meliputi modal sosial sebagai perekat/pengikat,
modal sosial sebagai penyampung/menjembatani dan modal sosial sebagai koneksi atau
akses. Berikut adalah uraiannya:

1. Modal Sosial Terikat (Bonding Social Capital)


Hasbullah (2006: 26) menyatakan bahwa modal sosial terikat adalah
cenderung bersifat eksklusif. Apa yang menjadi karakteristik dasar yang melekat
pada tipologi ini, sekaligus sebagai ciri khasnya, dalam konteks ide, relasi dan
perhatian, adalah lebih berorientasi ke dalam (inward looking) dibandingkan
dengan berorientasi keluar (outward looking). Ragam masyarakat yang menjadi
anggota kelompok ini pada umumnya homogenius (cenderung homogen).

Pengertian social bounding adalah, tipe modal sosial dengan karakteristik


adanya ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu sistem
kemasyarakatan. Misalnya, kebanyakan anggota keluarga mempunyai hubungan
kekerabatan dengan keluarga lain.

Di dalam bahasa lain bonding social capital ini dikenal pula sebagai ciri
sacred society. Menurut Putman dikutip Iqram (2012: 9), pada masyarakat
sacred society dogma tertentu mendominasi dan mempertahankan struktur
masyarakat yang totalitarian, hierarchical, dan tertutup. Di dalam pola interaksi
sosial sehari-hari selalu dituntun oleh nilai-nilai dan norma-norma yang
menguntungkan level hierarki tertentu dan feodal.

Hasbullah (2006: 27) menyatakan, pada masyarakat yang bonded atau


inward looking atau sacred, meskipun hubungan sosial yang tercipta memiliki
tingkat kohesifitas yang kuat, akan tetapi kurang merefleksikan kemampuan
masyarakat tersebut untuk menciptakan dan memiliki modal sosial yang kuat.
Kekuatan yang tumbuh sekedar dalam batas kelompok dalam keadaan tertentu,
struktur hierarki feodal, kohesifitas yang bersifat bonding.

Menurut Woolcock dikutip Iqram (2012: 9), pada pola yang berbentuk
bonding atau exclusive pada umumnya nuansa hubungan yang terbentuk
mengarah ke pola inward looking. Sedangkan pada pola yang berbentuk
bridging atau inclusive lebih mengarah ke ke pola outward looking.

2. Modal Sosial Yang Menjembatani (Bridging Social Capital)


Akibatnya, kelompok masyarakat tersebut terisolasi dan sulit keluar dari
pola-pola kehidupan yang telah turun temurun menjadi kebiasaan. Di negara-
negara berkembang, pada dimensi tertentu, kelompok masyarakat yang
demikian pada dasarnya mewarisi kelimpah-ruahan modal sosial pada satu
dimensi, yaitu dalam bentuk hubungan kekerabatan (kindship) atau kelompok-
kelompok sosial tradisional yang berasal dari garis keturunan (lineage). Apa
yang tidak dimiliki adalah rentang radius jaringan (the radius of networks) yang
menghubungkan mereka dengan kelompok masyarakat lainnya, lintas suku,
lintas kelas sosial, lintas profesi, serta lintas lapangan pekerjaan. Korupsi
misalnya, akan tumbuh subur dan sulit diberantas, karena apa yang dikorup oleh
anggota kelompok akan menguntungkan bonding group mereka (Iqram, 2012:
10-11).
Mengikuti Hasbullah (2006), bentuk modal sosial yang menjembatani ini
biasa juga disebut bentuk modern dari suatu pengelompokan, group, asosiasi,
atau masyarakat. Prinsip-prinsip pengorganisasian yang dianut didasarkan pada
prinsip-prinsip universal tentang: (a) persamaan, (b) kebebasan, serta (c) nilai-
nilai kemajemukan dan humanitarian (kemanusiaan, terbuka, dan mandiri).
Mengikuti Colemen (1999), tipologi masyarakat bridging social capital
dalam gerakannya lebih memberikan tekanan pada dimensi fight for (berjuang
untuk). Yaitu yang mengarah kepada pencarian jawaban bersama untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kelompok (pada situasi tertentu,
termasuk problem di dalam kelompok atau problem yang terjadi di luar
kelompok tersebut). Pada keadaan tertentu jiwa gerakan lebih diwarnai oleh
semangat fight againts yang bersifat memberi perlawanan terhadap ancaman
berupa kemungkinan runtuhnya simbul-simbul dan kepercayaan-kepercayaan
tradisional yang dianut oleh kelompok masyarakat. Pada kelompok masyarakat
yang demikian ini, perilaku kelompok yang dominan adalah sekedar sense of
solidarity (solidarity making).
Salah satu kekuatan dan energi modal sosial adalah kemampuan
menjembatani atau menyambung relasi-relasi antar individu dan kelompok yang
berbeda identitas asal. Kekeuatan ini didasarkan pula pada kepercayaan dan
norma yang ada dan sudah terbangun selama ini. Kemampuan bonding ini
membuka peluang informasi keluar, sehingga potensi dan peluang eksternal dari
suatu komunitas dapat diakses. Prinsip-prinsip yang dianut pada pengelompokan
bonding social capital ini adalah universal tentang kebersamaan, kebebasan,
nilai-nilai kemajemukan dan kemanusiaan, terbuka dan mandiri
(Hasbullah,2004, 29).
Perbedaan prinsip antara Bonding Sosial Capital dan Bridging Social
Capital sebagaimana dalam tabel berikut:
Bonding Social Capital Bridging Social Capital

 Terikat/Ketat, Jaringan yang  Terbuka


eksklusif,  Memiliki jaringan yang lebih
 Pembedaan yang kuat antara fleksibel
orang kami dan luar  Toleran
 Hanya ada satu alternative  Memungkinkan untuk memiliki
jawaban banyak alternative jawaban dan
 Kurang akomodatif terhadap penyelesaian masalah.
pihak luar  Akomodatif untuk menerima
 Mengutamakan kepentingan perubahan
kelompok  Cenderung memiliki sikap yang
 Mengutamakan solidaritas alturistik, humanistik dan universal
kelompok

Sumber: Hasbullah (2006)


3. Modal Sosial Sebagai Linking Social
Suparman Abdullah (2013: 17) menyatakan bahwa untuk pengembangan
suatu komunitas diperlukan berbagai potensi dan sumber daya baik secara
internal maupun eksternal. Modal sosial khususnya jaringan dan relasi-relasi
merupakan potensi yag dapat mensinergikan dan mengungkap potensi dan
modal lainnya. Potensi modal jaringan dan relasi menjadi inti dalam dinamika
pembangunan suatu komunitas.Kompleksitas jaringan dan relasi yang tercipta
dalam suatu komunitas merupakan salah satu indicator kekuatan yang dimiliki
komunitas. Jaringan dan relasi tidak hanya terbatas pada yang bersifat
horizontal, tapi juga yang bersifat vertical hierarkhis, oleh karena itu semua
bentuk jaringan dan relasi menjadi penting untuk diperluas sebagai upaya
dinamis bagi komunitas dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi.

Seregaldin dan Grooteart (1996) dalam Muspida, (2007: 39) melihat


bahwa modal sosial juga relevan melihat hubungan hierarkhis organisasi
vertical, sturuktur organisasi formal, regim politik dan sistem hukum, sistem
pengadilan dan kebebasan politik. Modal sosial penting bagi warga untuk
memperoleh akses pada kekuasaan dan sumber-sumber yang instrumental dalam
memperkuat pengambilan keputusan dan formulasi kebijakan.

Menurut Kearns, (2007) bahwa relasi-relasi sosial antar individu-individu


dan kelompok-kelompok dalam strata sosial yang berbeda secara hierarkhis
disebut linking social capital. Modal sosial yang bersifat lingking tersebut
menunjukkan suatu bentuk kekuatan komunitas, persoalannya adalah bagaimana
potensi tersebut dioptimalkan. Potensi tersebut sangat ditentukan pula oleh
kepercayaan/trust dan norma-norma yang dimiliki oleh komunitas tersebut. Di
mana inti dari kekuatan modal sosial terletak pada tingginya kepercayaan
dimiliki dan ketaatan terhadap norma oleh anggota dalam komunitas.

Tipologi mengenai modal sosial pada akhirnya banyak yang berbeda-beda antara
satu ahli ilmu sosial dengan ilmu lain. Namun kebanyakan membaginya menjadi dua
saja yaitu: modal sosial terikat dan modal sosial yang menjembatani.
Namun demikian ada juga beberapa ahli teori modal sosial yang membuat tipologi
yang berbeda dengan kebanyakan tipologi ini. Seperti apa yang ditipologikan Nan Lin
dikutip Field (2015: 107) di mana ia membedakan modal sosial ikatan kuat dengan
modal sosial ikatan lemah. Lin mendefinisikan ikatan kuat sebagai ikatan yang
mengikuti prinsip homofili, mengikat orang yang mirip dengan dirinya sendiri;
sementara ikatan yang lemah menyatukan orang-orang dari latar belakang sosial dan
budaya yang berbeda.
B. Pengaruh Modal Sosial
Modal sosial mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut:
1) Alat untuk menyelesaikan konflik yang ada di dalam masyarakat;
2) Memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial;
3) Membentuk solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan;
4) membangun partisipasi masyarakat;
5) Sebagai pilar demokrasi; dan
6) Menjadi alat tawar menawar pemerintah

Disintegrasi sosial terjadi karena potensi konflik sosial yang tidak dikelola
secara efektif dan optimal, sehingga termanifest dengan kekerasan. Sebagai alat
untuk mengatasi konflik yang ada di dalam masyarakat dapat dilihat dari adanya
hubungan antara individu atau kelompok yang ada di dalam masyarakat yang bisa
menghasilkan trust, norma pertukaran serta civic engagement yang berfungsi sebagai
perekat sosial yang mampu mencegah adanya kekerasan. Namun demikian, perlu
dicatat bahwa dalam kehidupan yang positif diperlukan adanya perubahan di dalam
masyarakat. Dari modal sosial yang eksklusif dalam suatu kelompok menjadi modal
sosial yang inklusif yang merupakan esensi penting dalam sebuah masyarakat yang
demokratis.
Sementara itu terkait pengaruh modal sosial sebenarnya ada banyak pendapat
dari para tokoh yang membahas tentang modal sosial dan mengenai pandangan
tersebut bisa kita lihat di tabel berikut:
Penulis Tertambat Pada Kapital Sosial Variabel Dependen
(Independen)
Turner Hubungan sosial, pola Kekuatan Potensi perkembangan
organisasi yang ekonomi
diciptakan individu
Fukuyama Agama, Filsafat Kepercayaan, Kerjasama,
nilai keberhasilan ekonomi
Lawang Struktur sosial mikro, Kekuatan Efisiensi dan efektifitas
mezo, makro sosial dalam pengatasan
komunitas masalah
bersama
kapital-
kapital
lainnya
Tabel 2.B.1. Inti definisi modal sosial dari beberapa penulis (Lawang, 2015: 210)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Woolcock (2002) mencoba membedakan tiga macam tipe modal sosial
yaitu: ( 1) Modal Sosial: karakteristik karena adanya ikatan yang kuat (atau
"perekat sosial") seperti antara anggota atau antara anggota keluarga dari
kelompok etnis; (2) hubungan yang menjembatani; dan (3) hubungan sosial
yakni menghubungkan karakteristik sosial melalui hubungan antara orang
dengan tingkat kekuasaan yang berbeda atau seperti hubungan status sosial
antara elit politik dan masyarakat atau antara individu dari kelas sosial yang
berbeda. Ketiga pandangan tersebut sebenarnya merupakan prinsip yang
menjadi dasar pengelompokan modal sosial, seperti yang sudah dibahas
sebelumnya. Modal sosial yang mengikat (bounding social capital) merupakan
jenis modal sosial lebih banyak bekerja secara internal dan solidaritas yang
dibangun karenanya menimbulkan kohesi sosial yang lebih bersifat mikro dan
komunal karena itu hubungan yang terjalin di dalamnya lebih bersifat eksklusif.
Sedangkan modal sosial yang menjembatani) sebaliknya, ia lebih bersifat
inklusif dengan lebih banyak menjalin jaringan dengan potensi eksternal yang
melekat padanya. Modal sosial yang menghubungkan (social linking)
merupakan modal sosial yang bergerak pada tataran lebih luas, karena mereka
tidak membedakan kelas dan status sosialnya.
Sementara itu, terkait perbedaan para tokoh menjelaskan modal sosial atau
kapital sosial dikarenakan fokus analisis mereka berbeda, meskipun muaranya
sama yaitu peran hubungan sosial dalam mendorong dan membentuk tindakan-
tindakan produktif.
Penulis Tertambat Pada Kapital Sosial Variabel
(Independen) Dependen
Turner Hubungan sosial, pola Kekuatan Potensi
organisasi yang perkembangan
diciptakan individu ekonomi
Fukuyama Agama, Filsafat Kepercayaan, nilai Kerjasama,
keberhasilan
ekonomi
Lawang Struktur sosial mikro, Kekuatan sosial Efisiensi dan
mezo, makro komunitas efektifitas dalam
bersama kapital- pengatasan
kapital lainnya masalah
DAFTAR PUSTAKA

A. Anderson, Andrea & Milligan,Sharon. Social Capital and Community Building


Damsar dan Indrayani. 2019. Pengantar Sosiologi Kapital. Jakarta : Penerbit
Prenadamedia Grup
Field, John. 2003. Social Capital. New York: Taylor & Francis e-Library
Lawang, Robert. M.Z. (2005). Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologik Suatu
Pengantar. Cetakan Kedua. Depok: FISIP UI Press.
Syahra, Rusydi. Modal Sosial: Konsep dan Aplikasi. 2003. Jurnal Masyarakat dan
Budaya, Volume 5 No. 1 Peneliti Puslit. Kemasyarakatan dan Kebudayaan
(PMB) LIPI

Anda mungkin juga menyukai