Disusun Oleh :
Kelas : 2H – Peksos
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
berkat, rahmat, dan keridhoan-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Pendekatan Anti-Diskriminasi dan Sensitivitas Multikultural” Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Teori Pekerja Sosial. penulis sampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Drs.Bambang Sugeng M.P, Ade Subarkah,
MPS. Sp selaku Dosen mata kuliah Teori Pekerjaan Sosial serta semua pihak yang turut
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari Makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kesalahan
baik isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu penulis sangat mengharap
kritik dan saran positif untuk perbaikan di kemudian hari.
Akhirnya, penulis berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca dan khususnya bagi kami.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................ ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB 2 ISI....................................................................................................................... 3
2.1 Perspektif Teoritis ......................................................................................... 3
2.2 Perspektif Anti-Rasisme dan Diskriminasi ................................................... 4
2.3 Diskriminasi dan Penindasan ........................................................................ 6
2.4 Analisis Pendekatan Anti-Diskriminasi ........................................................ 7
2.4.1 Analisis Menurut Thompson ..................................................................... 7
2.4.2 Analisis Menurut Darlymple dan Burke .................................................... 8
2.5 Aspek Politik dari Anti-Diskriminasi dan Sensitivitas ................................. 8
2.6 Implementasi Teori Pendekatan Anti-Diskriminasi ..................................... 9
2.7 Implementasi Teori Pendekatan Multikultur ................................................ 11
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... iv
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
orang-orang, dan pemikiran-pemikiran ini membantu para praktisi
menggabungkan faktor-faktor tersebut ke dalam praktek mereka.
2
`BAB II
ISI
Sebuah sumber yang penting bagi pemikiran ini adalah penelitian dan
komentar terhadap isu-isu sosial yang berkaitan dengan ras dan etnik. Teori
feminisme dan materi tentang disabilitas dan seksualitas memiliki kontribusi.
Praktik anti-penindasan menggabungkan bidang-bidang tersebut ke dalam sebuah
teori dan praktik yang menangani setiap orang yang mengalami diskriminasi dan
penindasan.
Sedangkan sensitivitas multikultural lebih berfokus pada etnis, ras, dan
spiritualitas, meski mulai banyak digunakan pada pembagian kelas sosial lain
yang memerlukan sensitivitas.
3
2.2 Perspektif Anti-Rasisme dan Diskriminasi
1. Asimilasi
Kaum minoritas akan berasimilasi dengan budaya dan gaya hidup
mayoritas.
2. Pluralisme liberal
Semua kelompok harus hidup berdampingan dan kesetaraan kesempatan,
yang buka berati kesamaan, harus diatur dengan aturan hukum dan
administratif
3. Pluralisme budaya
Berfokus pada perbedaan: semua kelompok hidup berdampingan dengan
tetap mempertahankan kebudayaan masing-masing
4. Strukturalis/perspektif kritsi
Pemisahan etnis dan budaya diperkuat oleh dominasi ekonomi dan kultural
oleh kelompok yang dominan
4
5. Perspektif kulit hitam
Kelompok masyarakat kulit hitam dan etnik minoritas mengembangkan
pandangan sendiri tentang masyarakat berdasar atas pengamalan dan
sejarah mereka.
Satu aspek dari sensitivitas adalah yang mungkin tertutup oleh asumsi ras,
penekanan tentang kontribusi masyarakat kulit hitam pada sejarah pekerjaan
sosial (Calrton-Laney, 1994, 2001; Martin and Martin, 1995). Jadi, perspektif
mereka menginginkan para praktisi agar bisa bersikap sensitif terhadap
pengalaman dan sejarah kaum kulit hitam, dan juga sensitif terhadap upaya
mereka untuk mengadaptasikan keahlian mereka dalam praktik konvensional
menjadi bagian dari perspektif tersebut.
Martin (1995) membuktikan bahwa sebuah proses eksplorasi terhadap
‘sejarah lisan’ dari seseorang individu yang berasal dari sebuah keluarga atau
komunitas dapat melibatkan perspektif kaum kulit hitam dalam asesmen
profesional. Meski begittu, Graham (2007) mengingatkan bahwa masyarakat kulit
hitam hidupnya tidak hanya bergelut dengan perjuangan melawan penindasan
kaum kulit putih.
Mereka juga memiliki pemandangan dunia yang orisinal dan kreatif secara
keseluruhan. Informasi sosial tentang kaum kulit hitam harus digunakan dan
dikembangkan sebagai respon terhadap pemahaman yang mereka milikiakan
dunia (Robinson, 1995). Kita tidak bisa berasumsi bahwa hanya ada satu budaya
minoritas atau setiap kelompok masyarakat hanya memiliki satu budaya, dan kita
harus mengeksplorasi adanya berbagai budaya, dan kita harus mengeksplorasi
adanya berbagai budaya dalam satu kelompok masyarakat (Gross, 1995).
Di Amerika Serikat, CRT (critical race theory-Teori Ras Kritis; Delgado
dan Stefancic, 2012), yang menggabungkan perspektif multikultural dan
penindasan sangt berpengaruh dalam pendidikan profesional (Abrams dan Moio,
2009) dan secara khusus menekankan perlunya intervensi hukum untuk
menghilangkan penindasan rasial. CRT sendiri mengkritik tentang kebijakan dan
praktik ‘buta warna’ yang memperlakukan semua kalangan dengan sama rata
5
tanpa mempertimbangkan dan melihat fakta bahwa ada kelompok minoritas
tertentu yang pernah mengalami penindasan sehingga perlu dukungan lebih agar
mereka bisa mengetahui potensi dirinya.
6
kewarganegraan yang dilakukan terhadap kaun lansi menekankan pentingnya hak
mereka dan para penderita dementia untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat
melalui proses yang senormal mungkin (Marshall dan Tribs, 2006; Payne, 2011).
Mathies (2010) menyatakan bahwa pekerjaan sosial mempromosikan partisipasi
dan kewarganegaraan dalam masyarakat secara lebih luas, meski tetap mendapat
kritik.
Diskiriminasi diciptakan dan dipertahankan oleh keyakinan dan perilaku
pribadi serta diperkuat oleh ideologi yang berkembang dari kekuatan kelompok
yang bermaksud melanggengkan dan memperkuat dominasi mereka dalam
struktur sosial. Wilson dan Beresfod (2000) berpendapat bahwa cara pekerjaan
sosial mnenkankan pentingnya praktik anti-penindasan membuat mereka
menghargai pemikiran para pengguna jasa yang tertindas sambil mempertahankan
kekuatan untuk menjelaskan apa yang dimaksud penindasan. Salah satu cara
mempertahankan adalah dengan mempertahankan asumsi bahasa dan sosial untuk
mendukung konvensi yang diskriminatif dan ini juga berkaitan dengan teori
konstruksi sosial.
7
konsensus tentang normalitas dan asumsi bahwa orang-orang akan menyesuaikan
diri dengan norma-norma sosial yang ada dalam budaya tertentu. Tingkatan-
tingkatan ini pada giliranya akan menjadi bagian dari sebuah tingkatan struktural
(S), yang merupakan tatanan sosial dan serangkaian pembagian kelas sosial yang
diterima. Para pekerja sosial memiliki pengaruh yang kuat dalam tingkatan
personal namun menurun pada tingkatan kultural dan struktural.
Meski kedua perspektif mencakup dua elemen penjelasan struktural akan secara
logis menghalangi strategi inklusi dan pemberdayaan yang menjadi fokus teori
sensitivitas. Perspektif sensitivitas dianggap sebagai sebuah alternatif yang
mendorong kesadaran dan penerimaan penjelasan struktural tetapo berujung pada
tujuan pemberdayaan, yang tidak mementingkan mereka demi fokus pada
perubahan sosial. Perspektif sensitivitas juga dapat dipahami sebagai suatu aspek
dalam pekerjaan sosial relasional dalam pekerjaan sosial terapeutik yang
kompleks, karena isu-isu budaya dan etnis seringkali merupakan aspek penting
dari isu yang dihadapi klien (Ganzer dan Ornstein, 2002).
8
O’Hagan (2001) memberikan kritik multikultural terhadap anti-
diskriminasi sebagai berikut:
9
psikiater, orang yang hidup dengan HIV/AIDS, dan disabilitas.
Ketidakberdayaan muncul dari orang-orang yang menganggap diri dan
identitasnya tidak mampu mencapai tujuan mereka. Hal ini terjadi sebagai akibat
dari pengalamn yang mereka dapatkan dalam sistem soial dimana orang-orang
yang tidak memiiki kekuatan tidak dapat berpartisipasi dalam masyarakat.
Identitas adalah elemen pentingdalam penindasan dan praktik anti-diskriminasi.
Beberapa identitas dibentuk menjadi lebih superior daripada identitas lain.
Praktik anti-diskriminasi teridiri dari empat elemen utama, yaitu:
1. Nilai
Praktik dilakukan dengan membandingkan berbagai argumen dalm
serangkaian keyakinan, pemikiran, dan asumsi yang dimiliki individu dan
kelompok tentang diri mereka sendiri dan masyarakt tempat mereka
tinggal.
2. Pemberdayaan
Praktik membantu orang-orang dengan melalui sebuah proses
pengambilan kontrl yang lebih besar atas hidup mereka dan kapasitas yang
lebih besar untuk berurusan dengan faktor-faktor pribadi dan budaya
setempat yang mempengaruhi hidup mereka, seperti juga halnya
perubahan sosial dan politis.
3. Kemitraan
Praktik bertujuan untuk mencapai sebuah kerja sama antara praktis dan
klien, dengan lembaga lain, sektor swasta dan sukarelawan dan antara
pada profesional
4. Intervensi minimal
Praktik bertujuan untuk melakukan intervensi sedikit mungkin terhadap
hak-hak seseorang dalam kebebasan untuk mengambil keputusan.
10
sesuatu yang dilakukan dalam cara formal oleh para praktisi dan manajer.
Melibatkan klien dan perawat dalam proses dapat menimbulkan berbagai
perspektif dan menghargai hak-hak klien untuk memengaruhi. bagaimana mereka
diberlakukan saat ini dan di masa yang akan dateng.
1. Eksploitasi;
Satu kelompok mengambil keuntungan dari kelompo lain;
2. Marjinalisasi
Individu dan kelompok dilarang berpartisipasi dalam kehidupan dan
hubungan sosial;
3. Ketidakberayaan
Kelompok sosial tidak memiliki kekuatan, status, dan kesadaran diri;
4. Imperialisme cultural
Budaya dan pengalaman satu kelompok tertentu yang menjadi norma;
5. Kekerasan
11
Satu kelompok menjadi korban kekerasan fisik dan emosional,
penghinaan, pelecehan, dan stigma.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Payne, Malcom. 2016. Teori Pekerjaan Sosial Modern. Edisi ke-4. Diterjemahkan
oleh: Susiladiharti, dkk. Yogyakarta: Samudra Biru.
Payne, Malcom. 2005. Modern Social Work Theory. Edisi ke-3. New York:
Palgrave Macmillan.
iv