Anda di halaman 1dari 14

KONSEP PATOLOGI SOSIAL

DISUSUN OLEH:
NURAINI PANJAITAN (0309181008)
POPPY PUTRI (0309181012)
ELMA SIREGAR (0309182053)
MARWAH ISMI NASUTION (0309181014)
YASMIN FAHIRA AGUSTINA (0309182100)
HENDRA SAPUTRA (0309181034)
MUHAMMAD RIZKI ANANDA (0309182106)
MUHAMMAD AMIN SIREGAR (0309182042)

DOSEN PENGAMPU: YUMMI JUMIATI MARSA, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A. 2020/ 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Patologi Sosial” guna
untuk memenuhi tugas mata kuliah Patologi Sosial untuk mahasiswa agar lebih mudah
memahami materi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan dengan semaksimal
mungkin.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan,
baik dalam penyusunan maupun dalam segi bahasa. Penulis berharap agar mendapat kritik
dan saran yang dapat membuat penulis lebih baik lagi kedepannya. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.

Medan, 21 April 2021


Penulis,

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Patologi Sosial..................................................................................... 3
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Patologi Sosial.............................................. 6

BAB III PENUTUP...................................................................................................... 10


3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 10
3.2 Saran....................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penyakit sosial atau penyakit masyarakat merupakan segala bentuk tingkah laku yang
di anggap tidak sesuai dan melanggar norma-norma umum, adat istiadat, hukum serta
Agama. Disebut sebagai penyakit karena gejala sosialnya yang terjadi di tengah masyarakat
terus meletus dan semakin hari semakin menjadi-jadi. Dapat pula disebut sebagai struktur
sosial yang terganggu fungsinya, disebabkan oleh faktor-faktor sosial.
Masalah sosial yang biasa juga disebut sebagai disintegrasi sosial atau disorganisasi
sosial adalah salah satu diskursus polemik lama yang senantiasa muncul di tengahtengah
kehidupan sosial yang disebabkan dari produk kemajuan teknologi, industrialisasi,
globalisasi, dan urbanisasi. Polemik tersebut berkembang dan membawa dampak tersendiri
sepanjang masa. Masalah sosial yang dimaksud adalah gejalagejala yang normal dalam
masyarakat, seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat (stratifikasi sosial),
pranata sosial, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan, serta realitasnya. Tentunya
secara alamiah tidak semua gejala tersebut berlangsung secara normal dan disebut sebagai
gejala abnormal atau gejala patologis. Hal itu disebabkan komponen-komponen masyarakat
yang tidak dapat berfungsi (disfungsi) sebagaimana mestinya sehingga menimbulkan
kekecewaan yang besar bahkan penderitaan. Gejala-gejala tersebut disebut masalah sosial.
Masalah sosial ini merupakan salah satu masalah yang mengganggu keharmonisan
serta keutuhan di berbagai nilai dan kebutuhan dasar kehidupan sosial. Dalam realitasnya,
masalah sosial sekarang ini sudah merusak nilainilai moral (etik), susila, dan luhur religius,
serta beberapa aspek dasar yang terkandung di dalamnya; juga norma-norma hukum yang
hidup dan tumbuh di dalamnya, baik hukum tertulis maupun tidak tertulis. Di samping nilai-
nilai dasar kehidupan sosial, kebutuhan dasar kehidupan sosial juga tidak luput dari gangguan
masalah sosial. Dari segi materiil, baik individual, kolektif, maupun negara acap kali terpaksa
harus menerima beban kerugian. Begitu juga dari segi immateriil, baik individual, kolektif,
maupun negara dengan tidak adanya rasa aman, ketenteraman hidup, dan kedamaian.
Salah satu pemicu masalah sosial seperti yang telah dipaparkan sebelumnya adalah
perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat.
Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat dapat menimbulkan ketidaksesuaian

1
antara unsur-unsur sosial yang ada di dalam masyarakat sehingga menghasilkan suatu pola
kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian patologi sosial?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi patologi sosial?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian patologi sosial.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi patologi sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Patologi Sosial
1. Secara Bahasa
Secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata Phatos yang berarti
penderitaan atau penyakit, dan Logos yang berarti ilmu. Patologi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan dengan ilmu tentang Penyakit.1Jadi, patologi berarti ilmu tentang
penyakit. Sementara itu, sosial adalah tempat atau wadah pergaulan hidup antarmanusia yang
perwujudannya berupa kelompok manusia atau organisasi, yakni individu atau manusia yang
berinteraksi atau berhubungan secara timbal balik, bukan manusia dalam arti fisik. Oleh
karena itu, pengertian patologi sosial adalah ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap
“sakit”, disebabkan oleh faktor sosial atau ilmu tentang asal usul dan sifat-sifatnya, penyakit
yang berhubungan dengan hakikat adanya manusia dalam hidup masyarakat. Hal ini senada
dengan apa yang dikemukakan oleh Kartini Kartono bahwa patologi sosial adalah semua
tingkah laku yang bertentangan dengan  norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan,
moral, hak milik, solidaritas keluarga, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan, dan
hukum formal.2
2. Secara Istilah
Secara Istilah Menurut istilah patologi merupakan cabang bidang kedokteran yang
berkaitan dengan ciri-ciri dan perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau
keadaan bagian tubuh. Bidang patologi terdiri atas patologi anatomi dan patologi klinik. 3
Sedangkan kata sosial adalah berkenaan dengan masyarakat, istilah sosial sering dikaitkan
dengan dengan hal-hal yang berhubungan manusia dan masyarakat, seperti kehidupan kaum
miskin di kota, kehidupan kaum berada, kehidupan nelayan dan seterusnya. Sedangkan ilmu
sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antar individu dengan individu,
individu dengan kelompok, individu dengan masyarakat serta kelompok dengan kelompok
lainya. Jadi, patologi sosial adalah sebagai ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap
sakit yang disebabkan oleh faktor-faktor sosial yang dapat membuat kondisi sosial
mengalami instabil.
3. Patologi Sosial Menurut Para Ahli
Menurut Kartini Kartono Patologi sosial adalah semua tingkah laku yang
bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik,
solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplinkebaikan dan hukum formal.
Sedangkan menurut Sigmund Freud (1856-1939), Patologi sosial adalah perilaku
menyimpang yang ditandai adanya pola-pola kepribadian yang inadekuat disertai dengan
pengalaman-pengalaman atau konflik-konflik ketidaksadaran antata komponen-komponen
kepribadian ide, ego dan super ego. Dollard juga berpendapat bahwa Patologi sosial adalah

1
Departemen Pendidikan, Pusat Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2008), hlm.
1031
2
Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 1992, hlm. 1.
3
https:/id.wikipedia.org/wiki/Patologi, diakses Bima, 20 September 2018, Pukul: 10:23 AM Wita.

3
penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh adanya agresif sebagai akibat rasa frustasi yang
muncul karena ketidakpuasan dalam diri sendiri.4
Di era globalisasi dan informasi ini, perubahan masyarakat lebih cepat jika
dibandingkan dengan pemecahan permasalahan masyarakat. Manusia sekarang ini tengah
disibukkan dengan kebutuhan untuk semakin bersaing kompetitif dalam aneka ragam
tantangan, bahkan sampai berkorban jiwa dan raga. Perkembangan ilmu pengetahuan juga
melahirkan berbagai macam penemuan dan pembaruan di bidang teknologi dan informasi
yang nantinya akan mengajak manusia berubah untuk mengikuti kepentingan diri sendiri.
Dalam ilmu sosial, perubahan yang terjadi dalam masyarakat inilah yang disebut
dengan perubahan sosial. Perubahan sosial dapat berupa perubahan sosial ke arah positif dan
negatif. Kedua bentuk perubahan ini sangat rentan terjadi di masyarakat. Perubahan sosial
yang cenderung ke positif adalah suatu hal yang harus dimiliki oleh setiap masyarakat,
namun perubahan sosial yang mengarah ke negatif seperti penyakit masyarakat adalah suatu
masalah yang harus dihindari. Dalam hal ini, Simuh mengatakan bahwa perubahan sosial
yang bersifat negatif ini timbul dari kenyataan akan adanya unsur-unsur yang saling
bertentangan di dalam kehidupan bermasyarakat.5
Semakin meningkatnya gejala patologi sosial di suatu masyarakat, kondisi masyarakat
akan semakin  tidak stabil. Berbagai macam permasalahan sosial yang kita baca di media
cetak  dan disaksikan di media elektronik seakan-akan mengancam ketenteraman kita
bersama.
Hassan Shadily mengatakan bahwa gangguan masyarakat ini merupakan kejahatan.
Kenakalan remaja, kemiskinan, dan lain sebagainya merupakan hal yang harus dicarikan
solusinya.6Gillin dan Gillin sebagaimana yang diungkapkan oleh Salmadanis, memberikan
batasan tentang patologi sosial, yaitu pertama, patologi sosial adalah salah satu kajian tentang
disorganisasi sosial atau maladjustment yang dibahas dalam arti luas, sebab, hasil, dan usaha
perbaikan atau faktor-faktor yang dapat mengganggu atau mengurangi penyesuaian sosial,
seperti kemiskinan, pengangguran, lanjut usia, penyakit rakyat, lemah ingatan atau pikiran,
kegilaan, kejahatan, perceraian, pelacuran, ketegangan-ketegangan dalam keluarga, dan lain
sebagainya. Kedua, patologi sosial berarti penyakitpenyakit masyarakat atau keadaan
abnormal pada suatu masyarakat.7
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit di dalam masyarakat. Hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa gangguan mental cukup besar
kontribusinya terhadap waktu produktif dan ekonomi. 8 Menurut Vebrianto, patologi sosial
mempunyai dua arti. Pertama, patologi sosial berarti suatu penyelidikan disiplin ilmu
pengetahuan tentang disorganisasi sosial dan social maladjustment, yang di dalamnya
membahas tentang arti, eksistensi, sebab, hasil, maupun tindakan perbaikan (treatment)
terhadap faktor-faktor yang mengganggu atau mengurangi penyesuaian sosial (social

4
Psikologisosiyal.blogspot.com/2016/08/pengertian-patologi-sosialmenurut para. html, diakses Bima, 20
September 2018 Pukul: 10:53 AM Wita.
5
Simuh, Islam dan Hegemoni Sosial: Islam Tradisional dan Perubahan Sosial, Jakarta: Direktorat Perguruan
Tinggi Agama Islam, Depag RI, 2002, hlm. 6
6
Hassan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: PT Bina Aksara, 1984, hlm. 363
7
Salmadanis, Patologi Sosial dalam Perspektif Dakwah Islam Studi Kasus di KODI DKI, tt, hlm. 17
8
Ascobat Gani, http: www.kompas.co.id.

4
adjustment). Kedua,  patologi sosial berarti keadaan sosial yang sakit atau abnormal pada
suatu masyarakat.9
Indonesia sedang mengalami perubahan sosial yang sangat cepat akibat pertemuan
dua kebudayaan masyarakat dunia. Hal ini memungkinkan karena perkembangan teknologi
yang begitu cepat. Hakikat perubahan dari percepatan itu mempunyai konsekuensi-
konsekuensi pribadi, psikologis, serta sosial. Hakikat perubahan adalah faktor kekuatan yang
dapat menjadi integrasi dan disorganisasi. Pertentangan dua kekuatan ini perlu dicermati.
Menurut Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh negara. Akan tetapi, bentuk pelaksanaan dan penerapan undang-
undang ini tidak begitu jelas adanya sehingga orangorang yang dijelaskan dalam kalimat
Pembukaan UUD 1945 ini masih banyak terlihat dengan kehidupan yang sangat
menyedihkan.
Adapun istilah atau konsep lain untuk patologi sosial adalah masalah sosial,
disorganisasi sosial/social disorganization/disintegrasi sosial, social maladjustment,
sociopathic, abnormal, atau sociatry/sosiatri. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
patologi adalah semua tingkah laku sosial (masyarakat) yang bertentangan dengan norma
kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan,
hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan, dan hukum formal.10
Berbagai bentuk patologi sosial yang diungkapkan oleh para pakar ilmu sosial, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan masalah yang sering terjadi di negeri ini.
Patologi sosial belakangan ini bukan saja dilakukan oleh masyarakat miskin, namun para
pejabat juga telah membuat penyakit kepada masyarakat, seperti melakukan KKN (korupsi,
kolusi, dan nepotisme), yang sangat merugikan masyarakat dan negara. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ikut serta mengancam jiwa masyarakat, yang nantinya
menimbulkan berbagai macam masalah negatif yang meresahkan masyarakat.
Perkembangan teknologi membuat semakin mudahnya akses ke berbagai sumber
informasi, termasuk informasi yang terkait dengan pornografi. Pornografi ini dapat mengarah
ke terjadinya perzinaan, pemerkosaan, prostitusi, pelecehan seksual terhadap anak kecil, dan
lainlain. Dengan demikian, masalah ini harus dicegah sedini mungkin agar tidak menjalar
kepada masyarakat lainnya.
A. Kajian Teori
Untuk mengawali kajian teori ini, berikut akan dijelaskan secara singkat beberapa
pendapat ahli tentang masalah patologi sosial dan masalah sosial.
a. Patologi sosial adalah suatu gejala ketika tidak ada persesuaian antara berbagai unsur
dari suatu keseluruhan sehingga dapat membahayakan kehidupan kelompok atau
merintangi pemuasan keinginan fundamental dari anggotaanggotanya. Akibatnya,
pengikatan sosial patah sama sekali.11
b. Blackmar dan Billin (1923) menyatakan bahwa patologi sosial merupakan kegagalan
individu dalam menyesuaikan diri terhadap kehidupan sosial dan ketidakmampuan
struktur dan institusi sosial melakukan sesuatu bagi perkembangan kepribadian.

9
St. Vebrianto, Patologi Sosial, Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Pratama, 1984, hlm. 1.
10
Kesimpulan ini dapat dilihat juga dalam buku Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid I, Edisi Baru, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2001, hlm. 1.
11
Http://umum.kompasiana.com/2009/07/06/masalah-masalah-sosial/.

5
c. Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kelompok sosial.12
d. Blumer (1971) dan  Thompson (1988), menyatakan bahwa masalah sosial adalah
suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas berpengaruh yang
mengancam nilai-nilai suatu masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi
melalui kegiatan bersama.
Jadi, yang memutuskan bahwa sesuatu itu merupakan masalah sosial atau bukan
adalah masyarakat yang kemudian disosialisasikan melalui suatu entitas. Tingkat keparahan
sosial yang terjadi dapat diukur dengan membandingkan antara sesuatu yang ideal dan
realitas yang terjadi. Contohnya adalah masalah kemiskinan yang dapat didefinisikan sebagai
suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya tingkat kekurangan suatu materi pada
sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang berlaku
di masyarakat yang bersangkutan.
Selanjutnya, masalah sosial dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut.
a. Konflik dan kesenjangan, seperti kemiskinan, kesenjangan, konflik antarkelompok,
pelecehan seksual, dan masalah sosial.
b. Perilaku menyimpang, seperti kecanduan obat terlarang, gangguan mental, kejahatan,
kenakalan remaja, dan kekerasan pergaulan.
c. Perkembangan manusia, seperti masalah keluarga, usia lanjut, kependudukan (seperti
urbanisasi), dan kesehatan seksual.
Salah satu penyebab utama timbulnya masalah sosial adalah pemenuhan akan
kebutuhan hidup. Maksudnya adalah bahwa jika seseorang gagal memenuhi kebutuhan
hidupnya, ia akan cenderung melakukan tindakan kejahatan dan kekerasan seperti mencuri,
berjudi, dan lain sebagainya.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Patologi Sosial
Berbagai macam pendapat dari para ahli tentang masalah-masalah sosial, pada intinya
mengacu pada penyimpangan dari berbagai bentuk tingkah laku yang dianggap sebagai
sesuatu yang tidak normal dalam masyarakat. Dari berbagai pendapat para ahli, dapat
disimpulkan bahwa patologi sosial adalah semua tingkah laku yang bertentangan dengan
norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas
kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan, dan hukum formal.
Sementara itu, masalah sosial ialah penyakit masyarakat yang diartikan sebagai semua
tingkah laku yang melanggar norma-norma dalam masyarakat dan dianggap mengganggu,
merugikan, serta tidak dikehendaki oleh masyarakat. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa
masalah sosial adalah:
a. semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memerkosa adat-istiadat masyarakat
(dan adat-istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama);
b. situasi yang dianggap oleh sebagian besar dari warga masyarakat sebagai
mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya, dan merugikan orang banyak.
Apabila dicermati dari simpulan di atas, adat-istiadat dan kebudayaan itu mempunyai
nilai pengontrol dan nilai sanksional terhadap tingkah laku anggota masyarakatnya. Oleh

12
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm. 312.

6
karena itu, tingkah laku yang dianggap tidak cocok, melanggar norma dan adat-istiadat, atau
tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum dianggap sebagai masalah sosial.
Pada dasarnya permasalahan penyakit masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut.
a. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan cermin utama bagi seorang anak. Faktor keluarga di sini
meliputi bagaimana orang tua dalam mendidik seorang anak, perhatian orang tua terhadap
anak, interaksi orang tua dengan anak, keadaan ekonomi keluarga, serta kepedulian orang tua
terhadap anak. Di sini, orang tua sangat berperan penting dalam mendidik seorang anak untuk
menjadikan anak tumbuh dengan baik dan tidak terjerumus ke dalam penyakit-penyakit
masyarakat. Keluarga merupakan tempat dimana anak atau orang pertam kali melakukan
interaksi dengan orang lain. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam
pembentukkan watak (perangai) seseorang. Oleh karena itulah keadaan keluarga sangat
mempengaruhi perilaku orang yang menjadi anggota keluarga tersebut. Dalam keluarga yang
broken home biasanya hubungan antar angota keluarga menjadi tidak harmonis. Keadaan
keluarga tidak memberikan ketentraman dan kebahagiaan pada anggota keluarga. Akibatnya
setiap anggota keluarga cenderung berperilaku semaunya, dan mencari kebahagiaan di luar
keluarga. Sehingga normanorma sudah tidak lagi menjadi pijakkan dalam setiap
perbuatannya. Oleh karena itu, sangat dianjurkan kepada semua orang tua untuk mendidik
anak-anaknya dengan baik dan memberikan perhatian yang penuh terhadap anak.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor kedua yang berpengaruh terhadap munculnya
penyakit-penyakit masyarakat. Misalnya, seseorang yang berada di lingkungan yang tidak
baik, seperti lingkungan pemabuk, pemain judi, dan senang berkelahi, cepat atau lambat akan
mudah terjerumus ke dalam kumpulan orang-orang tidak baik itu. Norma (aturan) yang tidak
ditegakkan di dalam masyarakat juga ikut menyumbang munculnya penyakit-penyakit sosial.
c. Faktor Persoalan Ekonomi
Tidak terpenuhinya kebutuhan ekonomi dapat mendorong orang melakukan kegiatan
apa saja, asal bisa memperoleh sesuatu yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
ekonominya. maka Tidak jarang orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang
atau sesuatu yang dianggap data memenuhi keinginan nafsunya.
d. Faktor Pelampiasaan Rasa Kekecewaan
Sering kali orang yang kecewa dapat menimbulkan perilaku di luar kendali orang yang
bersangkutan tersebut, bahkan tidak lagi menghiraukan norma-norma-norma maupun aturan
kemasyarakatan. Misalnya: orang putus cinta, seorang anak yang ingin memiliki sepeda
motor tetapi terpenuhi karena keadaan ekonomi yang tidak menjamin dan lain sebagainya.
e. Faktor Ketidak Sanggupan Menyerap Nilai dan Norma yang Berlaku
Hal ini umumnya terjadi pada para pendatang baru (penduduk baru) di lingkungan yang baru.
Karena ketidap sanggupannya menyerap dan memahami nilai dan norma yang berlaku di
lingkungan barunya, sehingga akibat cenderung untuk melakukan sesuatu yang tidak
diharapkan oleh masyarakat setempat.
f. Faktor Pengaruh Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi selain membawa efek yang positif juga banyak menimbulkan dampak
yang negative terutama bagi anak-anak yang masih labil yang belum bisa memanfaatkan

7
Teknologi secara bijak. Televisi misalnya sering kali menayangkan film-film yang tidak
pantas di tonton oleh anak-anak misalnya: Porno, film kekerasan dan lain sebagainya, belum
lagi internet yang di era ini sudah sangat terbuka dan tidak ada dinding pemisah antara
tayangan yang positif dan tayangan yang negative.13
g. Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan modal utama yang sangat diperlukan bagi seseorang untuk
menjalankan hidupnya dengan baik, baik itu pendidikan formal (pendidikan di sekolah)
maupun nonformal (pendidikan dalam keluarga, lingkungan masyarakat dan pergaulan).
Dengan pendidikan, seseorang akan mengetahui mana yang baik dan buruk, mengetahui
mana yang harus dilakukan dan yang tidak seharusnya dilakukan sehingga tidak akan
terjerumus ke dalam permasalahan penyakit-penyakit masyarakat.
Kenakalan remaja, seperti perkelahian, pencurian, dan lainnya yang ada di daerah
biasanya dilakukan oleh anak-anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tua,
terpengaruh oleh lingkungan yang buruk dan kurangnya pendidikan yang mereka miliki.
Anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah (hanya lulus SD atau SMP), tidak bekerja, dan
ditinggal oleh orang tua juga rentan terjerumus ke dalam penyakit-penyakit masyarakat.
Sebagian orang berpendapat bahwa pertimbangan dan nilai (value dan judgement
mengenai baik dan buruk atau jahat) itu sebenarnya bertentangan dengan ilmu pengetahuan
yang objektif. Pada dasarnya, penilaian itu sifatnya sangat subjektif. Oleh karena itu, ilmu
pengetahuan murni harus meninggalkan generalisasi-generalisasi etis dan penilaian etis
(susila, baik dan buruk atau jahat). Sebaliknya, kelompok lain berpendapat bahwa dalam
kehidupan sehari-hari, manusia dan kaum ilmuwan tidak mungkin tidak menggunakan
pertimbangan nilai, sebab opini mereka merupakan keputusan yang dimuati dengan
penilaian-penilaian tertentu. Untuk menjawab dua pendirian yang kontroversial dan
bertentangan ini, marilah kita tinjau masalah ini lebih dalam.
Pertama, ilmu pengetahuan itu sendiri selalu mengandung nilai-nilai tertentu, sebab
jika menyangkut masalah mempertanyakan serta memecahkan kesulitan hidup secara
sistematis maka selalu dilakukan dengan jalan penggunaan metode dan teknik-teknik yang
berguna dan bernilai. Disebut berguna dan bernilai karena bisa memenuhi kebutuhan
manusiawi. Semua usaha untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan manusiawi yang
universal, baik yang individual maupun komunal sifatnya, selalu diarahkan untuk mencapai
tujuan yang berguna dan bernilai.
Kedua, ada keyakinan etis pada diri manusia bahwa pengunaan teknologi dan ilmu
pengetahuan modern untuk menguasai alam (kosmos, jagad) itu diperlukan sekali demi
kesejahteraan dan pemuasan kebutuhan hidup pada umumnya. Jadi, ilmu pengetahuan dengan
sendirinya memiliki sistem nilai. Lagi pula, kelompok ilmuwan selalu saja memilih dan
mengembangkan usaha/ aktivitas yang menyangkut kepentingan orang banyak; memilih
masalah dan usaha yang mempunyai nilai praktis.
Ketiga, falsafah yang demokratis sebagaimana tercantum dalam Pancasila
menyatakan bahwa baik individu maupun kelompok dalam masyarakat Indonesia mampu
memformulasikan, menentukan sistem nilai masing-masing, dan mampu menentukan tujuan
serta sasaran yang dianggap bernilai bagi hidupnya.
13
https://ayobelajarpemasaran.blogspot.com/2018/02/penyakit-sosialpengertian macam. html, diakser tanggal
11 Oktober 2018.

8
George Lundberg, tokoh yang dianggap dominan dalam aliran neopositivisme dalam
sosiologi, berkeyakinan bahwa ilmu pengetahuan itu sifatnya otoriter. Oleh karena itu, ilmu
pengetahuan harus mengandung dan memiliki moralitas ilmiah atau hukum moral, yang
seimbang dengan hukum alam. C.C. North, seorang sosiolog dalam bukunya Social Problems
and Social Planning, menyatakan bahwa dalam usaha pencapaian tujuan serta sasaran hidup
yang bernilai bagi satu kebudayaan atau satu masyarakat, harus disertakan etika sosial guna
menentukan cara pencapaian sasaran tadi. Jadi, cara dan metode pencapaian itu secara etis-
susila harus bisa dipertanggungjawabkan. Manusia normal dibekali oleh alam dengan budi
daya dan hati nurani sehingga ia dianggap mampu menilai baik dan buruknya setiap
peristiwa.
Ilmu patologi sosial bersifat dinamis dan berkembang. Adapun perkembangan
patologi sosial melalui tiga fase berikut.
1) Fase masalah sosial (social problem) Pada fase ini yang menjadi penyelidikan
patologi sosial adalah masalah sosial yang timbul melalui peristiwa-peristiwa
yang bersifat negatif dalam masyarakat, seperti pengangguran, pelacuran,
kejahatan, dan lain sebagainya.
2) Fase disorganisasi sosial Pada fase ini yang menjadi objek penyelidikan
patologi sosial adalah disorganisasi sosial. Fase ini merupakan fase koreksi.
3) Fase sistematis Fase ini merupakan perkembangan dari dua fase sebelumnya.
Pada fase ini patologi sosial berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang
memiliki sistem yang bulat.

BAB III

9
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Patologi sosial adalah ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap “sakit”,
disebabkan oleh faktor sosial atau ilmu tentang asal usul dan sifat-sifatnya,
penyakit yang berhubungan dengan hakikat adanya manusia dalam hidup
masyarakat.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi patologi sosial yaitu Faktor Keluarga, Faktor
Keluarga, Faktor Persoalan Ekonomi, Faktor Pelampiasaan Rasa Kekecewaan,
Faktor Ketidak Sanggupan Menyerap Nilai dan Norma yang Berlaku, Faktor
Pengaruh Kemajuan Teknologi, Faktor Pendidikan.
3.2 Saran
Sebagai orang tua dan guru yang baik, sebaiknya kita perlu mempelajari lebih dalam

lagi tentang patologi sosial, dikarenakan ketika kita menjadi orang tua, kita harus

mengetahui apa yang menyebabkan penurunan sosial pada anak kita, dan apa saja kendala

yang membuat anak menjadi sulit dalam belajar dan bersosial. Sehingga kita bisa membantu

dalam mengatasi kesulitan anak kita dalam belajar sehingga menciptakan anak-anak yang

berkualitas dimasa yang akan datang.

10
DAFTAR PUSTAKA
Burlian, Paisol. 2016. Patologi Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Ridwan dan Abdul Kader. 2019. PATOLOGI SOSIAL MASYARAKAT (Studi Kasus di
Kecamatan Wera-Ambalawi). Sangaji Jurnal Pemikiran Syariah dan Hukum Volume
3, Nomor 2, Maret 2019.
Wuryati. 2012. FENOMENA PERILAKU MENYIMPANG REMAJA DI KECAMATAN
ROWOSARI KABUPATEN KENDAL. Journal of Educational Social Studies 1 (2)
(2012) ISSN 2252 – 6390.
DADAN SUMARA, SAHADI HUMAEDI, MEILANNY BUDIARTI SANTOSO.
KENAKALAN REMAJA DAN PENANGANANNYA. Jurnal Penelitian & PPM ISSN:
2442-448X Vol 4, No: 2 Hal: 129 – 389 Juli 2017.
Rohman, Abid, Patologi Sosial Perspektif Al-Qur’an, Kajian Tafsir Tematik Sosiologi,
(Uinsby, Jurnal pdf).

11

Anda mungkin juga menyukai