Dosen Pengampu:
Oleh
Kelompok 3 :
JURUSAN SOSIOLOGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, maka tim penulis dapat
meyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Sosialisasi Anak Dalam Keluarga,
Sosialisasi di Sekolah, Metode Sosialisasi, Pengaruh Keluarga-Sekolah Terhadap Individu
”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Sosiologi Perkotaan. Kami mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen
Nini Anggraini. Dra. Mpd pembimbing mata kuliah Sosiolog Perkotaan yang telah memberikan
tugas untuk menyusun makalah ini, sehingga dapat menambah wawasan tim penulis dan
menambah ruang baca baru bagi seluruh pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, tim penulis merasa masih sangat banyak kekurangan-
kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki tim penulis. Kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Sehingga
dikemudian hari dapat menyusun lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat digunakan dengan
baik dan bermanfaat bagi kita semua.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.
BAB II PEMBAHASAN
2.1Sosialisai Anak Dalm Keluarga.........................................................................................
2.2 Sosialisasi di Sekolah...........................................................................
2.2 Metode Sosialisasi...........................................................................
2.3 Pengaruh Keluarga-Sekolah Terhadap
Individu………………...................................................
3.1Kesimpulan............................................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................................
DAFTAR KEPUSTAKAAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pada awal abad 20, sosiologi mempunyai peranan penting dalam pemikiran pendidikan, sehingga
lahirlah sosiologi pendidikan. Sebagai mana akhir abad 19, psikologi mempunyai pengaruh besar
dalam dunia pendidikan, sehingga lahirlah suatu disiplin baru yang disebut psikologi pendidikan.
Sosiologi pendidikan dan psikologi pendidikan mempunyai peranan yang komplementer bagi
pemikiran pendidikan,. Apabila sosiologi pendidikan memandang segala pendidikan dari stuktur
sosial masyarakat, maka psikologi pendidikan memandang gejala pendidikan dari sudut
perkembangan pribadi. Tugas pendidikan menurut sosiologi ialah memelihara kehidupan dan
mendorong kemajuan masyarakat. Pada umumnya kaum pendidik dewasa ini memandang tujuan
akhir pendidikan lebih bersifat sosiolistis daripada individualistis.
Berdalih untuk dapat memahami secara sederhana mengenai sosiologi pendidikan, maka
kelompok kami menyusun makalah dengan judul “Sosialisasi Anak Dalam Keluarga, Sosialisasi
di Sekolah, Metode Sosialisasi, Pengaruh Keluarga-Sekolah Terhadap Individu dalam Sosiologi
Pendidikan”. Untuk keterangan lebih lanjut akan dijelaskan dalam bab berikutnya yaitu bab
pembahasan.
1.1
1.2
1.3
1.4 Rumusan Masalah
2.1 Bagaimana konsep Sosialisasi Anak dalam Keluarga?
2.2 Bagaimana konsep Sosialisasi di Sekolah?
2.3 Bagaimana Metode Sosialisasi?
2.4 Bagaimana Keluarga dan Sekolah Mempengaruhi Individu?
PEMBAHASAN
Dalam masyarakat modern, keluarga batih (nuclear family) merupakan agen sosialisasi
primer utama. Seorang bayi menemukan ibunya sebagai orang yang pertama kali memeluk,
membelai, dan mengasihinya secara fisik. Pelukan, belaian dan kasih secara fisik ini merupakan
pembelajaran pertama yang diperolehnya tentang aspek afeksi-emosional dari kehidupan.
Pelajaran berikutnya seperti nilai, norma,sikap, dan harapan diterima dari keluarga seiring
dengan berjalannya waktu, yang berkait dengan pertambahan usia. Adapun dalam masyarakat
tradisonal, keluarga luas(extended family) seperti nenek, tante, dan anggota dewasa lainnya
dalam keluarga luas turut serta dalam melakukan sosialisasi terhadap keluarga muda. Mereka
semua memiliki tanggung jawab sosial budaya untuk mentranmisikan pengetahuan, nilai,
norma, dan harapan yang berkembang dalam budaya.
Sosialisasi dilakukan berdasarkan pola keluarga yang dimiliki. Bernstein menemukan dua
tipe ideal dari pola keluarga, yaitu keluarga yang berorientasi kepada posisi dan pribadi.
Keluarga proposional(position-centered family), seperti dikutip oleh Robinson (1986: 81-82),
merupakan keluarga dimana terjadi permisahan peran yang jelas diantara para anggotanya,
sebagai ayah, ibu, anal atau pada usia tertentu sebagai kakek atau nenek. Sosioalisasi anak dalam
keluarga seperti ini terjadi dalam suatu kerangka yang jelas. Dalam kaitannya dengan sosioalisasi
dalam keluarga posisional, anak yang mengalami sosialisasi akan sangat memerhatikan posisi
mereka dalam hubungan dengan orang lain. Mereka akan sangat sadar dengan posisi mereka
dalam kaitannya dengan usia, gender, status sosial ekonomi, dan kepemilikan kekuasaan. Mereka
akan memperlakukam orang lain sesuai dengan usia, gender, dan status sosial ekonomi termasuk
pendidikan, pekerjaan, jabatan, dan kekuasaan yang dimiliki. Mereka akan memahami
kedudukan yang dimiliki diantara posisi yang ada dalam masyarakat. Disamping itu, mereka
lebih bebas menentukan sikap dan perilaku sosialnya sesuai dengan pikirannya yang relative
bebas serta tidak tergantung pada(orentasi) keluarga.
Berbeda dengan penelitian Bernstein, dalam studi literature yang dilakukan oleh Henslin
(2007:77) terhadap kajian Kohn dan rekannya ditemukan bahwa kelas sosial suattu keluarga
akan mempengaruhi cara dan isis sosialisasi dalam keluarga ini. Pada kelas pekerja orang tus
cenderung memperhatikan nilai-nilai konformitas seperti taat, rapi, dan bersih kepada anak-anak
mereka. Agar anak mereka menginternalisasikan nilai ketaatan, maka orang tus cenderung
menggunakan hukuman fisik. Berbeda dengan kelas pekerja, keluarga dari kelas menengah
cenderung mengembangkan rasa ingin tahu, ekspresi diri dan pengendalian diri terhadap anak-
anak mereka. Oleh karenanya, orang tua dari kelass menengah cenderung mengembangkan
motivasi dan penggunaan nalar bagi anak-anak mereka ketimbang ancaman dan hukuman fisik.
2. Sosialisasi di Sekolah
Sekolah mempersiapkan individu untuk peran-peran baru di masa mendatang manakala ia tidak
lagi tergantung pada orang tuanya, yaitu dengan mengajarkan hal-hal baru yang tidak diajarkan
dalam keluarga maupun kelompok sepermainannya, seperti: pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai, yang bertujuan untuk mempengaruhi perkembangan intelektual anak.
Seorang anak belajar kemandirian lebih intensi) di sekolah dibandingkan di tempat lain. Ketika
dirumah seorang anak dimungkinkan mendapatkan bantuan anggota keluarga untuk
melaksanakan bermacam tugas sekolah dan pekerjaan, sednagkan di sekolah sebagaian tugas dan
pekerjaan dilakukan secara mandiri dan disertai tanggung ja3ab# 'isekolah juga ada nilai prestasi
yang dikembangkan. Di sekolah peserta didik dipacu untuk berprestasi# 1osisi seorang anak
diantara peserta didik lainnya tergantung pada prestasi apa yang diraih oleh anak dan
diperlihatkan dengan raport atau hasil ujian.
3. Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
4. Membentuk kepribadian
Menurut Robert Dreeben, yang dipelajari anak di sekolah tak hanya kegiatan membaca, menulis,
dan berhitung, namun juga :
1. Kemandirian (independence)
2. Prestasi (achievement)
3. Universalisme (universalism)
4. Spesifitas (specifity)
Nilai :
1. Kemandirian
Setiap siswa diajarkan kemandirian di lingkup sekolah, seperti saat mengerjakan tugas mandiri
dan ulangan. Siswa dituntut untuk mengerjakannya secara individu tanpa merepotkan orang lain.
Begitu juga saat kegiatan berkemah. Siswa akan dituntut untuk belajar hidup mandiri jauh dari
orang tua.
2. Tanggung jawab
Siswa diajarkan untuk bertanggung jawab. Misalnya seorang ketua kelas. Ia akan dituntut untuk
memiliki wibawa dan tanggung jawab terhadap kelas yang ia pimpin.
3. Prestasi
Semua siswa disekolahkan orang tua mereka agar menjadi anak yang berilmu pengetahuan dan
penuh akan prestasi. Karena itulah, sekolah mengajarkan kepada kita banyak hal, agar kita
menjadi seseorang yang prestisius.
4. Kejujuran
Siswa dididik menjadi pribadi yang jujur. Misalnya dalam mengerjakan ulangan harian ataupun
tes, siswa diharapkan untuk mengutamakan kejujuran, yaitu dengan mengerjakan tes sesuai
aturan, tanpa mencontek ataupun meminta pertolongan kepada teman yang lain.
Norma :
Sekolah memberlakukan tata tertib untuk mengatur seluruh anggota sekolah agar tercipta
lingkungan yang tertib dan teratur.
3. Metode Sosialisasi
Dalam proses sosialisasi, hukuman diberikan kepada anak yang bertingkah laku salah, tidak baik,
kurang pantas, atau tidak diterima oleh masyarakat. Hukuman dapat berupa fisik atau hukuman
sosial. Pemberian hukuman dimaksudkan agar anak menyadari dan tidak mnegulangi
kesalahannya. Sedangkan ganjaran diberikan kepada anak yang berperilaku baik. Ganjaran dapat
diberikan berupa materil dan non materil. Dengan adanya ganjaran dimaksudkan agar anak
selalu termotivasi agar selalu berbuat baik.
Anak-anak cenderung mencontoh semua tingkah laku orang yang ada di sekitarnya. Dengan
memberikan contoh akan terjadi proses imitasi (peniruan), yang terjadi secara sadar maupun
tidak disadari.
Pengaruh Keluarga
Bila seoarang anak dibesarkan pada keluarga pembunuh, maka ia akan menjadi
pembunuh bila seoarang anak dibesarkan melalui cara-cara kasar, maka ia akan menjadi
pemberontak. Akan tetapi, bila seoarang anak dibesarkan pada kelaurga yang penuh cinta kasih
sayang, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi cemerlang yang memiliki budi pekerti luhur.
Keluarga sebagai tempat bernaung, merupakan wadah penempatan karakter individu.
Pada masa sekarang ini, pengaruh keluarga mulai melemah karena terjadi perubahan
sosial, politik, dan budaya. Keadaan ini memiliki andil yang besar terhadap terbebasnya anak
dari kekuasaan orang tua. Keluarga telah kehilangan fungsinya dalam pendidikan. Tidak seperti
fungsi keluarga pada masa lalu yang merupakan kesatuan produktif sekaligus konsumtif. Ketika
kebijakan ekonomi pada zaman modern sekarang ini mendasarkan pada aturan pembagian kerja
yang terspesialisasi secara lebih ketat, maka sebagaian tanggung jawab keluarga beralih kepada
orang-orang yang menggeluti profesi tersebut. Uraian tersebut cukup menjelaskan apa arti
keluarga yang sesungguhnya. Keluarga bukan hanya wadah untuk tempat berkumpulnya ayah,
ibu dan anak. Lebih dari itu, keluarga merupakan wahana awal pembentukan moral serta
karakter manusia. Berhasil atau tidaknya seoarang anak dalam menjalani hidup bergantung pada
berhasil atau tidaknya peran keluarga dalam menanamkan ajaran moral kehidupan. Keluarga
lebih dari sekedar pelestarian tradisi, keluarga bukan hanya menyangkut hubungan orang tua
dengan anak, keluarga merupakan wadah mencurahkan segala inspirasi. Keluarga menjadi
tempat pencurahan segala keluh kesah. Keluarga merupakan suatu jalinan cinta kasih yang tidak
akan terputus.
Perkembangan kepribadian anak sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterima dari
orang tuanya di rumah. rumah merupakan madrasah bagi anak. namun, Elizabeth Hurlock
memaparkan tentang peran besar pendidikan di sekolah dalam mempengaruhi kepribadian anak.
Sekolah merupakan lembaga kedua yang memberikan andil besar dalam perkembangan
kepribadian mereka. sebagaimana hurlock mengutip pendapat salomo bahwa sekolah harus
dipandang selagi kekuatan sekunder alam perkembangan kepribadian manusia.
Untuk itu pada usia awal anak masuk sekolah, peran hubungan antara guru dengan murid sangat
menentukan. Guru di sekolah mengambil peran orang tua untuk melakukan transfer of
knowledge, value and attitude. maka guru disekolah memiliki peran yang strategis dalam
perkembangan kepribadian anak. dengan demikian usia anak pada masa kanak sampai ke tingkat
remaja akhir berada di dua wilayah yaitu rumah dan sekolah.
Oleh karena itu, agar anak mengalami perkembangan kepribadian yang sehat maka seharusnya
pendidikan yang didapatkan anak selaras atau sinkron dan terintegrasi antara pembinaan di
rumah dengan di sekolah. hal ini bertujuan agar tidak terjadi kebingungan yang pada ahirnya
terjadi split personality.
2. pengarur sekolah sangat signifikan pada tahap awal pembentukan konsep diri pada anak
3. selain di rumah, anak menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah dari pada di tempat
lainnya.
5. sekolah memberikan kesempatan awal yang ril kepada seseorang untuk menilai dirinya dan
kemampuannya secara realistis, bebas dari intervensi orangtua.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan