Dosen Pengampu:
Indi Tri Asti, M.I.Kom.
Disusun Oleh:
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Azzawajalla yang telah memberikan kita nikmat
hidup sampai pada detik ini. Semoga waktu yang diberikan oleh Allah ini dapat kita manfaatkan
dengan sebaik-baiknya, yaitu untuk terus beribadah dan memperbaiki diri agar selalu menjadi
lebih baik dari detik sebelumnya. Dan juga tidak lupa bersolawat kepada Rasulullah Muhammad
S.A.W. kelak kita akan mengharapkan syafaat dari beliau diakhirat nanti.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kami
pada bidang studi Psikologi Komunikasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Psikologi Komunikasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Indi Tri Asti, M.I.Kom. selaku guru bidang
studi Manajemen SDM yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuandan wawasan kami.Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.. Saya berharap makalah ini dapat memberi bermanfaat bagi kita
semua.
Pemakalah
1
DAFTAR ISI
a. Psikonalisis ........................................................................ 5
b. Behaviorisme ..................................................................... 6
c. Kognitif .............................................................................. 7
d. Humanistik ......................................................................... 8
A. KESIMPULAN ...................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Konsep manusia dalam disiplin-disiplin ilmu pengetahuan modern adalah konsep sentral. Jika
kita masuk dalam kajian-kajian psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, hukum, manajemen,
sastra, filsafat ilmu pengetahuan dan teologi, maka konsep-konsep manusia selalu menjadi faktor
utama karena memegang peranan penting dalam mengembangkan suatu teori atau disiplin ilmu.
Konsep manusia ini akan menentukan bagaimana penelitian terhadap manusia dilakukan dan
bagaimana perlakuan terhadap manusia dilangsungkan.
Begitu juga jika kita menelaah psikologi, maka setiap aliran, teori dan sistem psikologi
senantiasa berakar pada sebuah pendangan filsafat tentang manusia, apakah manusia itu. Seperti
konsep-konsep manusia dalam pandangan aliran-aliran psikologi modern (psikoanalisis,
humanistik dan behavioristik) yang setelah dilakukan analisis apakah benar mempunyai
kekurangan masing-masing.
B.RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
Bertolak dari pengertian psikologi sebagai ilmu yang menelaah perilaku manusia, para ahli
psikologi umumnya berpandangan bahwa kondisi ragawi, kualitas kejiwaan, dan situasi
lingkungan merupakan penentu-penentu utama perilaku dan corak kepribadian manusia.
Determinan tri-dimentional organo-biologi, psiko-edukasi dan sosiokultural ini dapat dikatakan
dianut oleh semua ahli di dunia psikologi dan psikiatri. Dalam hal ini untuk ruhani sama sekali
tak masuk hitungan, karena dianggap termasuk dimensi kejiwaan dan merupakan penghayatan
subjektif semata-mata.
Selain itu psikologi, apapun alirannya menunjukkan bahwa filsafat manusia yang mendasarinya
bercorak anthroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat dari segala pengalaman
dan relasi-relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut masalah manusia dan
kemanusiaan. Pandangan ini menyangkut derajat manusia ke tempat teramat tinggi, ia seakan-
akan prima causa yang unik. Pemilik akal budi yang sangat hebat, serta memiliki pula kebebasan
penuh untuk berbuat apa yang dianggap baik dan sesuai baginya.
Sampai dengan penghujung abad 20 ini terdapat empat aliran besar psikologi :
· Psikoanalisis (psychoanalysis)
Masing-masing aliran meninjau manusia dari sudut pandang berlainan dan dengan metodologi
tertentu berhasil menentukan berbagai dimensi dan asas tentang kehidupan manusia, kemudian
membangun teori dan filsafat mengenai manusia.
Berbeda dengan penjabaran manusia menurut psikologi Islam yang umumnya membagi
subtansi manusia atas jasad dan ruh, tanpa memasukkan nafs. Pada penjabaran mengenai
psikologi manusia ini hanya akan menyinggung bagian yang memang telah dicetuskan oleh
4
pengamat psikologi pada masa sebelumnya. Antara lain psikologi tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada mulanya istilah
psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga
"psikoanalisis" dan "psikoanalisis" Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud
dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga
meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran
mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan
nama "psikologi analitis" (bahasa Inggris: analitycal psychology) dan "psikologi individual"
(bahasa Inggris: individual psychology) bagi ajaran masing-masing.[1]
Dalam cakupan yang luas dari psikoanalisis ada setidaknya 20 orientasi teoretis yang mendasari
teori tentang pemahaman aktivitas mental manusia dan perkembangan manusia. Berbagai
pendekatan dalam perlakuan yang disebut "psikoanalitis" berbeda-beda sebagaimana berbagai
teori yang juga beragam.
Psikoanalisis Freudian, baik teori maupun terapi berdasarkan ide-ide Freud telah menjadi basis
bagi terapi-terapi moderen dan menjadi salah satu aliran terbesar dalam psikologi. Sebagai
tambahan, istilah psikoanalisis juga merujuk pada metoda penelitian terhadap
perkembangan anak.
a. Id berasal dari kata latin “Is” yang artinya es. Kepribadian ini disebut Freud sebagai
kepribadian bawaan lahir. Didalamnya terdapat dorongan yang didasari pemenuhan
biologis guna kepuasan bagi dirinya sendiri. Karakter khas pada aspek ini adalah tidak
adanya pertimbangan logis dan etika sebagai prinsip pengambilan keputusan. Lebih
sederhana, id berwujud pada gambaran nafsu, hasrat seksual dan perasaan superior (ingin
berkuasa).
Contohnya : Adik saya seorang perempuan berumur 8 tahun masih duduk di kelas 3 SD,
jika sedang dirumah dia selalu ingin membeli jajanan di luar rumah seperti baso, es
5
cendol, balon dan lainnya. Karena adik saya gendut dan mudah sakit maka oleh ibu saya
dibatasi jajanannya. Tetapi namanya juga anak kecil pasti jika ada sesuatu yang
diinginkannya pasti akan berusaha mendapatkannya apapun cara yang akan digunakan,
mungkin dengan menangis atau bahkan melempar barang karena kesal.
b. Ego
Aspek kepribadian ini terjadi akibat pengaruh yang ia dapatkan dari apa yang terjadi
didunia/lingkungannya. Ciri khas dari aspek ini, ego mengatur id dan juga superego
untuk pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kepentingan kepribadian yang terlibat.
Artinya, berbeda dengan id yang hanya mementingkan diri sendiri, ego merupakan aspek
yang mementingkan keperluan lebih luas (tidak hanya dirinya).
Contohnya: dilihat dari contoh kasus id , kita bisa sambungkan dengan contoh menurut
ego. Ketika adik saya lapar maka akan bertindak dan berfikir bagaimana rasa lapar itu
hilang dengan membeli jajanan diluar. Pemikiran adik saya untuk menghilangkan rasa
laparnya itu menunjukan sikap ego karena ia bergerak berdasarkan prinsip realitas dan
c. Superego
Aspek kepribadian yang satu ini akan lekat kaitannya moral atau nilai kehidupan. Ranah
superego berisi tentang batasan untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk.
Dengan kata lain, superego memiliki peran penting untuk menjadi penengah antara id an
ego. Ia menjadi penyekat dari sinyal yang dikirimkan aspek id serta memotivasi ego
untuk melakukan hal yang menjunjung moralitas.
Contohnya: kita sambungkan lagi dengan kasus-kasus diatas. Ibu saya telah mengontrol
adiksaya dengan melarang tidak boleh membeli jajanan diluar rumah, tetapi apabila super
ego telah terbentuk, maka control dari dirinya sendiri akan keluar dengan memaksa ibu
untuk mengijinkannya membeli jajanan diluar rumah.
2. Behaviorisme
Awal mula adanya Psikologi Behaviorisme yaitu pada abad ke-20 di Amerika. Dan gerakan ini
secara formal diawalioleh seorang psikolog Amerika bernama John Broadus Watson (1878-
1958) dengan makalahnya berjudul “Psychology as the Behaviorist Views It” dan dipublikasikan
pada tahun 1913.[2]
Watson mengusulkan peralihan dari pemikiran radikal yang membahas perkembangan psikologi
bedasarkan kesadaran dan proses mental. Watson mendukung perilaku tampak yang dapat
diamati sebagai satu-satunya subjek pembahasan yang masuk akal bagi ilmu pengetahuan
psikologi.Sistem Watson yang memfokuskan pada kemampuan adaptasi perilaku terhadap
6
stimuli lingkungan, menawarkan ilmu psikologi yang positif dan objektif dan pada tahun 1930
behaviorisme menjadi sistem dominan dalam psikologi Amerika
Psikologi behaviorisme sebagai disiplin empiris yang mempelajari perilaku sebagai adaptasi
terhadap stimuli lingkungan. Inti utama behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari
adaptasi perilaku dan pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip asosiasi.
Pendekatan empiris berdasarkan pengkajian asosiasi dalam psikologi behavioristik yang secara
umum mengikuti pendapat para filsuf inggris dan juga konsep locke tentang kepasifan mental
yang bermakna bahwa isi pikiran bergantung pada lingkungan.
Behaviorisme percaya bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar. manusia
belajar dari lingkungannya dan dari hasil belajar itulah ia berperilaku. Oleh karena itu, manusia
dapat dipengaruhi oleh lingkungannya.
d. Kognitif
Psikologi kognitif merupakan cabang ilmu psikologi yang mempelajari proses mental yang
terjadi pada saat penyimpanan kembali dari ingatan (moryan, 1975). Sejarah dari psikologi
kognitif berawal pada saat Plato (428-348SM) dan muridnya Aristotle (384-322SM)
memperdebatkan mengenai cara manusia memahami pengetahuan maupun dunia serta
alamnya. Plato berpendapat bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan cara menalar
secara logis, aliran ini disebut sebagai rasionalis. Lain halnya dengan Aristotle yang menganut
paham empiris dan mempercayai bahwa manusia memperoleh pengetahuannya melalui bukti-
bukti empiris.[3]
Ada beberapa lingkup psikologi kogntif (area-area penelitian utama dalam psikologi kognitif)
yaitu :
· Kesadaran
· Memori
· Representasi pengetahuan
· Pencitraan
7
· Bahasa
· Perkembangan kognitif
Di psikologi kognitif terdapat pemrosesan manusia yag merupakan bagian dari perspektif
kognitif dalam membahas cara manusia berfikir. Dimana pemrosesan manusia berasal dari
informasi dapat diperoleh melalui panca indera yang kemudian diolah (input) serta disimpan
dalam storage dan dipanggil kembali (output).
Proses pembentukan ingatan bermula ketika kita memperoleh informasi melalui panca
indera (sensory register) yang kemudian diteruskan, diolah dan masuk kedalam short term
memory, dalam short term memory terdapat proses rehearsal (pemanggilan kembali secara
spontan) dan elaborative (secara bertahap tersusun atau detail dari objek yang mempunyai
kesamaan dengan objek yang disimpan di dalam long term memory), setelah informasi atau
objek di simpan di STM maka akan akan muncul rehearsal (bercampur dengan pengalaman atau
kesamaan yang akan menghasilkan output) di LTM.
Contohnya : pada saat kita terbangun oleh deringnya jam beker,kita bisa memutuskan tindakan
apa yang kita lakukan, mematikan jam beker lalu bangun , apa mematikan jam beker kemudian
tidur lagi. Kemudian kita melakukan mematikan jam beker dan melanjutkan tidur
e. Humanistik
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun
1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad
pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl
Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji
secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri,
kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan
behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga“ dalam aliran psikologi. Psikoanalisis
dianggap sebagai kekuatan pertama dalam psikologi yang awal mulanya datang dari
8
psikoanalisisala Freud yang berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yang
dikombinasikan dengan kesadaran pikiran guna menghasilkan kepribadian yang sehat.
Kelompok psikoanalis berkeyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh
kekuatan tak sadar dari dalam diri.
Terdapat beberapa ahli psikologi yang telah memberikan sumbangan pemikirannya terhadap
perkembangan psikologi humanistik. Sumbangan Snyggs dan Combs (1949) dari kelompok
fenomenologi yang mengkaji tentang persepsi. Dia percaya bahwa seseorang akan berperilaku
sejalan dengan apa yang dipersepsinya.[4] Menurutnya, bahwa realitas bukanlah sesuatu yang
yang melekat dari kejadian itu sendiri, melainkan dari persepsinya terhadap suatu kejadian.
Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang
potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah membantu guna memahami
tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang merupakan salah satu tujuan dalam
pendidikan humanistik.
Contohnya: Pada pendidikan pembelajaran, guru merupakan salah satu komponenen terpenting
yang ada dalam system pembelajaran di sekolah karena apabila tidak ada guru proses
pembelajaran tidak akan berjalan.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal
dan pengaruhnya pada perilaku, gejala dan kegiatan jiwa. Diluar konsep psikologi manusia
menurut islam dikatahui bahwa di penghujung abad 20 ini terdapat empat aliran besar psikologi :
· Psikoanalisis (psychoanalysis)
10
DAFTAR PUSTAKA
Lewin, Kurt. 1935. A Dynamic Theory of Personality. New York: Mcgraw-Hill Book Company.
11