Anda di halaman 1dari 23

MEMAHAMI TINGKAH LAKU SOSIOPATIK

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Patologi Dan Rehabilitasi Sosial
Dose Pengampu : Hj. Wieke Diah Anjaryani, S.Psi. M.Kes, Psikolog

Disusun Oleh :

1. Akmal Fauzi 2101016039


2. Mawaddah 2101016046
3. Vicha Lutfia 2101016056
4. Masrurotul aini 2101016058
5. Istianatul khoiriyah 2101016135

PRODI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2022
KATA PENGATAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Memahami
Tingkah Laku Sosiopatik” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Bidang Studi Bimbingan Konseling
Program Studi Dasar-dasar keperawatan rohani Islam .

Selain itu makalah ini juga bertujuan menambah wawasan kepada para
pembaca dan para penulis. Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Hj. Wieke
Diah Anjaryani, S.Psi. M.Kes, Psikolog yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan studi yang kita tekuni.
Dengan ini saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, September 2022

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ......................................................................................................ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................... 4
C. TUJUAN ........................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 6
A. Berbagai Pandangan Terhadap Tingkah Laku Sosiopat .................................. 6
B. Kriteria Penyimpangan Tingkah Laku Sosiopat ................................................ 7
C. Dalil Mengenai Perilaku Sosiopatik .................................................................. 8
D. Deviasi atau penyimpangan dan diferensiasi ................................................. 10
E. Tingkah laku normal yang menyimpang dari norma social ............................. 11
F. Macam-Macam Penyimpangan ..................................................................... 13
G. Studi Kasus .................................................................................................... 15
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 17
A. Kesimpulan..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk yang berfikir dan merasa serta berkehendak
dimana perilakunya mencerm inkan apa yang difikir, yang dirasa dan yang
dikehendakinya. Manusia juga makhluk yang bisa menjadi subjek dan objek
sekaligus, di samping ia dapat menghayati perasaan keagamaan dirinya, ia juga
dapat meneliti keberagamaan orang lain.

Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar


hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacammacam
objek sosial dan non sosial. Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini
adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor
lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor
lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.

Bermacam-macam kebudayaan bisa berlangsung lancar dan lembut, akan


tetapi terkadang menimbulkan konflik-konflik yang sangat hebat. Dengan
munculnya konflik tersebut dapat mengakibatkan berbagai situasi sosial seperti
kecemasan, ketegangan dan ketakutan di dalam diri seseorang yang semuanya
tidak dicerna dan diintegrasikan terlebih dahulu. Situasi sosial seperti ini pada
akhirnya dapat menimbulkan tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum.

Istilah perilaku penyimpangan, sering dikenal dengan istilah anomali,


patologi, sosiopatik. Ketiga istilah ini sering dipakai untuk penyebutan yang sama
yaitu perilaku menyimpang. Oleh karena itu, agar penelitian ini dapat terfokus
kepada satu masalah, maka dalam hal ini akan dijelaskan pengertian dari ketiga
istilah tersebut. Ketiga istilah tersebut tidak dapat dibedakan. Istilah anomali,
digunakan untuk menyebut istilah penyimpangan tingkah laku, kelainan atau
ketidak normalan.1 Usman kasmin, menyebut istilah anomali untuk menyebutkan
pelanggaran sosial, yang disebabkan oleh kelalaian dan kebodohan yang diukur

1
Pius A Partanto dan M. Dahlan Yacub Al Barry, Kamus Istilah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 33

1
dari aturan hukum atau budaya yang tercipta dan akhlak yang keluar dari tatanan
kehidupan. 2

Istilah patologi disebutkan dalam buku Patologi Sosial karangan Kartini


Kartono, berasal dari kata pathos yang berarti penderitaan, penyakit. Namun istilah
patologi ini lebih ditujukan untuk penyebutan terhadap ilmu tentang penyakit.
Kemudian jika hal itu dihubungkan dengan masalah sosial, maka patologi sosial
adalah ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap 'sakit' yang disebabkan
oleh faktor-faktor sosial.3

Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, para sosiologi mendefinisikan
patologi sosial sebagai semua tingkah yang bertentangan dengan norma
kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas
kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan, dan hukum formal.

Para biolog juga menampilkan minatnya terhadap gejala patologi sosial,


yaitu menyatakan adanya penyimpangan patologis atau kelas-kelas detektif dalam
masyarakat. Bentuk-bentuk tingkah laku yang menyimpang secara sosial dan
sangat ditolak oleh umum, seperti alkoholisme kronis, homoseksual, dan
gangguan-gangguan mental tertentu. Sementara Soedjono memberikan
pengertian patologi sosial dengan pengertian ganda, yaitu pertama, patologi sosial
sebagai suatu gambaran tentang kondisi masyarakat dalam keadaan sakit dan
atau abnormal yang ditandai dengan gejala-gejala sosial seperti gelandangan,
prostitusi dan sejenisnya yang merupakan permasalahan sosial yang selalu ada di
kota-kota besar sejak dahulu hingga kini; dan kedua, patologi sosial sebagai ilmu
pengetahuan tentang masyarakat yang 'sakit' tersebut yang merupakan bagian
dari sosiologi, dan dalam kekhususannya merupakan bagian dari kriminologi.4

Sementara sosiopatik menurut kaum sosiolog ialah tingkah laku yang


berbeda dan menyimpang dari kebiasaan serta norma umum, yang pada satu
tempat dan waktu tertentu sangat ditolak, sekalipun tingkah laku tersebut berada
di lain waktu dan tempat yang bisa diterima oleh masyarakat lainnya. Namun pada

2
Usman Kasmin, "Anomali Sosial: Potret Kehidupan Masyarakat Madani" dalam
http://muhammadiyahmalang.blogspot.com/2010/02/anomali-sosial-potret-kehidupan_15.html,
3
Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), hlm. 1
4
Soedjono Dirjisisworo, Pathologi Sosial, (Bandung: Alumni, 1974), hlm. 10.

2
umumnya, tingkah laku yang sosiopatik itu mendapatkan reaksi dari masyarakat,
misalnya berupa hukuman, penolakan, segregasi (pemisahan atau pengasingan),
dan pengucilan.5

Berdasarkan pengertian di atas, penulis memilih untuk menggunakan istilah


penyimpangan perilaku dengan istilah sosiopatik. Penggunaan istilah ini karena
sosiopatik terjadi melalui pewarisan kelemahan konstitusional, sehingga
mengakibatkan tingkah laku seseorang menjadi sosiopatik. Kemudian penyebab
tingkah laku sosiopatik itu juga adalah murni sosiologis atau sosiopsikologis,
sehingga tingkah laku sosiopatis ditampilkan dalam bentuknya, seperti
penyimpangan tingkah laku, struktur-struktur sosial yang menyimpang, kelompok-
kelompok deviasi, peranan-peranan sosial, status dan interaksi simbolis yang
keliru. Jadi, mereka menekankan faktor-faktor kultural dan sosial yang sangat
mempengaruhi struktur organisasi sosial, peranan, status individu, partisipasi
sosial dan pendefinisian diri sendiri.

Sementara patologis terjadi melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan


yang luar biasa/ abnormal, sehingga memprodusir tingkah laku patologis, yang
disebabkan dari aspek-aspek sosial-psikologisnya, sehingga tingkah laku patologi
lebih dikenal kepada faktor-faktornya, seperti inteligensi, ciri-ciri kepribadian,
motivasi-motivasi, sikap hidup yang keliru dan internalisasi diri yang salah, serta
konflik-konflik emosional dan kecenderungan 'psikopatologis' yang ada dibalik
tingkah laku menyimpang secara sosial itu.

Meskipun demikian, perilaku yang dilakukan seseorang tidak terlepas dari


faktor intern maupun ekstern, sebagaimana yang diungkapkan oleh ahli Gerungan
bahwa kriminalitas manusia normal adalah akibat, baik dari faktor keturunan
maupun faktor lingkungan, di mana terkadang kedua faktor tersebut memegang
peran utama dan juga saling mempengaruhi.6

Perilaku sosial yang dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut akan membawa
kepada perilaku sosial yang baik dan juga perilaku sosial yang buruk atau
menyimpang. Faktor intern lebih kepada psikologi individu, yang terbentuk ketika

5
Kartini Kartono, Patologi Sosial, hlm. 9
6
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresco, 1998), hlm. 198

3
dalam masa petumbuhan. Faktor ekstern atau lingkungan berperan penting dalam
perjalanan pembetukan perilaku sosial, ketika individu berada di lingkungan yang
kurang baik, maka akan terbentuk perilaku sosial yang kurang baik pula. Akan
tetapi, ketika individu yang berada dalam lingkungan yang kurang baik memiliki
bekal atau faktor intern yang baik akan memiliki kontrol perilaku.7

Lingkungan kampus yang berlabel Universitas Islam bukan jaminan untuk


tidak terjadi perilaku sosiopatik, mengingat setiap mahasiswa mempunyai latar
belakang sosial, budaya, pendidikan dan keluarga yang berbeda. Jelas, hal ini
akan menimbulkan konflik dalam diri ketika terjadi proses interaksi dengan hal-hal
baru. Mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo misalnya, terdiri dari
berbagai macam latar belakang kehidupan, namun pada umumnya didominasi
oleh mahasiswa yang berasal dari pendidikan pesantren dan non pesantren
(sekolah umum). Interaksi yang terjadi antara kedua kelompok ini akan
menimbulkan interdependensi dengan kata lain lingkungan kebudayaan atau sub
budaya bisa memberikan rangsangan kepada pihak lain. Ketika sub-budaya yang
buruk yang bisa memberikan rangsangan kepada individu lain untuk menjadi
sosiopatik.

Sekarang bukanlah hal tabu lagi untuk dibicarakan ketika mahasiswa


muslim melakukan perilaku sosiopatik seperti; meminum minuman keras atau
narkoba, berhubungan dengan lawan jenis yang melebihi batas kewajaran dari
sekedar pacaran, sampai berhubungan badan. Seharusnya hal tersebut bisa
dihindarkan, jika ia dapat berpikiran jernih, terlebih menyandang status sebagai
mahasiswa muslim, agen perubahan masyarakat, harapan nusa dan bangsa serta
agamanya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pandagan terhadap tingkah laku sosiopatik ?
2. Apa kriteria penyimpagan tingkah laku sosiopatik ?
3. Apa dalil mengenai penyimpangan tingkah laku sosiopatik ?
4. Apa Deviasi/Penyimpangan dan diferensiasi tingkah laku sosiopatik ?

7
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1982), hlm.199.

4
5. Bagaimana Tingkah laku normal yang menyimpang dari norma social ?
6. Apa Macam-macam deviasi ?
7. Studi kasus tingkah laku sosiopatik ?

C. TUJUAN
1. Agar pembaca mengetahui pandangan terhadap tingkah laku sosiopatik
2. Agar pemmbaca mengetahui kriteria penyimpagan tingkah laku sosiopatik
3. Agar pembaca mengetahui Dalil mengenai penyimpangan tingkah laku
sosiopatik
4. Agar pembaca memahami Deviasi/Penyimpangan dan diferensiasi tingkah
laku sosiopatik
5. Agar pembaca mengetahui Tingkah laku normal yang menyimpang dari
norma social
6. Agar pembaca mengetahui Macam-macam deviasi dan lingkungannnya
7. Agar pembaca memahami Studi kasus tingkah laku sosiopatik

5
BAB II PEMBAHASAN

A. Berbagai Pandangan Terhadap Tingkah Laku Sosiopat


Menurut ahli biologi, timbulnya gejala patologi sosial disebabkan adanya
penyimpangan patologis atau kelas defektif dalam masyarakat. Bentuk tingkah
laku yang menyimpang secara sosial dan sangat ditolak oleh umum, seperti
homoseksualitas, ketergantungan kronis pada alkohol, dan gangguan mental
tertentu, menurut teori biologi ini, dapat terjadi melalui:
1. Peristiwa yang bersifat di dalam keturunan atau melalui kombinasi dari gen
ataupun disebabkan oleh tidak adanya gen tertentu yang semuanya
Mengakibatkan timbulnya penyimpangan tingkah laku.
2. Pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang luar biasa atau abnormal sehingga
memproduksi tingkah laku patologis.
3. Pewaris kelemahan konstitusional tertentu, yang mengakibatkan tingkah Laku
sosiopat Sebagai contoh, gejala brachydactylisme (jari-jari pendek) dan
diabetes insipidus (sejenis penyakit gula) banyak berkorelasi dengan
kejahatan serta penyakit mental, dan ini disebabkan oleh faktor-faktor genetis.
Memang, seba gian kecil dari tingkah laku sosiopat itu disebabkan oleh faktor
fisiologis dan struktural jasmaniah yang mengalami kerusakan atau
disebabkan oleh cacat bawaan.

Selanjutnya, pandangan psikologis dan psikiatri menekankan sebab-sebab


tingkah laku patologis dari aspek sosial-psikologisnya, antara lain faktor faktor
intelegensi, ciri-ciri kepribadian, motivasi-motivasi, sikap hidup yang keliru, dan
internalisasi diri yang salah. Juga konflik-konflik emosional dan kecenderungan
“psikopatologis” yang ada di balik tingkah laku menyimpang secara sosial itu.

Selain itu, para sosiolog dengan teori sosiologisnya berpendapat bahwa


penyebab tingkah laku sosiopatis itu adalah murni sosiologis atau sosio-psi
kologis. Tingkah laku sosiopat itu ditampilkan dalam bentuk penyimpangan
tingkah laku, struktur sosial yang menyimpang, kelompok deviasi, peranan sosial,
status, dan interaksi simbolis yang keliru. Jadi, mereka menekankan faktor kultural
dan sosial yang sangat memengaruhi struktur organisasi sosial. Peranan, status
individu, partisipasi sosial, serta pendefinisian diri sendiri.

6
Definisi gejala sosiopat menurut kaum sosiolog ialah tingkah laku yang berbeda
dan menyimpang dari kebiasaan serta norma umum, yang pada satu tempat dan
waktu tertentu sangat ditolak, sekalipun tingkah laku tersebut di tempat dan waktu
lain bisa diterima oleh masyarakat lain. Pada umumnya, tingkah laku yang
sosiopat itu mendapatkan reaksi dari masyarakat, berupa hukuman, penolakan,
segregasi (pemisahan atau pengasingan), dan pengucilan.

B. Kriteria Penyimpangan Tingkah Laku Sosiopat


Tingkah laku sosiopat ini mempunyai ciri-ciri khusus dan terjadi pada waktu dan
Tempat tertentu. Penyimpangan tingkah laku itu merupakan produk atau akibat
dari konflik-konflik sosial dan konflik internal atau pribadi serta ditampilkan keluar
dalam bentuk disorganisasi pribadi maupun disorganisasi sosial. Tingkah laku
sosiopat itu merupakan bentuk penyimpangan yang jelas ditolak oleh ke banyakan
anggota masyarakat. Munculah reaksi-reaksi masyarakat terhadap tingkah laku
yang menyimpang, dalam bentuk penerimaan sampai penolakan yang hebat.
Penolakan tersebut sangat bergantung pada tingkat penampakan dari
penyimpangan tingkah laku. Larangan dan pembatasan tersebut bergantung pada
status, peranan, pendefinisian diri dan penampakan yang jelas dari tingkah laku
menyimpang mereka. Artinya, makin jelas tingkah laku penyimpangan tersebut
dan semakin merugikan kepentingan umum, semakin hebatlah reaksi umum
terhadap tingkah laku yang menyimpang itu.
Selanjutnya, tingkah laku sosiopat dapat diselidiki melalui pendekatan
pendekatan berikut.
1. Pendekatan Biologis
Pendekatan biologis tentang tingkah laku sosiopat dalam biologi biasanya
terfokus pada bagian genetik. Berikut ini pendapat dari pendekatan biologis.
a. Patologi itu menurun melalui gen atau plasma pembawa sifat di dalam
keturunan, kombinasi dari gen-gen, atau tidak adanya gen-gen tersebut.
Adanya pewaris umum melalui keturunan yang menunjukkan tendensi
untuk berkembang ke arah patologis (tipe kecenderungan yang luar biasa
abnormal).
b. Pewarisan dalam bentuk konstitusi yang lemah akan berkembang ke arah
tingkah laku sosiopat. Contoh bentuk tingkah laku yang menyimpang secara
sosial yang disebabkan oleh ketiga hal tersebut dan ditolak oleh umum,

7
yaitu homoseksualitas, Kecanduan pada alkohol, gangguan mental, dan
lain-lain.

2. Pendekatan Psikologis dan Psikiatris.


Berikut ini pendapat dari pendekatan psikologis dan psikiatri :
a. Pendekatan Psikologis
Model pendekatan ini menjelaskan tingkah laku sosiopat berdasarkan teori
Intelegensi, ketika individu melanggar norma-norma sosial yang ada dikare
nakan oleh faktor-faktor intelegensi, sifat-sifat kepribadian, proses berpikir.
Motivasi, sifat hidup yang keliru, dan internalisasi yang salah.
b. Pendekatan Psikiatri
Menurut pendekatan psikiatri, konflik emosional dan kecenderungan psiko
patologi yang terjadi disebabkan oleh tingkah laku yang menyimpang.
c. Pendekatan Sosiologis
Menurut pendekatan ini, penyebab tingkah laku sosiopat adalah murni
sosiologis, yaitu tingkah laku yang berbeda dan menyimpang dari
kebiasaan suatu norma umum, yang pada suatu tempat dan waktu tertentu
sangat ditentang atau menimbulkan akibat reaksi sosial “tidak setuju”.
Reaksi dari masyarakat antara lain berupa hukuman, segregrasi
(pengucilan/pengasingan). Contohnya mania (komunitas mafia dengan
perilaku pengedar narkoba).8

C. Dalil Mengenai Perilaku Sosiopatik


Sikap sosiopatik di sini diartikan (individu/masyarakat) yang kurang peduli
terhadap masyarakat lainnya, sikap acuh tak acuh kepada orang lain, tidak punya
empati pada manusia lainnya, sangat Indifidualistik. Al-Qur’an menjelaskan
beberapka sikap yang termasuk hal ini Diantaranya:
 Suka Makan Harta Haram
QS. Al-Baqarah, Ayat: 188

‫اَلثْ ِم‬ ِ َّ‫اط ِل َوت ُ ْدلُ ْوا بِ َها ْٓ اِلَى ْال ُح َّكا ِم ِلت َأ ْ ُكلُ ْوا فَ ِر ْيقًا ِ ِّم ْن ا َ ْم َوا ِل الن‬
ِ ْ ِ‫اس ب‬ ِ َ‫َو ََل ت َأ ْ ُكلُ ْْٓوا ا َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬

‫َوا َ ْنت ُ ْم تَ ْعلَ ُم ْون‬

8
Paisol Burlian, Patologi Sosial, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara: 2016), hal 29-31

8
Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa.

Padahal kamu mengetahui, Ayat ini menunjukkan bahwa keputusan


hakim tidak boleh mengubah hakikat sesuatu,dengan kata lain, tidak dapat
mengharamkan yang halal dan tidak pula menghalalkan yang haram melainkan
dia hanya memutuskan. Ditinjau secara psikologis, pada ayat ini tersirat
bahwasanya seseorang jangan sampai mengambil harta dengan cara yang
tidak benar atau bathil karena hal itu akan merugikan diri sendiri dan juga orang
lain, Dan juga jangan sampai membawa urusan tersebut ke pengadilan dengan
cara kamu menyogok jaksa atau hakim agar kamu memenangkan perkara ini
hal itu merupakan penyimpangan kejiwaan disebabkan kamu menginginkan
hal itu, dalam psikologi dikenal id (keinginan) hal ini terjadi karena apabila id
yang berlebihan (tidak terkontrol) muncul bersamaan dengan superego yang
tidak aktif sementara dalam waktu yang sama ego yang seharusnya dominan
tidak berhasil memberikan perimbangan.

 Syirik Dalam QS. An-Nisa :48


ِ ‫ّٰللا ََل يَ ْغ ِف ُر اَ ْن يُّ ْش َركَ بِ ٖه َويَ ْغ ِف ُر َما د ُْونَ ذلِكَ ِل َم ْن يَّش َۤا ُء ۚ َو َم ْن يُّ ْش ِر ْك بِ ه‬
‫اّٰلل فَقَ ِد ا ْفت َْٓرى اِثْ ًما َع ِظ ْي ًم‬ َ ‫ا َِّن ه‬
Artinnyya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia Mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
Dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka Sungguh
ia telah berbuat dosa yang besar”.
Asbab al-Nuzul
Menurut Abu Ayub al-Ansari, ayat ini di turun kan berkenaan dengan
seorang laki-laki yang suatu ketika datang kepada Rasulullah dan berkata”
sesungguhnya aku memiliki keponakan yang tidak pernah meninggalkan
perbuatan haram Rsulullah bertanya” apa agamanya”? Dia menjawab “ Dia
shalat dan mengesakan Allah” lalu Rasulullah bersabda” durub dia
meninggalkan agamanya atau belilah agamanya Kemudian lelaki itupun
melaksanakan perintah Rasulullah, tetapi keponakannya menolak tawaran
pamannya tersebut ia kembali kepada Rasulullah dan berkata ternyata
keponakaku sangat mencintai agamanya ya Rasululah “(HR. Ibn abu Hatim
9
dan Thabrani) Penjelasan Tafsir Dengan kata lain, keutamaan sejati adalah
keutamaan yang memang dipandang mulia oleh Tuhan, bukannya apa yang
dipandang oleh orang orang sombong dan egois sebagai suatu keutamaan dan
kelebihan dari orang lain, kemudian dinisbatkan kepada Tuhan. Karena hal
yang demikian tidak lebih dari satu kebohongan. Bahkan rasa sombong yang
lahir karena merasa paling taat beragama pada jiwa orang-orang mukmin
merupakan suatu bahaya dan penyakit yang mengancam para pengikut
agama. Karena ayat ini dan ayat lain al-Quran mengangkat persoalan bahaya
kesombongan agamis dan memberi peringatan kepada orang-orang Mukmin.9

D. Deviasi atau penyimpangan dan diferensiasi


 Deviasi atau penyimpangan
Deviasi atau penyimpangan adalah interaksi individu yang perilakunya
tidak sesuai dengan kelompok. Penyimpangan bisa terjadi karena perbedaan
pemahaman antara generasi tua dan muda, Penyimpangan sosial terjadi
karena individu atau kelompok melanggar norma dan aturan.
Pengertian deviasi atau penyimpangan menurut pakar ahli menurut
Robert Mz Lawang adalah Penyimpangan adalah tindakan yang menyimpang
dari norma-norma yang berlaku.10 Dalam suatu sistem sosial, penyimpangan
menimbulkan usaha dari pihak berwenang untuk memperbaiki perilaku yang
menyimpang.
 Diferensiasi
Kata diferensiasi berasal dari bahasa Inggris, different, yang artinya
"berbeda". Perbedaan ini tidak menunjukkan tinggi rendahnya sesuatu secara
vertikal, tetapi dalam dimensi horizontal dengan tingkatan yang sama. Disini
dijelaskan Dimensi horizontal membentuk ketidaksamaan sosial, sedangkan
dimensi vertikal membentuk stratifikasi sosial.
Menurut Vembriarto, differensiasi adalah tingkah laku yang berbeda dari
tingkah laku umum (penyimpangan) bersifatindividu. Pada intinya hal-hal yang
terdapat dalam diferensiasi itu tidak terdapat tingkatan-tingkatan, namun yang

9
Abis Rohman, “Patologi Sosial Perspektif Al-Qur'an ", Jurnal Kajian Tafsir Tematik Sosiologi, 13
10
Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Pengertian Penyimpangan Sosial, Faktor Penyebab, dan Jenisnya "
, https://katadata.co.id/agung/berita/6238208e95912/pengertian-penyimpangan-sosial-faktor-penyebab-dan-jenisnya
Penulis: Dwi Latifatul Fajri
Editor: agung

10
membedakan satu individu dengan individu yang lainnya adalah sesuatu yang
biasanya telah ia bawa sejak lahir.11

E. Tingkah laku normal yang menyimpang dari norma social


 Pengertian Penyimpangan Sosial
Dalam hidup sehari-hari, terdapat aturan atau norma yang harus kita
patuhi untuk menjaga ketentraman serta kedamaian bersama. Namun,
seringkali kita juga melihat bahwa banyak orang-orang yang bertindak diluar
norma yang ada dan menyebabkan kegaduhan dan kerugian bagi pihak lain.
Fenomena ataju gejala sosial yang sering terjadi ini dianggap merupakan
suatu perilaku menyimpang atau yang kita kenal dengan penyimpangan
sosial. Dimana orang yang melanggar norma tersebut, seringkali sadar akan
perbuatannya tersebut namun tetap melakukannya karena suatu dorongan.
Berikut pembahasan mengenai penyimpangan sosial yang terjadi di
masyarakat.
Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan
penyimpangan sosial sebagai suatu tingkah laku, perbuatan, maupun
tanggapan individu kepada kelompok atau lingkungan masyarakat yang
bertentangan dengan norma dan juga hukum yang berlaku di lingkungan
tersebut. Menurut Profesor Robert M.Z.Lawang yang merupakan profesor ahli
sosiologis, perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial dapat
didefinisikan sebagai segala tindakan yang menyimpang dari norma-norma
yang ada dan berlaku pada suatu sistem sosial, hal tersebut dapat
menimbulkan usaha para pihak yang memiliki wewenang untuk mengatasi dan
memperbaiki hal tersebut.
 Penyebab penyimpangan sosial
1. Perubahan nilai dan norma sosial
Semakin berkembangnya zaman seringkali terdapat beberapa kelompok
masyarakat tidak dapat mengikuti perkembangan tersebut, sehingga nilai
atau norma yang mereka miliki menjadi berbeda dari yang lain dan sering
dikelompokkan sebagai perilaku menyimpang.
2. Proses sosialisasi yang tidak sempurna

11
Vembriarto,Mudjiran, psikologi pendidikan, 2002:9)

11
Merupakan penyimpangan yang terjadi kepada seorang individu karena
kurangnya edukasi ataupun sosialisasi mengenai norma yang baik dan
benar.
3. Teori Labelling
Merupakan teori yang menggambarkan penyimpangan yang dapat terjadi
ketika seseorang ataupun individu terlebih dahulu sudah dibentuk stigma
atau cap negatif dari orang-orang ataupun kelompok disekitarnya.
4. Teori Anomie
Merupakan teori yang menggambarkan penyimpangan yang dapat terjadi
ketika seseorang maupun kelompok tidak memiliki nilai dan norma yang
dapat dipegang dan dijadikan suatu pedoman dalam hidup di sebuah
lingkungan masyarakat sehingga memiliki kemungkinan untuk melakukan
perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial.

5. Teori Differential Association


Merupakan teori yang menggambarkan penyimpangan yang dapat terjadi
ketika seseorang atau individu dapat dipengaruhi untuk melakukan
perilaku menyimpang jika terus menerus berinteraksi dengan individu lain
yang memiliki sifat menyimpang.
 Dampak dari perilaku penyimpangan sosial
Setiap pelanggaran yang dilakukan akan menimbulkan konsekuensi,
baik hal tersebut mengubah sesuatu menjadi lebih baik maupun buruk. Begitu
pula dengan penyimpangan sosial, dengan adanya perilaku tersebut akan
menimbulkan dampak-dampak di tengah lingkungan masyarakat tersebut.
Dengan adanya perilaku menyimpang dari ebrbagai norma yang ada di
sistem sosial, akan terjadi pula perubahan di lingkungan sekitarnya. Seperti
halnya yang dibahas dalam buku Perilaku Menyimpang: Tinjauan Sosiologis
dibawah ini.
Berikut beberapa dampak yang diberikan dengan adanya perilaku
penyimpangan sosial:
1. Terciptanya suatu norma atau peraturan sehingga perilaku menyimpang
yang terjadi tidak terulang dan di ikuti kembali pada para anggota
lingkungan masyarakat yang lain.

12
2. Pelaku perilaku penyimpangan sosial dikucilkan dari lingkungan
masyarakat yang ada, karena mayoritas dari anggota lingkungan
masyarakat memandang perilaku menyimpang tersebut sebagai suatu
wabah penyakit sehingga mereka memilih untuk tidak mendekatinya.
3. Menciptakan batasan antar kelompok lingkungan yang satu dengan yang
lain karena adanya parameter sosial. Hal ini dapat kita lihat contohnya dari
beragam suku yang ada di Indonesia, dimana orang suku Jawa memiliki
ciri khas berkata lembut sedangkan orang suku Batak memiliki ciri khas
berkata tegas. Sehingga perbedaan tersebut kadang membuat kelompok
satu dengan kelompok yang lain segan akan satu sama lain.
4. Munculnya kelompok baru yang beranggotakan para penyimpang sosial
karena dikucilkan, sehingga menimbulkan rasa solidaritas dan kepedulian
akan satu sama lain yang dapat membuat masalah di lingkungan
masyarakat sekitar.
5. Dengan adanya penyimpangan sosial memiliki potensi menyebabkan
gangguan di lingkungan masyarakat tersebut jika terjadi terus menerus.
Tapi ada juga yang malah menjadi menyesuaikan dengan situasi yang
terjadi.

F. Macam-Macam Penyimpangan
Penyimpangan sosial bisa dibagi menjadi dua, yang pertama bisa dilihat dari
kadar penyimpangannya dan dilihat dari pelakunya.
a. Berdasarkan Kadar Penyimpangan
1) Penyimpangan primer
Penyimpangan primer atau dengan kata lain penyimpangan ringan.
Masyarakat dalam penyimpangan ini pada umumnya mereka tidak
menyadari jika dirinya melakukan penyimpangan. Penyimpangan primer
tidak dilakukan secara terus menerus (insidental saja) dan pada umumnya
tidak begitu merugikan orang lain, misalnya mabuk saat pesta, mencoret-
coret tembok tetangga, ataupun balapan liar di jalan. Penyimpangan jenis
ini bersifat sementara (temporer), maka orang yang melakukan
penyimpangan primer, masih dapat diterima oleh masyarakat.

13
2) Penyimpangan sekunder
Penyimpangan sekunder disebut juga penyimpangan berat. Umumnya
perilaku penyimpangan dilakukan oleh seseorang secara berulang-ulang
dan terus menerus meskipun pelakunya sudah dikenai sanksi. Bentuk
penyimpangan ini mengarah pada tindak kriminal, seperti pembunuhan,
perampokan, dan pencurian. Penyimpangan jenis ini sangat merugikan
orang lain, sehingga pelakunya dapat dikenai sanksi hukum atau pidana.
b. Berdasarkan Pelaku Penyimpangan
1) Penyimpangan individu (individual deviation)
Penyimpangan jenis ini dilakukan secara perorangan tanpa campur tangan
orang lain. Contohnya seorang pejabat yang korupsi, oknum polisi yang
melakukan pemerasan terhadap individu yang memiliki suatu kasus, suami
atau istri yang selingkuh, dan anak yang durhaka terhadap orang tua. Dilihat
dari kadarnya penyimpangan perilaku yang bersifat individual,
menyebabkan pelakunya mendapat sebutan seperti pembandel,
pembangkang, pelanggar, bahkan penjahat.
2) Penyimpangan kelompok (group deviation)
Penyimpangan jenis ini dilakukan oleh beberapa orang yang secara
bersama-sama melakukan tindakan yang menyimpang. Contohnya pesta
narkoba yang dilakukan kelompok satu geng. perkelahian massal yang
dilakukan antarkelompok suku, ataupun pemberontakan. Penyimpangan
kelompok biasanya sulit untuk dikendalikan, karena kelompok-kelompok
tersebut umumnya mempunyai nilai-nilai serta kaidah-kaidah sendiri yang
berlaku bagi semua anggota kelompoknya. Sikap fanatik yang dimiliki setiap
anggota terhadap kelompoknya menyebabkan mereka merasa tidak
melakukan perilaku yang menyimpang. Hal tersebut
menyebabkanpenyimpangan kelompok lebih berbahaya daripada
penyimpangan.
3) Penyimpangan campuran (mixture of both deviation)
Penyimpangan campuran diawali dari penyimpangan individu. Akan tetapi,
seiring dengan berjalannya waktu, ia (pelaku penyimpangan) dapat
memengaruhi orang lain, sehingga ikut melakukan tindakan menyimpang
seperti halnya dirinya. Contoh penyimpangan campuran adalah sindikat

14
narkoba, sindikat uang palsu, ataupun demonstrasi yang berkembang
menjadi amuk massa.12

G. Studi Kasus
 Studi Kasus Tingkah Laku Sosiopatik
Gambaran umum panti sosial Marsudi Putra Dharmapala (PSMPD)
Panti Sosial Marsudi Putra Dharmapala Indralaya menjadi salah satu
Panti Rehabilitasi Sosial Anak yang Berhadapan Hukum (ABH) untuk melayani
anak yang mengalami penyimpangan perilaku, terutama penyimpangan
terhadap nilai dan norma yang berlaku baik yang masuk dalam kategori Anak
Nakal (AN) maupun Anak Berhadapan Hukum (ABH).
Tujuan pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak Berhadapan Hukum (ABH)
di UPTD PSMP Dharamapala secara umum adalah Pulihnya kepribadian,
sikap mental dan kemampuan anak sehingga mampu melaksanakan fungsi
sosialnya dalam suasana tatanan dan penghidupan sosial keluarga dan
lingkungan sosialnya.
 Proses Pendampingan Anak Sosiopatik
Proses pendampingan yang dilakukan oleh pembina panti terhadap
anak sosiopatik dilakukan ketika anak tersebut masuk dan di rehabilitasi di
panti. Pada awal proses rehabilitasi MA menjelaskan semua yang telah ia
lakukan baru MA diajak untuk melaksankan tahapan-tahapan rehabilitasi
selanjutnya, yang pertama orientasi disini MA diperkenalkan dengan seluruh
hal yang ada di panti termasuk dengan kegiatan-kegiatan yang ada. Setelah
itu selama berada di panti ia belajar sesuai dengan prosedur pendampingan
yang ada di panti, meliputi bimbingan mental agama, bimbingan sosial,
bimbingan keterampilan dan bimbingan ekstrakurikuler dengan semua
pembelajaran itu lah MA diajarkan untuk tidak melakukan tindak perilaku
sosiopatik lagi. Motif MD melakukan pencabulan akibat terlalu sering
menonton video porno. Awal mula ia menonton video porno bersama teman
nya melalui handpone teman. MD mencoba untuk meniru adengan yang ada
di dalam video tersebut karena rasa ingin tahu nya itu lah dia coba
mempraktekannya dengan anak prempuan tetangga yang ada disamping
rumah nya.

12
Mafruhatul Unaifah Penyimpangan Sosial dalam Masyarakat

15
Setelah semua permasalahan anak di ceritakan dan pembina pun
mendampingi anak agar tenang baru lah proses pembelajaran dilakukan. MD
mengikuti seluruh rangkain proses pendampingan dan pembelajaran dengan
baik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam proses
pendampingan pembina selaku orang yang bertanggung jawab kepada anak
harus selalu mengawasi dan mengayomi tindak dan perilaku yang dilakukan
anak. Anak dapat mengikuti nya secara optimal, dapat membangun dan
memotivasi diri untuk berubah dan menjadi lebih baik lagi kedepan nya. 13

13
Yeri Setiawan Proses Pendampingan Anak sosiopatik Dalam Mengembangkan Kemampuan Moral dan Sosial
Emosionalnya hlm. 49-52

16
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Patologi sosial disebabkan adanya penyimpangan patologis atau kelas
defektif dalam masyarakat. Bentuk tingkah laku yang menyimpang secara
sosial dan sangat ditolak oleh umum, seperti homoseksualitas, ketergantungan
kronis pada alkohol, dan gangguan mental tertentu. Menurut teori biologi
gangguan mental adalah peristiwa yang bersifat di dalam keturunan atau
melalui kombinasi dari gen, pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang luar biasa
atau abnormal sehingga memproduksi tingkah laku patologis, pewaris
kelemahan konstitusional tertentu, yang mengakibatkan tingkah laku sosiopat.
pandangan psikologis dan psikiatri menekankan sebab-sebab tingkah laku
patologis dari aspek sosial-psikologisnya dan juga konflik-konflik emosional
dan kecenderungan “psikopatologis” yang ada di balik tingkah laku
menyimpang secara sosial itu. Para sosiolog dengan teori sosiologisnya
berpendapat bahwa penyebab tingkah laku sosiopatis itu adalah murni
sosiologis atau sosio-psi kologis. Pada umumnya, tingkah laku yang sosiopat
itu mendapatkan reaksi dari masyarakat, berupa hukuman, penolakan,
segregasi (pemisahan atau pengasingan), dan pengucilan.
Tingkah laku sosiopat mempunnyai ciri-ciri khusus dan terjadi ditempat
dan wartu tertentu. Penyimpangan tingkah laku terjadi karena konflik-konflik
sosial dan konflik internal. Tingkah laku sosiopat dapat diselidiki melalui
pendekatan pendekatan, yaitu pendekatan biologis tentang tingkah laku
sosiopat dalam biologi biasanya terfokus pada bagian genetik. Pendekatan
Psikologis ini menjelaskan ketika individu melanggar norma-norma sosial
karena faktor intelegensi, sifat-sifat pribadi. Pendekatan psikiatri, konflik
emosional yang disebabkan oleh tingkah laku yang menyimpang. Pendekatan
sosiologis, penyebab tingkah laku yang menyimpang dari norma umum dan
biasanya mendapatkan hukuman dari masyarakat berupa pengucilan atau
pengasingan. Sikap sosiopatik di sini diartikan (individu/masyarakat) yang
kurang peduli terhadap masyarakat lainnya, sikap acuh tak acuh kepada orang
lain, tidak punya empati pada manusia lainnya, sangat Indifidualistik. Al-Qur’an
menjelaskan beberapka sikap perilaku sosiopatik contohnya dalam surat Al-
Baqarah ayat 188 yang berisi tentang memakan harta haram, selain itu juga

17
ada pada surat an- nisa ayat 48 yang berisi tentang syirik atau seseorang yang
sombong karena merasa paling taat beragama dan egois.
Deviasi atau penyimpangan adalah interaksi individu yang perilakunya
tidak sesuai dengan kelompok. Penyimpangan bisa terjadi karena perbedaan
pemahaman antara generasi tua dan muda, Penyimpangan sosial terjadi
karena individu atau kelompok melanggar norma dan aturan. Kata diferensiasi
berasal dari bahasa Inggris, different, yang artinya "berbeda". Perbedaan ini
tidak menunjukkan tinggi rendahnya sesuatu secara vertikal, tetapi dalam
dimensi horizontal dengan tingkatan yang sama. Disini dijelaskan Dimensi
horizontal membentuk ketidaksamaan sosial, sedangkan dimensi vertikal
membentuk stratifikasi sosial.
Penyebab penyimpangan sosial yaitu Perubahan nilai dan norma sosial
semakin berkembangnya zaman seringkali terdapat beberapa kelompok
masyarakat tidak dapat mengikuti perkembangan sehingga nilai atau norma
yang mereka miliki menjadi berbeda dari yang lain dan sering dikelompokkan
sebagai perilaku menyimpang. Proses sosialisasi yang tidak sempurna,
penyimpangan yang terjadi kepada seorang individu karena kurangnya edukasi
ataupun sosialisasi mengenai norma yang baik dan benar. Teori Labelling, teori
yang menggambarkan penyimpangan yang terjadi ketika seseorang ataupun
individu terlebih dahulu sudah dibentuk stigma atau cap negatif dari orang-
orang ataupun kelompok disekitarnya. Teori Anomie, teori yang
menggambarkan penyimpangan yang dapat terjadi ketika seseorang maupun
kelompok tidak memiliki nilai dan norma yang dapat dipegang dan dijadikan
suatu pedoman dalam hidup di sebuah lingkungan masyarakat sehingga
memiliki kemungkinan untuk melakukan perilaku menyimpang atau
penyimpangan sosial. Teori Differential Association, teori yang
menggambarkan penyimpangan yang dapat terjadi ketika seseorang atau
individu dapat dipengaruhi untuk melakukan perilaku menyimpang jika terus
menerus berinteraksi dengan individu lain yang memiliki sifat menyimpang.
Macam-macam Penyimpangan sosial bisa dibagi menjadi dua, yaitu :
Berdasarkan Kadar Penyimpangan, Berdasarkan Pelaku Penyimpangan.
Penyimpangan berdasarka kadar penyimpangannya terdiri dari penyimpangan
perimer (penyimpangan ringan) contoh : mabuk, mencoret-coret tembok
tetangga, balap liar dan penyimpangan sekunder (penyimpangan berat)
18
contoh: mencuri, pembunuhan, perampokan, tindakan kriminal. Sedangkan
penyimpangan berdasarkan pelaku penyimpangan teridiri dibagi menjadi 3
yaitu: penyimpangan individu, contoh: seorang pejabat yang korupsi, oknum
polisi yang melakukan pemerasan terhadap individu yang memiliki suatu
kasus, suami atau istri yang selingkuh, dan anak yang durhaka terhadap orang
tua. Penyimpangan kelompok Contohnya pesta narkoba yang dilakukan
kelompok satu geng. Penyimpangan campuran Contoh penyimpangan
campuran adalah sindikat narkoba, sindikat uang palsu, ataupun demonstrasi
yang berkembang menjadi amuk massa.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abis Rohman, “Patologi Sosial Perspektif Al-Qur'an ", Jurnal Kajian Tafsir Tematik
Sosiologi, 13

Dwi latifah fajri,"Pengertian Penyimpangan Sosial, Faktor Penyebab, dan Jenisnya


https://katadata.co.id/agung/berita/6238208e95912/pengertian-penyimpangan-
sosial-faktor-penyebab-dan-jenisnya

Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), hlm. 1

Kartini Kartono, Patologi Sosial, hlm. 9

Mafruhatul, Unaifah, Penyimpangan Sosial dalam Masyarakat,

Paisol Burlian, Patologi Sosial, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara: 2016), hal 29-31

Pius A Partanto dan M. Dahlan Yacub Al Barry, Kamus Istilah Populer, (Surabaya:
Arkola, 1994), hlm. 33

Soedjono Dirjisisworo, Pathologi Sosial, (Bandung: Alumni, 1974), hlm. 10

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1982),


hlm.199.

Usman Kasmin, "Anomali Sosial: Potret Kehidupan Masyarakat Madani" dalam


http://muhammadiyahmalang.blogspot.com/2010/02/anomali-sosial-potret-
kehidupan_15.html,

Vembriarto,Mudjiran,Psikologi pendidikan 2002:9)

W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresco, 1998), hlm. 198

Yeri Setiawan Proses Pendampingan Anak sosiopatik Dalam Mengembangkan


Kemampuan Moral dan Sosial Emosionalnya hlm. 49-52

20

Anda mungkin juga menyukai