Modernitas mengacu pada bentuk kehidupan yang muncul di Eropa pada kira-kira abad
ke-17 dan sesudahnya dan yang pada gilirannya menancapkan pengaruhnya ke seluruh dunia. Ini
mengasosiasikan modernitas dengan suatu kurun waktu dan dengan lokasi geografis awal
pembentukannya, namun pada saat yang sama membiarkan ciri utamanya teronggok diam di
Bagi Giddens, dalam pembentukan modernitas ada empat gugus institusi: kapitalisme,
industrialisme, pengawasan, dan kekuatan militer. Keempat institusi ini saling mempengaruhi
dan saling memperkuat. Empat institusi ini pada gilirannya memunculkan empat
dan resiko, keamanan dan bahaya muncul. Namun elemen-elemen yang ada didalamnya berbeda
dengan yang mendominasi era pra-modern. Dalam kondisi modernitas,aktivitas manusia tetap
ada dan mengalami kontekstualisasi. Namun dampak dari tiga kekuatan modernitas (pemisahan
Tiga sumber dominan dinamisme modernitas telah dibedakan, masing-masing terkait satu
sama lain. terpisahnya ruang dan waktu. Ini adalah kondisi penjarakan ruang-waktu pada
inti, namun ia tidak lagi menjadi pembawa ikatan sosial yang diorganisasi secara intensif di
sepanjang ruang-waktu. Meski kewaspadaan terhadap tesis kemunduran peran keluarga yang
disebabkan oleh modernitas harus dilihat dan ada fakta bahwa beberapa milieu(lingkungan) lokal
terus-menerus menjadi pusat dari jaringan kekerabatan substansial hak dan kewajiban.
Posisi penting tempat dalam setting pra-modern telah diruntuhkan oleh pemisahan ruang
dan waktu. Tempat menjadi fantasmagoris karena struktur dimana dia dibangun tidak lagi ditata
pada konteks lokal. Lokal dan global dengan kata lain, telah terjalin erat. Perasaan terikat erat
atau identifikasi dengan tempat masih ada. Namun itu semua terlepas dengan sendirinya. Mereka
tidak lagi mengekspresikan praktik dan keterlibatan dasar namun penuh dengan pengaruh yang
lebih dalam.
Semakin lunturnya dampak agama dan tradisi. Sekularisasi tak dapat diragukan lagi
adalah persoalan kompleks dan tampaknya tidak berakibat pada kepunahan sepenuhnya
pemikiran dan aktivitas religius. Namun sebagian besar situasi kehidupan sosial modern secara
manifes tidak sebanding dengan agama sebagai sebuah pengaruh utama bagi kehidupan sehari-
hari. Kosmologi religius digeser oleh pengetahuan yang diatur secara refleksif, yang
dikendalikan oleh pengamatan empiris dan pemikiran logis, dan terfokus pada teknoloigi
Lingkungan resiko pramodern pun ditransformasikan dengan cara serupa. Dalam kondisi
modernitas, bahaya yang kita hadapi terutama tidak lagi berasal dari alam. Tentu saja, bencana
alam masih terjadi. Namun sebagian besar relasi kita dengan dunia fisik berbeda dengan masa-
sebaliknya. Ancaman ekologis adalah akibat dari pengetahuan yang diorganisasi secara sosial,
adalah bagian dari yang oleh Giddens disebut dengan profil risiko baru yang diperkenalkan oleh
modernitas.
Selanjutnya,ancaman kekerasan militer tetap menjadi bagian dari profil resiko modernitas
kaitannya dengan perubahan sifat kontrol kekerasan bila dikaitkan dengan perang. Hari ini,kita
hidup dalam tatanan militer global, sebagai akibat dari industrialisasi perang, skala kekuatan
destruktif persenjataan telah tersebar ke seluruh dunia secara lebih masif bila dibandingakan
dengan era sebelumnya. Kemungkinan adanya konflik nuklir menimbukan bahaya yang tidak
pernah dihadapi oleh generasi sebelumnya. Namun perkembangan ini diikuti dengan proses
damai di internal negara. Perang saudara menjadi fenomena yang tidak umum lagi,berbeda
politisi adalah bukunya The Third Way, yang terbit tahun 1999. Buku ini terkenal dengan
ungkapan Giddens yang mengatakan bahwa sosialisme itu sudah mati. Giddens lalu dituduh
sebagai pengikut golongan “kanan.” Akan tetapi dalam buku itu juga Giddens mengecewakan
kelompok “kanan” karena ia mengatakan bahwa neoliberal atau New Right tak mungkin
melanjutkan programnya. Maka, oleh sejumlah orang buku The Third Way sering ditafsirkan
sebagai jalan keluar dari konflik antara sosialisme (yang menonjolkan negara) dan kapitalisme
(yang mengagungkan peran pasar). The Third Way memang berusaha untuk keluar dari
kebuntuan pemikiran “kiri” maupun “kanan”, tetapi berakar dalam visinya utopian realism
Akan tetapi ada satu hal yang baru dalam buku ini: Giddens secara lebih rinci dan eksplisit
menguraikan tentang peran negara. Ia masih percaya bahwa negara atas dasar demokrasi
merupakan pilihan terbaik yang ada sekarang, juga percaya bahwa negara harus memainkan
peranan dalam masyarakat. Akan tetapi berbeda dari konsep-konsep klasik tentang negara,
Giddens menempatkan negara sebagai “rekan” (partner) dari masyarakat. Negara dan masyarakat
tidak beroposisi, masing-masing memainkan perannya yang saling menunjang dan saling
mengisi.
Sumber :
Giddens, Anthony. 2009. Konsekkuensi- Konsekkuensi Modernitas. Bantul :Kreasi Wacana