Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN PATOLOGI DAN MASALAH SOSIAL

Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Patologi Sosial

Dosen Pengampu :
Dr. Muhammad Alim Ihsan, M.Pd

Oleh :

Kelompok 1

1. Ummikalsum 204130001
2. Sukmawati 204130014
3. Nurpadila 204130019

BKI 1

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaah puji syukur kita panjatkan kehadiran Allaah subhanahu wa


ta’ala yang telah memberikan nikmat kesehatan serta kesempatan hingga kami
dapat menyusun makalah ini. Shalawat serta salam kita kirimkan kepada
Rasulullaah shallaahu ‘alaihi wa sallam.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Terima kasih kepada Bapak
dosen yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan makalah


ini. Kami sebagai penanggung jawab dari makalah ini, sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan serta penyempurnaan makalah ini. Dan kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan mereka.

Palu, 04 September 2022

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................3
C. Tujuan...............................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN
A. Patologi Dan Masalah Sosial...........................................................4
B. Macam-Macam Masalah Sosial.......................................................6
C. Solusi Dalam Mengatasi Masalah Sosial.........................................7

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................................10

Daftar Pustaka...................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang cenderung selalu ingin memenuhi
kebutuhan hidupnya telah menghasilkan teknologi yang berkembang sangat pesat
sehingga melahirkan masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai produk
dari kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, urbanisasi, dan lain-lain. Hal
ini di samping mampu memberikan berbagai alternatif kemudahan bagi kehidupan
manusia, juga dapat menimbulkan hal-hal yang berakibat negatif kepada manusia
dan kemanusiaan itu sendiri yang biasa disebut masalah sosial.
Masalah sosial yang biasa juga disebut sebagai disintegrasi sosial atau
disorganisasi sosial adalah salah satu diskursus polemik lama yang senantiasa
muncul di tengahtengah kehidupan sosial yang disebabkan dari produk kemajuan
teknologi, indus trialisasi, globalisasi, dan urbanisasi. Polemik tersebut
berkembang dan membawa dampak tersendiri sepanjang masa. Masalah sosial
yang dimaksud adalah gejalagejala yang normal dalam masyarakat, seperti norma-
norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat (stratifikasi sosial), pranata sosial,
proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan, serta realitasnya. Tentunya secara
alamiah tidak semua gejala tersebut berlangsung secara normal dan disebut
sebagai gejala abnormal atau gejala patologis.
Hal itu disebabkan komponen-komponen masyarakat yang tidak dapat
berfungsi (disfungsi) sebagaimana mestinya sehingga menimbulkan kekecewaan
yang besar bahkan penderitaan. Gejala-gejala tersebut disebut masalah sosial.
Masalah sosial ini merupakan salah satu masalah yang mengganggu keharmonisan
serta keutuhan di berbagai nilai dan kebutuhan dasar kehidupan sosial. Dalam
realitasnya, masalah sosial sekarang ini sudah merusak nilainilai moral (etik),
susila, dan luhur religius, serta beberapa aspek dasar yang terkandung di
dalamnya; juga norma-norma hukum yang hidup dan tumbuh di dalamnya, baik
hukum tertulis maupun tidak tertulis. Di samping nilai-nilai dasar kehidupan
sosial, kebutuhan dasar kehidupan sosial juga tidak luput dari gangguan masalah

1
sosial. Dari segi materiil, baik individual, kolektif, maupun negara acap kali
terpaksa harus menerima beban kerugian. Begitu juga dari segi immateriil, baik
individual, kolektif, maupun negara dengan tidak adanya rasa aman, ketenteraman
hidup, dan kedamaian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu patologi dan masalah sosial?
2. Apa saja macam-macam masalah sosial?
3. Bagaimana solusi dalam mengatasi masalah sosial?
C. Tujuan
1. Untuk memahami patologi dan masalah sosial
2. Untuk mengetahui serta memahami berbagai macam masalah sosial
3. Untuk memahami serta dapat menerapkan solusi untuk menyelesaikan
masalah sosial

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Patologi Dan Masalah Sosial


Patologi berasal dari kata  pathos, yaitu penderitaan atau penyakit1,
sedangkan logos berarti ilmu. Jadi, patologi berarti ilmu tentang penyakit.
Sementara itu, sosial adalah tempat atau wadah pergaulan hidup antarmanusia
yang perwujudannya berupa kelompok manusia atau organisasi, yakni individu
atau manusia yang berinteraksi atau berhubungan secara timbal balik, bukan
manusia dalam arti fisik. Oleh karena itu, pengertian patologi sosial adalah ilmu
tentang gejala-gejala sosial yang dianggap “sakit”, disebabkan oleh faktor sosial
atau ilmu tentang asal usul dan sifat-sifatnya, penyakit yang berhubungan dengan
hakikat adanya manusia dalam hidup masyarakat. Hal ini senada dengan apa yang
dikemukakan oleh Kartini Kartono bahwa patologi sosial adalah semua tingkah
laku yang bertentangan dengan  norma kebaikan, stabilitas lokal, pola
kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas keluarga, hidup rukun bertetangga,
disiplin, kebaikan, dan hukum formal2.
Semakin meningkatnya gejala patologi sosial di suatu masyarakat, kondisi
masyarakat akan semakin  tidak stabil. Berbagai macam permasalahan sosial yang
kita baca di media cetak  dan disaksikan di media elektronik seakan-akan
mengancam ketenteraman kita bersama.
Menurut Vebrianto, patologi sosial mempunyai dua arti. Pertama, patologi
sosial berarti suatu penyelidikan disiplin ilmu pengetahuan tentang disorganisasi
sosial dan social maladjustment, yang di dalamnya membahas tentang arti,
eksistensi, sebab, hasil, maupun tindakan perbaikan (treatment) terhadap faktor-
faktor yang mengganggu atau mengurangi penyesuaian sosial (social adjustment).
Kedua,  patologi sosial berarti keadaan sosial yang sakit atau abnormal pada suatu
masyarakat.3

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2002, hlm. 837
2
Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 1992, hlm. 1.
3
St. Vebrianto, Patologi Sosial, Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Pratama, 1984, hlm. 1.

3
Indonesia sedang mengalami perubahan sosial yang sangat cepat akibat
pertemuan dua kebudayaan masyarakat dunia. Hal ini memungkinkan karena
perkembangan teknologi yang begitu cepat. Hakikat perubahan dari percepatan itu
mempunyai konsekuensi-konsekuensi pribadi, psikologis, serta sosial. Hakikat
perubahan adalah faktor kekuatan yang dapat menjadi integrasi dan disorganisasi.
Pertentangan dua kekuatan ini perlu dicermati.
Menurut Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa fakir miskin dan anak-
anak terlantar dipelihara oleh negara. Akan tetapi, bentuk pelaksanaan dan
penerapan undang-undang ini tidak begitu jelas adanya sehingga orangorang yang
dijelaskan dalam kalimat Pembukaan UUD 1945 ini masih banyak terlihat dengan
kehidupan yang sangat menyedihkan.
Adapun istilah atau konsep lain untuk patologi sosial adalah masalah sosial,
disorganisasi sosial/social disorganization/disintegrasi sosial, social
maladjustment, sociopathic, abnormal, atau sociatry/sosiatri. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa patologi adalah semua tingkah laku sosial (masyarakat) yang
bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral,
hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan,
dan hukum formal.4
Berbagai bentuk patologi sosial yang diungkapkan oleh para pakar ilmu
sosial, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan masalah yang sering
terjadi di negeri ini. Patologi sosial belakangan ini bukan saja dilakukan oleh
masyarakat miskin, namun para pejabat juga telah membuat penyakit kepada
masyarakat, seperti melakukan KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), yang
sangat merugikan masyarakat dan negara.
Yang memutuskan bahwa sesuatu itu merupakan masalah sosial atau bukan
adalah masyarakat yang kemudian disosialisasikan melalui suatu entitas. Tingkat
keparahan sosial yang terjadi dapat diukur dengan membandingkan antara sesuatu
yang ideal dan realitas yang terjadi. Contohnya adalah masalah kemiskinan yang
dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya

4
Kesimpulan ini dapat dilihat juga dalam buku Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid I, Edisi
Baru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, hlm. 1.

4
tingkat kekurangan suatu materi pada sejumlah atau segolongan orang
dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang berlaku di masyarakat yang
bersangkutan.
B. Macam-Macam Masalah Sosial
Masalah sosial dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut :
1. Konflik dan kesenjangan, seperti kemiskinan, kesenjangan, konflik
antarkelompok, pelecehan seksual, dan masalah sosial.
2. Perilaku menyimpang, seperti kecanduan obat terlarang, gangguan
mental, kejahatan, kenakalan remaja, dan kekerasan pergaulan.
3. Perkembangan manusia, seperti masalah keluarga, usia lanjut,
kependudukan (seperti urbanisasi), dan kesehatan seksual.

Salah satu penyebab utama timbulnya masalah sosial adalah pemenuhan


akan kebutuhan hidup. Maksudnya adalah bahwa jika seseorang gagal memenuhi
kebutuhan hidupnya, ia akan cenderung melakukan tindakan kejahatan dan
kekerasan seperti mencuri, berjudi, dan lain sebagainya.

Pada dasarnya permasalahan penyakit masyarakat dipengaruhi oleh


beberapa faktor berikut :

1. Faktor Keluarga
Faktor keluarga di sini meliputi bagaimana orang tua dalam mendidik
seorang anak, perhatian orang tua terhadap anak, interaksi orang tua
dengan anak, keadaan ekonomi keluarga, serta kepedulian orang tua
terhadap anak. Di sini, orang tua sangat berperan penting dalam
mendidik seorang anak untuk menjadikan anak tumbuh dengan baik dan
tidak terjerumus ke dalam penyakit-penyakit masyarakat. Oleh karena
itu, sangat dianjurkan kepada semua orang tua untuk mendidik anak-
anaknya dengan baik dan memberikan perhatian yang penuh terhadap
anak.

5
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor kedua yang berpengaruh terhadap
munculnya penyakit-penyakit masyarakat. Misalnya, seseorang yang
berada di lingkungan yang tidak baik, seperti lingkungan pemabuk,
pemain judi, dan senang berkelahi, cepat atau lambat akan mudah
terjerumus ke dalam kumpulan orang-orang tidak baik itu. Norma
(aturan) yang tidak ditegakkan di dalam masyarakat juga ikut
menyumbang munculnya penyakit-penyakit sosial.
3. Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan modal utama yang sangat diperlukan bagi
seseorang untuk menjalankan hidupnya dengan baik, baik itu pendidikan
formal (pendidikan di sekolah) maupun nonformal (pendidikan dalam
keluarga, lingkungan masyarakat dan pergaulan). Dengan pendidikan,
seseorang akan mengetahui mana yang baik dan buruk, mengetahui
mana yang harus dilakukan dan yang tidak seharusnya dilakukan
sehingga tidak akan terjerumus ke dalam permasalahan penyakit-
penyakit masyarakat.
Kenakalan remaja, seperti perkelahian, pencurian, dan lainnya yang ada
di daerah biasanya dilakukan oleh anak-anak yang kurang mendapat
perhatian dari orang tua, terpengaruh oleh lingkungan yang buruk dan
kurangnya pendidikan yang mereka miliki. Anak-anak yang tidak
melanjutkan sekolah (hanya lulus SD atau SMP), tidak bekerja, dan
ditinggal oleh orang tua juga rentan terjerumus ke dalam penyakit-
penyakit masyarakat.
C. Solusi Menghadapi Masalah Sosial
Kita tentunya menginginkan suatu kehidupan yang harmonis, selaras, dan
sesuai dengan tatanan sosial yang berlaku. Akan tetapi, di kehidupan masyarakat
yang majemuk seperti sekarang ini, hal tersebut sangatlah sulit dijumpai. Bahkan
dapat dikatakan bahwa kondisi masyarakat yang harmonis dan selaras tersebut
hanyalah sebatas angan-angan belaka karena tindakan penyimpangan sosial pasti
selalu ada, meskipun bentuk penyimpangan yang terjadi tersebut sangat kecil atau

6
ringan. Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat orang
yang tidak tertib dalam berlalu lintas, berbagai tindak kejahatan, dan lain
sebagainya. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah perilaku
penyimpangan sosial dalam masyarakat. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan
dari berbagai lingkungan, seperti :
1. Lingkungan Keluarga
Upaya pencegahan perilaku penyimpangan sosial di lingkungan
keluarga memerlukan dukungan dari semua anggota keluarga, baik
keluarga inti maupun keluarga luas. Di dalam hal ini, masing-masing
anggota keluarga harus mampu mengembangkan sikap kepedulian,
kompak, serta saling memahami peran dan kedudukannya masing-
masing di keluarga, orang tua dapat melakukan beberapa hal, seperti:
a. Menciptakan suasana harmonis, perhatian, dan penuh rasa
kekeluargaan
b. Menanamkan nilai-nilai budi pekerti, kedisiplinan, serta ketaatan
beribadah
c. Mengembangkan komunikasi dan hubungan yang akrab dengan anak
d. Selalu meluangkan waktu untuk mendengar dan menghargai
pendapat anak, sekaligus mampu memberikan bimbingan atau solusi
jika anak mendapat kesulitan
e. Memberikan punishment and reward, artinya bersedia memberikan
teguran atau bahkan hukuman jika anak bersalah dan bersedia
memberikan pujian atau bahkan hadiah jika anak berbuat baik atau
memperoleh prestasi
f. Memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai tingkat umur serta
pendidikannya.
2. Lingkungan Sekolah
Kedudukan pendidik di lingkungan sekolah memegang peran utama
dalam mengarahkan anak untuk tidak melakukan berbagai
penyimpangan sosial. Berbagai hal yang dapat dilakukan guru selaku

7
pendidik dalam upaya mencegah perilaku penyimpangan sosial anak
didiknya, antara lain:
a. Mengembangkan hubungan yang erat dengan setiap anak didiknya
agar dapat tercipta komunikasi timbal balik yang seimbang
b. Menanamkan nilai-nilai disiplin, budi pekerti, moral, dan spiritual
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
c. Selalu mengembangkan sikap keterbukaan, jujur, dan saling percaya
d. Memberi kebebasan dan mendukung siswa untuk mengembangkan
potensi diri, sejauh potensi tersebut bersifat positif
e. Bersedia mendengar keluhan siswa serta mampu bertindak sebagai
konseling untuk membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan,
baik yang dihadapinya di sekolah atau yang dihadapinya di rumah.
3. Lingkungan Masyarakat
Adapun hal-hal yang dapat dikembangkan dalam masyarakat agar upaya
pencegahan perilaku penyimpangan sosial dapat tercapai, antara lain
sebagai berikut :
a. Sikap ini akan mampu meningkatkan rasa kepedulian, gotong
royong, dan kekompakan antarsesama warga masyarakat. Jika dalam
suatu masyarakat tercipta kekompakan, perilaku penyimpangan
dapat diminimalisasi.
b. Membudayakan perilaku disiplin bagi warga masyarakat, misalnya
disiplin dalam menghormati keputusan-keputusan bersama, seperti
tamu bermalam harap lapor RT, penetapan jam belajar anak,
menjaga kebersihan lingkungan, dan sebagainya.
c. Mengembangkan berbagai kegiatan warga yang bersifat positif,
seperti perkumpulan PKK, karang taruna, pengajian, atau berbagai
kegiatan lain yang mengarah kepada peningkatan kemampuan
masyarakat yang lebih maju dan dinamis. Jika beberapa upaya
tersebut dapat diterapkan dalam suatu lingkungan masyarakat,
kelompok pelaku penyimpangan sosial akan merasa risih dan jengah

8
sehingga mereka akan malu jika melakukan tindakan penyimpangan
sosial di lingkungan tempat tinggalnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Patologi sosial adalah ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap
“sakit”, disebabkan oleh faktor sosial atau ilmu tentang asal usul dan
sifat-sifatnya, penyakit yang berhubungan dengan hakikat adanya
manusia dalam hidup masyarakat.
2. Patologi adalah semua tingkah laku sosial (masyarakat) yang
bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola
kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun
bertetangga, disiplin, kebaikan, dan hukum formal.
3. Adapun istilah atau konsep lain untuk patologi sosial adalah masalah
sosial, disorganisasi sosial/social disorganization/disintegrasi sosial,
social maladjustment, sociopathic, abnormal, atau sociatry/sosiatri.
4. Macam-macam masalah sosial yaitu :
a. Konflik dan kesenjangan, seperti kemiskinan, kesenjangan, konflik
antarkelompok, pelecehan seksual, dan masalah sosial.
b. Perilaku menyimpang, seperti kecanduan obat terlarang, gangguan
mental, kejahatan, kenakalan remaja, dan kekerasan pergaulan.
c. Perkembangan manusia, seperti masalah keluarga, usia lanjut,
kependudukan (seperti urbanisasi), dan kesehatan seksual.
5. Pada dasarnya permasalahan penyakit masyarakat dipengaruhi oleh
keluarga, lingkungan, dan pendidikan.
6. Adapun upaya yang dapat kita terapkan dalam mengatasi masalah sosial
yakni tergantung pada lingkungannya, yaitu :
a. Lingkungan keluarga:
 Menciptakan suasana harmonis, perhatian, dan penuh rasa
kekeluargaan

9
 Menanamkan nilai-nilai budi pekerti, kedisiplinan, serta ketaatan
beribadah
 Mengembangkan komunikasi dan hubungan yang akrab dengan
anak
 Selalu meluangkan waktu untuk mendengar dan menghargai
pendapat anak, sekaligus mampu memberikan bimbingan atau
solusi jika anak mendapat kesulitan
 Memberikan punishment and reward, artinya bersedia
memberikan teguran atau bahkan hukuman jika anak bersalah dan
bersedia memberikan pujian atau bahkan hadiah jika anak berbuat
baik atau memperoleh prestasi
 Memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai tingkat umur
serta pendidikannya.
b. Lingkungan sekolah :
 Mengembangkan hubungan yang erat dengan setiap anak
didiknya agar dapat tercipta komunikasi timbal balik yang
seimbang
 Menanamkan nilai-nilai disiplin, budi pekerti, moral, dan spiritual
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
 Selalu mengembangkan sikap keterbukaan, jujur, dan saling
percaya
 Memberi kebebasan dan mendukung siswa untuk
mengembangkan potensi diri, sejauh potensi tersebut bersifat
positif
 Bersedia mendengar keluhan siswa serta mampu bertindak
sebagai konseling untuk membantu siswa mengatasi berbagai
permasalahan, baik yang dihadapinya di sekolah atau yang
dihadapinya di rumah.
c. Lingkungan masyarakat :
 Mengembangkan kerukunan antarwarga masyarakat.

10
 Membudayakan perilaku disiplin bagi warga masyarakat.
 Mengembangkan berbagai kegiatan warga yang bersifat positif.

11
Daftar Pustaka

Burlian, Paisol. 2016. Patologi Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.


Lily A. 2018. Asal Usul Penciptaan Manusia (Studi Komparatif Tafsir Rûẖ al-
Bayân Dan Tafsir Mafâtiẖ al-Ghaib). Skripsi. Fakultas Ushuluddin Dan
Dakwah. Institut Ilmu Al-Qur’an:Jakarta.
Rizantama A.N. 2018. Asal Usul Manusia Menurut Teori Evolusi Charles Darwin
Perspektif Pendidikan Islam (Studi Buku Teks Mata Pelajaran Sejarah
Madrasah Tsanawiyah). Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan. UIN
Raden Intan:Lampung.
Saepudin,Iyep. 2022. “Asal Usul Manusia Diciptakan, Antara Teori Darwin Dan
Nabi Adam AS”. https://inisumedang.com/asal-usul-manusia-diciptakan-
antara-teori-darwin-dan-nabi-adam-as/#:~:text=Asal%20Usul%20Manusia
%20Diciptakan%2C%20Antara%20Teori%20Darwin%20dan%20Nabi
%20Adam%20AS,-Iyep%20Saepudin&text=INISUMEDANG.COM
%20%E2%80%93%20Charles%20Darwin%20menganggap,On%20the
%20Origin%20of%20Species%E2%80%9D, diakses pada tanggal 07
September 2022 pukul 07.56.
Yusuf, Adie Erar. 2020. “Kedudukan Manusia Sebagai Makhluk Sosial”.
https://binus.ac.id/character-building/2020/12/kedudukan-manusia-sebagai-
makhluk-sosial/#:~:text=Manusia%20sebagai%20makhluk%20sosial
%20artinya,sendiri%20atau%20mencukupi%20kebutuhan%20sendiri,
diakses pada 07 September 2022 pukul 08.09.

iii

Anda mungkin juga menyukai