Anda di halaman 1dari 12

A.

PENDAHULUAN

Psikologi merupakan ilmu yang berkembang pada awal abad ke-19.


Psikogi merupakan susunan dari dua kata yang berasal dari Yunani, yaitu
psyche yang artinya jiwa atau tingkah laku dan logos yang artinya ilmu. Jadi
psikologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang tingkah laku
manusia.sedangkan agama terdiri atas dua kata yang berasal dari bahasa
Arab, yaitu A yang artinya tidak dan gama yang berarti kacau. Jadi agama
berarti tidak kacau atau sesuatu yang lurus. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari tingkah
laku manusia baik berupa perasaan maupun empiris yang menyangkut
tentang ketuhanan.

Pada dasarnya objek psikogi bukanlah tuhan tetapi melainkan manusia


itu sendiri, karena yang beragama adalah manusia dan psikologi tidak dapat
memberikan tanggapan apapun tentang Tuhan. Psikologi berkembang di
berbagai negara termasuk indonesia, sehingga kita dapat mempelajari apa
itu ilmu psikologi agama, bagaimana perkembangannya dan siapa saja
pelopornya. Semua itu akan kita bahas dalam makalah ini.

1. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah pekembangan ilmu jiwa agama di Barat?
b. Bagaimana perkembangan ilmu jiwa agama di Indonesia?
c. Siapakah tokoh-tokoh yang berjasa di Luar dan di Indonesia dalam
perkembangan ilmu jiwa Agama?
2. Tujuan masalah
Untuk dapat mengetahui sejarah dan perkembangan ilmu jiwa
agama beserta tokoh yang berjasa dalam sejarah dan perkembangan ilmu
jiwa agama.

3.

1
B. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU JIWA AGAMA
1. Pengertian Psikologi Agama

Kata “psikologi” berasal dari kata Yunani psyche dan logos.1Psyche


artinya artinya jiwa dan logos artinya ilmu. Dengan demikian psikologi
dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang jiwa. Adapun menurut
beberapa ahli yang mendefinisikan pengertian psikologi yakni sebagai
berikut:

a. Bimo Walgito

Psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari


tentang tingkah laku serta aktivitas-aktivitas dimana tingkah laku serta
aktivitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan.

b. Verbeek
Psikologi adalah ilmmu yang menyelidiki penghayatan dan perbuatan
manusia ditinjau fungsinya bagi subyek.2

Frank J. Bruno dalam Dictionary of Key Word in Psychology membagi


pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling
berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai ruh.
Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental.
Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetaahuan mengenai tiingkah laku
organisme.3

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi


adalah ilmu atau penyelidikan tentang tingkah laku manusia sebagai
gambaran dari gejala-gejala kejiwaan yang melatarbelakanginnya, termasuk
perasaan, sikap dan proses mental.

1
Hamdani Bakran Adz-Dzikie, Psikologi Kenabian, (Yogyakarta: PUSTAKA AL
FURQAN, 2007), hlm. 25
2
Noer Rohmah, Pengantar PSIKOLOGI AGAMA, (Depok: SUKSES Offset, 2013),
hlm.2
3
Hamdani Bakran Adz-Dzakie, Ibid.

2
Sedangkan istilah “agama” berasal dari bahasa Arab yang terdiri atas
A yang artinya tidak dan gama yang artinya kacau. Jadi agama adalh tidak
kacau. Dalam bahasa Latin agama sering disebut religio yang berarti
kesucian, kesalehan, agama.

Menurut Robert H Thouless (1992), agama adalah sikap atau cara


penyesuaian diri terhadap dunia yang mencakup acuan menunjukan
lingkungan lebih luas dari pada lingkunga fisik yang terikat ruang dan
waktu. Sedangkan menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, psikologi agama
meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan
mempelajari beberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan
tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Di samping itu, psikologi
agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada
seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.4

Jika digabungkan antara pengertian psikolog dan agama dapat


disimpulkan bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang
mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan pengaruh
keyaakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan
perkembangan usia masing-masing.

2. Ruang Lingkup dan Kegunaan Psikologi Agama

Perlu kita ketahui, meskipun dalam pembahasan ada kata “agama”


dalam kabjek kajian disiplin ilmu ini, yang biasanya dihubungkan dengan
Tuhan tetapi sebenarnya yang menjadi objek kajian bukanlah Tuhan atau
dewa melainkan manusia itu sendiri dan lingkungannya, karena yang
beragama adalah manusia. Sebab psikologi tidak dapat mengeluarkan
sebuah pernyataan apapun yang berhubungan dengan Tuhan karena
psikologi sebagai ilmu pengetahuan empiris yang terikata pada
penagalaman dunia.

4
Jalaludin, PSIKOLOGI AGAMA, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 15

3
Menurut Zakiah Daradjat, ruang lingkup dan lapangan kajiann
psikologi agama meliputi:

a. Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut


menyertai kehidupan beragama orang biasa (umum), seperti seperti
rasa lega dan tentram setelah shalat.
b. Bagaimana pengalaman dan perasaan seseorang secara individual
terhadap Tuhannya, misalnya rasa tentram dan kelegaan bain.
c. Mempelajari, meneliti,, dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan
adanya hidup sesudah mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.
d. Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap
kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka, serta dosaa
dan pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah
lakunya dalam kehidupan.
e. Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang
terhadap ayat-ayat suci untuk ketenangan batinnya.5

Hasil psikologi agama dapat dimanfaatkan dalam berbagai


lapangan kehidupan, diantaranya adalah dalam bidang pendidikan:

a. Dapat membimbing prilaku-prilaku keagamaan seseorang secara


efektif dan efisien
b. Dapat mengetahui perubahan-perubahan prilaku keagamaan yang
ditentukan oleh faktor intern (motif, keimanan, hasil pemikiran), dan
faktor ekstern (faktor sosial)
c. Untuk mengetahui bahwa prilaku-prilaku keagamaan tidak semuanya
didasarkan pada rasa iman kepada Tuhan akan tetapi juga didorong
oleh berbagai motif dalam diri induvidu masing-masing.6

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Psikologi Agama di Barat

5
Noer Rohmah, Op.Cit, hlm. 9
6
Noer Rohmah, Ibid.

4
Psikologi agama sebagai suatu disiplin ilmu yang agak sulit pada
awal perkembangannya. Namun, berdasarkan sumber Barat, para ahli
psikologi agama menilai bahwa kajian mengenai psikologi agama mulai
populer sekkitar akhir abad ke-19. Ketika iti psikologi yang semakin
berkembang digunakan sebagai alat untuk kajian agama. Kajian semacam
itu dapat membantu pemahaman terhadap cara bertingkah laku, berpikir,
dan mengemukakan perasaan keagamaan.

Menurut Thouless, sejak terbitnya buku The Varieties of Religious


Experience tahun 1903, sebagai kumpulan dari materi kuliah william James
di empat Universitas di Skotlandia, maka langkah awal dari kajian psikologi
agama mulai diakui para ahli psikologi. Maka dalam jangka waktu tiga
puluh tahun kemudian banyak buku-buku lain diterbitkan sejalan dengan
konsep-konsep yang serupa.7

Sejak itu kajian-kajian tentang psikologi agama tampaknya tidak


hanya terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut kehidupan
keaggamaan secara umum, melainkan pula juga masalah-masalah secara
khusus.

Perkembangan psikologi agama di Barat melami pasang surut.


Bersamaan dengan perkembangan psikologi mosern, pada awal tahun 1890-
an psikologi agama berkembang pesat. tetapi pada tahun 1930-an sampai
1950-an psikologi agama mengalami penurunan. Setelah itu meningkat lagi,
bahkan berkembang pesat pada tahun 1970-an sampai sekarang.8

4. Pertumbuhan dan Perkembangan Psikologi Agama di Indonesia

Keberadaan psikologi di inndonesia dimulai pada tahun 1952. Di


Indonesia, psikologi dibutuhkan dalam bidang kesehatan, bisnis,
pendidikan, politik, permasalahan sosial, dan lain-lain.9 Psikologi di
7
Jalaludin, ibid.
8
Hamdani Bakran Adz-dzakie, Op.Cit, hlm. 28
9
Abdul rahman shaleh, PSIKOLOGI suatu Pengantar DALAM PERSPEKTIF ISLAM,
(Jakarta: PRENADA MEDIA, 2004), hlm. 37

5
Indonesia di perkenalkan oleh Slamet Imam Santoso, seorang profesor
psikiatri di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Menurut Slaamet,
psikiater membutuhkan ilmu psikollogi untuk menjelaskan potensi-potensi
manusia guna menyeleksi orang yang tepat pada pekerjaan yang
tepat.dengan diselenggarakannya sebuah kursus pelatihan di Universitas
Indonesia, dan beberapa tahun kemudian kursus pelatihan tersebut menjadi
jurusan psikologi di Universitas Indonesia. Psikolog Indonesia yang pertama
kali adalah Fuad Hasan, pada tahun 1958. Dan pada tahun 1960, departemen
psikologi tersebut berdiri sendiri menjadi fakultas psikologi ddnegan Slamet
Imam Santososebagai dekannya.

Momentum psikologi islami di Indonesia adalah tahun 1994, buku


dengan judul Psikologi Islami (Jamaludin Ancok dan Fuad Nashari Suroso)
diterbitkan bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan “Simposium
Nasional Psikologi Islam I (UMS)”.10 Buku dan kegiatan simposium ini, di
samping mengkritisi psikologi barat, juga memfokuskan diri pada upaya
menggali perspektif islam tentang jiwa dan prilaku manusia, setelah itu
berbagai simposium dan seminar psikologi islami tingkat nasional digelar,
belasan buku diterbitkan, dan sekitar enam perguruan tinggi menawarkan
mata kuliah psikologi islam.

Pendidikan psikologi di Indonesia saat ini di bawah kontrol


departemen pendidikan nasional. Izin praktik untuk para psikolog berada di
bawah kontrol HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) dan departemen
tenaga kerja. HIMPSI berdiri sejak tahun 1998-1999 yang sudah memiliki
beberapa divisi, antara lain: Ikatan Psikologi Olahraga (IPO), Ikatan
Psikologi Sosisal (IPS), Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO),
dan Asosiasi Psikologi Islam (API) yang didirikan pada tahun 2002.11

5. Tokoh-Tokoh Psikologi Agama yang Berjasa di Luar dan di


Indonesia

10
Hamdani Bakran Adz-dzakie, Op.Cit, hlm. 41
11
Abdur Rahman Shaleh, Ibid.

6
Menurut Zakiah Dradjat (1970) diantara beberapa ahli yang
mempunyai peranan penting dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan
psikologi agama di Luar adalah sebagai berikut:

a. G. Stanly Hall sebagai salah seorang ahli ilmu jiwa agama, ia


melakukan pendekatan ilmiah dalam psikologi agama pada tahun 1904,
dalam menerangkan fakta-fakta agamis, yaitu dengan tafsiran
materialistis, dimana ia telah berusaha mempelajari perasaan agama,
terutama mengenai peristiwa konversi agama pada remaja, dengan
menggunakan angket dna statistik.
b. Edwin Diller Starbuck, ia menulis buku yang berjudul “The Psychology
of Religion, An Empirical Study of the Growth of Religious
consciousness”, sebuah buku yang banyak mengupaspertumbuhan
perasaan agama pada orang serta peristiwa konversi agama.
c. George Albert Coe, dia menggunakan hypnotis dalam usahanay untuk
mencari hubungan anatar reaksi-reaksi agamis dengan watak
(tempramen).
d. James H. Leub,, dia mempunya pandanga obyektif, sehingga ia
berusaha keras untuk menjauhkan ilmu jiwa agama dari unsur-unsur
kepercayaan, yang tidak dapat dilakukan percobaan ilmiah atau
pemikiran logis, sehingga dia berkesimpulan bahwa usaha untuk
membuat definisi tentang agama itu tidak ada gunanya, karena hanya
merupakan kepandaian bersilat lidah.
e. William Jamesmenurutnya agama adalah suatu sikap yang idambil
seseorang terhadap suatu kebenaran yang abadi, dan sikap itu berasal
dari perasaan yang mendalam. James tidak memastikan adanya Tuhan
tertentu, seperti dalam keyakinan agama langit.
f. George M. Stratton ia berpendapat bahwa sumber agama itu ialah
konflik jiwa dalam diri individu
g. Fluornoy, pada tahunn 1901 ia berusaha mengumpulkan semua
penelitian psikologis yang pernah dilakukan terhadap agama,, sehingga

7
dapat disimpulkan cara-cara dan metode yang harus digunakandalam
meneliti fakta-fakta tersebut.
h. R.H. Thouless ia menentang pendapat orang-orang yang mengatakan
bahwa penelitian ilmiah akan menghilangakan keyakinan beragama, ia
berpendapat sebaliknya, dimana penellitian secara ilmiah akan dapat
menjadi sndaran yang kuat bagi agama.12
Di Indonesia kajian psikologi agama mulai muncul dan diminati orang
bahkan telah dimasukkan dalam materi pendidikan di fakultas-fakultas di
lingkungan perguruan tinggi agama. Universitas Gajah Mada juga andil
dalam peran tersebut. Hal ini ditandai dengan terbitnya jurnal Pemikiran
Psikologi Islami Kalam. Selain itu, Universitas Muhammadiyah Surakarta
tahun 1994 mengadakan Syimposium Nasional Psikologi Islam.
Zakiah darajat tampaknya sangat tertarik mempelajari psikologi Agama
dilihat dari karya-karya ilmiah yang sudah beliau sumbangkan. Diantara
karyanya adalah: a. Ilmu Jiwa Agama, b. Kesehatan Mental, c. Remaja,
Harapan dan Tantangan, d. Perawatan Jiwa untuk Anak-Anak, e. Pendidikan
Agama dan Kesehatan Mental, f. Shalat Menjadikan Hidup Bermakna
(1988), g. Kebahagiaan, h. Haji Ibadah yang Unit, i. Puasa Meningkatkan
Kesehatan Mental (1989), j. Do’a Menunjang Semangat Hidup (1990), k.
Zakat Pembersih Harta dan Jiwa (1991).13
Adapun ilmuwan lain yang telah andil dalam perkembangan Ilmu
Psikologi Agama di Indonesia adalah:
a. Djamaluddin, Ancok dan Fuad Nashori Suroso dengan karyanya
Psikologi Islami, Solusi Islam atas Problem-Problem Psikologi
(1994) disusul dengan terbitnya buku Integrasi Psikologi dengan
Islam, menuju Psikologi Islami (1995).
b. Abdul Aziz Aryadi dan Ramayulis pun ikut meramaikan
perkembangan Psikologi Agama dengan menerbitkan buku

12
Noer Rohmah, Op.Cit, hlm. 44
13
Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Hal.5

8
Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila dan Psikologi
Agama.
c. Sukanto Mulyomartono dengan karyanya Nafsiologi, suatu
pendekatan Alternatif atas Psikologi (1986).
d. Zuardin Azzaino dengan karyanya Asas-Asas psikologi Habiyah,
Sistem Mekanisme Hubungan antara Ruh dan Jasad(1990).
e. Yahya Jayadengan karyanya Peranan Taubat dan Maaf dalam
Kesehatan Mental dan Spiritualisasi Islam dalam Menumbuh
Kembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental.
f. Ahmad Syafe’i Mufid dengan karyanya yang berjudul Zikir sebagai
Pembina Kesehatan Mental.
g. Z. Kasijan yang berjudul Larangan Mendekati Zina dalam Al-Qur’an
Tinjauan Psikologis.
h. Rahmat Djatmika dengan karyanya Shalat sebagai pengendali Mental.
i. Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir dengan judul Nuansa-Nuansa
Psikologis Islam.
j. Baharuddim yang berjudul Paradigma Psikologi Islam.14
6. Hubungan Antara Pendidikan dengan Psikologi Agama
Hubungan Pendidikan dengan Psikologi Agama sangan terkaut
dengan tujuan pendidikan yakni menanamkan nilai kebaikan dan
keadilan dalam diri seseorang.
Menurut Quraish Shihab, tujuan pendidikan Al-Qur’an (Islam)
adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga
mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya guna
membangun dunia sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah atau
dengan kata lain lebih singkat dan sering digunakan oleh al-Qur’an
untuk bertaqwa kepada-Nya.
Penididikan sangat erat kaitannya dengan psikologi agama, bahkan
psikologi agama digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam
pelaksanaan pendidikan Islam. Perkemkabnagn agama pada masa

14
www.antalalai.com/mhd/makalah/psikologiagama.php

9
anak-anak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam
keluarga, disekolah dan dalam lingkungan masyarakat. Semakin
banyak pengalamn yang bersifat agama dan semakin banyak unsur
agama, maka sikap, tindakan dan caranya menghadapi hidup akan
sesuai dengan ajaran agama. Rasulullah SAW pernah menerapkan
kaedah yaitu memperhatikan kondisi psikologis dan bertahap dalam
mengajar. Jadi, proses belajar mengajar didasarkan pada hal tersebut.
Pengajar yang dilakukan oleh beliau teratur dan sesuai dengan prinsip
tahapan dan kemudahan, sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung tanpa ada kebosanan dan sesuatu yang memberatkan bagi
orang-orang yang belajar. Dalam hal ini Abdullah bin Mas’ud berkata
“Rasulullah SAW mengosongkan memberikan nasihat kepada kami
beberapa hari untuk menghaindari kebosanan”. Dengan kata lain,
Rasulullah SAW menetapkan hari-hari tertentu untuk mengajar
mereka. Beliau memilih dan memperhatikan waktu-waktu yang tepat
sehingga mereka semangat dan tidak melakukan sesuatu yang
membosankan bagi murid-muridnya (Muhammad Fath, 2009 : 44).
Pendidikan tanpa agama akan pincang begitu pula agama tanpa
pendidikan makan akan terjadi ketidak seimbangan antara moralitas
demgan pengetahuan yang dimilikinya. Seperti anak yang menguasai
teknologi komputer karena tidak dibarengi dengan agama maka
pengetahuannya disalah gunakan untu hal yang buruk sebaliknya jika
agama tanpa adanya pendidikan maka akan percuma.15

15
https://spupe07.wordpress.com/2012/01/01/kaitan-psikologi-agama-dengan-pendidikan-
islam/

10
C. PENUTUP

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul rahman shaleh, PSIKOLOGI suatu Pengantar DALAM PERSPEKTIF


ISLAM, (Jakarta: PRENADA MEDIA, 2004)
Hamdani Bakran Adz-Dzikie, Psikologi Kenabian, (Yogyakarta: PUSTAKA AL
FURQAN, 2007)
Jalaludin, PSIKOLOGI AGAMA, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998) Noer
Rohmah, Pengantar PSIKOLOGI AGAMA, (Depok: SUKSES Offset,
2013)
Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002)
www.antalalai.com/mhd/makalah/psikologiagama.php
https://spupe07.wordpress.com/2012/01/01/kaitan-psikologi-agama-dengan-
pendidikan-islam/

12

Anda mungkin juga menyukai