PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya yaitu :
1. Pengertian psikologi lintas budaya?
2. Apa itu perilaku kognisi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami budaya dengan prilaku kognisi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Intelegensi Umum
terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati
secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
mempunyai fungsi dan status baru, sesuai dengan diferensiasi dan spesialisasi dalam
a. Elite birokrasi yang terdiri atas Pangreh Praja Eropa (Europees Binnenlands
c. Priyayi Profesional (dibagi menjadi dua, ada priyayi gedhe dan priyayi cilik),
d. Golongan Belanda dan Golongan Indo yang secara formal masuk status Eropa
dan mempunyai tendensi kuat untuk mengidentifikasi diri dengan pihak Eropa,
dan
2. Gaya Kognitif
berhubungan dengan tingkat perasaan, yang sangat sulit untuk dilukiskan dan diamati. Hal
ini berkaitan dengan berbagai aktivitas dan meliputi berbagai objek karena peneliti
mendapatkan struktur-struktur dasar yang komplek sehingga peneliti perlu membatasi diri
dan mempersempit garis besar permasalahan. Hal ini lebih sulit diartikan karena justru
gaya Indis berpangkal pada dua akar kebudayaan, yaitu Belanda dan Jawa yang sangat
jauh berbeda.
fenomena kekuasaan kolonial dalam segala aspek dan proporsinya. Sebagai contoh,
misalnya dalam hal membnagun rumah tempat tinggal dengan susunan tata ruangnya. Arti
simbolik suatu bagian ruang rumah tinggal berhubu ngan dengan perilaku penghuninya.
Pada suku Jawa, misalnya, tidaak dikenal ruang khusus bagi keluarga dengan pembedaan
umur, jenis kelamin, generasi, famili, bahkan diantara anggota dan bukan anggota
penghuni rumah. Maka fungsi ruang tidak dipisahkan atau dibedakan dengan jelas.
Contoh lain yang sangat menarik adalah keselarasaan sistem simbolik, khususnya
gaya hidup. Betapa canggungnya orang pribumi Jawa yang hidup secara tradisional di
kampung, kemudian pindah untuk bertempat tinggal di dalam rumah gedung di dalam blok
atau kompleks dengan suasana rumah bergaya Barat yang modern. Kelengkapan rumah
tangga yang serba asing, pembagian ruang-ruang di dalam rumah dengan fungsi yang
khusus, fungsi ruang secara terpisah (apart) untuk terjaminnya privilege atau privacy
penghuninya, semua itu menambah kecanggungan orang Pribumi untuk tinggal di dalam
rumah yang asing. Anggapan bahwa rumah adalah model alam mikrokossmos menurut
konsep pikiran Jawa dan sebagainya, tidak adapada alam pikiran Eropa. Apakah rumah
gaya Indis sebagai tempat tinggal baru diinterpretasikan dengan pola konsep lama atau
konteks budaya Belanda dan Jawa. Jelas bahwa rumah tempat tinggal orang Belanda tidak
dihubungkan dengan kosmos dan tidak mempunyai konotasi ritual seperti pandangan dan
kepercayaan Jawa. Memang, orang Eropa mengenal peletakan batu pertama dan
dengan diikuti pesta minum bir, tetapi hal semacam ini adalah peninggalan budaya lama
mereka. Kegiatan itu adalah “gema” saja dari adat lama yang sudah kabur pengertiannya.
Bagi orang Jawa, menaikkan mala (tiang) sebuah rumah tinggal dengan slametan, melekan
(wungon, bedagang), meletakkan secarik kain tolak bala, sajen, dan memilih hari baik,
memiliki arti simbolik tertentu. Bagi orang Jawa, meninggalkan adat kebiasaan seperti itu
sangat berat karena adanya paham kepercayaan terhadap kekuatan supranatural yang sulit
dijelaskan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kognisi adalah istilah umum yang
mencakup seluruh proses mental yang mengubah masukan-masukan dari indera menjadi
pengetahuan (Matsumoto, 2008). Menurut Tri Dayakisni (2008) salah satu proses dasar
kognisi ialah pemberian kategori pada setiap benda atau obyek atas dasar persamaan dan
Salah satu proses dasar kognisi adalah cara bagaimana orang melakukan
karakter dari obyek-obyek dimaksud. Selain itu fungsi dari obyek juga merupakan
deterministic utama inidari proses kategorisasi. Missal, ketika kita melakukan kategorisasi
mengenai buku. Ada bermacam-macam buku mulai dari buku cerita, buku tulis, buku
pelajaran hingga buku mewarnai untuk anak-anak. Semuanya kita masukkan dalam
kategorisasi karena kesamaan bentuknya dari fungsinya yaitu tempat menuliskan sesuatu.
B. SARAN
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca. Semoga isi dari makalah ini bermanfaat bagi pembaca
DAFTAR PUSTAKA