Disusun untuk memenuhi tugas Makalah Tugas Akhir salah satu Mata Kuliah
Psikologi Dakwah yang diampu oleh :
Oleh
(200401082)
2021
Kata Penghantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Karakteristik Manusia.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah Tugas Akhir ini adalah untuk
memenuhi tugas Drs. Muhsinah, M,Ag. pada mata kuliah Psikologi
Dakwah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Karakteristik Manusia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
…………………………………………...........................4
B. Rumusan Masalah ……………………………........................
…………..5
A. Simpulan …………………..................…………………………………
29
DAFTAR PUSTAKA …………………….............................…………… 31
BAB I
PENDAHULUAN
Sigmund Freud memiliki pendapat tentang potensi pada diri manusia yang
sangat berpengaruh terhadap karakternya, yaitu: id, ego, dan superego.
Menurutnya, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak
disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psiko-seksual tertentu. pada
enam tahun pertama dalam kehidupannya. Berdasarkan teorinya tersebut, Freud
menyimpulkan bahwa moralitas merupakan sebuah proses penyesuaian antara
id, ego, dan superego. Titik lemah terbesar Freud dan para penganutnya bukan
pada kesalahan teorinya, tetapi adalah over generalisasi dari teori tersebut,
sehingga dalam kacamata Freud, manusia dapat dikatakan tidak berbeda dengan
binatang, bahkan lebih menderita karena tidak sebebas binatang dalam
melampiaskan nafsunya. Menurut teori Freud. Manusia dengan binatang itu
sama yang membedakan adalah akal pikiran, kalau manusia cenderung bisa
mengontrol emosinya, sedangkan hewan atau binatang lebih bebas tanpa malu-
malu mengumbar hawa nafsunya, namun dalam era sekarang ini faktanya
manusiaa dengan binatang tidak ada bedanya terutama dalam dorongan biologis.
Di zaman sekarang manusia menuruti atau melakukan dorongan biologisnya
seperti melakukan hubungan seks, dimana saja, kapan saja, tanpa adanya rasa
malu, disitulah letak kesenjangan antara teori Sigmund freud dan realitas
kehidupan sekarang. Untuk mengatasinya adalah dimulai dari diri sendiri
terutama kita sebagai generasi muda penerus bangsa hendaknya dengan kita
memperbaiki moral, akhlaq, masing-masing individu, Harapannya untuk
generasi penerus bangsa terus memperbaiki diri agar memiliki karakter
kepribadian yang baik.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
1. Pengertian Manusia
a. Pandangan Psikoanalis
Kesempurnaan manusia itu dapat dilihat pada asal kata “ins” yang
seorang manusia, sedangkan “insani” yaitu dua orang manusia. Dari kata
“insan” itu tersirat makna bahwa manusia mempunyai dua unsur
kemanusiaan yaitu, aspek lahiriyah dan asoek batiniyah. Sedangkan kata-
kata ins dan unas berarti bahwa manusia adalah fitrah yang terpancar dari
alam ruhaniyah yaitu gemar bersahabat, ramah, lemah lembut, dan sopan
santun serta taat kepada Allah Swt.berarti
b. Basyar
Kata “basyar” berasal dari makna kulit luar yang dapat dilihat dengan
kasat mata bersifat indah dan menimbulkan rasa bagi siapa saja yang
melihatnya.
c. Bani Adam Kata bani adam berarti anak adam atau putra adam.
Jadi, manusia menurut al-qur’an adalah besar pada satu dimensi, tetapi
juga kecil menurut dimensi yang lain. Kemungkinan karena dua dimensi yang
bertentangan inilah maka manusia dalam merespon suatu masalah terkadang
berjiwa besar, sportif, siap memberi dan pemberani, namun dilain kesempatan
yang berjiwa kecil, maka jadi penakut, curang, malu, putus asa, dan lari dari
tanggung jawab.
Juru dakwah (da’i) adalah salah satu faktor dalam kegiatan dakwah yang
menempati posisi yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya
kegiatan dakwah. Untuk membuat suatu proses dakwah sesuai dengan yang
diharapkan, seorang da’I harus memiliki kriteria-kriteria kepribadian yang
dipandang positif oleh ajaran islam dan masyarakat. Sehingga dalam diri
seseorang da’I harus memiliki kepribadian rohaniyah, diantarannya:
a. Sifat-sifat da’i
Sifat ini merupakan dasar utama pada akhlak Da’i, karena seorang
da’I tidak mungkin menyeru mad’unya (sasaran dakwah) beriman kepada
Allah SWT. Kalau tidak ada hubungan antara da’i dan Allah SWT
2. Ahli Tobat
Sifat tobat dalam diri da’i, berarti ia harus mampu untuk
lebih menjaga atau takut untuk berbuat maksiat atau dosa
dibandingkan orang – orang yang menjadi mad’unya.
3. Ahli Ibadah
Amanah berarti terpercaya dan sidiq berarti jujur adalah sifat utama
yang harus dimiliki seorang da’ I sebelum sifat – sifat yang lain,
karena apabila seorang da’I memiliki sifat amanah dan sidiq maka
mad’u akan cepat percaya dan menerima ajakan dakwahnya.
5. Pandai Bersyukur
Niat yang tulus adalah salah satu syarat yang harus dimiliki seorang
dai, sebab dakwah adalah satu perkataan yang berhubungan dengan
Allah, yang memerlukan keikhlasan lahir batin.
8. Tawadhu’
Sifat ini benar – benar harus dijauhi oleh seorang dai, bagaimana
mungkin seorang dai dapat bergaul dan mempengaruhi orang lain jika
ia sendiri tidak perduli dengan orang lain.
1. Berakhlak mulia
Ing ngarso sung tulodho berarti seorang Da’i. Seseorang Da’i harus
dapat menjadi teladan yang baik bagi masyarakat. Ing madyo mangun
karso berarti bila seseorang Da’i berasa ditengah-tengah massa hendaklah
dapat memberikan semangat agar mereka senantiasa mengikuti semua
ajakan Da’i. Tut wuri handayani berarti bila seorang Da’i hendaknya
mengikuti Mad’u dengan bimbingan-bimbingan agar lebih meningkatkan
keimanannya.
3) Pengetahuan (knowledge)
6) Peranan (roles)
Masyarakat sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah adalah salah satu
unsur yang penting dalam sistem dakwah yang tidak kalah peranannya
dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain. Masyarakat dalam
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya:
Janin telah bisa mendengar secara jelas pada usia 6 bulan dalam
kandungan sehingga dapat menggerakkan tubuhnya sesuai dengan
irama dan nada suara ibunya,
Janin mampu belajar musik pada usia 4-5 bulan dengan
memberikan reaksi terhadap bunyi dan melodi.
Janin sudah memiliki perasaan, kesadaran dan daya ingat yang
baik.
Janin yang diberi rangsangan suara secara teratur (waktunya) dan
Continue akan mampu memacu kecerdasan bayi setelah lahir.
Berdasarkan pada temuan para ahli tersebut maka karakter manusia masa
prenatal sudah tampak jelas. Secar biologis, organ pendengaran sudah berfungsi
sehingga dapat merespon irama dan nada suara ibunya serta bunyi-bunyian dan
melodi. Aspek emosi dan kognisi janin juga sudah mulai tumbuh. Bahkan
Martin Gardiner (ahli otak anak) menjelaskan bahwa ada hubungan antara
perkembangan kepribadian, fisik dan psikis seseorang dengan music yang
diterima ketika masih dalam kandungan terutama untuk meningkatkan IQ dan
EQ. Bagian penting dari musik yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
itu adalah “beat,ritme dan harmoni” dari irama, nada dan melodi musik itu
sendiri.
Manusia pada masa ini, fungsi biologis yang paling dominan adalah
pendengaran dan penglihatan, sedangkan fungsi psikologis berupa kemampuan
daya ingat dan kesadaran (aspek kognitif) serta perasaan (aspek afeksi)
berkembang sejalan dengan perkembangan usia dan kesehatan fisik biologisnya.
hubunganya dengan proses dakwah maka pintu masuknya masih dominan lewat
pendengaran dan penglihatan.
Karakter mad’u pada masa ini tidak berbeda dengan orang dewasa meskipun
masih sangat terbatas. Artinya kemampuan intelektual, sikap dan emosi anak
sudah memungkinkan untuk menerima stimuli ringan seperti pesan dakwah
dalam bentuk egosentris dan dongeng daan anak memberikan respon dalam
bentuk perilaku
Pada masa anak usia ini konsep yang stabil dibentuk, penalaran
mental muncul, egosentrisme mulai kuat, keyakinan terhadap hal yang
magis terbentuk, tetapi belum mampu berfikir secara operasional.
Perangkat tindakan terinternalisasi yang memungkinkan anak melakukan
secara mental Apa yang telah dilakukan secara fisik sebelumnya
Sejalan dengan perkembangan pemikiran anak usia 3- 5 tahun, minat pada
agama mad’u ini dimulai dengan minat ingin tahu tentang ibadah,
kelahiran, kematian dan keingintahuan pada konsep kehidupan. Anak
terdorong untuk menanyakan sesuatu dan ingin memperoleh jawaban
yang jelas untuk membangun pengertisn. Konsep anak mngenai agama
adalah realistic dalam arti menafsirkan apa yang di dengar dan dilihat.
Minat pada agama lebih bersifat egosentris (Seperti. Doa) dan tahap
dongeng
Karakter emosi pada masa anak usia ini memiliki pola yang
berbeda dengan pada awal masa kanak-kanak (amarah, takut, cemburu,
ingin tahu, iri hati. Gembira,sedih dan kasih saying). Perbedaan itu ada
dalam dua hal yaitu jenis situasi yang membangkitkn emosi dan bentuk
ungkapkan emosinya. Emosi yang tidak tersalurkan sering dicoba
meredakannya dengan sibuk bermain, tertawa terbhak-bahak atau
menangis. Menangis merupakan pelampiasan tenaga emosi yang tertahan
tetapi mempunyai akibat sampingan berupa sedih.
Siklus kehidupan sosio emosional masa dewasa awaal pada umumnya baru
sampai pada siklus kedua atau ketiga, tergantung padaa budaya yang
mengitarinya. Ini karena masa dewasa awal era modern memiliki delema pilihan
antara pekerjaan dan karier yang berarti harus menunda pernikahan, atau
mendahulukan pernikahan dan mengasuh anak-anak, atau mengkombinasikan
antar karier, pernikahan dan melahirkan anak serta mengasuh anak. Problem ini
lebih berat pada wanita daripada pria dan jika kaum wanita lebih mementingkan
pekerjaan dan karier, kecenderungan perceraian menjadi meningkat
i). Karakter Mad’u Masa Dewasa Madya 40-60
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA