Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN PESERTA DIDIK

Dosen Pengampu : Utami Nurhafsari Putri

Disusun oleh :

Aisha Aulia (6223111001)


Riantri jojor togatorop (6222411019)
Irwan sigalingging (6222411016)
Ferdinando sirumapea (322122131298)
Gerhard yosafat hutapea (322122130153)
Bastian lois pigo simanungkalit (6223111051)
Samuel algrindo Tampubolon (6223111031)

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun makalah mengenai
hakikat perkembangan peserta didik dari hasil diskusi kelompok kami.

Makalah yang kami susun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik. Kami menyadari makalah yang kami susun ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari berbagai pihak. Sebagai
manusia biasa, kami berusaha dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin, dan kami juga
tidak luput dari kesalahn dan kekhilafan dalam menyusun makalah ini.

Pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat kami ucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga dapat disusun
sebagaimana mestinya. Untuk menyempurnakan makalah ini kami menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Sehingga di kemudian hari kami dapat
menyempurnakan makalah ini dan kami dapat belajar dari kesalahan yang kami lakukan.

Kami akhiri dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan
umumnya dari berbagai pihak yang berkepentingan.

Medan, 30 Agustus 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................

A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

A. Teori psikoanalisis....................................................................................................
B. Teori kognitif, teori perilaku dan kognitif sosial......................................................
C. Teori kontektual ekologis………………………………………………………......
D. Orientasi teoritis elektrik …………………………………………………………..

BAB III PENUTUP...........................................................................................................


A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan merupakan suatu proses yang pasti dialami oleh setiap individu,
perkembangan ini adalah proses yang bersifat kuantatif dan berhubungan dengan kematangan
seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta sistematis di
dalam diri manusia.

Berbagai perubahan dalan perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang


menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup. Untuk mencapai tujuan ini, maka
realisasi diri atau yang biasanya disebut “akulturasi-diri” adalah sangat penting. Namun
tujuan ini tidak pernah statis. Tujuan dapat dianggap sebagai suatu dorongan untuk
melakukan sesuatu yang tepat untuk dilakukan, untuk menjadi manusia seperti yang
diinginkan baik secara fisik maupun psikologis.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan dari bertambahnya masalah diri manusia itu
sendiri muncul lah berbagai teori mengenai studi perkembangan sehingga memunculkan
pemahaman-pemahaman baru mengenai perkembangan manusia.Perkembangn pemikiran
dan kajian empirik dikalangan para ahli tentangperkembangan manusia telah melahirkan
berbagai teori yang beragam sesuai dengan perspektif pemikiran dan pengalaman pribadi
para ahli yang membangun teori tersebut.

Teori-teori yang muncul biasanya merupkan kritik dari teori-teori sebelumnya. Memang
patut diakui bahwa titik pandang (teori) dalam psikologi tidak ada yang sempurna, sehingga
terbuka bagi ilmuwan untuk memberikan kritik dan masukan ataupun penyempurnaan dari
teori yang sudah ada. Teori dapat diartikan sebagai model tentang kenyataan yang membantu
kita untuk memaham
B. Rumusan Masalah

1. jelaskan tentang teori psikoanalisi!


2. apa yang dimaksud dengan teori kognitif, teori perilaku dan kognitif social?
3. jelaskan mengenai teori kontektual ekologis!
4. apa yang dimaksud dengan orientasi teoritis elektik?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori psikoanalisis
Teori psikoanalisis adalah salah satu teori yang membahas tentang hakikat dan perkembangan
bentuk kepribadian yang dimiliki oleh manusia. Unsur utama dalam teori ini adalah motivasi,
emosi dan aspek kepribadian lainnya. Dasar teori psikoanalisis  adalah mengasumsikan bahwa
kepribadian akan mulai berkembang saat terjadi konflik- konflik dari aspek- aspek psikologis itu
sendiri. Gejala tersebut biasanya  terjadi pada anak- anak atau usia dini. Kemudian pendapat
Sigmund Freud (ilmuwan psikologis yang terkenal karena gagasannya tentang kepribadian
manusia berdasarkan analisis tentang mimpinya, dan  bacaannya yang luas tentang berbagai
literatur ilmu pengetahuan dan kemanusiaan) tentang kepribadian manusia ini didasarkan pada
pengalaman- pengalaman yang dialami pasiennya. 
Adapun beberapa para ahli berpendapat mengenai teori psikoalisis yaitu sebagai berikut :
1) Menurut Sigmun Freud (1986)
Freud mengartikan psikoanalisis dalam tiga arti, antara lain adalah:
a) Psikoanalisis digunakan untuk menunjukkan sebuah metode penelitian terhadap
proses psikis, misalnya saja seperti mimpi. Hal ini tak pernah dijangkau oleh
penelitian ilmiah sebelumnya.
b) Psikoanalisis dapat ditunjukkan sebagai salaha satu teknik yang digunakan untuk
mengobati gangguan-gangguan psikis yang dialami oleh klien neorotis.
c) Psikoanalisis digunakan untuk menunjukkan seluruh pengetahuan mengenai
psikologis baik yang di dapatkan melalui metode atau teknik.

Freud mendeskripsikan kepribadian ke dalam 3 pokok bahasa, yaitu struktur


kepribadian, perkembangan keperibadian, serta dinamika kepribadian.

2) Menurut Alfred Adler.


Menurut Adler, manusia merupakan makhluk individual yang termotivasi oleh dorongan-
dorongan sosial yang memang sudah dibawa ketika lahir. Adler juga menerapkan teori urutan
lahir untuk memprediksi kepribadian seseorang. Adler yakin bahwa keturunan, lingkungan,
dan kreatifitas di dalam lingkungan mmampu membantuk kepribadian seseorang. Berikut ini
penggambaran sifat anak yang didasarkan pada urutan lahir:
a) Anak pertama: Lebih bersifat menjaga, mengatur dengan baik, memiliki kecemasan
yang tinggi, pengkritik, serta mampu melindungi.
b) Anak kedua: memiliki motibvasi yang tinggi, senang bersaing, pemberontak, mudah
putus ada, serta dapat bekerja sama.
c) Anak bungsu: realistis, manja, tergantung dengan yang lain, serta ambisius.
d) Anak tunggal: manja, takut bersaing, berusaha menjadi pusat perhatian, namun
dewasa secara sosial.

3) Menurut Erich Fromm


Teori kepribadian lainnya berasal dari Erich Fromm, keunikan dari teori ini adalah
penggabungan dari teori Freud dan Mark. Pada teori Freud, lebih memfokuskan pada alam
bawah sadar, kebutuhan biologis, dan lainnya. Freud menyatakan bahwa karakter manusia
sangat ditentukan pada aspek biologisnya.
Di dalam teori Mark, karakter manusia terbentuk dari lingkungan serta manusia yang
berada di dalam lingkungannya. Fromm melengkapi kedua teori ini dengan sistem
deterministik yaitu mengenai kebebasan. Menurutnya, orang-orang dapat melampaui
determinisme yang ditentukan oleh Marx dan Freud. Fromm menjadikan ide kebebasan ini
sebagai karakter utama dari manusia. Fromm juga mengemukakan pendapatnya mengenai
kepribadian yang sehat. Menurut Fromm, kepribadian yang sehat yaitu:
a) Orang-orang tersebut mencintai diri mereka sepenuhnya,
b) Kreatif,
c) Memiliki kemampuan pikiran untuk dapat berkembang,
d) Dapat mengamati dunia serta diri nya sendiri secara objektif,
e) Dapat berhubungan dengan dunia,
f) Bebas dari ikatan-ikatan yang sumbang,
g) Menjadi subjek dari diri sendiri dan takdir.

B. TEORI KOGNITIF, TEORI PRILAKU DAN KOGNITIF SOSIAL


1) Teori Kognitif.
Kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat suatu individu mampu
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga individu
tersebut mendapatkan pengetahuan setelahnya.
Pendapat beberapa ahli mengenai teori kognitif baik pengertian maupun perkembangan
adalah sebagai berikut :
a) MenurutWoolfolk yang dikutip Susanto (2012: 57).
Mengemukakan bahwa kognitif merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk
memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan
beradaptasi dengan lingkungan.

b) Menurut Susanto (2012:52)


Perkembangan kognitif merupakan perkembangan pikiran. Pikiran merupakan
bagian dari proses berpikirnya otak yang digunakan untuk pemahaman, penalaran,
pengetahuan, dan pengertian. Bicara tentang anak usia dini, pikiran anak mulai
berkembang sejak anak lahir. Setiap hari dalam kehidupannya anak mengalami
perkembangan pikiran, seperti belajar mengenal orang, belajar mengenal sesuatu,
belajar tentang kemampuan-kemampuan baru, memperoleh banyak ingatan, dan
menambah banyak pengalaman. Secara terus menerus pikiran berkembang dan terus
dilakukan stimulasi dengan baik, perkembangan pikiran anak akan optimal.

c) Menurut Piaget yang dikutip oleh Slavin (2008:42)


mengemukakan bahwa perkembangan sebagian besar bergantung pada manipulasi
anak dan interaksi aktif dengan lingkungan. Kemampuan manipulasi dan interaksi
aktif anak dengan lingkungan dicirikan pada tahap-tahap kecerdasan atau kemampuan
kognisi. Setiap tahap-tahap kecerdasan itu dicirikan oleh kemunculan kemampuan-
kemampuan baru dan cara mengolah informasi.

2) Teori Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Adapun beberapa ahli berpendapat adalah sebagai berikut :
a) Robert Y. Kwick (1972)
menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang
dapat diamati dan bahkan dipelajari.
b) Menurut HERI PURWANTO
perilaku adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan
untuk bertindak sesuai sikap objek tadi.
c) Menurut REWARD dan REINFORCEMENT
menurut pendapat mereka tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada
kondisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan seseorang terlibat langsung dalam
situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah.

3) Kognitif Sosial
kognitif sosial adalah teori yang menonjolkan gagasan bahwa sebagian besar
pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan sosial. Dengan mengamati
orang lain, manusia memperoleh pengetahuan, aturan-aturan, keterampilan-
keterampilan, strategi- strategi, keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap.
kognitif sosial adalah pengertian tentang observational learning atau proses belajar
dengan mengamati. Jika ada seorang "model" di dalam lingkungan seorang individu,
misalnya saja teman atau anggota keluarga di dalam lingkungan internal, atau di
lingkungan publik seperti para tokoh publik di bidang berita dan hiburan, proses
belajar dari individu ini akan terjadi melalui cara memperhatikan model tersebut.
Terkadang perilaku seseorang bisa timbul hanya karena proses modeling. Modeling
atau peniruan merupakan "the direct, mechanical reproduction of behavior,
reproduksi perilaku yang langsung dan mekanis(Baran & Davis, 2000: 184)
Sebagai contoh, ketika seorang ibu mengajarkan anaknya bagaimana cara mengikat
sepatu dengan memeragakannya berulang kali sehingga si anak bisa mengikat tali
sepatunya, maka proses ini disebut proses modeling.

C. TEORI KONTEKTUAL EKOLOGIS


Teori ekologi ini diperkenalkan oleh Uri Bronfenbrenner, seseorang ahli psikologi dari Cornell
University Amerika Serikat.26 Teori ekologi memandang bahwa perkembangan manusia
dipengaruhi oleh konteks lingkungan. Hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan
akan membentuk tingkah laku individu tersebut. Informasi lingkungan tempat tinggal anak akan
menggambarkan, mengorganisasi, dan mengklarifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi.
Bronfenbrenner menyebutkan adanya lima sistem lingkungan berlapis yang saling berkaitan,
yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem.
Teori ini diartikan sebagai perkembangan manusia dari bentuk interaksinya. Bentuk
interaksi individu kemungkinan dipengaruhi oleh lingkungan, antar individu itu sendiri
baik menetap atau berpindah sehingga memunculkan perubahan bagi perkembangan
peserta didik.
Herr (1996:81) menyatakan bahwa konteks ekologis berperan aktif dalam interaksi di
dunia social.
Menurut Muhammad haris zubaidillah teori yang menekankan pada pengaruh
lingkungan dalam perkembangan setiap individu di mana perkembangan peserta didik
merupakan hasil interaksi antara alam sekitar dengan peserta didik tersebut. Dalam konteks
ini, interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sekitar dinilai secara signifikan dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangannya.
i. Pendekatan
Pendekatan teori ini ada lima subsistem yaitu : 1) mikrosistem yang (mengkaji setting
diman individu hidup), 2) mesosystem (mengkaji interaksi antar faktor-faktor dalam
system mikro yang meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa
konteks), 3) eksosistem (mengkaji pengalaman-pengalaman dalam setting social lain
dimana anak tidak memiliki peran yang aktif tetapi berefek pada perkembangan
karakternya), 4) makrosistem (kajian tentang peran kebudayaan dalam pendidikan
karakter), dan 5) kronosistem, (yang meliputi kajian terkait permulaan peristiwa-
peristiwa sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris).

a) Mikrosistem
Mikrosistem merupakan lingkungan yang paling dekat dengan pribadi peserta didik
yaitu meliputi keluarga, guru, individu, teman-teman sebaya, sekolah, lingkungan tempat
tinggal, dan hal-hal lain yang sehari-hari ditemui oleh peserta didik. Dalam mikrosistem
inilah terjadi interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial tersebut. Individu
tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi
individu bahkan ikut aktif membangun setting pada mikrosistem ini. Karakteristik
individu dan karakteristik lingkungan akan berkontribusi dalam proses interaktif yang
terjadi, sehingga membentuk sebuah karakter dan habit tertentu. Keluarga terutama
orangtua dan lingkungan sekolah merupakan agen sosialisasi terdekat dalam kehidupan
setiap individu, sehingga keluarga mempunyai pengaruh besar pada pembentukan
karakter dan habit seseorang.

b) Mesosistem
Mesosistem mencakup interaksi di antara mikrosistem di mana masalah yang terjadi
dalam sebuah mikrosistem akan berpengaruh pada kondisi mikrosistem yang lain.
Misalnya hubungan antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah,
pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan, dan pengalaman keluarga dengan
pengalaman teman sebaya, serta hubungan keluarga dengan tetangga. Dalam kaitannya
dengan proses pendidikan, tentunya pengalaman apapun yang didapatkan oleh peserta
didik di rumah akan ikut mempengaruhi kondisi peserta didik di sekolah baik secara
langsung maupun tidak. Sebagai contoh, ada tidaknya dukungan atau perhatian keluarga
terhadap kebutuhan literasi tentunya akan mempengaruhi kinerja peserta didik di sekolah.
Sebaliknya, dukungan sekolah dan keluarga akan mempengaruhi seberapa jauh peserta
didik akan menghargai pentingnya literasi.

c) Ekosistem
Eksosistem adalah sistem sosial yang lebih besar di mana anak tidak terlibat interaksi
secara langsung, akan tetapi dapat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak.
Sebagai contoh, jam kerja orangtua bertambah yang menyebabkan peserta didik
kehilangan interaksi dengan orangtuanya sehingga kurangnya keterlibatan orangtua
dalam pola asuh tersebut tentunya mempengaruhi perkembangan anak. Subsistem dari
eksosistem lain yang secara tidak langsung menyentuh pribadi peserta didik akan tetapi
berpengaruh besar adalah koran, televisi, dokter, keluarga besar, dan lain sebagainya.

d) Makrosistem
Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari lingkungan anak. Subsistem
makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat,
budaya, nilai masyarakat secara umum, dan lain sebagainya, di mana individu berada.
Prinsip-prinsip yang terdapat dalam lapisan makrosistem tersebut akan berpengaruh pada
keseluruhan interaksi di semua lapisan. Misalnya, jika kebudayaan masyarakat
menggariskan bahwa orangtua bertanggungjawab untuk membesarkan anak-anaknya,
maka hal tersebut akan mempengaruhi struktur di mana orangtua akan menjalankan
fungsi psikoedukasinya. Menurut Berk, budaya yang dimaksud dalam subsistem ini
adalah pola tingkah laku, kepercayaan, dan semua produk dari sekelompok manusia yang
diwariskan dari generasi ke generasi.

e) Kronosistem
Kronosistem mencakup pengaruh lingkungan dari waktu ke waktu beserta caranya
mempengaruhi perkembangan dan perilaku.28Contohnya seperti perkembangan
teknologi dengan produk-produk turunannya, seperti internet dan gadget, membuat
peserta didik mahir, nyaman, dan terbiasa menggunakannya untuk pendidikan maupun
hiburan. Demikian halnya dengan maraknya fenomena wanita karir akibat industrialisasi,
telah mengubah kehidupan keluarga. Perhatian ibu terhadap anak menjadi berkurang.
Kronosistem meliputi keterpolaan peristiwaperistiwa sepanjang rangkaian kehidupan dan
keadaan sosiohistoris.
D. ORIENTASI TEORITIS EKLEKTIK

Teori eklektik dikenal dengan konseling integrative karena teori ini menggabungkan teori
konseling dengan pertimbangan kelebihan dan kekurangan dari masing – masing teori.
Orientasi teoritis elektik merupakan suatu orientasi yang tidak mengikuti pendekatan
teoritis tertentu tetapi lebih pada nyeleksi dan menggunakan apa yang dianggap terbaik dari
setiap materi.
Menurut Latipun (2001), teori eklektik adalah suatu teori yang berusaha menyelidiki
berbagai system metode dan teori dengan tujuan untuk memahami dan menerapkannya dalam
situasi konseling
i. Sejarah Teori eklektik
Teori Eklektik untuk pertama kalinya diperkenlkan oleh F.C. Thorne pada tahun 1940-an.
Ketika itu Thorne menyumbangkan pemikirannya dengan menyelidiki semua metode konseling
dan mengevaluasinya. Teori Eklektik terus mengalami kemajuan bahkan setelah Thorne
meninggal dunia 1978. Kemajuan eklektik terlihat jelas ketika pada tahun 1970 lebih dari 50%
anggota APA menggunakan teori elekti untuk menangani permasalahan kliennya (Latipun,2001).
Di Indonesia sendiri, teori eklektik menjadi pilihan utama yang diterapkan oleh konselor untuk
membantu klien menangani masalah.

ii. Konsep Dasar


Eklektik memandang kepribadian manusia sebagai bagian yang terintegrasi, bersifat
psikologis, mengalami perubahan yang dinamis., aspek perkembangan yang dipengaruhi factor
social budaya. Individu dipandang sebagai organisme yang mengalami integritas atau berada
dalam perkembangan secara terus menerus.
Thorne (dikutip dari Latipun,2001) menyatakan bahwa tingkah laku manusia selau
mengalami perubahan. Hal ini dinamakannya sebagai “hukum perubahan universal” di mana
tingkah laku merupakan hasil dari : Status organism namun tidak statis, status situasi dalam
perubahan lingkungan interpersonal, Situasi atau kondisi umum.

iii. Peran dan Fungsi Konselor


Beberapa literature hanya menyebutkan bahwa peran dan fungsi konselor harus
mengikuti peran dan fungsi konselor sesuai dengan konsep teori yang digunakannya dalam
menangani kasus klien. Konselor dapat berperan secara bervariasi, seperti : konselor,
psikiater,guru, kkonsultan, fasilitator, dan advisor.

iv. Tujuan Konseling


Sesuai dengan pemenuhan dasar yang ingin dicapai oleh individu, maka tujuan
pendekatan eklektik adalah membantu klien mengembangkan integritasnya pada level tertinggi.
Hal ini dapat dilihat dari sejauh mana klien dapat mengaktualisasikan diri sekaligus memperoleh
integritas.

v. Tahapan – tahapaan eklektik


Tahapan yang di bawah ini adalah model tahapan konseling sistematik yang dirancang
oleh Carkhuff (dikutip dari Latipun, 2001) yang dibagi dalam enam tahapan, yaitu :
a. Tahap eksplorasi Masalah
b. Tahap perumusan Masalah
c. Tahap Perncanaan
d. Tahap Tindakan/Komitmen
e. Tahap Penilaian dan Umpan Balik
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori perkembangan yang dapat disimpulkan diantaranya teori psikoanalisis yang


dipopulerkan pertama kali oleh Sigmund Freud yang kemudian dibantah oleh Alfred Adler.
Kemudian ada teori kognitif social dan teori perilaku oleh Woolfolk, teori kontektual
ekologis atau yang dikenal dengan interaksi dunia social oleh Muhammad haris zubaidillah,
orientasi teoritis elektik.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapatkan pengetahuan mengenai teori


perkembangan untuk peserta didik dengan berbagai jenis dan pendekatannya dari beberapa
pemaparan para pakar. Masing-masing teori memberikan kontribusi yang baik terhadap
pemahaman kita mengenai perkembangan remaja, namun tidak ada satu pun yang dapat
memberikan deskripsi dan penjelasan yang lengkap tentang perkembangan manusia secara
menyeluruh. Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini tak lepas dari kesalahan. Oleh
karenanya, penulis sangat membuka apabila ada yang ingin menyampaikan saran demi
memperbaiki penulisan makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.um-surabaya.ac.id/4887/3/BAB_II.pdf (diakses pada tanggal 30 agustus 2022)


https://dosenpsikologi.com/teori-kontekstual-dalam-psikologi-perkembangan (diakses pada
tanggal 30 agustus 2022)
http://pembelajaranbimbingandankonseling.blogspot.com/2016/11/teori-eklektik.html?m=1
(diakses pada tanggal 30 agustus 2022)
https://dosenpsikologi.com/teori-psikologi-kepribadian (diakses pada tanggal 30 agusus 2022)
Husaini, M. (2022). TEORI–TEORI EKOLOGI, PSIKOLOGI DAN SOSIOLOGI DALAM
MENCIPTAKAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM. Darul Ulum: Jurnal Ilmiah
Keagamaan, Pendidikan dan Kemasyarakatan, 13(1), 116-137.
Mujahidah, M. (2015). Implementasi teori ekologi bronfenbrenner dalam membangun
pendidikan karakter yang berkualitas. Lentera: Jurnal Ilmu Dakwah dan Komunikasi,
17(2), 145304.
Somad, P. (2016). Teori ekologi sebagai dasar pengembangan keterampilan komunikasi siswa
tunarungu usia pra-sekolah. Jassi Anakku, 12(1), 97-111.

Anda mungkin juga menyukai