Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH LANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKKAN

TENTANG TEORI KEPRIBADIAN


Untuk Memenuhi Tugas landasan pendidikkan

Dosen Pembimbing : Yanti Yandri Kusuma, S.E, M.Pd.

Disusun oleh :

Harizatunnisha (2386206118)

Ilmi Fitriani (2386206119)

M.Rajes Apriliyanto (2386206113)

UNIVERSITAS PAHLAWAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGAM STUDI PGSD
2023/2024

1
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan
rahmatnya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul LANDASAN
PSIKOLOGIS PENDIDIKKAN TENTANG TEORI KEPRIBADIAN” .Shalawat beserta
salam semoga tercurah kepada junjung kita nabi besar kita Muhammad SAW memberikan
pedoman hidup untuk keselamatan di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Landasan Pendidikkan di program
studi fakultas ilmu pendidikkan UNIVERSITAS PAHLAWAN. Sehubungan dengan
penyusunan makalah ini, dengan penuh ketabahan dan kemantapan agar makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi diri sendiri sendiri maupun orang lain. Kami juga menyampaikan
dosen pembimbing mata kuliah Landasan Pendidikkan. Serta berterimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Demikian saya ucapkan terimakasih atas waktu anda telah membaca hasil makalah ini.

Bangkinang,16 oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah. ....................................................................................................... 6
1.3 Tujuan. .........................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Menjelaskan definisi kepribadian. ................................................................................7


2.2 Menjelaskan arti teori kepribadian. ............................................................................. 9
2.3 Menjelaskan tentang aspek-aspek kepribadian. ............................................................. 16
2.4 Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian. ....................................... 22

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan. ...................................................................................................................... 25


3.2 Saran. ................................................................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA. ............................................................................................................ 26

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang
mempelajari tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia melalui
prosedur ilmiah. Seseorang yang melakukan praktik klinis ilmu dalam psikologi disebut
sebagai psikolog. Para psikolog berusaha untuk memperbaiki kualitas hidup seseorang
melalui intervensi tertentu baik pada pada fungsi mental, perilaku individu maupun
kelompok, yang didasari atas proses fisiologis dan neurobiologis.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa itu kepribadian?
B. Apa saja teori kepribadian?
C. Apa saja aspek-aspek kepribadian?
D. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian?
1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui apa itu kepribadian.
B. Untuk mengetahui apa saja itu teori kepribadian.
C. Untuk mengetahui aspek-aspek kepribadian.
D. Untuk mengetahui dan mempelajari faktor-faktor yang mempengarui kepribadian.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arti dan Definisi kepribadian


Kepribadian sebenarnya adalah sebuah konsep yang sangat luas. Itulah
mengapa definisi kepribadian yang disampaikan oleh satu ahli dengan ahli yang lain kadang
berbeda. Namun perbedaan pendapat itulah yang nantinya akan melengkapi dan
memperkaya pengetahuan kita mengenai konsep kepribadian. Berikut adalah pengertian
atau definisi kepribadian yang disampaikan oleh beberapa ahli.
Roucek dan Warren, dalam buku yang berjudul "Sociology an Introduction",
Roucek dan Warren mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi faktor-faktor biologis,
psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Faktor-faktor biologis itu
meliputi keadaan fisik, sistem saraf, watak, seksual, proses pendewasaan individu yang
bersangkutan, dan kelainan-kelainan biologis lainnya. Adapun faktor psikologis meliputi
unsur tempramen, perasaan, keterampilan, kemampuan belajar, keinginan, dan sebagainya.
Faktor sosiologis yang mempengaruhi kepribadian seorang individu dapat berupa proses
sosialisasi yang ia peroleh sejak kecil.
Koentjaraningrat, dalam bukunya yang berjudul "Pengantar Antropologi I",
menyatakan bahwa kepribadian adalah susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang.
Yinger, mengatakan bahwa kepribadian adalah keseluruhan perilaku seseorang
dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah perpaduan yang utuh antara sifat, sikap, pola
pikir, emosi, dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu agar berbuat sesuatu yang benar
sesuai dengan lingkungannya.
Theodore M. Newcomb, adalah seorang ahli sosiologi berkebangsaan Amerika
Serikat. Ia menyatakan bahwa kepribadian adalah organisasi sikap yang dimiliki seseorang
sebagai latar belakang dari perilakunya. Hal ini berarti bahwa kepribadian menunjukkan
organisasi dari sikap-sikap seorang individu untuk berbuat, mengetahui, berpikir, dan
merasakan secara khusus apabila ia berhubungan dengan orang lain atau ketika ia
menghadapi suatu masalah atau keadaan.
M. A. W. Brower, berpendapat bahwa kepribadian adalah corak tingkah laku sosial
seorang individu yang meliputi kekuatan, dorongan, keinginan, opini.

5
Kepribadian seseorang senantiasa berubah dan berkembang seiring dengan proses sosialisasi
yang dilakukan orang tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian pada
seseorang adalah sebagai berikut.
a. Faktor Biologis
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Setiap orang pasti memiliki
warisan biologis yang berbeda dengan orang yang lainnya. Warisan biologis dapat
berupa bentuk fisik yang berbeda antara satu orang dengan orang lain, bahkan pada anak
kembar sekalipun. Karakteristik fisik seseorang dapat menjadi salah satu faktor penentu
perkembangan kepribadian sesuai dengan bagaimana ia memahami keadaan dirinya
dan bagaimana ia diperlakukan dalam masyarakat.
b. Faktor Geografis dan Kebudayaan Khusus
Letak geografis yang berbeda akan menghasilkan jenis kebudayaan yang berbeda
pula. Misalnya saja masyarakat pesisir yang menghasilkan kebudayaan nelayan,
masyarakat pedesaan yang akan menghasilkan kebudayaan petani, dan kebudayaan
masyarakat kota. Letak geografis ini sebenarnya hanya merupakan
karakteristik kepribadian umum dari suatu masyarakat dan tidak semua warga
masyarakat termasuk di dalamnya. Oleh karena itu dapat kita simpulkan
bahwa kepribadian umum adalah kepribadian yang dimiliki oleh sebagian besar anggota
kelompok masyarakat.
c. Faktor Pengalaman Kelompok
Sepanjang kehidupan seseorang, pasti ada kelompok-kelompok tertentu yang
diserap gagasan-gagasan dan norma-normanya oleh seseorang. Kelompok keluarga
adalah kelompok pertama yang akan dilalui oleh individu dan mungkin yang memiliki
peranan paling penting bagi pembentukan kepribadian seseorang. Kelompok lain yang
menjadi referensi individu dalam membentuk kepribadiannya adalah kelompok bermain.
Peranan kelompok bermain ini akan semakin berkurang pengaruhnya seiring dengan
pertambahnya usia seseorang.
Selain keluarga dan kelompok bermain, kelompok mejemuk juga memiliki
peranan yang cukup besar bagi pembentukan kepribadian seseorang. Kelompo mejemuk
menunjuk pada kenyataan masyarakat yang sangat beraneka ragam. Bermacam-macam
kelompok masyarakat ini mempunyai pendangan-pandangan yang berbeda dalam
memandang nilai dan norma. Dalam keadaan perbedaan seperti ini, seorang individu
hendaknya menentukan sendiri apa yang dianggapnya baik bagi dirinya sehingga tidak

6
terhanyut dalam arus perbedaan yang terjadi dalam masyarakat majemuk tempatnya
berada.
d. Faktor Pengalaman Unik
Dua orang yang hidup di lingkungan yang sama, belum tentu
memiliki kepribadian yang sama. Hal tersebut disebabkan karena pengalaman yang
pernah didapatkan oleh masing-masing individu selalu bersifat unik dan tidak ada
seorangpun yang menyamainya. Itulah mengapa dua orang individu yang hidup pada
lingkungkungan yang sama tidak akan menghasilkan kepribadian yang sama, bahkan
pada seseorang yang lahir kembar sekalipun.
2.2 Arti Teori Kepribadian
Fungsi Teori Kepribadian
Sama seperti teori ilmiah pada umumnya yang memiliki fungsi deskriptif dan
prediktif, begitu juga teori kepribdian. Berikut penjelaskan fungsi deskriptif dan prediktif
dari teori kepribadian.
A. Fungsi Deskriptif
Fungsi deskriptif (menjelaskan atau menggambarkan) merupakan fungsi teori
kepribadian dalam menjelaskan atau menggambarkan perilaku atau kepribadian
manusia secara rinci, lengkap, dan sistematis. Pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa,
dan bagaimana seputar perilaku manusia dijawab melalui fungsi deskriptif.
B. Fungsi Prediktif
Teori kepribadian selain harus bisa menjelaskan tentang apa, mengapa, dan
bagaimana tingkah laku manusia sekarang, juga harus bisa memperkirakan apa,
mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia di kemudian hari. Dengan
demikian teori kepribadian harus memiliki fungsi prediktif
C. Dimensi-dimensi Teori Kepribadian
Setiap teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawab atas
pertanyaan sekitar apa, mengapa, dan bagaimana tentang perilaku manusia. Untuk
itu setiap teori kepribadian yang lengkap, menurut Pervin (Supratiknya, 1995 : 5-
6), biasanya memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut :
1. Pembahasan tentang struktur, yaitu aspek-aspek kepribadian yang
bersifat relatif stabil dan menetap, serta yang merupakan unsur-unsur
pembentuk sosok kepribadian.
2. Pembahasan tentang proses, yaitu konsep-konsep tentang motivasi
untuk menjelaskan dinamika tingkah laku atau kepribadian.

7
3. Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan, yaitu aneka
perubahan pada struktur sejak masa bayi sampai mencapai kemasakan,
perubahan-perubahan pada proses yang menyertainya, serta berbagai
faktor yang menentukannya.
4. Pembahasan tentang psikopatologi, yaitu hakikat gangguan kepribadian
atau tingkah laku beserta asal-usul atau proses perkembangannya.
5. Pembahasan tentang perubahan tingkah laku, yaitu konsepsi tentang
bagaimana tingkah laku bisa dimodifikasi atau diubah.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Teori Kepribadian
Berkembangya teori-teori kepribadian tidak terlepas dari sejumlah faktor
yang melatar belakangi dan mempengaruhinya, yang secara garis besar
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor-faktor historis dan faktor-faktor
kontemporer. Koeswara (1991: 13) mengibaratkan kedua faktor tersebut sebagai
faktor pembawaan dan faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian seseorang.
1. Faktor-faktor historis
Secara historis banyak faktor yang mempengaruhi berkembanya teori-
teori kepribadian dan empat diantaranya merupakan faktor yang
pengaruhnya sangat kuat. Keempat faktor yang dimaksud adalah : a. peng-
obatan klinis Eropa, b. psikometrik, c. behaviorisme, dan d. psikologi
Gestalt (Koeswara, 1991: 13).
a. Pengobatan klinis di Eropa
Upaya pengobatan, sepanjang sejarah selalu dihubungkan
dengan konsepsi tentang kepribadian. Demikian halnya dengan apa
yang dilekukan di Eropa pada abad ke-18 dan ke-19, terutama di
Perancis. Atas dasar konsepsi-konsepsi fisiologis dan aktivitas-
aktivitas mental manusia, Philipe Pinel (1745-1926), seorang dokter
dari Perancis, menggambarkan gangguan kepribadian psikosis
sebagai akibat dari kerusakan fungsi otak.
Seorang dokter dari Jerman, Emil Kraeplin (1856-1926),
membuat klasifikasi gangguan kepribadian berdasarkan konsepsi
tentang psikosis yang fisikalistis. Ditinjau dari perkembangan teori
kepribadian, apa yang dilakukan Kraeplin merupakan langkah besar

8
karena gangguan kepribadian sudah dirumuskan dan diklasifikasikan
secara ilmiah.
Pengaruh terbesar dari sejarah pengobatan klinis di Eropa
terhadap perkembangan kepribadian adalah yang terjadi pada abad
ke-20, yaitu ketika Sigmund Freud menuliskan konsepsi-konsepsinya
yang dia susun berdasarkan temuannya dalam menyembuhkan
penderita neurosis, khususnya histeria. Pengaruh Freud dengan
Psikoanalisisnya terhadap teori kepribadian dapat dilihat dari fakta
bahwa hampir seluruh teori kepribadian modern mengambil sebagian
atau setidak-tidaknya mempersoalkan konsepsi-konsepsi Freud dala
penyusunan teori kepribadian (Koeswara, 1991: 15).
b. Psikometrik
Psikometrik atau pengukuran psikologi memberikan pengaruh
yang harus diperhitungkan dalam perkembangan teori kepribadian.
Sebelum ada psikometrik, ada anggapan bahwa fungsi-fungsi
psikologis manusia seperti kecerdasan, bakat, minat, motif,
dst., sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk bisa diukur.
Berbicara tentang psikometrik dari sisi historis, tidak terlepas
dari pembahasan mengenai apa yang dilakukan oleh Gustav Theodor
Fecher (1801-1887). Fechner, yang beranggapan bahwa jiwa itu
identik dengan raga, banyak melakukan penelitian, khususnya
tentang pengideraan dengan metode eksperimen.
Apa yang telah dilakukan oleh Fecher menjadi pendorong bagi
para ahli yang muncul kemudian untuk mengembangkan dan
menggunakan pendekatan psikometrik untuk kaitan antara aspek
fisik dengan aspek mental. Dengan berkembangnya psikometrik
memungkinkan dilakukannya penelitian di bidang kepribadian.
c. Behaviorisme
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang lahir di Amerika
Serikat dipelopori oleh John B. Watson (1878-1958). Pengaruh
behaviorisme terhadap perkembangan teori kepribadian terletak pada
upaya-upaya dan anjurannya untuk memandang dan meneliti tingkah
laku manusia secara objektif. Penelitian-penelitian yang telah
dilakukan oleh para behavioris dengan metode eksperimen mampu

9
memberikan sumbangan besar bagi terciptanya konsep-konsep
tentang kepribadian yang ketepatannya bisa diuji secara empiris.
d. Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt merupakan aliran psikologi yang lahir di
Jerman dan yang dipelopori oleh Max Wertheimer (1880-1943),
Wolfgang Kohler (1887- 1967), dan Kurt Koffka (18886-
1941). Prinsip pertama dan utama dari psikologi Gesltalt adalah
bahwa suatu fenomena hanya dan harus dimengerti sebagai suatu
totalitas atau keseluruhan. Demikian halnya dengan manusia berikut
kesadaran dan tingkah lakunya hanya dapat dipahami jika hal itu
dilihat sebagai suatu totalitas. Beberapa teoris kepribadian terkemuka
yaitu Adler, Goldstein, Allport, Maslow, dan Rogers
mengembangkan teori kepribadian berdasarkan prinsip holistik atai
totalitas dari psikologi Gestalt.
Prinsip kedua psikologi Gestalt, yang juga ikut mempengaruhi
para teoris keprbadian adalah prinsip bahwa fenomena merupakan
data mendasar bagi psikologi. Untuk itu dalam memahami perilaku
manusia maka peneliti atau pengamat harus berusaha merasakan dan
menghayati apa yang dialami oleh subjek yang diamati.
2. Faktor-faktor Kontemporer
Faktor-faktor kontemporer yang mempengaruhi perkembanga
teori kepribadian mencakup faktor dari dalam dan dari luar psikologi.
Faktor-faktor yang bersumber dari dalam bidang psikologi yaitu: a.
munculnya perluasan bidang psikologi, seperti psikologi lintas budaya
(cross-cultural psychology), dan b. Studi tentang proses-proses kognitif dan
motivasi.
Faktor-faktor kontemporer dari luar bidang psikologi yang
mempengaruhi perkembangan teori kepribadian antara lain berkembangnya
aliran filsafat eksistensialisme, perubahan sosial budaya yang pesat, dan
berkembangnya teknologi komputer.
Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang menekankan
kebebasan, penentuan diri, dan keberubahan manusia, mempengaruhi para
teoris kepribadian eksistensial dan humanistik. Perubahan sosial budaya
telah memberikan arah baru kepada penelitian dan penyusunan teori

10
kepribadian. Sedangkan berkembangnya teknologi komputer membuka
peluang yang luas bagi penelitian secara besar-besaran dan cermat.
E. Anggapan-anggapan Dasar tentang Manusia
Setiap orang, termasuk teoris kepribadian, memiliki anggapan-anggapan dasar
(basic assumtions) tertentu tentang manusia yang oleh George Boeree disebut
asumsi-asumsi filosofis (Boeree, 2005 : 23). Anggapan-anggapan dasar yang
diperoleh melalui hubungan pribadi atau pengalaman-pengalaman sosial ini secara
nyata akan mempengaruhi persepsi dan tindakan manusia terhadap sesamanya.
Dalam konteks para teoris kepribadian, anggapan-anggapan dasar ini mempengaruhi
konstruksi dan isi teori kepribadian yang disusunnya. Anggapan-anggapan dasar
tentang manusia yang mempengaruhi atau mewarnai teori-teori kepribadian adalah
sebagai berikut.
1. Kebebasan – ketidak bebebasan
Ada anggapan bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas
berkehendak, mengambil sikap, dan menentukan arah kehidupannya.
Sebaliknya ada anggapan yang berlawanan dengan itu, bahwa manusia
merupakan makhluk yang tidak bebas. Salah seorang teoris kepribadian,
yaitu Abraham Maslow menganggap bahwa manusia merupakan makhluk
yang bebas, sementara itu teoris kepribadiannya lainnya diantaranya Freud
dan Skinner, menyatakan bahwa pada dasarnya manusia merupakan
makhluk yang perilakunya tidak bebas karena ditentukan oleh sejumlah
determinan.
2. Rasionalitas – irasionalitas
Maslow dan para teoris kepribaian humanistik lainnya beranggapan
bahwa manusia merupakan makhluk yang perilakunya digerakkan oleh
faktor-faktor yang rasional. Sedangkan Freud menganggap bahwa manusia
merupakan makhluk yang cenderung irasional. Sementara itu Skinner dan
para behavioris lainnya tidak begitu terikat pada anggapan dasar rasional-
irasional.
3. Holisme – elementalisme
Menurut Freud dan Maslow manusia hanya dapat dimengerti bila dilihat
dan dipelajari sebagai totalitas. Sedangkan Skinner cenderung memenadang
menausia secara elemtalisme, bahwa perilaku manusia dapat dipelajari

11
sebagian-sebagian. Hal demikian juga diperkuat dengan pendapatnya bahwa
kepribadian adalah sekumpulan tingkah laku yang dipelajari.
4. Konstitusionalisme – environmentalisme
Konstitusionalisme merupakan pandangan yang menyatakan bahwa
kepribadian seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang sudah dimiliki
sejak lahir atau faktor bawaan. Sedangkan environmentalisme menganggap
bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari
lingkungannya.
Freud dengan teori mengenai naluri yang bersifat bawaan, termasuk
teoris kepribadian konstitusionalis, demikian halnya Maslow dengan teori
kebutuhan bertingkatnya. Namun komitmen Maslow pada konstitusi-
onalisme ini tidak sekuat Freud. Sedangkan Skinner dan para behavioris
lainnya beranggapan bahwa perilaku manusia merupakan hasil belajar dari
lingkungannya.
5. Berubah – tidak berubah
Anggapan dasar berubah – tak berubah mempersoalkan berubah
tidaknya kepribadian individu sepanjang hidupnya. Freud sebagai penganut
determinisme, beranggapan bahwa kepribadian individu ditentukan oleh
pengalaman masa kanak-kanak awal dan tidak akan berubah sepanjang
hidup individu. Sedangkan Maslow dan Skinner beranggapan bahwa
kepribadian individu mengalami perubahan sepanjang hidupnya.
6. Subjektivitas – objektivitas
Anggapan dasar tentang subjektivitas dan objektivitas manusia
berkenaan dengan persoalan apakah perilaku manusia ditentukan oleh
pengalaman personalnya yang subjektif atau faktor-faktor eksternal yang
objektif. Rogers, tokoh psikologi fenomenologi dan salah satu tokoh
psikologi humanistik, menyatakan bahwa dunia batin atau dunia subjektif
individu merupakan penyebab terbesar bagi terjadinya perilaku individu.
Freud dan Maslow berpegang pada anggapan dasar yang sama dengan
Rogers bahwa perilaku manusia bersifat subjektif. Sedangkan Skinner
menolak pandangan tentang pengalaman subjektif manusia. Dia lebih
menitik beratkan pada tingkah laku yang dapat diamati dan diukur secara
objektif.
7. Proaktif – reaktif

12
Pandangan proaktif-reaktif menjelaskan sumber penyebab perilaku
manusia. Apakah perilaku manusia didorong oleh faktor-faktor internal atau
faktor-faktor eksternal?
Freud dan Maslow merupakah teoris kepribadian yang menganggap
bahwa perilaku manusia bersifat proaktif, yaitu lebih banyak digerakkan
oleh faktor-faktor internalnya. Menurut Freud, perilaku manusia didorong
oleh faktor internal yang sebagian besar berasal dari alam yang tidak
disadari. Sedangkan menurut Maslow, perilaku manusia didorong oleh
faktor-faktor internal yang disadari.
Skinner dan para behavioris memandang bahwa perilaku manusia
bersifat reaktif. Menurut mereka perilaku manusia merupakan respon
terhadap stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan.
8. Homeostatis – heterostatis
Konsep homeostatis menjelaskan bahwa perilaku manusia terutama
dimotivasi oleh upaya mengurangi atau menghilangkan ketegangan yang
terjadi akibat ketidak seimbangan, misalnya lelah, lapar, ingin tahu, dst.
Sedangkan konsep heterostatis menjelaskan bahwa perilaku manusia
terutama dimotivasi oleh upaya menuju perkembangan dan aktualisasi diri.
Freud merupakan salah satu teoris kepribadian yang berpegang pada
konsep homeostatis. Sedangkan Maslow berpegang pada konsep
heterostatis. Sementara Skinner menolak kedua konsep motivasi tersebut.
Bagi Skinner, perilaku manusia disebabkan oleh stimulus-stimulus yang
datang dari luar dirinya dan bukan kerena motivasi.
9. Dapat diketahui – tidak dapat diketahui
Freud berpandangan bahwa manusia dapat diketahui sepenuhnya
melalui metode ilmiah karena perilaku manusia berlangsung berdasarkan
hukum-hukum alam. Sejalan dengan pandangan Freud, Skinner menyatakan
bahwa melalui observasi-observasi yang sistematis dapat diperoleh
pengetahuan yang memadai tentang manusia.
Maslow berpandangan lain dengan Freud dan Skinner. Menurut Maslow
manusia tidak bisa diketahui sepenuhnya meskipun dengan uapaya-upaya
ilmiah.
F. Klasifikasi Teori-teori Kepribadian

13
Dewasa ini telah banyak teori-teori kepribadian untuk memudahkan mempelajari
para ahli telah mengklasifikasikan teori-teori tersebut ke dalam beberapa kelompok
dengan menggunakan acuan tertentu yaitu paradigma yang dipakai untuk
mengembangkannya. Berdasarkan paradigma yang dipergunakan dalam
mengembankannya, teori kepribadian dibedakan menjadi 4 paradigma (Alwisol,
2005: 2-7). Kempat paradigma tersebut adalah:
1. Paradigma psikoanalisis: tradisi klinis psikiatri.
2. Paradigma traits: tradisi psikologi fungsionalisme dan psikologi pengukuran.
3. Paradigma kognitif: tradisi Gestalt.
4. Paradigma behaviorisme: tradisi kondisioning.
Adapula klasifikasi teori kepribadian yang didasarkan pada sejarah
perkembangannya yang kemudian menjadi kekutan besar yang dijadikan orientasi
dalam pengembangan teori-teori kepribadian. Boeree (2005 : 29) menyatakan
bahwa ada 3 orientasi atau kekuatan besar dalam teori kepribadian, yaitu :
1. Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigma yang
sama atau hampir sama, yang dipandang sebagai kekuatan pertama.
2. Behavioristik yang dipandang sebagai kekuatan kedua.
3. Humanistik, yang dinyatakan sebagai kekuatan ketiga.
2.3 Tentang aspek-aspek kepribadian
Perasaan
Pengertian perasaan adalah tingkah individu yang didasari pada faktor kejiwaan
dalam hatinya. Kondisi ini akan mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan yang
sesuai dengan kata hati. Oleh karenannya banyak pihak mengetakan bahwa perasaan
sama arti dengan emosi.

Pengetahuan
Wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang satu dengan lainnya,
tentusaja tidak bisa disamakan. Akan ada perbedaan yang mendalam, dengan kadaan ini
pengatahuan menjadi aspek terpenting dalam membentuk kepribadian seseorang.

Naluri
Terakhir, yang menjadi pendorong dalam kepribadian adalah naluri. Naluri
membentuk manusia untuk bertingkah laku sesuai dengan kata hati. Naluri memiliki
karakteristik yang berbeda daripada aspek lainnya, lantaran naluri di bawa sejak ia lahir.

Dari serangkaian penjelasan mengenai pengertian, ciri, aspek kepribadian di atas,


Penting bagi artikel ini untuk mengulas lebih dalam tentang contoh kepribadian.
Tujuannya agat materi ini dapat lebih mudah untuk dipahami dan ditelaah lebih lanjut.

14
Aspek-Aspek Kepribadian
Dilihat dar aspeknya, kepribadian dapat terbentuk karena beberapa faktpr berikut; Perasaan
Pengertian perasaan adalah tingkah individu yang didasari pada faktor kejiwaan
dalam hatinya. Kondisi ini akan mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan yang
sesuai dengan kata hati. Oleh karenannya banyak pihak mengetakan bahwa perasaan
sama arti dengan emosi.

Pengetahuan.
Wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang satu dengan lainnya, tentusaja
tidak bisa disamakan. Akan ada perbedaan yang mendalam, dengan kadaan ini pengatahuan
menjadi aspek terpenting dalam membentuk kepribadian seseorang.
Naluri
Terakhir, yang menjadi pendorong dalam kepribadian adalah naluri. Naluri membentuk
manusia untuk bertingkah laku sesuai dengan kata hati. Naluri memiliki karakteristik yang
berbeda daripada aspek lainnya, lantaran naluri di bawa sejak ia lahir.
Dari serangkaian penjelasan mengenai pengertian, ciri, aspek kepribadian di atas, Penting
bagi artikel ini untuk mengulas lebih dalam tentang contoh kepribadian. Tujuannya agat
materi ini dapat lebih mudah untuk dipahami dan ditelaah lebih lanjut.
Ada beberapa aspek lain yaitu:
Aspek-aspek Kepribadian Anak atau Kepribadian Siswa
M. Ngalim Purwanto (1990:156-159) menguraikan beberapa aspek kepribadian yang
penting dan berhubungan dengan pendidikan dalam rangka pembentukan pribadi anak, yaitu
sebagai berikut:
a. Sifat-sifat kepribadian (personality traits), yaitu sifat-sifat yang ada pada individu, seperti
penakut, pemarah, suka bergaul, peramah, serta menyendiri.
b. Intelegensi kecerdasan temasuk di dalamnya kewaspadaan, kemampuan belajar, kecakapan
berfikir.
c. Pernyataan diri dan cara menerima pesan-pesan (appearance and inpressien).
d. Kesehatan jasmani.
e. Bentuk tubuh.
f. Sikapnya terhadap orang lain.
g. Pengetahuan, kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang.

15
h. Keterampilan (skill).
i. Nilai-nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adat istiadat, etika, kepercayaan yang
dianutnya.
j. Penguasaan dan kuat lemahnya perasaan
k. Peranan (roles) adalah kedudukan atau posisi seseorang di dalam masyarakat di mana ia
hidup.
l. The self, yaitu anggapan dan perasaan tertentu tentang siapa, apa, dan di mana sebenarnya
ia berada. Menurut Ahmad D. Marimba, pada garis besarnya aspek-aspek kepribadian itu
dapat digolongkan dalam tiga hal, yaitu:
1) Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah tampak dan ketahuan
dari luar, misalnya cara-cara berbuat, berbicara, dan sebagainya.
2) Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dan diketahui dari
luar, misalnya cara berfikir, sikap, dan minat.
3) Aspek- aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak,
yaitu filsafat hidup dan kepercayaan.
Yoesoef Noesyirawan, sebagaimana dikutip Ahmad Fauzi (1989:67) mengelompokkan
aspek-aspek kepribadian dalam empat bagian, yaitu:
a. Vitalitas sebagai konstata dari semangat hidup pribadi.
b. Tempramen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadi serta cara
bereaksi dan bergerak.
c. Watak sebagai konstanta dari hasrat, perasaan, dan kehendak pribadi mengenai nilai-nilai.
d. Kecerdasan, bakat, daya nalar, sebagai konstanta kemampuan pribadi.
Singgih D. Gunarsa, (2000:105) memberikan saran agar dalam mengembangkan kepribadian
anak, perlu memperhatikan perkembangan aspek-aspek sebagai berikut:
Dalam kaitannya dengan pertumbuhan fisik anak. Perlakuan dan pengasuhan yang baik
disertai dengan lingkungan yang memungkinkan anak hidup sehat, jauh dari keadaan yang
akan menimbulkan penyakit.
Dalam kaitannya dengan perkembangan sosial anak. Pergaulan adalah juga sesuatu
kebutuhan untuk memperkembangkan aspek sosial.
Dalam kaitannya dengan perkembangan mental anak. Komunikasi verbal orang tua dan anak,
khususnya pada tahun-tahun pertama kehidupan anak, besar pengaruhnya untuk
perkembangan mentalnya.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Anak atau Kepribadian Siswa

16
Kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, tetapi di dalam
perkembangan makin terbentuklah pola-pola yang tetap, sehingga merupakan ciri-ciri yang
khas dan unik bagi setiap individu. Menurut Singgih D. Gunarsa, (2000:108) faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, adalah:

1) Faktor biologis, yaitu yang berhubungan dengan keadaan jasmani yang meliputi keadaan
pencernaan, pernapasan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar urat syaraf, dan lain-lain.
2) Faktor sosial, yaitu masyarakat yakni manusia-manusia lain di sekitar individu, adat
istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dalam masyarakat itu.
3) Faktor kebudayaan, yaitu kebudayaan itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat
dan tentunya kebudayaan dari tiap-tiap tempat yang berbeda akan berbeda pula
kebudayaannya. Perkembangan dan pembentukan kepribadian dari masing-masing orang
tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana anak itu dibesarkan.
Sedangkan menurut Husain Mazhahiri (dalam Singgih D. Gunarsa, (2000:112), faktor-
faktor yang membentuk kepribadian anak atau kepribadian siswa ada empat, yaitu:
1. Peranan cinta kasih dalam pembinaan kepribadian.
2. Tidak menghina dan mengurangi hak anak.
3. Perhatian pada perkembangan kepribadian.
4. Menghindari penggunaan kata kotor.
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling peka bagi proses pembentukan
kepribadian seseorang yang akan mewarnai sikap, perilaku. dan pandangan hidupnya kelak di
kemudian hari. Sedangkan perkembangan kepribadian anak itu sendiri, dipengaruhi oleh
lingkungan tempat anak itu hidup dan berkembang. Di antara faktor lingkungan yang paling
berpengaruh bagi perkembangan kepribadian anak, adalah orang tua yang mengasuh dan
membimbingnya beserta suasana kehidupan yang dibina. Dalam konteks lingkungan keluarga
inilah, maka kehadiran orang tua akan turut mempengaruhi dan mewarnai proses
pembentukan kepribadian anak selanjutnya.
Menurut Ngalim Purwanto (1990:162) ada beberapa alasan pentingnya orang tua,
terutama ibu dan ayah bagi pembentukan kepribadian anak dan kepribadian siswa, yakni:
1. Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama-tama.
2. Pengaruh yang diterima anak itu batas dan jumlahnya.
3. Intensitas pengaruh itu tinggi karena berlangsung terus menerus siang dan malam.
Umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman serta bersifat intim dan bernada
emosional.

17
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepribadian anak atau kepribadian
siswa dipengaruhi oleh banyak factor, dan salah satunya ialah peranan orang tua dalam
rangka membimbing, mengarahkan, dan memberikan jalan keluar terhadap permasalahan
yang sedang dihadapi oleh anak, karena orang tua merupakan orang yang paling dekat
dengan anak-anak sehingga akan mudah untuk memahami kepribadiannya.
D. Upaya-upaya Pembentukan Kepribadian Anak atau Kepribadian Siswa
Secara umum, kepribadian itu pada dasarnya dibentuk oleh pendidikan, karena pendidikan
menanamkan tingkah laku yang kontinyu dan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan,
ketika ia dijadikan norma, kebiasaan itu berubah menjadi adat, membentuk sifat, sifat-sifat
seseorang merupakan tabi’at atau watak, tabi’at rohaniah dan sifat lahir membentuk
kepribadian. Hal ini, sesuai dengan definisi pendidikan, yaitu usaha sadar, teratur, dan
sistematik yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk
mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabi'at sesuai dengan cita-cita pendidikan.
Amir Daien Indrakusuma (1973:108), menegaskkan bahwa kepribadian itu dapat dibentuk
oleh pendidikan, dan pendidikan itu sendiri bersumber pada tiga pusat pendidikan, yaitu
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Terbentuknya kepribadian pada diri seseorang, itu berlangsung melalui perkembangan
yang terus menerus. Seluruh perkembangan itu, tampak bahwa tiap perkembangan maju
muncul dalam cara-cara yang kompleks dan tiap perkembangan didahului oleh
perkembangan sebelumnya. Ini berarti, bahwa perkembangan itu tidak hanya kontiyu, tapi
juga perkembangan fase yang satu diikuti dan menghasilkan perkembangan pada fase
berikutnya. Menurut Ahmad D. Marimba (1989: 88) pembentukan kepribadian merupakan
suatu proses yang terdiri atas tiga taraf, yaitu:
1) Pembiasaan
Pembiasaan ialah latihan-latihan tentang sesuatu supaya menjadi biasa. Pembiasaan
hendaknya ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil, sebab pada masa itu merupakan
masa yang paling peka bagi pembentukan kebiasaan. Pembiasaan yang ditanamkan kepada
anak-anak, itu harus disesuaikan dengan perkembangan jiwanya.
Pendidikan yang diberikan kepada anak sejak kecil, merupakan upaya dalam rangka
pembentukan kepribadian yang baik. Hal ini, sebagaimana dikemukakan oleh M. Athiyah
al-Abrasy (1990:105-107) bahwa para filosof Islam merasakan betapa pentingnya periode
kanak-kanak dalam pendidikan budi pekerti, dan membiasakan anak-anak kepada tingkah
laku yang baik sejak kecilnya. Mereka ini semua berpendapat bahwa pendidikan anak-
anak sejak dari kecilnya harus mendapat perhatian penuh.

18
Kebiasaan Baik dapat membentuk kepribadian Anak atau Kepribadian Siswa

Ibnu Qoyyim Al-Jauzi, sebagaimana dikutip oleh M. Athiyah al-Abrasy (1990:107)


mengemukakan, bahwa pembentukan yang utama ialah waktu kecil, maka apabila seorang
anak dibiarkan melakukan sesuatu (yang kurang baik) dan kemudian telah menjadi
kebiasaannya, maka akan sukarlah meluruskannya. Tujuan utama dari kebiasaan ini,
adalah penanaman kecakapan-kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu agar cara-cara
yang tepat dapat dikuasai oleh siterdidik yang terimplikasi mendalam bagi pembentukan
selanjutnya.
2) Pembentukan minat dan sikap
Dalam taraf kedua ini, pembentukan lebih dititikberatkan pada perkembangan akal
(pikiran, minat, dan sikap atau pendirian.). Menurut Ahmad D. Marimba (1989:88) bahwa
pembentukan pada taraf ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
a. Formil
Pembentukan secara formil, dilaksanakan dengan latihan secara berpikir, penanaman
minat yang kuat, dan sikap (pendirian) yang tepat. Tujuan dari pembentukan formil ini
adalah:
1) Terbentuknya cara-cara berpikir yang baik, dapat menggunakan metode berpikir
yang tepat, serta mengambil kesimpulan yang logis.
2) Terbentuknya minat yang kuat, yang sejajar dengan terbentuknya pengertian. Minat
merupakan kecenderungan jiwa ke arah sesuatu karena sesuatu itu mempunyai arti bukan
karena terpaksa.
3) Terbentuknya sikap (pendirian) yang tepat. Sikap terbentuk bersama-sama dengan
minat. Sikap yang tepat, ialah bagaimana seharusnya seseorang itu bersikap terhadap
agamanya, nilai-nilai yang ada di dalamnya, terhadap nilai-nilai kesulitan, dan terhadap
orang lain yang berpendapat lain.
b. Materil
Pembentukan materil sebenarnya telah dimulai sejak masa kanak-kanak, jadi sejak
pembentukan taraf pertama, namun barulah pada taraf kedua ini (masa intelek dan masa
sosial). Anak-anak yang telah cukup besar dan mampu menepis mana yang berguna dan
mana yang tidak, harusnya dilatih berpikir kritis.
c. Intensil

19
Pembentukan intensil yaitu pengarahan, pemberian arah, dan tujuan yang jelas bagi
pendidikan Islam, yaitu terbentuknya kepribadian muslim. Untuk membentuk ke arah
mana kepribadian itu akan dibawa, maka di samping pemberian pengetahuan juga tentang
nilai-nilai. Jadi, bukan hanya merupakan pemberian perlengkapan, tetapi juga pemberian
tujuan ke arah mana perlengkapan itu akan dibawa. Pada segi lain, pembentukan intensil
ini lebih progresif lagi, yaitu nilai-nilai yang mengarahkan sudah harus dilaksanakan
dalam kehidupan. Mungkin masih dengan pengawasan orang tua, tetapi lebih baik lagi jika
atas keinsyafan sendiri.
3) Pembentukan kerohanian yang luhur
Pada taraf ini, pembentukan dititikberatkan pada aspek kerohanian untuk mencapai
kedewasaan rohaniah, yaitu dapat memilih, memutuskan, dan berbuat atas dasar kesadaran
sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab, kecenderungan ke arah berdiri sendiri yang
diusahakan pada taraf yang lalu, misalnya peralihan dari disiplin luar ke arah disiplin
sendiri, dari menerima teladan ke arah mencari teladan, pada taraf ini diintensifkan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang diberikan oleh orang tua
dalam keluarga, baik dalam bentuk bimbingan, pendidikan, maupun perhatian merupakan
salah satu upaya yang dapat membentuk kepribadian anak atau kepribadian siswa. Selain
itu, terdapat pula cara lain yang dapat dipergunakan dalam membentuk kepribadian, yaitu
pembiasaan, yang bertujuan untuk menanamkan kecakapan-kecakapan berbuat,
mengucapkan sesuatu dengan tepat, dan dapat dikuasai oleh si anak serta mempunyai
implikasi yang mendalam bagi pembentukan kepribadian pada tahap selanjutnya.

2.4 faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian


Faktor yang mempengaruhi perubahan dan dinamika kepribadian seseorang di pengaruhi
oleh banyak faktor. Kepribadian merupakan karakteristik yang relatif stabil. Perubahan dalam
kepribadian tidak bisa terjadi secara spontan, tetapi merupakan hasil pengamatan,
pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial budaya, rentang usia dan faktor-faktor dari
individu:

20
 Pengalaman Awal: Sigmund Freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal (masa
kanak kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu
adalah pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan.
 Pengaruh Budaya: dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk
mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya.
 Kondisi Fisik: kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung
terhadap kepribadian seseorang. Kondisi tubuh meentukan apa yang dapat dilakukan dan apa
yang tidak dapat dilakukan seseorang. Secara tidak langsung seseorang akan merasakan
tentang tubuhnya yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya. Kondisi
fisik yang mempengaruhi kepribadian antara lain adalah kelelahan, malnutrisi, gangguan
fisik, penyakit menahun, dan gangguan kelenjar endokrin ke kelenjar tiroid (membuat
gelisah, pemarah, hiperaktif, depresi, tidak puas, curiga, dan sebagainya).
 Daya Tarik: orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya memiliki lebih banyak
karakteristik kepribadian yang diinginkan dari pada orang yang dinilai kurang menarik, dan
bagi mereka yang memiliki karakteristik menarik akan memperkuat sikap sosial yang
menguntungkan.
 Inteligensi: Perhatian lebih terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan
anak yang kurang pandai merasa bodoh. Apabila berdekatan dengan orang yang pandai
tersebut, dan tidak jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.
 Emosi: ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinali sebagai orang yang tidak matang.
Penekanan ekspresi emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar, tidak mau
bekerja sama dan sibuk sendiri.
 Keberhasilan dan Kegagalan: Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaru
 Nama: walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep diri,
namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu mempengaruhi
orang yang berarti dalam hidupnya. Nama yang dipakai memanggil ,mereka (karena nama itu
mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pikiran orang lain)
akan mewarnai penilainya orang terhadap dirinya.
 konsep diri, kegagalan dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhasilan akan menunjang
konsep diri itu.
 Penerimaan Sosial: anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan
rasa percaya diri dan kepandaiannya. Sebaliknya anak yang tidak diterima dalam lingkungan
sosialnya akan membenci orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.

21
 Pengaruh Keluarga: pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab
waktu terbanyak anak adalah keluarga dan di dalam keluarga itulah diletakkan sendi sendi
dasar kepribadian.
 Perubahan Fisik: perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan
kematangan fisik yang mengarah kepada perbaikan kepribadian. Akan tetapi, perubahan fisik
yang mengarah pada klimakterium dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu
kemunduran menuju ke arah yang lebih buruk.

22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan berdasarkan pembahasan diatas dapat di simpulkan bahw a,landasan psikologi
pendidikkan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikkan yang membahasas
berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumya serta gejala-gejala yang
berbaikatan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan terntentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangan nya yang
bertujuan untuk memudahkan bentuk landasan psikologi pendidikkan mencakup psikologi
perkembangan belajar,sosial dalam perkembangannya landasan psikologi pendidikkan
memiliki peranan sebagai perkembangan kurikulum dalam sistem pembelajaran dan penilai.

3.2 SARAN
Saran yang dapat kami berikan kepada pembaca adalah sebagai berikut.

1. Pendidikk di wajibkan menerapkan nilai-nilai landasan psikologi pendidikkan


dalam proses belajar mengajar

2. pendidikk lebih memperhatikan landasan psikologi pendidikkan yang sesuai


dengan peserta didik.dengan begitu maka perkembangan peserta didik di harapkan
berkembang secara optimal dan mengarah ke arah yang di tunjukan

23
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dictio.id/t/apa-saja-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kepribadian-seseorang/8850
https://nurhibatullah.blogspot.com/2016/06/pengertian-kepribadian-dan-aspek.html
https://www.kompasiana.com/cacha/54f83ea0a33311af608b4f2b/teori-kepribadian

24

Anda mungkin juga menyukai