Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KRITISI TEORI KEPRIBADIAN FREUD

Makalah di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan dan


Komunikasi Persuasif

Dosen Pengampu : Hendro Sugiarto S.E. M.MKMT

Penyusun :

Resty Angelia Oktaviani 182050410

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

2020
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr.wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena


atas karunia Nya dan kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kepemimpinan dan
Komunikasi Persuasif tentang kritisi teori kepribadian freud.

Makalah ini telah disusun dengan sebaik-baiknya dan juga mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak yang membantu memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah bekerjasama dalam pembuatan makalah ini.

Dan untuk itu, kami selaku penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari
pembaca agar kami dapat mengevaluasi makalah Kepemimpinan dan Komunikasi
Persuasif ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang kritisi teori
kepribadian freud dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca

Indramayu, 22 Desember 2020

Resty Angelia

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................


i

DAFTAR ISI.....................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang..........................................................................
1

1. 2 Rumusan Masalah.....................................................................
2

1. 3 Tujuan Penulisan.......................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN

2. 1 Pandangan Dasar Tentang Kepribadian....................................


3

2. 2 Struktur Kepribadian.................................................................
5

2. 3 Dinamika Kepribadian..............................................................
13

2. 4 Perkembangan Kepribadian......................................................
16

2. 5 Kritik terhadap Teori.................................................................


18

ii
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................
20

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepribadian adalah gambaran cara seseorang bertingkah laku terhadap


lingkungan sekitanya, yang terlihat dari kebiasaan berfikir, sikap dan minat, serta
pandangan hidupnya yang khas untuk mempunyai keajegan.

Karena dalam kehidupan manusia sebagai individu ataupun makhluk social,


kepribadian senantiasa mengalami warna-warni kehidupan.Ada kalanya senang,
tentram, dan gembira.Akan tetapi pengalaman hidup membuktikan bahwa
manusia juga kadang-kadang mengalami hal-hal yang pahit, gelisah, frustasi dan
sebagainya.Ini menunjukan bahwa manusia mengalami dinamika kehidupan.

Kepribadian sangat mmencerminkan perilaku seseorang. Kita bisa tahu apa


yang sedang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan dpengalamn
diri kita sendiri. Hal ini karena dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas.
Oleh karena itu kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan
menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain. Kita harus memahami
definisi kepribadian serta bagaiman kepribadian itu terbentuk.Untuk itu kita
membutuhkan teori-teori tingkah laku, teori kepribadian agar gangguan-gangguan
yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.

Mempelajari kepribadian merupakan hal yang menarik karena dinamika


pengetahuan mengenai diri kita sendiri secara otomatis akan bertambah. Hal ini
karena hakikatnya manusia adalah yang ada dan tumbuh berkembang dengan
kepribadian yang menyertai setiap langkah dalam hidupnya.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian Freud?


2. Apa saja kritik kepribadian Freud?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian struktur, dinamika dan perkembangan


kepribadian Freud
2. Untuk mengetahui kritik kepribadian Freud

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pandangan Dasar Tentang Kepribadian

Kepribadian dalam bahasa Inggris adalah personality.Istilah itu berasal


dari bahasa Yunani, yaitu persona, yang berarti topeng dan personare, yang
artinya menembus.Istilah topeng berkenaan dengan salah satu atribut yang dipakai
oleh para pemain sandiwara pada zaman Yunani Kuno.Dengan topeng yang
dikenakan diperkuat dengan gerak-gerik ucapannya, karekter tokoh yang
diperankan tersebut dapat menembus keluar, dalam arti dapat dipahami oleh para
penonton.

Kemudian, kata persona yang semula berarti topeng, diartikan sebagai


pemainnya, yang memainkan peranan seperti digambarkan dalam topeng tersebut.
Saat ini, istilah personality oleh para ahli dipakai untuk menunjukan atribut
tentang individu, atau menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah
laku manusia.

Banyak ahli yang telah merumuskan definisi kepribadian berdasarkan


paradigama yang mereka yakini dn focus analisis dari teori yang mereka
berkembang. Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli yang definisinya dapat
dipakai acuan dalam mempelajari kepribadian.

a. Gordon W. W. Allport
Pada mulanya, Allport mendefinisikan kepribadian sebagai “What a man
really is”, tetapi definisi tersebut dipandang tidak memadai lalu dia
merevisinya. Definisi yang kemudian dirumuskan oleh Alport adalah
“kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system
psikofisis yang menentukan cara yang khas dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungan”

3
b. Krech dan Crutchfield
David Krech dan Richard S. Crutchfield (1969) dalam bukunya Elements
of Psychology merumuskan kepribadian, adalah integrasi dari semua
karakteristik individu ke dalam suatu kesatuan unik yang menentukan dan
dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang berubah terus-menerus.

c. Adolf Heuken S.J


Kepribadian adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta
kebiasaan seseorang, baik jasmani, mental, rohani, emosional maupun
social.Semua ini telah ditata dalam caranya yang khas di bawah berbagai
pengaruh dari luar.Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya, dalam usaha
menjadi manusia sebagaimana yang dikhendakinya.

Berdasarkan semua definisi tersebut, dapat disimpulkan pokok-pokok


pengertian kepribadian sebagai berikut.
a) Kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks, yang terdiri ats psikis,
seperti inteligensi, sifat, sikap, minat, cita-cita dan sebagainya, serta aspek
fisik, seperti bentuk tubuh, kesehatan jasmani, dan sebagainya.
b) Kesatuan dari kedua aspek tersebut berinteraksi dengan lingkungannya
yang mengalami perubahan secara terus menerus dan terwujudlah pola
tingkah laku yang khas atau unik
c) Kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan, tetapi
dalam perubahan tersebut terdapat pola-pola yang bersifat tetap
d) Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai

4
2. 2 Struktur Kepribadian

Sumbangan terbesar pada teori kepribadian adalah eksplorasinya ke dalam


dunia tidak sadar dan keyakinannya bahwa manusia termotivasi oleh dorongan-
dorongan utama yang belum atau tidak mereka sadari. Bagi Freud, kehidupan
mental terbagi menjadi tiga tingakat, yaitu alam bawah sadar dan alam tidak sadar
serta alam sadar. Dalam psikologi Freudian, ketiga tingkat kehidupan mental ini
dipahami, baik sebagai proses maupun lokasi. Tentu saja, keberadaan lokasi dari
ketiga tingkat tersebut bersifat hipotesis dan tidak nyata ada di dalam tubuh.
Sekalipun demikian ketika membahas alam tidak sadar, Freud melihatnya sebagai
suatu alam tidak sadar sekaligus proses terjadi tanpa disadari (Feist dan Gregory J.
Feist, 2010: 27).

1. Alam Bawah Sadar

Alam bawah sadar (preconscious) ini memuat semua elemen yang tidak
disadari, tetapi bisa muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar
(Freud, 1933/1964).
Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber, yang pertama adalah
persepsi sadar (conscious perception). Apa yang dipersepsikan orang
secara sadar dalam waktu singkat, akan segera masuk ke dalam alam
bawah sadar selagi fokus perhatian beralih ke pemikiran lain. Pikiran yang
dapat kelur masuk antara alam sadar dan alam bawah sadar, umumnya
adalah pikiran-pikiran yang bebas dari kecemasan. Antara gambaran sadar
dan dorongan tidak sadar nyaris sama satu dengan yang lainnya.

Sumber kedua dari gambaran-gambaran bawah sadar adalah alam tidak


sadar. Freud yakin bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat
dan masuk ke dalam alam bawah sadar dalam bentuk yang tersembunyi.
Beberapa dari gambaran ini tidak pernah kita sadari karena begitu kita
menyadari bahwa gambaran-gambaran tersebut datang dari alam tidak

5
sadar, maka kita akan merasa semakin cemas, sehingga sensor akhir pun
bekerja untuk menekan gambaran yang memicu kecemasan tersebut dan
mendorongnya kembali ke alam tidak sadar. Sedangkan sejumlah
gambaran lain dari alam tidak sadar bisa masuk ke alam sadar karena
bersembunyi dengan baik dalam bentuk mimpi, salah ucap, ataupun dalam
bentuk pertahanan diri yang kuat (Feist dan Gregory J. Feist, 2010: 29).

2. Alam Tidak Sadar

Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan,


desakan, maupun insting yang tidak kita sadari tetapi ternyata mendorong
pernyataan, perasaan, dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku
kita yang nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental yang ada
dibalik perilaku tersebut. Misalnya, seorang pria bisa saja mengetahui
bahwa ia tertarik pada seorang wanita tetapi tidak benar-benar memahami
alasan dibalik ketertarikannya, yang bisa saja bersifat tidak rasional.
Apabila alam tidak sadar ini tidak bisa dijangkau oleh pikiran yang sadar,
maka bagaimana kita tahu bahwa alam tidak sadar ini benar-benar ada?
Freud meyakini bahwa keberadaan alam tidak sadar ini hanya bisa
dibuktikan secara tidak langsung. Baginya, alam tidak sadar merupakan
penjelasan dari makna yang ada dibalik mimpi, kesalahan ucap (slip of the
tongue), dan berbagai jenis lupa, yang dikenal sebagai represi (repression).
Mimpi adalah sumber yang kaya akan materi alam tidak sadar. Contohnya,
Freud meyakini bahwa pengalaman masa kanak-kanak bisa muncul dalam
mimpi orang dewasa sekalipun yang bermimpi boleh jadi tidak ingat
secara sadar akan pengalaman-pengalaman tersebut.

Kadang-kadang proses tidak sadar ini lolos sensor dan masuk ke alam
sadar secara terselubung atau dengan wujud yang berbeda. Freud
(1917/1963) menggunakan analogi seorang penjaga atau sensor yang

6
menghalang-halangi jalan yang menghubungkan alam sadar dengan alam
bawah sadar dan mencegah agar kenangan yang tidak diinginkan dan
memicu kecemasan tidak bisa masuk ke sensor pertama (primary censor),
dan kemudian gambaran tersebut harus menerobos sensor akhir (final
censor) yang menjaga jalan antara alama bawah sadar dan alam sadar.
Ketika ingatan-ingatan tersebut masuk ke dalam alam sadar kita, kita tidak
lagi mengenali mereka seperti apa adanya; kita justru melihatnya sebagai
pengalaman yang relatif menyenangkan dan tidak mengancam. Pada
kebanyakan kasus, gambaran-gambaran tersebut memiliki motif-motif
seksual atau agresi yang kuat, karena perilaku sesksual atau agresi semasa
kanak-kanak sering kali diganjar hukuman atau ditekan. Hukuman dan
tekanan(suppression) ini sering kali menciptakan perasaan cemas, dan
kecemasan tersebut kemudian memicu represi (repression), yaitu dorongan
agar pengalaman yang tidak diinginkan serta membawa kecemasan mauk
ke alam tidak sadar yang melindungi kita dari rasa sakit akibat kecemasan
tersebut.(Feist dan Gregory J. Feist, 2010: 28).
Akan tetapi, tidak semua proses tidak sadar tersebut muncul dari represi
pengalaman masa kanak-kanak. Freud meyakini bahwa sebagian dari alam
tidak sadar kita berasal dari pengalaman-pengalaman nenek moyang kita
yang diwariskan dari generasi ke generasi lewat proses pengulangan.

Tentu saja, alam tidak sadar bukan berarti bersifat tidak aktif atau dorman.
Dorongan- dorongan di alam tidak sadar terus-menerus berupaya agar
disadari, dan kebanyakan berhasil masuk ke alam sadar, sekalipun tidak
lagi muncul dalam bentuk asli. Pikiran-pikiran yang tidak disadari ini bisa
dan memang memotivasi manusia. Contohnya, amarah seorang anak
terhadap sang ayah bisa terselubung dalam bentuk kasih sayang yang
berlebihan. Apabila tidak bisa disembunyikan, rasa marah seperti ini sudah
tentu akan menyebabkan si anak merasa sangat cemas. Oleh karena itu
alam bawah sadarnya memotivasinya untuk mengekspresikan rasa marah

7
melalui ungkapan rasa cinta dan pujian yang berlebihan. (Feist dan
Gregory J. Feist, 2010: 28--29).

3. Alam Sadar

Alam Sadar (conscious), yang memainkan peran tidak berarti dalam teori
psikoanalisis, didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat
berada dalam kesadaran, ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental
yang bisa langsung kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran
agar bisa masuk ke alam sadar. Pintu pertama adalah melalui sistem
kesadaran perseptual(perceptual conscious), yaitu terbuka pada dunia luar
dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus dari
luar. Dengan kata lain, hal-hal yang kita rasakan melalui indera dan tidak
dianggap mengancam, masuk ke dalam alam sadar (Freud 1933/1964
dalamFeist dan Gregory J. Feist, 2010: 29).
Sumberkeduabagi elemen alam sadar ini datang dari dalam struktur mental
dan mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari alam
bawah sadar maupun gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi
terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar. Seperti
dijelaskan sebelumnya, gambaran tidak sadar dapat lolos masuk ke alam
bawah sadar karena bersembunyi sebagai elemen-elemen yang tidak
berbahaya sehingga mampu menembus sensor pertama. Setelah masuk ke
alam bawah sadar, mereka terus menyelinap melewati sensor akhir dan
masuk ke alam sadar. Ketika gagasan-gagasan tersebut tiba di alam sadar,
maka gagasan-gagasan tersebut sudah berubah wujud dan terselubung
dalam bentuk perilaku-perilaku yang defensif ataupun dalam bentuk
mimpi.

Secara ringkas Freud membayangkan alam tidak sadar sebagai sebuah aula
luas berpintu lapang tempat berbagai orang yang saling berbeda satu

8
dengan yang lainnya, penuh semangat tetapi juga ugal-ugalan, sibuk
mondar-mandir, berkerumun dan berusaha terus-menerus untuk lolos dari
penjagaan dan masuk ke dalam ruang penerimaan tamu. Akan tetapi,
penjaga yang waspada menghalang- halangi jalan antara aula yang luas
tersebut dengan ruang penerimaan tamu yang sempit. Penjaga ini
mempunyai dua cara untuk menghambat tamu-tamu yang tidak diinginkan
agar tidak lolos dari aula tersebut, yaitu dengan menutup pintu rapat-rapat
atau dengan menendang keluar orang-orang yang berhasil kabur dari
pengawasan dan masuk ke ruang penerimaan tamu. Kedua cara tersebut
membuahkan hasil yang sama; orang-orang yang tidak bisa diatur dan
tidak mau taat, dicegah sedemikian rupa sehingga tamu penting yang
duduk di ujung ruang penerima tamu di balik layar tidak bisa melihat
kedatangan orang-orang tidak tahu adat ini. Analogi ini mempunyai makna
yang gamblang. Mereka yang ada di aula merupakan gambaran-gambaran
tidak sadar. Ruang penerimaan tamun yang kecil merupakan alam bawah
sadar dan mereka yang ada di ruang tersebut adalah gagasan-gagasan
bawah sadar. Sementara mereka yang ada di ruang penerimaan tamu (alam
bawah sadar) bisa jadi tidak disadari oleh tamu penting yang sudah tentu,
mewakili alam sadar. Penjaga pintu yang memantau pintu gerbang di
antara kedua ruang tersebut adalah sensor yang pertama yang mencegah
gambaran tidak sadar masuk kekesadaran dan memastikan agar gambaran
bawah sadar masuk kembali ke alam tidak sadar. Layar yang menyelimuti
si tamu penting tadi adalah sensor akhir yang mencegah sejumlah besar,
tetapi tidak semua, elemen bawah sadar agar tidak bisa masuk ke alam
sadar (Feist dan Gregory J. Feist, 2010: 29-- 30).

4. KategoriWilayah Pikiran

Untuk menggambarkan pertempuran psikis adalah konflik antara dorongan


yang disadari dan yang tidak disadari. Hal ini dapat diklasifikasi menjadi

9
tiga bagian. Pembagian pikiran ke dalam tiga bagian seperti ini tidak
dimaksudkan untuk menggunakan model topografis, tetapi cara ini dapat
membantu menjelaskan gambaran mental berdasarkan fungsi dan
tujuannya.

Menurut Freud (dalamFeist dan Gregory J. Feist, 2010: 30).Bagian


pertama yang paling primitif dari pikiran adalah das Es “sesustu”atau”
“itu” (it), yang hampir selalu diterjemahkan sebagai id. Bagian kedua
adalah das Ich, atau “saya” (I), yang diterjemahkan sebagai ego; dan yang
terakhir adalah das Uber- Ich atau “saya yang lebih” (over-I), yang dalam
bahasa Inggris disebut superego. Tingkat atau wilayah ini, sudah tentu,
tidak nyata karena merupakan konstruk hipotesis. Ketiga tingkat tersebut
saling berinteraksi sehingga ego bisa masuk menembus berbagai tingkat
topografis dan memiliki komponen alam sadar, alam bawah sadar, dan
alam tidak sadar. Sementara superego sendiri berada pada alam bawah
sadar dan alam tidak sadar, sedangkan id sepenuhnya berada di alam
bawah sadar.

1) Id : Pada bagian inti dari kepribadian yang sepenuhnya tidak disadari


adalah wilayah psikis yang disebut sebagai id, yaitu istilah yang
diambil dari kata ganti untuk”sesuatu” atau “itu” (the it), atau
komponen yang tidak sepenuhnya diakui oleh kepribadian. Id tidak
punya kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu berupaya untuk
meredam ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Ini
dikarenakan satu-satunya fungsi id adalah untuk memperoleh kepuasan
sehingga kita menyebutnya dengan prinsip kesenangan(pleasure
principle).

Bayi yang baru lahir adalah perwujudan dari id yang bebas dari
hambatan ego maupun superego. Bayi mencari pemuasan kebutuhan
tanpa ambil pusing apakah hal tersebut memungkinkan untuk

10
dilakukan atau apakah hal tersebut tepat untuk dilakukan. Bahkan, bayi
akan tetap mengisap, terlepas dari ada atau tidak adanya puting susu,
untuk memperoleh kepuasan. Singkatnya, id adalah wilayah yang
primitif, kacau balau, dan tidak terjangkau oleh alam sadar. Id tidak
sudi diubah, amoal, tidak logis, tidak bisa diatur, dan penuh energi
yang datang dari dorongan-dorongan dasar serta dicurahkan semata-
mata untuk memuaskan prinsip kesenangan (Feist dan Gregory J.
Feist, 2010: 32).

2) Ego : Ego adalah satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki kontak


dengan realita. Ego berkembang dari id semasa bayi dan menjadi satu-
satunya sumber seseorang dalam berkomunikasi dengan dunia luar.
Ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan(reality principle), yang
berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik id. Sebagai satu-
satunya wilayah dari pikiran yang berhubungan dengan dunia luar,
maka ego pun mengambil peran eksekutif atau pengambil keputusan
dari kepribadian. Akan tetapi, karena ego sebagian bersifat sadar,
sebagian bersifat bawah sadar, dan sebagian lagi bersifat tidak sadar,
maka ego bisa membuat keputusan di ketiga tingkat tersebut.
Contohnya, ego seorang wanita, secara sadar, memotivasinya untuk
memilih pakaian yang dijahit rapi dan sangat licin karena ia merasa
nyaman berbusana seprtti itu. Pada saat yang sama, ia mungkin ingat
samar-samar, secara bawah sadar, bahwa sebelumnya ia pernah dipuji
karena memilih pakaian yang bagus. Selain itu, ia barangkali
termotivasi secara tidak sadar, untuk berperilaku sangat rapi dan
teratur karena pengalamannya di masa kecil pada saat dilatih
menggunakan toilet (toilet training). Jadi, keputusannya untuk
mengenakan pakaian yang rapi dan licin bisa terjadi di tiga tingkat
kehidupan mental (Feist dan Gregory J. Feist, 2010: 33).

11
3) Superego : Dalam psikologi Freudian, superego atau saya yang lebih
(abov-I), mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta
dikendalikan oleh prinsip- prinsip moralitas dan idealis (moralistic and
idealistic principles) yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari id
dan prinsip realitas dari ego. Superego berkembang dari ego, dan
seperti ego, ia tidak punya sumber energinya sendiri.

Superego memiliki dua subsistem , suara hati(conscience) dan ego


ideal. Freud tidak membedakan kedua fungsi ini secara jelas, tetapi
secara umum, suara hati lahir dari pengalaman-pengalaman
mendapatkan hukuman atas perilaku yang tidak pantas da mengajari
kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan ego
ideal berkembang dari pengalaman mendapatkan imbalan atas perilaku
yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya
dilakukan. Suara hati yang primitif datang dari kepatuhan anak pada
standar orang tua karena takut kehilangan rasa cinta dan dukungan
orang tua. Kemudian, pada fase perkembangan Oedipal pikiran-pikiran
tersebut terinternalisasi melalui identifikasi pada ibu dan ayah.

Superego tidak ambil pusing dengan kebahagiaan ego. Superego


memperjuangkan kesempurnaan dengan kacamata kuda dan secara
tidak realistis. Tidak realistis di sini artinya superego tidak
mempertimbangkan hambatan- hambatan maupun hal-hal yang tidak
mungkin dihadapi oleh ego dalam melaksanakan perintah superego.
Memang tidak semua tuntutan superego mustahil dipenuhi, seperti
juga tidak semua tuntutan orang tua maupun figur otoritas lainnya
muskil untuk dipenuhi. Akan tetapi, superego menyerupai id, yang
sama sekali tidak ambil pusing dan tidak peduli, apakah serangkaian
syarat yang diajukan oleh superego bisa dipraktikan.

12
Perkembangan ketiga wilayah ini bervariasi antarindividu yang berbeda.
Bagi sebagian orang, superego baru berkembang setelah masa kanak-kanak;
sedangkan bagi yang lain, superego mendominasi kepribadian lewat rasa bersalah
dan perasaan inferior. Pada individu yang sehat, id dan superego terintegrasi ke
dalam ego yang berfungsi baik dan beroperasi harmonis dengan konflik yang
minim. Pada individu pertama, id mendominasi ego yang lemah dan superego
yang plinplan sehingga ego tidak mampu menyeimbangkan antara gigihnya
tuntutan id. Akibatnya, individu ini terus-menerus memuaskan kesenangannya
tanpa memandang apa yang mungkin atau layak. Individu kedua, yang memiliki
rasa bersalah serta perasaan inferior dan ego yang lemah, akan mengalami
sederetan konflik karena ego tidak bisa mengendalikan tuntutan antara superego
dan id yang saling bertentangan, tetapi sama kuat. Sedangkan individu ketiga,
yang memiliki ego kuat dan merangkul tuntutan-tuntutan, baik dari id maupun
superego, sehat secara psikologis dan mampu memegang kendali atas prinsip
kesenangan dan prinsip moralitas (Feist dan Gregory J. Feist, 2010: 34--35).

2.3 Dinamika Kepribadian

Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau
komposisi kepribadian. Sehingga, Freud mengusulkan sebuah dinamika atau
prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong
tindakan manusia. Bagi Freud, manusia termotivasi untuk mencari kesenangan
serta menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini diperoleh dari energi
psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.
a. Insting Sebagai Energi Psikis : Insting adalah perwujudan psikologi dari
kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan misalnya insting lapar berasal
dari kebutuhan tubuh secara fisiologis sebagai kekurangan nutrisi, dan
secara psikologis dalam bentuk keinginan makan. Hasrat, atau motivasi,
atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikis dan
kumpulan enerji dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan

13
enerji yang tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian. Enerji
insting dapat dijelaskan dari sumber (source), tujuan (aim), obyek (object)
dan daya dorong (impetus) yang dimilikinya.
1) Sumber insting: adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tubuh
menuntut keadaan yang seimbang terus menerus, dan kekurangan
nutrisi misalnya akan mengganggu keseimbangan sehingga
memunculkan insting lapar.
2) Tujuan insting: adalah menghilangakan rangsangan kejasmanian,
sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang
disebabkan oleh meningkatnya energi dapat ditiadakan. Misalnya,
tujuan insting lapar (makan) ialah menghilangkan keadaan
kekurangan makan, dengan cara makan.
3) Objek insting: adalah segala aktivitas yang menjadi perantara
keinginan dan terpenuhinya keinginan itu. Jadi tidak hanya
terbatas pada bendanya saja, tetapi termasuk pula cara-cara
memenuhi kebutuhan yang timbul karena isnting itu. Misalnya,
obyek insting lapar bukan hanya makanan, tetapi meliputi kegiatan
mencari uang, membeli makanan dan menyajikan makanan itu.
4) Pendorong atau penggerak insting: adalah kekuatan insting itu,
yang tergantung kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan.
Misalnya, makin lapar orang (sampai batas tertentu) penggerak
insting makannya makin besar.

b. Jenis-Jenis Insting

1) Insting Hidup (Life Instinct) : Insting hidup disebut juga eros adalah
dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti lapar, haus, dan
seks. Bentuk energi yang dipakai oleh insting hidup itu disebut “libido”.
Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting
hidup, namun dalam kenyataannya yang paling diutamakan adalah insting

14
seksual (terutama pada masa-masa permulaan sampai kira-kira tahun
1920). Dalam pada itu sebenarnya insting seksual bukanlah hanya untuk
satu insting saja, melainkan sekumpulan insting-insting, karena ada
bermacam-macam kebutuhan jasmaniah yang menimbulkan keinginan-
keinginan erotis.

2) Insting Mati (Death Instinct) : Insting mati disebut juga insting-insting


merusak (destruktif). Insting ini berfungsinya kurang jelas jika
dibandingkan dengan insting hidup, karenanya tidak begitu dikenal. Akan
tetapi adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa tiap orang
itu pada akhirnya akan mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud
merumuskan bahwa “tujuan semua hidup adalah mati” (1920). Suatu
derivatif insting mati yang terpenting adalah dorongan agresif. Sifat
agresif adalah pengrusakan diri yang diubah dengan objek subtitusi.

3) Kecemasan (anxiety) : Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari


hampir semua teori kepribadian. Kecemasan sebagai dampak dari konflik
yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai
komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi
ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya
suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.
Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan
pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut.
Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena
memberi sinyal ada bahaya di depan mata.
 Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety)
 Kecemasan Neurotis (Neurotic Anxiety)
 Kecemasan Moral (Moral Anxiety)

15
2. 4 Perkembangan Kepribadian

Menurut model perkembangan Freud di antaranya kelahiran dan usia 5


tahun (usia balita), anak mengalami tiga tahap perkembangan yaitu : oral, dan
phalik. Ketiga tahap ini disebut juga masa pragenital. Setelah usia 5 tahun- tahap
laten-dorongan seksual cenderung direpres (ditekan). Setelah masa ini, anak
mengalami masa kematangan seksualnya yaitu tahap genital.

1) Tahap Oral (Oris = Mulut ) / (Usia 0 – 1 tahun)

Tahap oral adalah periode bayi yang masih menetek yang seluruh
hidupnya masih bergantung kepada orang lain. Pada masa libido
didistribusikan ke daerah oral sehingga perbuatan mengisap dan menelan
menjadi metode utama untuk mereduksi ketegangan dan mencapai
kepuasan (kenikmatan).

2) Tahap Anal (Anus = Dubur ) (Usia 1 – 2/3 tahun)

Tahap ini berada pada usia kira-kira 2 samapai 3 tahun. Pada tahap ini
libido terdistibusikan ke daerah anus. Anak akan mengalami ketegangan,
ketika duburnya penuh dengan ampas makanan dan peristiwa buang air
besar yang dialami oleh anak merupakan proses pelepasan ketegangan dan
pencapaian kepuasan, rasa senang atau rasa nikmat. Peristiwa ini disebut
erotik anal. Setelah melewati masa penyapihan, anak pada tahap ini
dituntut untuk mulai menyesuaikan diri dengan tuntutan orang tua
( lingkungan), seperti hidup bersih, tidak ngompol, tidak buang air (kecil
atau besar) sembarangan. Orang tua harus melatih kebersihan dengan cara
(toilet training), yaitu usaha sosialisasi nilai-nilai sosial pertama yang
sistematis sebagai upaya untuk mengontrol dorongan-dorongan biologis
anak.

16
3) Tahap Phallik (Phallus = Dzakar ))

Tahap ini berlangsung kira-kira usia 4 samapai 5 tahun. Pada usia ini anak
mulai memperhatikan atau senang memainkan alat kelaminya sendiri.
Dengan kata lain, anak memijat-mijat organ seksualnya sendiri yang
menghasilkan kepuasan atau rasa senang. Pada masa ini terjadi
perkembangan berbagai aspek psikologis, terutama yang terkait dengan
iklim kehidupan sosiopsikologis keluarga atau perlakuan orang tua kepada
anak. Pada tahap ini, anak masih bersikap “Selfish”, sikap mementingkan
diri sendiri, belum berorientasi ke luar, atau memperhatikan orang lain.

4) Tahap Latensi

Tahap latensi berkisar antara usia 6 samapai 12 tahun ( masa sekolah dasar
). Tahap ini merupakan masa tenang seksual, karena segala sesuatu yang
terkait dengan seks dihambat atau direpres (ditekan). Dengan kata lain
masa ini adalah periode tertahannya dorongan-dorongan seks dan agresif.
Selama masa ini, anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi
(seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain, olah raga, dan kegiatan
–kegiatan lainya), dan mulai menaruh perhatian untuk berteman ( bergaul
dengan orang lain). Mereka belum mempunyai perhatian khusus kepada
lawan jenis ( bersikap netral ) sehingga dalam bermain pun anak laki-laki
akan berkelompok dengan anak laki-laki, begitupun anak anak perempuan.

5) Tahap Genital

Tahap ini dimulai sekitar 12 atau 13 tahun. Pada masa anak sudah masuk
usia remaja. Masa ini ditandai dengan matangnya organ reproduksi anak.
Pada periode ini, instink seksual dan agresif menjadi aktif. Anak mulai
mengembangkan motif altruis (keinginan untuk memperhatikan

17
kepentingan orang lain ). Motif-motif ini mendorong anak (remaja) untuk
berpastisipasi aktif dalam berbagai kegiatan, dan persiapan untuk
memasuki dunia kerja, pernikahan, dan berkeluarga. Masa ini ditandai
juga dengan proses pengalihan perhatian, dari mencari kepuasan atau
kenikmatan sendiri ( yang bersifat kekanak-kanakan atau selfish) kepada
kenyataan (prinsip realitas ) atau sikap altruis.

2. 5 Kritik Teori

Argumen Freud mengenai oedipus complex dan totemisme hanyalah


merupakan upaya Freud untuk menjustifikasi dan membenarkan teorinya.
Kehidupan orang-orang primitif yang mendasarkan kehidupan beragamanya
kepada keyakinan totemisme tidak dapat dijadikan sebagai suatu landasan bahwa
agama merupakan desakan libidinal yang tumbuh sejak masa kanak-kanak.
Alasan tersebut terlalu menyederhanakan logika dalam menggeneralisasi suatu
gejala perilaku beragama dengan satu penarikan konklusi yang keliru.

Argumen Freud mengenai oedipus complex dan totemisme hanyalah


merupakan upaya Freud untuk menjustifikasi dan membenarkan teorinya.
Kehidupan orang-orang primitif yang mendasarkan kehidupan beragamanya
kepada keyakinan totemisme tidak dapat dijadikan sebagai suatu landasan bahwa
agama merupakan desakan libidinal yang tumbuh sejak masa kanak-kanak.
Alasan tersebut terlalu menyederhanakan logika dalam menggeneralisasi suatu
gejala perilaku beragama dengan satu penarikan konklusi yang keliru.

1) Untuk beberapa teori Freud susah dibuktikan secara ilmiah.

18
Sebagaimana contohnya adalah pada masa oral psikoseksualnya, bayi yang
baru lahir memperoleh kenikmatan seksualnya ketika menyusu. Hal
tersebut tidak mungkin ditanyakan langsung kepada bayi.

2) Teori Sigmund Freud adalah teori yang pesimistis.

Hal tersebut karena apa yang dilakukan oleh manusia merupakan


gambaran diri dimasa silam. Selain itu Freud juga lebih menekankan unsur
tidak sadar sebagai motif tingkah laku manusia.

BAB III

19
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori Kepribadian berkembang dari ilmu kedokteran dan konsepnya dipakai tdak
hanya dalam bidang psikologi tetapi juga bidang lain diluar psikologi. Teori
Kepribadian dari Freud dapat berfungsi sebagaia tiga macam teori, yaitu sebagai
teori kepribadian, sebagai teknik analisa kepribadian, sebagai metode terapi
(penyembuhan). Metode ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu:

 Posisi Freud yang kukuh sebagai seorang deterministik sekaligus


menunjukkan hukum-hukum perilaku, artinya perilaku manusia dapat
diramalkan.

 Freud juga mengkaji produk-produk budaya dari kacamata psikoanalisa,


seperti puisi, drama, lukisan, dan lain-lain. Oleh karenanya ia memberi
sumbangan juga pada analisis karya seni.

 bahwa penyakit biasanya (psikoneurose) umumnya dapat disembuhkan


setelah faktor penyebab dalam faktor ketidaksadaran dapat diketahui.

 Sebagai orang pertama yang menyentuk konsep-konsep psikologi seperti


peran ketidaksadaran (unconsciousness), anxiety, motivasi, pendekatan
teori perkembangan untuk menjelaskan struktur kepribadian.

DAFTAR PUSTAKA

20
Jaenudin, Ujam. 2012. Psikologi Kepribadian.Bandung:Cv Pustaka Setia

Lubis, Namora Lumonggo. 2011.Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori


dan Praktek.Jakarta:Kencana

Nurihsan, Juntika dan Syamsu Yusuf LN. 2008. Teori Kepribadian. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya

Suryabrata ,Sumadi.2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali Pers

21

Anda mungkin juga menyukai