PENDAHULUAN
1. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah pekembangan ilmu jiwa agama di Barat?
b. Bagaimana perkembangan ilmu jiwa agama di Indonesia?
c. Siapakah tokoh-tokoh yang berjasa di Luar dan di Indonesia dalam
perkembangan ilmu jiwa Agama?
2. Tujuan masalah
Untuk dapat mengetahui sejarah dan perkembangan ilmu jiwa
agama beserta tokoh yang berjasa dalam sejarah dan perkembangan ilmu
jiwa agama.
3.
1
B. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU JIWA AGAMA
1. Pengertian Psikologi Agama
a. Bimo Walgito
b. Verbeek
Psikologi adalah ilmmu yang menyelidiki penghayatan dan perbuatan
manusia ditinjau fungsinya bagi subyek.2
1
Hamdani Bakran Adz-Dzikie, Psikologi Kenabian, (Yogyakarta: PUSTAKA AL
FURQAN, 2007), hlm. 25
2
Noer Rohmah, Pengantar PSIKOLOGI AGAMA, (Depok: SUKSES Offset, 2013),
hlm.2
3
Hamdani Bakran Adz-Dzakie, Ibid.
2
Sedangkan istilah “agama” berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas
A yang artinya tidak dan gama yang artinya kacau. Jadi agama adalh tidak
kacau. Dalam bahasa Latin agama sering disebut religio yang berarti
kesucian, kesalehan, agama.
4
Jalaludin, PSIKOLOGI AGAMA, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 15
3
Menurut Zakiah Daradjat, ruang lingkup dan lapangan kajiann
psikologi agama meliputi:
5
Noer Rohmah, Op.Cit, hlm. 9
6
Noer Rohmah, Ibid.
4
Psikologi agama sebagai suatu disiplin ilmu yang agak sulit pada
awal perkembangannya. Namun, berdasarkan sumber Barat, para ahli
psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikologi agama mulai
populer sekkitar akhir abad ke-19. Ketika iti psikologi yang semakin
berkembang digunakan sebagai alat untuk kajian agama. Kajian semacam
itu dapat membantu pemahaman terhadap cara bertingkah laku, berpikir,
dan mengemukakan perasaan keagamaan.
5
Indonesia di perkenalkan oleh Slamet Imam Santoso, seorang profesor
psikiatri di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menurut Slaamet,
psikiater membutuhkan ilmu psikollogi untuk menjelaskan potensi-potensi
manusia guna menyeleksi orang yang tepat pada pekerjaan yang
tepat.dengan diselenggarakannya sebuah kursus pelatihan di Universitas
Indonesia, dan beberapa tahun kemudian kursus pelatihan tersebut menjadi
jurusan psikologi di Universitas Indonesia. Psikolog Indonesia yang pertama
kali adalah Fuad Hasan, pada tahun 1958. Dan pada tahun 1960, departemen
psikologi tersebut berdiri sendiri menjadi fakultas psikologi ddnegan Slamet
Imam Santososebagai dekannya.
10
Hamdani Bakran Adz-dzakie, Op.Cit, hlm. 41
11
Abdur Rahman Shaleh, Ibid.
6
Menurut Zakiah Dradjat (1970) diantara beberapa ahli yang
mempunyai peranan penting dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan
psikologi agama di Luar adalah sebagai berikut:
7
dapat disimpulkan cara-cara dan metode yang harus digunakandalam
meneliti fakta-fakta tersebut.
h. R.H. Thouless ia menentang pendapat orang-orang yang mengatakan
bahwa penelitian ilmiah akan menghilangakan keyakinan beragama, ia
berpendapat sebaliknya, dimana penellitian secara ilmiah akan dapat
menjadi sndaran yang kuat bagi agama.12
Di Indonesia kajian psikologi agama mulai muncul dan diminati orang
bahkan telah dimasukkan dalam materi pendidikan di fakultas-fakultas di
lingkungan perguruan tinggi agama. Universitas Gajah Mada juga andil
dalam peran tersebut. Hal ini ditandai dengan terbitnya jurnal Pemikiran
Psikologi Islami Kalam. Selain itu, Universitas Muhammadiyah Surakarta
tahun 1994 mengadakan Syimposium Nasional Psikologi Islam.
Zakiah darajat tampaknya sangat tertarik mempelajari psikologi Agama
dilihat dari karya-karya ilmiah yang sudah beliau sumbangkan. Diantara
karyanya adalah: a. Ilmu Jiwa Agama, b. Kesehatan Mental, c. Remaja,
Harapan dan Tantangan, d. Perawatan Jiwa untuk Anak-Anak, e. Pendidikan
Agama dan Kesehatan Mental, f. Shalat Menjadikan Hidup Bermakna
(1988), g. Kebahagiaan, h. Haji Ibadah yang Unit, i. Puasa Meningkatkan
Kesehatan Mental (1989), j. Do’a Menunjang Semangat Hidup (1990), k.
Zakat Pembersih Harta dan Jiwa (1991).13
Adapun ilmuwan lain yang telah andil dalam perkembangan Ilmu
Psikologi Agama di Indonesia adalah:
a. Djamaluddin, Ancok dan Fuad Nashori Suroso dengan karyanya
Psikologi Islami, Solusi Islam atas Problem-Problem Psikologi
(1994) disusul dengan terbitnya buku Integrasi Psikologi dengan
Islam, menuju Psikologi Islami (1995).
b. Abdul Aziz Aryadi dan Ramayulis pun ikut meramaikan
perkembangan Psikologi Agama dengan menerbitkan buku
12
Noer Rohmah, Op.Cit, hlm. 44
13
Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Hal.5
8
Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila dan Psikologi
Agama.
c. Sukanto Mulyomartono dengan karyanya Nafsiologi, suatu
pendekatan Alternatif atas Psikologi (1986).
d. Zuardin Azzaino dengan karyanya Asas-Asas psikologi Habiyah,
Sistem Mekanisme Hubungan antara Ruh dan Jasad(1990).
e. Yahya Jayadengan karyanya Peranan Taubat dan Maaf dalam
Kesehatan Mental dan Spiritualisasi Islam dalam Menumbuh
Kembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental.
f. Ahmad Syafe’i Mufid dengan karyanya yang berjudul Zikir sebagai
Pembina Kesehatan Mental.
g. Z. Kasijan yang berjudul Larangan Mendekati Zina dalam Al-Qur’an
Tinjauan Psikologis.
h. Rahmat Djatmika dengan karyanya Shalat sebagai pengendali Mental.
i. Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir dengan judul Nuansa-Nuansa
Psikologis Islam.
j. Baharuddim yang berjudul Paradigma Psikologi Islam.14
6. Hubungan Antara Pendidikan dengan Psikologi Agama
Hubungan Pendidikan dengan Psikologi Agama sangan terkaut
dengan tujuan pendidikan yakni menanamkan nilai kebaikan dan
keadilan dalam diri seseorang.
Menurut Quraish Shihab, tujuan pendidikan Al-Qur’an (Islam)
adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga
mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya guna
membangun dunia sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah atau
dengan kata lain lebih singkat dan sering digunakan oleh al-Qur’an
untuk bertaqwa kepada-Nya.
Penididikan sangat erat kaitannya dengan psikologi agama, bahkan
psikologi agama digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam
pelaksanaan pendidikan Islam. Perkemkabnagn agama pada masa
14
www.antalalai.com/mhd/makalah/psikologiagama.php
9
anak-anak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam
keluarga, disekolah dan dalam lingkungan masyarakat. Semakin
banyak pengalamn yang bersifat agama dan semakin banyak unsur
agama, maka sikap, tindakan dan caranya menghadapi hidup akan
sesuai dengan ajaran agama. Rasulullah SAW pernah menerapkan
kaedah yaitu memperhatikan kondisi psikologis dan bertahap dalam
mengajar. Jadi, proses belajar mengajar didasarkan pada hal tersebut.
Pengajar yang dilakukan oleh beliau teratur dan sesuai dengan prinsip
tahapan dan kemudahan, sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung tanpa ada kebosanan dan sesuatu yang memberatkan bagi
orang-orang yang belajar. Dalam hal ini Abdullah bin Mas’ud berkata
“Rasulullah SAW mengosongkan memberikan nasihat kepada kami
beberapa hari untuk menghaindari kebosanan”. Dengan kata lain,
Rasulullah SAW menetapkan hari-hari tertentu untuk mengajar
mereka. Beliau memilih dan memperhatikan waktu-waktu yang tepat
sehingga mereka semangat dan tidak melakukan sesuatu yang
membosankan bagi murid-muridnya (Muhammad Fath, 2009 : 44).
Pendidikan tanpa agama akan pincang begitu pula agama tanpa
pendidikan makan akan terjadi ketidak seimbangan antara moralitas
demgan pengetahuan yang dimilikinya. Seperti anak yang menguasai
teknologi komputer karena tidak dibarengi dengan agama maka
pengetahuannya disalah gunakan untu hal yang buruk sebaliknya jika
agama tanpa adanya pendidikan maka akan percuma.15
15
https://spupe07.wordpress.com/2012/01/01/kaitan-psikologi-agama-dengan-pendidikan-
islam/
10
C. PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
12