OLEH
KELOMPOK 4
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Anugerah-Nya sehingga
kami dapat Menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
guna memenuhi Tugas pada mata kuliah Etika Profesi di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Manado. Selain itu, kami juga berharap agar Makalah ini dapat
menambah wawasan dan memperluas pengetahuan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen bidang studi Etika Profesi.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
ini.
Kami menyadari, Makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan Makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian ?
2. Bagaimana faktor internal dan eksternal mempengaruhi
perkembangan kepribadian ?
3. Bagaimakah tahap-tahap pekembangan kepribadian ?
4. Bagaimana tanda-tanda dari kepribadian yag sehat ?
5. Apa yang dimaksud dengan dinamika kepribadian ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan kepribadian
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian
3. Untuk mengetahui tahap-tahap pekembangan kepribadian
4. Untuk mengetahui pengertian dinamika kepribadian
1.4 Manfaat
1. Untuk memahami perkembangan kepribadian dan dinamika
kepribadian
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi
iv
v
BAB II
PEMBAHASAN
1
dia merevisinya. Definisi yang kemudian dirumuskan oleh Alport
adalah “kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu
sebagai system psikofisis yang menentukan cara yang khas dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan”
b. Krech dan Crutchfield
David Krech dan Richard S. Crutchfield (1969) dalam bukunya
Elements of Psychology merumuskan kepribadian sebagai integrasi
dari semua karakteristik individu ke dalam suatu kesatuan unik yang
menentukan dan dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah terus-menerus.
c. Adolf Heuken S.J
Kepribadian adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan
serta kebiasaan seseorang, baik jasmani, mental, rohani, emosional
maupun sosial. Semua ini telah ditata dalam caranya yang khas
dibawah berbagai pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam
tingkah lakunya, dalam usaha menjadi manusia sebagaimana yang
dikehendakinya.
2
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian
Kepribadian manusia merupakan sesuatu yang kompleks, Schultz &
Schultz (2006) menjelaskan kepribadian layaknya puzzle, karena menurut
mereka untuk menjelaskan kepribadian, harus menggunakan berbagai teori
untuk dapat menjelaskan secara lengkap dan tuntas. Schultz & Schultz (2005)
merumuskan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan
kepribadian, yaitu :
a. Faktor genetik atau hereditas
Beberapa hasil penelitian mendapatkan bahwa sifat atau dimensi
kepribadian merupakan sesuatu yang diwariskan. Beberapa teori
kepribadian yang menjelaskan faktor hereditas :
1) Dimensi kepribadian dari Eysenck mengenai : psikotisme,
neurotikisme dan ekstraversi (yang awalnya dikembangkan oleh Jung)
2) Lima faktor model keperibadian dari Costa dan McCrae, yaitu :
Neurotikisme, extraversi, keterbukaan terhadap pengalaman,
kepersetujuan dan kehati-hatian
3) Tiga temperamen dari Buss dan plomin, yaitu emosionalitas, aktivitas
dan sosialitas Zuckerman menambahkan bahwa sifat mencari
kesenangan (sensasi) pada mulanya dipengaruhi oleh faktor genetik.
b. Faktor lingkungan
3
Setiap ahli teori kepribadian masih mendiskusikan pentingnya
lingkungan sosial. Alfred Adler menjelaskannya dalam bentuk pengaruh
urutan kelahiran. Menurutnya, kepribadian dipengaruhi oleh posisi kelahiran
dalam keluarga, situasi sosial dan pengasuhan sebagai fungsi dari perluasan
perbedaan usia antara saudara kandung. Dalam pandangan Adler perbedaan
lingkugan rumah akan memberikan pengaruh kepada perbedaan kepribadian.
4
lingkungan yang pada akhirnya yang memberikan pengaruh dalam perluasan
kepribadian.
5
c. Faktor belajar
Faktor belajar memainkan peranan yang sangat penting dalam setiap aspek
perilaku. Semua kekuatan lingkungan dan sosial yang membentuk
keperibadian ditentukan oleh belajar. Setiap fase dalam kepribadian yang
diwariskan dapat dimodifikasi, dikacaukan, dicegah, ditumbuh suburkan
melalui proses belajar. Menurut B.F. Skinner berdasarkan hasil kajian
Pavlov dan Watson berpendapat bahwa penguatan positif successive
approximation, perilaku turunan (superstitious) dan berbagai variabel belajar
berkontribusi pada pembentukan kepribadian, yang oleh Skinner disebutnya
dengan akumulasi senderhana dari respons yang dipelajari.
6
Kontrol bermanfaat kepada banyak aspek dalam hidup. Tingkat kontrol
yang tinggi memiliki pengaruh terhadap mekanisme coping (penyelesaian
masalah) yang lebih baik, lebih sedikit memberikan efek stress, lebih sehat
secara fisik dan mental, keteguhan hati, lebih tinggi aspirasi dan harga diri,
memiliki kecemasan yang rendah, bermutu tinggi dan memiliki
keterampilan sosial dan popularitas yang lebih tinggi. Meskipun istilah
efikasi diri, internal locus of control, optimisme ditentukan oleh faktor
lingkungan dan sosial, pada dasarnya sesuatu yang dipelajari sejak kelahiran
dan masa kanak-kanak melalui hal ini dapat merubah kehidupan di
kemudian hari. Cara pengasuhan tertentu dapat mendorong perasaan
anakanak untuk berada dalam kontrol. Dengan demikian gagasan mengenai
kontrol adalah dimensi yang dipelajari dari keperibadian melalui perilaku
pengasuhan.
d. Faktor pengasuhan
Allport dan Cattel juga mengakui faktor orang tua dalam pembentukan
kepribadian. Allport menekankan kepada hubungan antara bayi dengan ibu
sebagai sumber utama dari perasaan (afeksi) ”harus diingat bahwa perasaan
aman merupakan kondisi yang sangat penting bagi perkembangan
kepribadian”. Cattel melihat bahwa masa bayi merupakan periode penting
7
dalam pembentukan keperibadian. Perilaku orang tua dan saudara kandung
akan membentuk karakter anak. Erikson berpendapat bahwa hubungan
antara ibu dengan anak pada tahun pertama kehidupan sangatlah penting
terutama dalam membangun kepercayaan terhadap orang lain. Maslow
berpendapat bahwa peran orang tua sangat penting dalam memenuhi
kebutuhan fisiologis dan rasa aman pada 2 tahun pertama kehidupan.
Pemenuhan dua kebutuhan tersebut akan menjadi syarat bagi memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi lagi, termasuk harga diri dan aktualisasi diri.
Sementara Carl Rogers berpendapat bahwa pemberian penghargaan positif
tidak bersyarat bagi anak-anak merupakan tanggung jawab orang tuanya.
8
bahwa orang tua dapat meningkatkan perasaan otonomi anak, harapan dan
standar yang realistis, kompetensi dan5efikasi diri serta dapat meningkatkan
motivasi intrinsik. Pola pengasuhan yang positif memiliki efek positif
terhadap anak, sementara pola pengasuhan yang negatif akan memberikan
pengaruh yang merusak.
e. Faktor Perkembangan
9
Penelitian yang dilakukan oleh Costa & McCrae mengenai 5 faktor model
kepribadian menyatakan bahwa keperibadian tetap stabil sepanjang umur,
didasarkan kepada bukti bahwa kapasitas dan sifat dasar terlihat pada usia
30 tahun. Beberapa penelitian menunjukan bahwa sifat-sifat seperti
neurotikisme, ekstraversi dan keterbukaan menurun dari masa kuliah ke usia
setengah baya, sementara faktor-faktor kepersetujuan dan ketelitian
meningkat pada usia tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang
konsisten ketika dilakukan penelitian lintas budaya di berbagai negara yaitu
Amerika serikat, Jerman, Itali, Portugal, Kroasia dan Korea Selatan (Costa
McCrae, 1997; McCrae et al., 1999).
Penelitian lain menunjukan hasil yang berbeda. Penelitian Helson, Jones &
Kwan (2002) yang melakukan penelitian selama 40 tahun terhadap ribuan
orang yang memiliki skor dominan dan independen. Mereka menemukan
bahwa dan kepribadian terus berubah dan berkembang setelah usia 20 tahun
dan puncaknya dicapai pada usia setengah baya. Sebuah meta analisis
terhadap 152 penelitian longitudinal yang melibatkan lebih dari 55 000
orang partisipan memperlihatkan konsistensi yang tinggi dalam sifat
kepribadian dalam berbagai usia. Tingkat konsistensi yang tinggi didapatkan
pada usia dewasa (Roberts & Delvecchio, 2000) Sejalan dengan penemuan
tersebut, sifat konsisten sepanjang hayat dan tingkat konsistensi tertinggi
dicaapai setelah umur 50 tahun.
Apa yang penting dari perubahan keperibadian pada usia dewasa. Para
ahli teori yang menekankan faktor genetik berkeyakinan bahwa perubahan
kepribadian terbebas dari faktor lingkungan, sementara ahli teori lain
percaya bahwa jawabannya terletak pada pengaruh lingkungan dan sosial
dan dalam adaptasi terhadapnya. Perubahan dalam kondisi ekonomi,
meninggalkan bangku kuliah, perkawinan dan masa orang tua, percaraian,
pindah pekerjaan atau kenaikan pangkat, krisis masa setengah baya
semuanya akan menyebabkan masalah dimana setiap orang dewasa harus
menyesuaikan dirinya.
10
Penelitian dari Costa dkk (2000) dan Neyer & Asendorf (2001)
menunjukan bahwa orang yang kehilangan pekerjaan mengalami
peningkatan neurotikisme dan menurunkan kehati-hatian dan ekstraversi.
Sementara penelitian lain mengenai situasi sosial, menunjukan bahwa orang
dewasa yang pernah berkencan memiliki skor yang rendah dalam
neurotikisme dan tinggi dalam extraversi, kehati-hatian dan penghargaan diri
dibanding mereka yang belum pernah berkencan.
11
kesempatan. Kesimpulannya pandangan ini mendasari porsi kecenderungan
sifat yang secara umum konstan.
f. Faktor Kesadaran
Allport pecaya bahwa orang yang tidak neurotik kesadaran akan berfungsi
dengan cara yang rasional, peduli dan dalam mengontrol kekuatan yang
memotivasinya. Rogers berpikir bahwa orang pada dasarnya rasional,
dikuasai oleh kesadaran persepsi dari dalam dirinya dan pengalaman
dunianya. Maslow juga mengakui peran kesadaran, dia mengemukakan
kebutuhan kognitif untuk mengetahui dan memahami.
12
Bandura menilai bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk belajar
melalui contoh dan penguatan yang dilakukan sendiri, oleh karena itu kita
harus dapat mengantisipasi dan mengapresiasi konsekuensi dari tindakan
yang kita lihat dari orang lain. Kita memvisualkan atau menggambarkan
hasil dari penguatan untuk berperilaku dengan cara yang sama yang
dilakukan oleh model. Meskipun mungkin kita mungkin tidak penah
memilki pengalaman secara personal. Sehingga sejumlah kesepakatan yang
menunjukan keberadaan kesadaran. Meskipun demikian sedikit kesepakatan
dalam peran atau kejadian yang ada yang disebabkan oleh faktor lain yang
disebut faktor ketidaksadaran.
g. Faktor Ketidaksadaran
13
Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak dapat
disamakan satu dengan yang lainnya. Tetapi secara umum dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Fase Pertama
Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai dua tahun,
ketika anak mulai mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini, kita dapat
membedakan kepribadian seseorang menjadi dua bagian penting.
Bagian yang pertama berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang
disebut dengan attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak
mudah berubah di kemudian hari. Unsur-unsur itu adalah struktur dasar
kepribadian (basic personality structure) dan capital personality.
Kedua unsur ini merupakan sifat dasar dari manusia yang telah dimiliki
sebagai warisan biologis dari orangtuanya.
Bagian kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-
keyakinan atau anggapan-anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya
mudah berubah atau dapat ditinjau kembali di kemudian hari.
b. Fase Kedua
Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan
mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase ini
berlangsung relatif panjang hingga anak menjelang masa
kedewasaannya sampai kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe-
tipe perilaku yang khas yang tampak dalam hal-hal berikut:
1. Dorongan-dorongan (Drives)
Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia untuk
melakukan suatu aktivitas yang selanjutnya akan membentuk
motif-motif tertentu untuk mewujudkan suatu keinginan.
2. Naluri (Instinct)
Naluri merupakan suatu dorongan yang bersifat kodrati yang
melekat dengan hakikat makhluk hidup.
3. Getaran Hati (Emosi)
14
Emosi atau getaran hati merupakan sesuatu yang abstrak yang
menjadi sumber perasaan manusia. Emosi dapat menjadi pengukur
segala sesuatu yang ada pada manusia, seperti senang, sedih, indah,
serasi, dan yang lainnya.
4. Perangai
Perangai merupakan perwujudan dari perpaduan antara hati dan
pikiran manusia yang tampak dari raut muka maupun gerak-gerik
seseorang. Perangai ini merupakan salah satu unsure dari
kepribadian yang mulai riil, dapat dilihat, dan diidentifikasikan
oleh orang lain.
5. Inteligensi (Intellegence Quetient-IQ)
Intelegensi adalah tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh
seseorang.
6. Bakat (Talent)
Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak yang
diperoleh seseorang karena warisan biologis yang diturunkan oleh
leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga, berdagang, berpolitik, dan
lainnya.
c. Fase Ketiga
Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan
fase terkhir yang ditandai dengan semakin stabilnya perilaku-perilaku
yang khas dari orang tersebut. Pada fase ketiga terjadi perkembangan
yang relatife tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku yang
khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Setelah
kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat diklasifikasikan
tiga tipe kepribadian, yaitu kepribadian normatif, kepribadian otoriter,
dan kepribadian perbatasan.
1) Kepribadian Normatif
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang ideal, dimana
seseorang mempunyai prinsip-prinsip yang kuat untuk menerapkan
15
nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai hasil sosialisasi
pada masa sebelumya. Seseorang memiliki kepribadian normative
apabila terjadi proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya
dan perlakuan terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada
di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai dengan kemampuan
menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat menampung
banyak aspirasi adri orang lain.
2) Kepribadian Otoriter (Otoriter Man)
Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih
mementingkan kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan
orang lain.
3) Kepribadian Perbatasan
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relative labil di
mana cirri khas dari prinsip-prinsip dan perilakunya seringkali
mengalami perubahan-perubahan, sehingga seolah-olah seseorang
itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian. Seseorang
dikatakan memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini
memiliki dualism budaya, misalnya karena proses perkawinan atau
karena situasi tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua
struktur budaya yang berbeda.
16
1. Orang yang berkepribadian sehat adalah orang yang matang. Dengan
kematangan ini ia mampu bersikap lebih rasional dan bijak sehingga
perilakunya membuahkan manfaat posistif bagi kehidupannya. Ada tujuh
kriteria kematangan menurut Albort tentang sifat-sifat khusus ari
kepribadian sehat:
a. Perluasan perasaan diri (dari berbuat pada diri sendiri meluas ke luar
dirinya dan berpartisipasi dalam lingkungannya)
b. Hubungan diri yang hangat dengan orang lain (kapasitas untuk
keintiman (cinta) dan kapasitas untuk perasaan terharu),
c. Keamanan emosional (penerimaan diri, berusaha bekerja sebaik
mungkin dan dalam proses memperbaiki diri),
d. Persepsi realitas (memandang dunia secara obyektif dan menerima apa
adanya),
e. Keterampilanketerampilan dan tugas-tugas dilakukan dengan ikhlas,
antusias, senang, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam
pekerjaan),
f. Pemahaman diri (secara obyektif) untuk mencapai tingkat pemahaman
diri (self objectification) tertentu yang berguna dalam setiap
perjalanan usia,
g. Filsafat hidup yang mempersatukan, dengan nilai-nilai dan suara hati.
17
b. Kehidupan eksistensial; hidup sepenuhnya dalam setiap momen
kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan baru yang diterima
dengan penuh kegembiraan,
c. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri. Seluruh perasaan
organistik terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya dari pada
pikiran. Apabila suatu aktivitas terasa berharga atau perlu dilakukan
maka aktivitas itu perlu dilakukan. Bertingkah laku menurut apa yang
dirasa benar sebagai pedoman untuk mengambil keputusan dari pada
faktor-faktor rasional atau intelektual,
d. Perasaan bebas. Semakin sehat individu secara psikologis ia semakin
mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Ia dapat memilih
dengan bebas tanpa paksaan dan rintangan antara alternatif pikiran
dan tindakan,
e. Kreativitas, semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif, ia
mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-
perubahan yang drastik dalam kondisi lingkungan. Ia memiliki
kreativitas dan spontanitas untuk mengulangi perubahan traumatis
sekalipun.
18
Mengembangkan kepribadian sehat tidak dapat dilakukan serta
merta dan spontan tetapi secara gradual karena tingkah laku atau perbuatan
manusia tidak terjadi secara sporadik (timbul dan hilang di saat-saat
tertentu) tetapi selalu ada kelangsungan (kontinuitas) antara satu perbuatan
dengan perbuatan berikutnya.
19
pengalaman masa awal kehidupan atau masa anak terhadap perkembangan
kepribadian selanjutnya sampai dewasa.
Dua asumsi yang paling pokok dalam aliran ini adalah determinisme
psikis dan motivasi tidak sadar. Diterministik adalah perilaku manusia dapat
diramalkan melalui masa lalu mereka. Maksudnya karakter dan kepribadian
yang tampak pada saat dewasa itu merupakan hasil dari masa lalu mereka
atau masa kanak-kanak mereka.
Seseorang dikatakan memiliki kesadaran penuh jika kenikmatan
terpenuhi dan hilangnya kesengsaraan serta berjalannya id, ego dan
superego yang berjalan sebagaimanai mestinya. Tiga komponen dasar aliran
ini adalah sebagai berikut:
a) Id
Id adalah dorongan dasar manusia dan ini bersifat naluriah yang telah
ada saat manusia dilahirkan. Dorongan ini meliputi dorongan untuk
hidup (eros) contohnya seperti makan dan minum. Dorongan yang
kedua adalah dorongan untuk mati (tanatos) contohnya seperti agresi.
Dorongan tersebut telah ada sejak manusia dilahirkan dan tidak bisa
dimusnahkan. Prinsip dari Id adalah prinsip kesenangan (pleasure
principle). Sifatnya selalu ingin memenuhi kenikmatan dan
menghindari kesengsaraan.
b) Ego
Ego adalah realita yang menjembatani antara id dan superego. Ego
adalah hasil tumbuh kembang id dan muncul setelah umur dua tahun.
Prinsip dari ego adalah reality principle and controlling reality. Sifat
dari ego adalah menunda memenuhi kenikmatan sampai terpenuhi tanpa
ada konflik dengan superego. Ego bertugas membedakan antara realita
dan hayalan.
c) Superego
Superego adalah nilai-nilai morality. Superego berasal dari tumbuh
kembang id dan ego, muncul saat usia tiga tahun. Prinsip dari superego
adalah morality principle and idealistic. Fungsi dari dari superego
20
adalah merintangi impuls-impuls id, mendorong ego pada realita,
mengontrol diri dan mengejar kesempurnaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai perkembangan kepribadian dan
dinamika kepribadian dapat disimpulkan bahwa perkembangan kepribadian
adalah perubahan dalam hal kematangan dari semua karakteristik individu ke
dalam suatu kesatuan unik yang menentukan dan dimodifikasi oleh usaha-
usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah terus-
menerus. Tahapan perkembangan kepribadian yang terbagi menjadi tiga fase
dipengaruhi oleh faktor genetik sampai faktor ketidaksadaran. Seseorang
dikatakan memiliki kepribadian yang sehat apabila ia mampu menjadi bijak,
produktif, dan mengaktualisasikan diri.
Dinamika kepribadian, dalam teori psikodinamika, memiliki unsur-unsur
seperti, motivasi, emosi dan aspek-aspek yang bersifat internal lainnya.
Perkembangan kepribadian terjadi karena adanya konflik-konflik dari aspek-
aspek psikologis. Kunci utama memahami kepribadian manusia, menurut
teori psikodinamika, adalah dengan mengetahui berbagai sumber perilaku
manusia, baik secara disadari maupun tidak disadari.
21
3.2 Saran
Kepribadian mengalami perkembangan dan dinamika. Maka dari itu,
untuk mengembangkan kepribadian yang sehat tidak dapat dilakukan serta
merta dan spontan, tetapi perlu secara gradual karena tingkah laku atau
perbuatan manusia tidak terjadi secara sporadik (timbul dan hilang di saat-saat
tertentu). Namun, selalu ada kelangsungan (kontinuitas) antara satu perbuatan
dengan perbuatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
22