Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DASAR SOSIOLOGI, ANTROPOLOGI, DAN

SEJARAH
“PENJAJAHAN DI INDONESIA DAN AKIBATNYA”

DOSEN PENGAMPU :

1. Dra. SRI DADI, M.Pd.


2. Dra. WURJINEM, M.Si.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6

ARDA YUNITA (A1G016041)


FRISKA (A1G016042)
FASADENA SARASEILA (A1G016063)
RENA DWI MUNTARI (A1G016064)
TOTO RONALTO (A1G016066)

SEMESTER : 3.C

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat – Nya
makalah ini dapat tersusun hingga selesai.

Penulis sadar bahwa apa yang telah penulis peroleh tidak semata – mata hasil dari
jerih payah penulis sendiri tetapi hasil dari keterlibatan semua pihak. Oleh sebab itu, penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada kedua orang tua dan Ibu Dra.
Wurjinem, M.Si. serta Ibu Dra. Sri Dadi, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Konsep
Dasar Sosiologi, Antropologi, dan Sejarah yang telah memberikan dukungan penuh kepada
penulis sehingga mampu menyelesaikan makalah dengan judul “ Perubahan dan Konflik
Sosial yang terjadi di Masyarakat“ .

Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat pahala dan hikmah
dari Tuhan Yang Maha Esa.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Konsep Dasar Sosiologi, Antropologi, dan
Sejarah dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bengkulu, Agustus 2017

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................


A. Perilaku Sosial .................................................................................. 3
B. Tindakan Sosial ................................................................................. 5
1. Pengertian ...................................................................... 5
2. Ciri-ciri Tindakan Sosial ................................................ 6
3. Tipe-tipe Tindakan Sosial .............................................. 6
C. Interaksi Sosial .................................................................................. 7
D. Kerja Sama yang Bersifat Asosiatif .................................................. 9
BAB III PENUTUP.......................................................................
D. Kesimpulan ........................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia lahir ke dunia dengan membawa potensi masing-masing yang dapat di
kembangkan melalui proses belajar maupun pendidikan. Oleh karena itu manusia lahir
sebagai makhluk individu, memiliki perbedaan yang khas dengan manusia lain, karena itu
pasti terjadi perbedaan paham dan pendapat yang timbul di dalam suatu himpunan
masyarakat. Selanjutnya hidup bermasyarakat ditandai dengan adanya perubahan sosial,
perilaku sosial dan konflik sosial di antara sesama warganya, interaksi berupa kerja sama.
Namun walaupun demikian dengan adanya perubahan dan konflik sosial sangat penting bagi
kehidupan bermasyarakat terutama untuk membangkitkan semangat di dalam kehidupan
bermasyarakat.
Menurut Max weber, seorang sosiolog jerman bahwa tindakan sosial dimulai dari
tindakan atau prilaku seseorang dengan perilaku orang lain yang dapat dipahami secara
subjektif dan diorientasikan pada tujuan tertentu. Berangkat dari uraian di atas, kajian
makalah ini mengungkapkan tentang manusia dan sifatnya yang berbeda-beda, sehingga
tindakan seseorang merupakan cerminan dari keinginan yang dinyatakan dalam bentuk suatu
tindakan nyata. Sehingga dari tindakannya tersebut memiliki makna bagi sendiri maupun bagi
orang lain.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari perilaku sosial ?
2. Apa saja ciri-ciri tindakan sosial ?
3. Apa yang dimaksud tindakan tipe rasionalitas yang berorientasi nilai ?
4. Apa pengertian interaksi sosial ?
5. Apa saja faktor interaksi sosial ?
6. Apa saja bentuk kerjasama yang bersifat asosiatif ?

C. TUJUAN
1. Untuk memahami pengertian perilaku sosial
2. Untuk mengetahui ciri-ciri tindakan sosial

4
3. Untuk memahami apa yang dimaksud tindakan tipe rasionalitas yang berorientasi
nilai
4. Untuk mengetahui pengertian interaksi sosial
5. Untuk mengetahui faktor-faktor interaksi sosial
6. Untuk mengetahui bentuk kerjasama yang bersifat asosiatif

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERILAKU SOSIAL
1. PENGERTIAN
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk
menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Sebagai bukti bahwa manusia dalam
memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan
memerlukan bantuan dari orang lain. Ada ikatan saling ketergantungan diantara satu orang
dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam
suasana saling mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja
sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup
bermasyarakat.
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim (2001), perilaku
sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan
hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang
terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku itu
ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa hormat
terhadap orang lain. Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi
orang lain dengan cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada
orang yang melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan kepentingan
bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalas-
malasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari untung sendiri.

Pembentukan perialku sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat
internal maupun yang bersifat eksternal. Pada aspek eksternal situasi sosial memegang
pernana yang cukup penting. Situasi sosial diartikan sebagai tiap-tiap situasi di mana
terdapat saling hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain (W.A.
Gerungan,1978:77). Dengan kata lain setiap situasi yang menyebabkan terjadinya interaksi
social dapatlah dikatakan sebagai situasi sosial. Contoh situasi sosial misalnya di
lingkungan pasar, pada saat rapat, atau dalam lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani.

2. FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK PERILAKU SOSIAL

6
Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat membentuk
perilaku sosial seseorang, yaitu :

a. Perilaku dan karakteristik orang lain


Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter
santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang
berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan
orang-orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. Pada
aspek ini guru memegang peranan penting sebagai sosok yang akan dapat mempengaruhi
pembentukan perilaku sosial siswa karena ia akan memberikan pengaruh yang cukup besar
dalam mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu perbuatan.

b. Proses kognitif
Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi
dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya
seorang calon pelatih yang terus berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang
baik, menjadi idola bagi atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses
mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh lain misalnya
seorang siswa karena selalu memperoleh tantangan dan pengalaman sukses dalam
pembelajaran penjas maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang
ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung teman-temannya untuk
beraktivitas jasmani dengan benar.

c. Faktor lingkungan
Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial
seseorang.Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa
berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada di
lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalambertutur kata.

d. Tatar Budaya sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi
Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akanterasa
berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis budaya
lain atau berbeda. Dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani yang terpenting adalah
untuk saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh setiap anak.

7
B. TINDAKAN SOSIAL
1. PENGERTIAN
Salah satu teori dalam sosiologi yang berpengaruh dalam menjelaskan tindakan sosial
adalah “TEORI AKSI” (Action Theory). Teori ini memiliki anggapan dasar berkaitan dengan
tindakan sosial yaitu “ tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek
dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek.” Pedukung teori ini adalah Max Weber
dan Talcott Parsons. (Tim penyusun PR Sosiologi Kelas 2, 2003:3) Banyak ahli sosiologi
yang telah mencoba menjelaskan tentang tindakan sosial seperti Karl Marx, Emile Durkheim,
Max Weber, George Herbert Mead, dan lain-lain.Karl Marx misalnya menjelaskan bahwa
tindakan sosial sebagai aktivitas manusia yang berusaha menghasilkan barang, atau
menciptakan hasil karya yang unik maupun untuk mengejar tujuan tertentu.Sedangkan Max
Weber mengartikan tindakan sosial sebagai tindakan seseorang yang dapat mempengaruhi
individu-individu lainnya dalam Masyarakat. . (Tim penyusun PR Sosiologi Kelas 2 SMU,
2003:1).

Tindakan sosial adalah perbuatan atau perilaku manusia untuk mencapai tujuan
subjektif dirinya. Manusia sebagai individu anggota masyarakat akan senantiasa berusaha
agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga menuntut bahwa setiap individu bertindak
dan berusaha untuk saling memenuhi kebutuhan satu dengan yang lain dengan hidup bersama
yang sesuai dengan masyarakat masing-masing. Sejak lahir manusia mempunyai naluri untuk
hidup bergaul dengan sesamanya. Naluri ini merupakan salah satu kebutuhan manusia yang
paling mendasar untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya, yaitu kebutuhan afeksi,
kebutuhan inklusi ( termasuk / terhitung ) dankebutuhan kontrol ( pengawasan ). Upaya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, dilaksanakan melalui proses yang disebut dengan interaksi
sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik ( bersifat dinamis ) antar individu, antar
kelompok dan antar individu dengan kelompok ataupun sebaliknya.
Interaksi sosial dapat dilakukan antaralain :
1. Interaksi antar individu
2. Interaksi antar kelompok
3. Interaksi antar individu dengan kelompok
Tindakan sosial menurut Max Weber adalah suatu tindakan individu sepanjang
tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada
tindakan orang lain (Weber dalam Ritzer 1975). Suatu tindakan individu yang diarahkan
kepada benda mati tidak masuk dalam kategori tindakan sosial. Suatu tindakan akan

8
dikatakan sebagai tindakan social ketika tindakan tersebut benar-benar diarahkan kepada
orang lain (individu lainnya). Meski tak jarang tindakan sosial dapat berupa tindakan
yang bersifat membatin atau bersifat subjektif yang mungkin terjadi karena pengaruh
positif dari situasi tertentu. Bahkan terkadang tindakan dapat berulang kembali dengan
sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif
dalam situasi tertentu (Weber dalam Turner 2000).

2. CIRI-CIRI TINDAKAN SOSIAL

Ada 5 ciri pokok Tindakan sosial menurut Max Weber sebagai berikut:

1. Jika tindakan manusia itu menurut aktornya mengandung makna subjektif dan hal
ini bisa meliputi berbagai tindakan nyata
2. Tindakan nyata itu bisa bersifat membatin sepenuhnya
3. Tindakan itu bisa berasal dari akibat pengaruh positif atas suatu situasi,
tindakan yang sengaja diulang, atau tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-
diam dari pihak mana pun
4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu
5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain
itu.

3. TIPE-TIPE TINDAKAN SOSIAL


a. Tindakan Rasional Instrumental, yaitu tujuan tindakan dipertimbangkan dengan
matang dan cara mencapai tujuan telah diperhitungkan.
Contoh : Ari memutuskan membeli komputer dari pada sepeda motor, menentukan
studi di Perguruan Tinggi
b. Tindakan Rasional Berorientasi pada Nilai, yaitu suatu tindakan yang bersifat
rasional dengan tujuan untuk memperoleh nilai. Tujuan tindakan tidak terlalu
dipertimbangkan.
Contoh : Memberi dengan tangan kanan lebih baik dari tangan kiri, orang muslim
berpuasa karena nilai keimanan
c. Tindakan Tradisional, yaitu dilakukan tanpa perhitungan matang, melainkan karena
kebiasaan yang berlaku di masyarakat.
Contoh : Berbagai upacara adat yang dilakukan mengikuti kebiasaan turun
menurun, orang muda menghormati yang tua, bersalaman dengan orang tua
dengan mencium tangan

9
d. Tindakan Afektif, yaitu tergolong tindakan irrasional sebab sebagian besar tindakan
didorong oleh perasaan ( afeksi ) atau emosi tanpa perhitungan matang. Perasaan
emosi antaralain : marah, gembira, rasa takut, sedih, cinta, kecewa dan lain-lain.
Contoh : Seorang ibu yang memeluk anaknya yang sedang menangis
C. INTERAKSI SOSIAL
1. PENGERTIAN
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok dalam masyarakat. Interaksi ini
sifatnya dinamis . Secara etimologis, istilah interaksi terdiri atas dua kata, yaitu inter dan
aksi. Inter berarti berbalas-balasan dan aksi berarti tindakan. Interaksi berarti tindakan
berbalas-balasan. Interaksi terjadi apabila individu melakukan aksi, sehingga menimbulkan
reaksi individu-individu lain. Hal inilah akan menyebabkan terjadinya tindakan berbalas-
balasan.
Menurut Gillin dan Gillin interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis
yag menyangkut hubungan antar orang, antar kelompok, maupun individu dengan kelompok .
Intinya proses interaksi ditandai dengan adanya hubungan timbal balik anara dua orang atau
lebih. Jika seseorang bertemu, tetapi tidak saling berhubungan, maka tidak dapat dikatakan
berinteraksi. Menurut Soerjono Soekanto, Interaksi dapat terjadi walaupun orang saling tidak
bertemu, tidak saling bicara atau menukar tanda-tanda.

Ciri-Ciri Interaksi Sosial


Suatu tindakan dapat dikatakan interaksi sosial apabila mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1) adanya dua orang pelaku atau lebih.
2) adanya hubungan timbal balik antar pelaku.
3) diawali dengan adanya kontak sosial baik langsung maupun tidak langsung.
4) adanya dimensi waktu yang menetukan sifat hubungan timbal balik yang
sedang berlangsung.
5) adanya tujuan dari masing-masing pelaku.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA INTERAKSI


SOSIAL
Proses interaksi sosial biasanya didasari oleh beberapa faktor, seperti sugesti, imitasi,
identifikasi, simpati, motivasi, dan empati.

10
1. Imitasi, adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku, atau penampilan
fisik seseorang secara berlebihan. sebagai suatu proses, adakalanya imitasi berdampak
positif apabila yang ditiru tersebut individu-individu yang baik menurut pandangan
umum masyarakat. Akan tetapi, imitasi bisa juga berdampak negatif apabila sosok
individu yang ditiru berlawanan dengan pandangan umum masyarakat. contoh : seorang
siswa meniru penampilan artis terkenal, seperti rambut gondrong, memakai anting, dan
kalung secara berlebihan. Tindakan seperti itu akan mengundang reaksi dari lingkungan
sosial yang menilai penampilan itu sebagai urakan atau tidak sopan.
2. Sugesti, adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain.
Akibatnya, pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pengaruh atau pandangan
itu dan akan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang. Sugesti
biasanya diperoleh dari orang-orang yang berwibawa dan memiliki pengaruh besar di
lingkungan sosialnya. Akan tetapi, sugesti dapat pula berasal dari kelompok mayoritas
terhadap kelompok minoritas, ataupun orang dewasa terhadap anak-anak. Cepat atau
lambatnya proses sugesti ini sangat tergantung pada usia, kepribadian, kemampuan
intelektual, dan keadaan fisik seseorang. sebagai contoh Pimpinan partai politik
melakukan kampanye di hadapan pendukungnya agar memilih partai politiknya.
Tindakan itu dilakukan untuk meyakinkan dan memengaruhi orang banyak agar
mengikuti partainya.
3. Identifikasi, adalah kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan
orang lain. Orang lain yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola ( kata idol
berarti sosok yang dipuja ). Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari proses imitasi
dan proses sugesti yang pengaruhnya amat kuat. Misalnya, seorang remaja
mengidentifikasikan dirinya dengan seorang penyanyi terkenal yang ia kagumi. Lalu, ia
akan berusaha mengubah penampilan dirinya agar sama dengan penyanyi idolanya,
mulai dari model rambut, pakaian, gaya bicara, bahkan sampai makanan kesukaan. Pada
umumnya, proses identifikasi berlangsung secara kurang disadari oleh seseorang.
Namun, yang pasti sang idola yang menjadi sasaran identifikasi benar-benar dikenal,
entah langsung (bertemu, berbicara) ataupun tidak langsung (melalui media informasi).
4. Simpati, adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Rasa
tertarik ini didasari atau didorong oleh keinginan-keinginan untuk memahami pihak lain
untuk memahami perasaannya ataupun bekerja sama dengannya. Dibandingkan ketiga
faktor interaksi sosial sebelumnya, simpati terjadi melalui proses yang relatif
lambat.Namun, pengaruh simpati lebih mendalam dan tahan lama. Agar simpati dapat

11
berlangsung, diperlukan adanya saling pengertian antara kedua belah pihak. Pihak yang
satu terbuka mengungkapkan pikiran ataupun isi hatinya. Sedangkan pihak yang lain
mau menerimanya. Itulah sebabnya, simpati menjadi dasar hubungan persahabatan.
5. Motivasi, merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang diberikan
seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau
melaksanakan apa yang dimotivasikan itu secara kritis, rasional, dan penuh rasa
tanggung jawab. Motivasi dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok,
kelompok kepada kelompok, atau kelompok kepada individu. Wujud motivasi dapat
berupa sikap, perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan. Penghargaan berupa pujian guru
kepada siswa berprestasi tinggi merupakan motivasi bagi siswa untuk belajar lebih giat
lagi. Motivasi diberikan oleh orang-orang yang kedudukan atau statusnya lebih tinggi
dan berwibawa. Mereka memiliki unsur-unsur keteladanan dan panutan masyarakat.
misalnya : seorang ayah yang baik dan bijaksana, serta memberikan kasih sayangnya
kepada anak dan istrinya adalah tokoh yang patut disegani bagi seluruh anggota
keluarganya. apa yang dilakukan ayah akan menjadi motivasi bagi keluarganya untuk
berbuat dan berperilaku sebaik ayahnya. contoh lain seorang kepala daerah yang
berwibawa penuh kharisma menjalankan pemerintahan didaerahnya melalui serangkaian
proses sosial untuk memotivasi warga agar berperan aktif dalam membangun daerah
yang lebih sejahtera.
6. Empati, adalah proses kejiwaan seorang individu untuk larut dalam perasaan orang lain.
Baik suka maupun duka. Contohnya, kalau kita melihat orang mendapat musibah sampai
luka berat, seolah-olah kita ikut menderita. kita tidak hanya merasa kasihan terhadap
orang yang terkena musibah itu tetapi juga ikut merasakan penderitaannya. Demikian
juga, kalau seorang teman dekat kita ada yang meninggal dunia, kita merasa kehilangan
seolah-olah saudara kita sendiri yang meninggal dunia.

D. KERJA SAMA YANG BERSIFAT ASOSIATIF

Interaksi Sosial Asosiatif

Interaksi sosial secara asosiatif memiliki sifat positif, artinya mendukung seseorang atau
kelompok dalam mencapai tujuan tertentu. Proses asosiatif memiliki bentuk-bentuk antara
lain sebagai berikut :

12
1. KERJA SAMA (COOPERATION)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antarindividu ataupun kelompok untuk
mencapai kepentingan dan tujuan yang serupa, serta menyadarinya bermanfaat untuk dirinya
atau orang lain. Kerja sama berorientasi antara individu terhadap kelompok (in group) dan
individu terhadap kelompok lainnya (out group). Menurut Charles H. Cooley, kerja sama
dapat berlangsung jika seseorang menyadari dirinya memiliki kepentingan yang sama dengan
orang lain. Selain dari itu, pada saat yang sama memiliki pengetahuan dan pengendalian
terhadap dirinya sendiri dalam memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran dari kepentingan
yang sama dan juga pengorganisasian diri merupakan sesuatu yang penting dalam kerja sama.
Kerja sama akan bertambah kuat jika terdapat bahaya bahaya dari luar dan juga
tindakan-tindak luar yang menyinggung kesetiaan yang telah tertanam dalam kelompok,
dalam diri seseorang, atau segolongan orang-orang. Contohnya, kerja sama antara prajurit
dalam satu kesatuan terjalin ketika menghadapi musuh dalam sebuah medan pertempuran.
Proses sosial erat kaitannya dengan kerja sama ialah konsensus. Konsensus terjadi kalau dua
pihak atau lebih ingin memelihara adanya hubungan dan masing-masing memandang sebagai
kepentingan sendiri. Dalam mengadakan konsensul dapat muncul jika anggota kelompok
mempunyai perbedaan pendapat. Dalam konsensus, pertentangan kepentingan terlihat nyata,
tetapi tidak sebesar di konflik.

Bentuk-Bentuk Kerja Sama - Berdasarkan pelaksanaannya, kerja sama memiliki bentuk-


bentuk antara lain lain sebagai berikut:

 Kerukuran atau gotong royong ialah bentuk kerja sama yang dilakukan secara
sukarela demi mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berkaitan langsung
dengan orang-orang yang terlibat dalam gotong royong.
 Bargaining, yaitu kegiatan perjanjian pertukaran barang ataupun jasa dua organisasi
ataupun lebih
 Kooptasi, yaitu prosedur penerimaan unsur-unsur baru di kepemimpinan dan
pelaksanaan ketatanegaraan organisasi sebagai satu-satunya tips untuk menghindari
adanya konflik yang dapat mengguncang organisasi
 Koalisi, adalah kombinasi yang dilakukan dari dua organisasi atau lebih yang
memiliki tujuan yang sama. Koalisi menghasilkan keadaan dengan tidak stabil karena
ke-2 organisasi memiliki struktur tersendiri.

13
 Joint-venture, adalah bentuk kerja sama dalam perusahaan proyek khusus, seperti
pengeboran minyak dan juga perhotelan.

Berdasarkan bentuk kerjanya, kerja sama dibagi dalam beberapa macam antara lain sebagai
berikut:

 Kerja sama spontan adalah kerja sama serta-merta


 Kerja sama langsung adalah kerja sama yang dilakukan dari hasil perintah atasan atau
penguasa.
 Kerja sama kontak adalah kerja sama atas dasar perintah tertentu.
 Kerja sama tradisional adalah kerja sama sebagai bagian antaraunsur dalam sistem
sosial

2. AKOMODASI (ACCOMODATION)
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian diri individu atau kelompok manusia
dengan semula saling bertentangan untuk upaya mengatasi ketegangan. Akomodasi berarti
adanya keseimbangan interaksi sosial dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat.
Akomodasi seringkali merupakan cara untuk menyelesaikan pertentangan, entah dengan cara
menghargai kepribadian yang berkonflik ataupun paksaan (tekanan).
Bentuk-Bentuk Akomodasi - Akomodasi sebagai proes mempunyai beberap bentuk antara
lain sebagai berikut:

 Koersi adalah bentuk dari akomodasi yang berlangsung karena paksaan kehendak
suatu pihak terhadap pihak lain yang lemah dengan didominasi suatu kelompok atas
kelompok lain. Contohnya sistem rezim (pemerintahan) totaliter.
 Kompromi adalah bentuk dari akomodasi yng pihak-pihak terlibat perselisihan saling
meredakan tuntutan sehingga tercapai suatu penyelesaian. Sikap dasar kompromi
adalah semua pihak bersedia merasakan dan memahami keadaan pihak lain.
Contohnya: perjanjian gencatan senajata antara kedua negara yang sedang terlibat
perang.
 Arbitrase adalah bentuk akomodasi yang terjadi apabila terdapat pihak-pihak yang
berselisih tidak sanggup mencapai kompromi sendiri. Maka dari itu diundanglah
kelompok ketiga yang tidak berat sebelah (netral) untuk mengusahakan penyelesaian.
Pihak ketiga tersebut berasal dari badan yang berwenang. Contohnya: penyelesaian

14
pertentangan antara pengusaha dan serikat buruh diselesaikan melalui arbitrase (pihak
ketiga yang netral).
 Mediasi adalah pihak ketiga untuk penengah atau juru damai. Keputusan berdamai
tergantung pihak-pihak yang betikai. Contohnya: mediasi pemerintah Republik
Indonesia untuk mendamaikan faksi-faksi yang bersilih di kamboja.
 Konsiliasi ialah upaya mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih untuk
tercapainya suat persetujuan bersama. Konsiliasi bersifat lebih lunak dan membuka
kesempatan mengadakan asimilasi. Contohnya, panitia tetap penyelesaian masalah
ketenagakerjaan mengundang perusaan dan wakil karyawan untuk menyelesaikan
masalah.
 Toleransi adalah bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan resmi karena tanpa
disadari dan direncanakan, adanya keinginan untuk menghindarkan diri dari
perselisihan yang saling merugikan.
 Stalemate adalah bentuk dari akomodasi yang terjadik ketika kelompok terlibat
pertentangan dengan kekuatan seimbang. Dengan kesadaran ke-2 belah pihak maka
tidak ada yang maju ataupun mundur sehingga pertentangan akan berhenti dengan
sendirinya.

3. ASIMILASI (ASSIMILATION)
Asimilasi adalah usaha-usaha untuk meredakan perbedaan antarindividu atau
antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan
bersama. Menurut Koentjaraningrat, prosedur asimilasi akan timbul bila ada kelompok-
kelompok yang mempunyai perbedaan kebudayaan. Kemudian, individu-individu dalam
kelompok tersebut berinteraksi secara langsung secara terus menerus dalam jangka waktu
yang lama, sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan menyesuaikan diri.
Dalam asimilasi|penyerapan terjadi proses identifikasi diri dengan kepentingan-kepentingan
dan tujuan kelompok. Apabila dua kelompok atau dua orang berbuat asimilasi, maka batas-
batas antarkelompok akan hilang dan keduanya melebur menjadi satu kelompok baru.

Faktor-Faktor Mempermudah/Mendorong Asimilasi - Faktor-faktor yang mempermudah


terjadinya asimilasi ialah

 Sikap toleransi

15
 Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi (tiap-tiap individu mendapat kesempatan
yang serupa untuk mencapai kedudukan khusus atas dasar kemampuan & jasanya)
 Sikap menghargai orang-orang asing dan kebudayaannya
 Tingkahlaku yang terbuka dari golongan penguasa dalam masyarakat
 Adanya Persamaan pada unsur kebudaaan
 Perkawinan campuran (amalgamasi)
 Adanya musuh bersama dari luar.

Faktor-Faktor Penghalang/Penghambat Asimilasi - Sebaliknya, faktor-faktor yang


menjadi penghalang terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut :

 Terisolasinya kehidupan suatu kelompok tertentu dalam masyarakat. Misalnya, orang


indian di Amerika Serikat yang diharuskan bertempat tinggal di wilayah-wilayah
khusus (reservation).
 Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi
 Memiliki perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
 Terdapat perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih
tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lain.
 Terdapat perbedaan warna kulit atau ciri-ciri badaniah.
 Terdapat in group feeling yang kuat. Artinya, adanya suatu perasaan yang kuat bahwa
individu terikat di dalam kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan
 Terdapat gangguan golongan minoritas terhadap golongan yang berkuasa. Contoh,
perlakuan kasar terhadap orang-orang jepang yang tinggal di Amerika Serika sesudah
pangkalan Armada Laut Amerika Serikat Pearl Harbor diserang secara mendadak oleh
tentara Jepang pada tahun 1941.
 Memiliki perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi.

4. AKULTURASI (ACULTURATION)
Akulturasi adalah proses penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing
menjadi bagian dari kultur suatu kelompok, tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan
asli. Akulturasi merupakan hasil dari perpaduan kedua kebudayaan dalam waktu lama. Unsur
kebudayaan asing sama-sama diterima oleh kelompok yang berinteraksi, selanjutnya diolah
tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan yang asli sebagai penerima.
Contoh Akulturasi:

16
 Kebudayaan Hindu dan kebudayaan Islam bertemu di Indonesia kemudian
menciptakan kebudayaan Islam yang bercorak Hindu
 Musik Melayu bertemu dengan musik portugis dibawa oleh para penjajah
menghasilkan musik keroncong

5. PATERNALISME
Paternalisme adalah penguasaan kelompok pendatang terhadap kelompok anak
negeri. Perekonomian suatu wilayah kadang kala dikuasi oleh kelompok pendatang, bukan
oleh penduduk anak negeri (pribumi). Kaum pendatang biasanya bertindak sebagai penguasa
atau pemilik modal, sedangkan penduduk pribumi sebagai buruh atau pekerja. Kondisi ini
sudah berakar jauh pada masa penjajahan dimana bangsa Belanda (sebagai kelompok
pendatang) menguasai bangsa Indonesia (sebagai penduduk pribumi). Penguasaan ini tidak
pada bidang ekonomi ataupun perdagangan, tetapi juga di bidang pertanahan, permodalan,
pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Masalah sosial seperti ini hendaknya cepat diatasi
agar tidak muncul kebencian dan konflik antara kaum pendatang dan warga pribumi (asli).

17
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan
untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). ). Perilaku itu
ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa
hormat terhadap orang lain.
2. Tindakan sosial adalah perbuatan atau perilaku manusia untuk mencapai tujuan
subjektif dirinya.
3. Tipe-tipe tindakan sosial yaitu rasional instrumental, rasional yang berorientasi
pada nilai, tradisional, afektif
4. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok dalam masyarakat
5. Kerja sama yang bersifat asosiatif yaitu cooperation (kerja sama), akomodasi,
asimilasi, akulturasi, paternalisme.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Sumaatmadja, H. Nursaid. 2006. Konsep Dasar IPS. Jakarta:Universitas Terbuka


2. https://dendyramdhan.wordpress.com/2012/09/10/pengertian-tindakan-sosial-
interaksi-sosial-dan-proses-sosial/
3. http://digilib.uinsby.ac.id/5932/5/Bab%202.pdf
4. https://seratsosial.wordpress.com/2010/12/06/teori-perilaku-sosial-max-weber-
teori-sosiologi-klasik/
5. http://www.artikelsiana.com/2015/06/bentuk-interaksi-sosial-asosiatif-disosiatif-
bentuk.html

19

Anda mungkin juga menyukai