Anda di halaman 1dari 33

KARAKTERISTIK MANUSIA

Disusun untuk memenuhi tugas Makalah Tugas Akhir salah satu Mata Kuliah
Psikologi Dakwah yang diampu oleh :

Dra. Muhsinah, M.Ag.

Oleh

INTAN NOVITA RAHMAH

(200401082)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN


ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS UIN AR-RANIRY BANDA ACEH

2021
Kata Penghantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Karakteristik Manusia.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah Tugas Akhir ini adalah untuk
memenuhi tugas Drs. Muhsinah, M,Ag. pada mata kuliah Psikologi
Dakwah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang  Karakteristik Manusia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Drs. Muhsinah ,M.A. selaku Dosen


saya di Psikologi Dakwah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. 
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……........................................……………………… i

KATA PENGANTAR ….........................................……………………… ii

DAFTAR ISI ……………………...........................................…………… iii

BAB I PENDAHULUAN ………………….........................................…… 1

 A. Latar Belakang
…………………………………………...........................4
 B. Rumusan Masalah ……………………………........................
…………..5

BAB II PEMBAHASAN ………....................................………………….. 6

 A. Psikologi Tetang Manusia...............................................


…………………6
o Pengertian Manusia
o Konsep Manusia Menurut Psikologi
 B. Prespekif Al-Qur’an Tentang Psikologi........................…………………
10
 C. Karakteristik
Psikologi..............................................................................13

BAB III PENUTUP ……………………………………

 A. Simpulan …………………..................…………………………………
29
DAFTAR PUSTAKA …………………….............................…………… 31

BAB I

PENDAHULUAN

Sigmund Freud memiliki pendapat tentang potensi pada diri manusia yang
sangat berpengaruh terhadap karakternya, yaitu: id, ego, dan superego.
Menurutnya, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak
disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psiko-seksual tertentu. pada
enam tahun pertama dalam kehidupannya. Berdasarkan teorinya tersebut, Freud
menyimpulkan bahwa moralitas merupakan sebuah proses penyesuaian antara
id, ego, dan superego. Titik lemah terbesar Freud dan para penganutnya bukan
pada kesalahan teorinya, tetapi adalah over generalisasi dari teori tersebut,
sehingga dalam kacamata Freud, manusia dapat dikatakan tidak berbeda dengan
binatang, bahkan lebih menderita karena tidak sebebas binatang dalam
melampiaskan nafsunya. Menurut teori Freud. Manusia dengan binatang itu
sama yang membedakan adalah akal pikiran, kalau manusia cenderung bisa
mengontrol emosinya, sedangkan hewan atau binatang lebih bebas tanpa malu-
malu mengumbar hawa nafsunya, namun dalam era sekarang ini faktanya
manusiaa dengan binatang tidak ada bedanya terutama dalam dorongan biologis.
Di zaman sekarang manusia menuruti atau melakukan dorongan biologisnya
seperti melakukan hubungan seks, dimana saja, kapan saja, tanpa adanya rasa
malu, disitulah letak kesenjangan antara teori Sigmund freud dan realitas
kehidupan sekarang. Untuk mengatasinya adalah dimulai dari diri sendiri
terutama kita sebagai generasi muda penerus bangsa hendaknya dengan kita
memperbaiki moral, akhlaq, masing-masing individu, Harapannya untuk
generasi penerus bangsa terus memperbaiki diri agar memiliki karakter
kepribadian yang baik.

Dengan demikian, dalam karakter penciptaan manusia terdapat


kecenderungan untuk berbuat baik dan jahat; kecenderungan untuk menuruti
hawa nafsu fisiknya dan tenggelam dalam menikmati kesenangan; dan
kecenderungan untuk mencapai puncak keutamaan, ketakwaan, cita-cita luhur
kemanusiaan, dan amal baik, serta ketenangan jiwa dan kebahagiaan spiritual
yang diwujudkannya. Dalam pandangan Usman Najati, bahwa pola
pembentukan kepribadian manusia tidak terlepas dari kedua potensi tersebut dan
akan berkembang sesuai dengan proses kehidupannya. Namun, terdapat potensi
fitrah yang sangat berperan, selain konsep sosial dalam proses pembentukan
karakter seseorang.

BAB II

RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana Konsep Psikologi tentang Manusia ?

B. Bagaimana Presfektif Al-Qur’an tentang Psikologi Maanusia ?

C. Bagaimana Karakteristik Psikologi Da’I dan Md’u ?


BAB III

PEMBAHASAN

A. Psikologi Tentang Manusia

1. Pengertian Manusia

Pada dasarnya Tuhan telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang


paling sempurna. baik dari aspek jasmani maupun rohani. Dari
kesempurnaannya itulah maka untuk dapat memahami, mengenal secara dalam
dan totalitas dibutuhkan keahlian yang spesifik. Asal manusia secara esensial
berasal dari Tuhan, bersifat Nur (cahaya). Ruh (hidup) dan ghaib (tidak tampak
oleh kasat mata). Sedangkan usul manusia berasal dari air dan tanah. Dengan
kata lain jika seorang manusia ditinjau dari asalnya, maka ia bersifat ruhaniah.
Sedangkan secara usulnya berarti ia bersifat jasmaniyah.

2. Konsep Manusia Menurut Psikologi

a. Pandangan Psikoanalis

Sigmund Freud pendiri psikoanalis adalah orang pertama yang


berusaha merumuskan psikologi manusia. Sigmund Freud merumuskan
tiga sistem utama kepribadian manusia, yaitu Id (das es), ego (das ich),
dan super ego (ueber ich). Id (das es) merupakan wadah yang berisi
dorongan-dorongan bawaanyang bersifat primitive dan dorongan-
dorongan biologis manusia (insting), id bergerak berdasarkan prinsip
kesenangan dan kepuasan, dan id merupakan lapisan psikis yang paling
besar. Id bersifst egoistis, tidak bermoral, tidak mau tahu keadaan dan
merupakan pusat insting (hawa nafsu) menurut bahasa agama.

Menurut Freud, ada 2 insting yang dominan pada subsistem Id ini,


yaitu Libido atau Eros dan Thanatos. Libido (eros) atau naluri kehidupan
adalah insting reproduktif yang menerangkan energy dasar, yaitu untuk
kegiatan manusia yang konstruktif. Seperti, seks dan hal-hal lain yang
mendatangkan kenikmatan, termasuk kasih saying dari seorang Ibu,
maupun pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan cinta diri. Libidio
juga merupakan insting kehidupan (eros). Thanatos merupakan insting
destruktif dan agresif.

Subsistem yang kedua adalahh Ego yang berfungsi menjembatani


tuntutan Id dengan realitas dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-
hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego bergerak
berdasarkan prinsip realitas. Ego memiliki unsur kesadaran, mampu
menghayati secara lahiiyah maupun bathiniyah. Ego menampilkan akal
budi dan pikiran, selalu siap menyesuaikan diri, dan mengendalikan
dorongan-dorongan. Kemudian subsistem yang terakhir adaalah super
ego, merupakan dzat yang lebih tinggi yang ada pada diri manusia yang
memberikan garis-garis pengarahan etis dan norma norma yang harus
dianut. Salah satu fungsi terpenting dari super ego adalah sebagai hati
nurani yang mengontrol dan mengkritik perbuatan (sebagai pengawas
diri).

Jadi, dari pandangan teori psikoanalais ini mengatakan bahwa


tingkah laku manusia itu sebenarnya merupakan interaksi dari ketiga
subsistem itu, yaitu komponen biologis (hawa nafsu, id), komponen
psikologis (ego), dan komponen sosial (superego), maka bisa dikatakan
bahwa antara subsistem tersebut tingkah laku manusia terjadi karena
unsur hewani, akali, dan nilai atau norma.

b. Pandangan Psikologi Behaviourisme

Berbeda dengan pandangan psikoanalis, menurut pandangan


psikologi Behaviourisme memandang bahwa manusia dipengaruhi oleh
insting dan dorongan nafsu rendah. Aliran ini tidak mengakui konsepsi
ketidaksadaran dan kesadaran yang menjadi inti dari psikoanalis, namun
lebih memandang aspek stimuli, dan lingkunganlah yang bisa membentuk
perilaku manusia. Teori behaviourisme dikenal dengan nama “teori
belajar”, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia kecuali insting
adalah hasil belajar. Belajar dalam arti perubahan perilaku organisme
sebagaai pengaruh lingkungan. Seperti, orang jawa yang tinggal di pesisir
pantai akan dominan berbicara dengan suara keras, karena lingkungan
telah menuntut untuk keras, yakni bersaing dengan suara gelombang laut
(ombak), sedangkan orang jawa yang tinggal diperkampungan yang
lenggang, maka akan dominan berbicara dengan pelan-pelan, bisik-bisik,
karena lingkungan tidak menuntut bersuara keras dengan bisik-bisik pun
sudah terdengar.

c. Pandangan Psikologi Kognitif.

Jika behaviourisme memandang manusia sebagai makhluk yang


bersikap pasif terhadap lingkungan, maka psikologi kognitif
menempatkan manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara aktif
terhadap lingkungannya dengan cara berpikir. Psikologi kognitif
mempelajari bagaimana arus informasi yang ditangkap oleh indera
diproses dalam jiwa seseorang sebelum diendapkan dalam kesadaran atau
diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Pada teori ini manusia berusaha
untuk bisa memahami lingkungan yang sedang dihadapinya dan
meresponnya dengan pemikiran yang dimilikinya.

Dalam pandangan psikologi ini manusia layaknya sebuah


komputer, dimana ia menangkap informasi, mengolah, menyimpan, atau
mengeluarkannya dalam bentuk perilaku. Konsepsi manusia sebagai
pengolah informasi (the person as information processor) adalah perilaku
manusia yang dipandang sebagai produk strategi pengolahan informasi
yang rasional yang mengarah pada penyediaan, penyimpanan, dan
pemanggilan informasi yang digunakan untuk memecahkan persoalan.
Dalam konsep ini manusia menurut teori kognitif disebut sebagai (homo
sapiens) yakni manusia yang berfikir.

Sehingga dari teori ini, dapat disimpulkan bahwa manusia tidak


secara otomatis dapat memberikan respon kepada stimuli. Akan tetapi,
dalam mereaksi stimuli, manusia berpikir dan berusaha untuk menemukan
jati dirinya. Maka, teori kognitif lebih menempatkan kembali manusia
sebagai makhluk yang berjiwa, bukan hanya bisa berpikir, tetapi juga
berusaaha menemukan identitas dirinya.

d. Pandangan Psikologi Humanistik

Dalam pandangan psikologi humanistik, behaviourisme, dan


psikoanalisis terlalu negative dan deterministik dalam memandang
manusia. Pendekatan humanistic menekankan pada pemikiran, imajinasi
kreatif, dan bukan semata pengaruh keadaan. Dengan demikian
pendekatan humanistic berasumsi bahwa manusia tidak bisa dipahami
melalui kondisi-kondisi stimulus saja, namun psikologi internal juga
mempunyai pengaruh pada pemikiran, perasaan dan tindakannya. Setiap
manusia yang hidup didunia ini mempunya karakteristik tersendiri, dan
kehidupannya berpusat pada kehidupannya itu.

Perilaku manusia menurut teori ini terjadi karena berpusat pada


konsep diri, yaitu pandagan maupun persepsi orang terhadap dirinya yang
bisa berubah-ubah dan fleksibel sesuai dengan pengalamannya dengan
orang lain. Jadi, manusia dalam keadaan normal cenderung berperilaku
rasional dan membangun (konstruktif) dan juga lebih cenderung memilih
jalan (pekerjaan, karier atas jalan hidup) yang mendukung pengembangan
dan aktualisasi diri.

B. Prespektif Al-qur’an Tentang Psikologi

Sebagaimana telah dikemukakan secara singkat, empat aliran psikologi


diatas, masing-masing aliran memandang manusia dari sudut yang berbeda dan
mengungkapkan aspek tertentu yang dipandang paling penting dalam manusia.
Hal ini bisa kita lihat sebagai sebuah temuan psikologi secular yang jelas tidak
merujuk pada sumber ajaran islam (al-qur’an dan al-hadits) untuk memberikan
pandangan mengenai sejauh mana temuan itu memiliki kesamaan, perbedaan,
atau bahkan saling melengkapi atau saling menyangkal diantara keduannya.
Psikoanalisa Sigmund Frued yang mencoba menyelami dunia dalam (iner
world) manusia, menemukan suatu dimensi kejiwaan berupa alam bawah sadar
(unconscious). Alam tak sadar berisi dorongan-dorongan dan insting-insting
primitive dan berbagai pengalaman memaksa seseorang untuk mengolah sistem
kejiwaannya secara dahsyat, dinamis, liar, kejam, dan terus menerus dalam
keadaan konflik kejiwaan. Dengan ini dapat dimengerti bahwa hakikat dan citra
manusia dalam pandangan psikoanalisa adalah buruk, iar, kejam, nonetis, dan
cenderung hedonustik, sebab dorongan paling dominan dialam bawah sadar
adalah dorongan-dorongan agresif dan nafsu seks.

Kekeliruan terbesar freud dalam kacamata al-qu’an adalah keykainan


bahwa id manusia hanya berisi dan dikusai nafsu rendah. Al-qur’an dengan
tegas menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang pada dasarnya memiliki
kualitas yang suci, bersih, dan indah. Atau dengan kata lain, manusia pada
pandangan al-qur’an adalah suci dan beriman, adapun kecendurungan jahat
adalah akibat dari keluarnya manusia dari kefitrahannya sebagai makhluk yang
suci dan beriman.

Secara psikis, manusia juga memiliki aspek-aspek dan dimensi-dimensi


psikis yang membentuk suatu struktur atau komposisi totalitas manusia. Seperti
yang telah diuraikan pada bagian terdahulu, bahwa dalam al-qur’an secara jelas
diumgkapkan bahwa totalitas diri manusia memiliki tiga aspek dan lima
dimensi. Ketiga aspek tersebut adalah aspek jismiyah, aspek nafsiyah dan
ruhaniyah. Kelima dimensi psikis manusia tersebut mencakup al-nafsu, al-aqd,
al-qalb, ar-ruh, dan al-fitrah.[4] Secara etimologi istilah manusia didalam al-
qur’an ada empat kata yang dipergunkan, yakni:

a. Ins, insani, insan, dan unas

Kesempurnaan manusia itu dapat dilihat pada asal kata “ins” yang
seorang manusia, sedangkan “insani” yaitu dua orang manusia. Dari kata
“insan” itu tersirat makna bahwa manusia mempunyai dua unsur
kemanusiaan yaitu, aspek lahiriyah dan asoek batiniyah. Sedangkan kata-
kata ins dan unas berarti bahwa manusia adalah fitrah yang terpancar dari
alam ruhaniyah yaitu gemar bersahabat, ramah, lemah lembut, dan sopan
santun serta taat kepada Allah Swt.berarti

b. Basyar

Kata “basyar” berasal dari makna kulit luar yang dapat dilihat dengan
kasat mata bersifat indah dan menimbulkan rasa bagi siapa saja yang
melihatnya.

c. Bani Adam Kata bani adam berarti anak adam atau putra adam.

d. Dzurriyat Adam Kata dzurriyat adam berarti bahwa manusia berasal


dari keturunan para Nabi.

Jadi, manusia menurut al-qur’an adalah besar pada satu dimensi, tetapi
juga kecil menurut dimensi yang lain. Kemungkinan karena dua dimensi yang
bertentangan inilah maka manusia dalam merespon suatu masalah terkadang
berjiwa besar, sportif, siap memberi dan pemberani, namun dilain kesempatan
yang berjiwa kecil, maka jadi penakut, curang, malu, putus asa, dan lari dari
tanggung jawab.

Manusia memang unik, namun ia juga memiliki kecenderungan-


kecenderungan tertentu baik positif maupun negative. Dalam preseptif al-qur’an
menilai bahwa kecenderungan itulah kemanusiaan manusia.

 Perilaku Mad’u Dalam Perspektif Al-Qur’an

Al Qur’an sebagai sumber ajaran agama islam ternyata telah meletakkan


konsepsi psikologis manusia yang sangat universal dimana dimensi kerohanian
merupakan dimensi yang paling mendasar bagi keberadaan manusia . Tanpa
dimensi ruhaniah, manusia tidak akan bisa berbuat apa-apa, hanya seongkok
daging dan tulang yang tidak mampu menggerakkan organ tubuhnya sendiri.
Dimensi ruhaniah merupakan dimensi yang dijelaskan secara tersendiri dalam
Al-Qur’an, yang secara garis besar elemen-elemennnya terdiri dari:

1. An Nafs (Potensi Jiwa)


2. Al Aql (Potensi Intelektual)
3. Al-Qalb (Potensi Ruhaniah)

C. Karakteristik Psikologi Da’I dan Mad’u

1. Da’I dan kepribadiannya

Juru dakwah (da’i) adalah salah satu faktor dalam kegiatan dakwah yang
menempati posisi yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya
kegiatan dakwah. Untuk membuat suatu proses dakwah sesuai dengan yang
diharapkan, seorang da’I harus memiliki kriteria-kriteria kepribadian yang
dipandang positif oleh ajaran islam dan masyarakat. Sehingga dalam diri
seseorang da’I harus memiliki kepribadian rohaniyah, diantarannya:

a. Sifat-sifat da’i

1. Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Sifat ini merupakan dasar utama pada akhlak Da’i, karena seorang
da’I tidak mungkin menyeru mad’unya (sasaran dakwah) beriman kepada
Allah SWT. Kalau tidak ada hubungan antara da’i dan Allah SWT

2. Ahli Tobat
Sifat tobat dalam diri da’i, berarti ia harus mampu untuk
lebih menjaga atau takut untuk berbuat maksiat atau dosa
dibandingkan orang – orang yang menjadi mad’unya.

3. Ahli Ibadah

Seorang da’i adalah mereka yang selalu beribadah kepada Allah


dalam segala gerakan, perbuatan atau perkataan dimanapun dan
kapanpun.

4. Amanah dan Sidiq

Amanah berarti terpercaya dan sidiq berarti jujur adalah sifat utama
yang harus dimiliki seorang da’ I sebelum sifat – sifat yang lain,
karena apabila seorang da’I memiliki sifat amanah dan sidiq maka
mad’u akan cepat percaya dan menerima ajakan dakwahnya.

5. Pandai Bersyukur

Syukur mempunyai dua dimensi, yaitu syukur kepada Allah SWT


dan sesama manusia. Seorang dai yang baik adalah dai yang mampu
menghargai nimat Allah dan menghargai kebaikan orang lain.

6. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan pribadi

Niat yang tulus adalah salah satu syarat yang harus dimiliki seorang
dai, sebab dakwah adalah satu perkataan yang berhubungan dengan
Allah, yang memerlukan keikhlasan lahir batin.

7. Ramah dan penuh pengertian


Dakwah adalah pekerjaan yang bersifat propaganda pada orang
lain. Propaganda dapat diterima, apabila orang yang memproganda
berlaku ramah, sopan, ringan tangan untuk melayani sasarannya
(objeknya). Begitu pula dalam dakwah dai harus memiliki kepribadian
yang menarik seperti ramah, sopan, agar dapat menunjang
keberhasilan dakwah.

8. Tawadhu’

Sifat tawadhu’ bukanlah rendah diri tetapi rendah hati, maksudnya


sopan dalam pergaulan, tidak sombong dan tidak mencela orang lain.

9. Sederhana dan jujur


Kesederhanaan adalah pangkal keberhasilan dakwah. Dalam
kehidupan sehari – hari selalu ekonomis dalam memenuhi kebutuhan,
sederhana disini berarti dai adalah tidak bermegah – megahan, angkuh
dan sebagainya. Sedangkan jujur adalah penguat dari sifat sederhana.
10.Tidak memiliki sifat egois

Sifat ini benar – benar harus dijauhi oleh seorang dai, bagaimana
mungkin seorang dai dapat bergaul dan mempengaruhi orang lain jika
ia sendiri tidak perduli dengan orang lain.

11.Sabar dan tawakal

Apabila dalam menunaikan tugas dakwah, dai mengalami


hambatan dan cobaan hendaklah dai tersebut bersabar, karena semua
itu butuh perjuangan untuk menyebarkan ajaran Allah SWT.
b. Sikap seorang da’i

1. Berakhlak mulia

Hamka mengatakan bahwa alat dakwah yang paling utama adalah


akhlak dan budi pekerti.

2. ng ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri


handayani

Ing ngarso sung tulodho berarti seorang Da’i. Seseorang Da’i harus
dapat menjadi teladan yang baik bagi masyarakat. Ing madyo mangun
karso berarti bila seseorang Da’i berasa ditengah-tengah massa hendaklah
dapat memberikan semangat agar mereka senantiasa mengikuti semua
ajakan Da’i. Tut wuri handayani berarti bila seorang Da’i hendaknya
mengikuti Mad’u dengan bimbingan-bimbingan agar lebih meningkatkan
keimanannya.

3.Wara dan berwibawa

Sikap wara’ berarti menunjukan perbuatan-perbuatan yang kurang


berguna dan mengindahkan amal shaleh, sikap ini dapat menimbulkan
kewajiban seorang Da’i.

Sedangkan kepribadian yang bersifat jasmani, diantarannya:

a). Sehat Jasmani

Dakwah memerlukan akal yang sehat sedang akal


yang sehat terdapat pada badan yang sehat.

b). Berpakaian sopan dan rapi


Pakaian yang sopan, praktis dan pantas mendoron rasa
simpati seseorang pada orang lain bahkan pakaianpun
berdampak pada kewibawaan seseorang.

2. Mad’u dan kondisinya

Salah satu unsur dakwah adalah Mad’u yakni manusia yang


merupakan individu atau bagian dari komunitas tertentu.
Mempelajari tentang unsur ini merupakan suatu keniscayaan dalam
keberhasilan suatu dakwah.

a. Manusia sebagai individu

“individu” berasal dari kata lain, “individuum” artinya


“yang tidak terbagi”. Individu merupakan sebutan yang dapat
dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil
dan terbatas. Individu adalah seorang manusia yang tidak
hanya memiliki peranan khas dalam lingkungan sosialnya
melainkan juga memiliki kepribadian serta pola tingkah laku
yang spesifik. Secara psikoloogis, manusia sebagai objek
dakwah dibedakan oleh berbagai aspek,antara lain:

1). Sifat-sifat kepribadian (personality traits) yaitu


adanya sifat-sifat manusia yang penakut,pemarah, suka
bergaul, pemarah ,sombong, dan sebagainya.

2).Intelegensi yaitu aspek kecerdasan seseorang


mencakup kewaspadaan,kemampuan belajar,
kecepatan berpikir, kesanggupan untuk mengambil
keputusan yang tepat dan cepat, kepandaian menagkap
dan mengolah kesan-kesan atau masalah, dan
kemampuan mengambil kesimpulan.

3) Pengetahuan (knowledge)

4) Keterampilan 5) Nilai-nilai (values)

6) Peranan (roles)

b. Manusia sebagai Anggota Masyarakat (Kelompok)

Masyarakat sebagai objek dakwah atau sasaran dakwah adalah salah satu
unsur yang penting dalam sistem dakwah yang tidak kalah peranannya
dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain. Masyarakat dalam
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya:

1). Pengaruh budaya

Secara umum, kebudayaan meliputi segala sesuatu yang dihasilkan


dari cipta,rasa, dan karsa manusia yang bersifat materiil (pakaian, rumah,
mobil, dan sebagainya) maupun bersifat non materiil seperti norma-
norma, nilai-nilai, kepercayaan, pengetahuan, dan lain-lain. Unsur penting
kebudayaan berikutnya adalah kepercayaan atau keyakinaan yang
merupakan konsep manusia tentang segala sesuatu disekelilingnya. Jadi,
kepercayaan atau keyakinan itu menyangkut gagasan manusia tentang
individu, orang lain serta semua aspek yang berkaitan dengan biologis,
fisik, sosial, dan dunia supernatural.

Kebudayaan suatu masyarakat dipengaruhi oleh beberapa actor


antara lain:
a). Faktor geografis

b). Faktor keturunann

c). Pengaruh dunia dari luar

2). Organisasi Sosial

Setiap masyarakat memiliki hubungan sosial yang berfariasi yang


terkristalisasi dalam kelompok-kelompok sosial, baik kelompok sosial
besar atau kecil, permanen atau temporer, organisasi formal atau non
formal. Relasi-relasi dalam organisasi sosial atau kelompok sosial ini
dipengaruhi oleh kepercayaan,norma, dan sikap kelompok.

Organisasi-organisasi sosial memiliki pengaruh yang besar dalam


kehidupan manusia, sebagai contoh sebuah organisasi keagamaan yang
merupakan sumber nilai, kebiasaan dan kepercayaan. Dalam lingkup yang
lebih besar, negara dapat dikatakan sebagai organisasi sosial, dimana ia
merupakan sumber dari norma-norma dan nilai bagaimana warganya
bersikap dan berperilaku.

Dalam konteks yang lebih umum, ketika melakukan aktifitas


dakwah seorang da’i dituntut memerhatikan budaya masyarakat serta
organisasi-organisasi sosial yang melingkupi sehingga tidak terjadi
benturan antara dakwah dan kultur masyarakat atau aturan-aturan negara
atau pemerintah.
 Karakter Mad’u Sepanjang Rentang Kehidupan

Para ahli psikkologi perkembangan mengkategorikan rentang


kehidupan manusia dalam beberapa periode atau masa, yang masing-
masing memiliki karakternya sendiri-sendiri. Dari karakter biologis,
psikis dan psikososial masing-masing itulah dakwah islam dapat
diterapakan sesuai dengan karakternya.

a. Karakter Mad’u Masa Prannatal

Pada dasarnya kehidupan manusia dimulai sejak masih dalam


kandungan ibunya, yaitu sejak ditiupkan ruh ke dalam janin.
Perkembangan janin pada usia lima bulan sampai dengan enam bulan,
organ pisik dan psikis sudah mulai berfungsi. Catatan hasil panel para
pakar (dokter dan psikolog) berkesimpulan bahwa :

 Janin telah bisa mendengar secara jelas pada usia 6 bulan dalam
kandungan sehingga dapat menggerakkan tubuhnya sesuai dengan
irama dan nada suara ibunya,
 Janin mampu belajar musik pada usia 4-5 bulan dengan
memberikan reaksi terhadap bunyi dan melodi.
 Janin sudah memiliki perasaan, kesadaran dan daya ingat yang
baik.
 Janin yang diberi rangsangan suara secara teratur (waktunya) dan
Continue akan mampu memacu kecerdasan bayi setelah lahir.

Berdasarkan pada temuan para ahli tersebut maka karakter manusia masa
prenatal sudah tampak jelas. Secar biologis, organ pendengaran sudah berfungsi
sehingga dapat merespon irama dan nada suara ibunya serta bunyi-bunyian dan
melodi. Aspek emosi dan kognisi janin juga sudah mulai tumbuh. Bahkan
Martin Gardiner (ahli otak anak) menjelaskan bahwa ada hubungan antara
perkembangan kepribadian, fisik dan psikis seseorang dengan music yang
diterima ketika masih dalam kandungan terutama untuk meningkatkan IQ dan
EQ. Bagian penting dari musik yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
itu adalah “beat,ritme dan harmoni” dari irama, nada dan melodi musik itu
sendiri.

b. Karakter Mad’u Masa Neonatal.

Teori preformasionisme memandang anak yang baru lahir


(neonatal) adalah makhluk manusia yang sudah terbentuk secara utuh atau
sebagai miniature orang dewasa. John Locke menyatakan bahwa anak
bukanlah baik atau buruk secara bawaan, tetapi anak sma sekali tidak
memiliki pembawaan apapun. Jiwa anak merupakan “tabularasa” , seperti
kertas kosong sehingga apapun pikiran yang muncul dari anaak hampir
sepenuhnya dari pembelajaran dan pengalaman mereka. Lingkunganlah
yang membentuk jiwa anak melalui proses asosiasi,imitasi,reward dan
punishment.

Karakter mad’u masa neonatal ini yang penting dicatat untuk


kepentingan dakwah islam adalah bahwa anak sudah mendengar, sudah
memiliki perasaan, kesadaran dan daya ingat yang baik sebagai
perkembangan masa prenatal. Disinilah pintu masuk dakwah kepada
manusia masa neonatal dimulai dan da’inya adalah orang yang berada
disekitarnya, termasuk pengasuhnya.

c. Karakter Mad’u Masa Bayi


Masa bayi dimulai sejak periode neonate, selesainya pemotongan
tali pusar sampai berumur 1 tahun. Periode ini merupakan awal individu
manusia terpisah, mandiri dan bukan parasite melainkan periode
penyesuaian diri dengan lingkungan. Karakter mad’u ini yang paling
menonjol adalah:

 Penglihatan mulai berfungsi


 Pendengaran sudah mampu menangkap sesuatu yang dikenal
 Suara yang menunjukkann ucapan tanpa arti yang berubah
menjadi ocehan dan berkembang menjadi bicara.

Manusia pada masa ini, fungsi biologis yang paling dominan adalah
pendengaran dan penglihatan, sedangkan fungsi psikologis berupa kemampuan
daya ingat dan kesadaran (aspek kognitif) serta perasaan (aspek afeksi)
berkembang sejalan dengan perkembangan usia dan kesehatan fisik biologisnya.
hubunganya dengan proses dakwah maka pintu masuknya masih dominan lewat
pendengaran dan penglihatan.

d. Karakter Mad’u Masa Anak Usia 1-2 tahun

Ciri penting masa anak-anak usia 1-2 tahun ini adalah:

 Pola perilaku, skap dan ekspresi emosi anak mulai terbentuk.


 Pertumbuhan fisik, psikis dan kemampuan intelektual anak
sejajar dan sesuai dengan usia
 Anak mulai tumbuh kreativitas, pengembangan bakat, minat
dan penyesuaian diri dengan pola-pola orang lain.

Karakter mad’u pada masa ini tidak berbeda dengan orang dewasa meskipun
masih sangat terbatas. Artinya kemampuan intelektual, sikap dan emosi anak
sudah memungkinkan untuk menerima stimuli ringan seperti pesan dakwah
dalam bentuk egosentris dan dongeng daan anak memberikan respon dalam
bentuk perilaku

e. Karakter Mad’u Masa Anak Usia 3-5 Tahun

Pada masa anak usia ini konsep yang stabil dibentuk, penalaran
mental muncul, egosentrisme mulai kuat, keyakinan terhadap hal yang
magis terbentuk, tetapi belum mampu berfikir secara operasional.
Perangkat tindakan terinternalisasi yang memungkinkan anak melakukan
secara mental Apa yang telah dilakukan secara fisik sebelumnya
Sejalan dengan perkembangan pemikiran anak usia 3- 5 tahun, minat pada
agama mad’u ini dimulai dengan minat ingin tahu tentang ibadah,
kelahiran, kematian dan keingintahuan pada konsep kehidupan. Anak
terdorong untuk menanyakan sesuatu dan ingin memperoleh jawaban
yang jelas untuk membangun pengertisn. Konsep anak mngenai agama
adalah realistic dalam arti menafsirkan apa yang di dengar dan dilihat.
Minat pada agama lebih bersifat egosentris (Seperti. Doa) dan tahap
dongeng

Supaya anak menjadi patuh, maka harus dibentuk agar memiliki


kedisiplinan yang konsisteen, suatu cara mengajarkan perilaku moral yang
diterima kelompok. Itulah cara dakwah terhadap mad’u usia baliita yang
da’inya bisa dari keluarga dan orang dekatnya maupun guru pra sekolah
atau pendidikan anak usia dini.

f. Karakter Mad’u Akhir Masa Kanak-Kanak


Mad’u pada akhir masa kanak-kanak (usia 6-11) Sering dilabeli
sebagai “usia yang menyulitkan” karena mad’u pada usia ini tidak mau
lagi menuruti perintah orang tua, tetapi lebih menurut dengan teman
sebayanya. Biasanya anak laki-laki lebih banyak membandel
dibandingkan dengan anak wanita. Di sisi lainanak usia ini dilabeli
dengan “usia sekolah dasar”, periode kritis dalam mendorong prestasi diri
karena anak usia ini berusaha membentuk kebiasaan untuk mencapai
sukses atau sangat sukses. Anak juga sering dilabeli sebagai “usia
berkelompok” karena perhatian utama anak usia ini tertuju pada keinginan
berkelompok teman sebaya.ini ada Keinginan berkelompok anak usia ini
adalah dalam rangka penyesuaian diri dengan lingkungan, terutama
dengan teman sebaya sehingga anak usia ini sering disebut “usia
penyesuaian diri”.

Karakter emosi pada masa anak usia ini memiliki pola yang
berbeda dengan pada awal masa kanak-kanak (amarah, takut, cemburu,
ingin tahu, iri hati. Gembira,sedih dan kasih saying). Perbedaan itu ada
dalam dua hal yaitu jenis situasi yang membangkitkn emosi dan bentuk
ungkapkan emosinya. Emosi yang tidak tersalurkan sering dicoba
meredakannya dengan sibuk bermain, tertawa terbhak-bahak atau
menangis. Menangis merupakan pelampiasan tenaga emosi yang tertahan
tetapi mempunyai akibat sampingan berupa sedih.

Dalam hubungannya dengan sikap dan perilaku moral, konsep anak


mengenai keadilan, benar dan salah adalah relative. Relativisme moral ini
telah menggantikan moral yang kaku, seperti berbohong itu tidak selalu
buruk. Kohlbergl menanamkan tingkat kedua dari perkembangan moral
akhir masa kanak-kanak sebgai tingkat moralitas atau moralitas dari
aturan-aturan dan penyesuaian konvensional (Tahap pertama adalah
moralitas anaak baik dimana anak mengikuti aturan untuk mengambil hati
orang lain dan mempertahankan hubungan baik). Kode moral anak sangat
dipengaruhi oleh kelompok diamana anak mengidentifikasikan diri. Ini
berarti jika anak harus memilih anak akan memilih standar gengnya
selama ia bersama dengan geng sebagai sarana mempertahankan statusnya
dalam geng tersebut. Perkembangan kode moral akhir masa kanak-kanak
berangsur mendekati kode moral orang dewasa.

Peranan disiplin bagi perkembangan moral anak menjadi sangat


penting. Hal pokok dari disiplin yang efektif bagi perkembangan moral
anak adalah:

 Bantuan dalam membesarkan Kode Moral Benar dan salah


diberikan alasan mengapa pola perilku tertentu diterima dan pola
lain tidak diterima sehingga menolong anak untuk memperluas
konsep dan lebih abstrak.
 Ganjaran (reward) Pujian atau penghargaan mempunyai nilai
pendidikan yang kuat dan baik, yang menunjukkan bahwa
perilakunya benar. Hal ini harus disesuaikan dengan usia dan
tingkat perkembangan anak.
 Hukuman (punishment) Hukuman yang diberikan kepada anak
dalam rangka perkembangan moralnya harus disesuaikan dengan
perkembangan dan bersifat adil sehingga anak harus menyesuaikan
diri dengan harapan sosial mendataang.
 Konsistensi Disiplin yang baik harus konsisten. Apa yang benar
dan yang salah tidak harus mendapatkan imbalan dan tidak
terpengaruh oleh waktu
Suara hati merupakan polisi yang diinternalisasikan, yang mendorong
anak untuk melakukan yang benar dan menghindari yang salah. Rasa bersalah
dan rasa malu adalah suara hati yang menggambarkan penilaian dari suara hati
jika perilakunya bertentangan dengan nilai moral tertentu yang wajib diikuti.

Meluasnya cakrawala sosial di sekolah menyebabkan faktor baru mulai


mempengaruhi perkembangan kepribadian sehingga anak harus sering
memperbaiki konsep dirinya. Perubahan tidak hanya pada konsep diri saja,
tetapi juga pada sifat-sifat orang lain yang dinilai dan dikagumi sertiman a sifat-
sifat pada diri sendiri.Diri yang ideal bagi anak adalah diri yang diidolakan. g.
Karakter Mad’u Masa Remaja

Remaja atau adolescence berari tumbuh menjadi dewasa yang ditandai


dengan kemampuan reproduksi. Dalam arti yang luas, remaja menurut Piaget
adalah masa dimana individu mencapai kematangan mental,emosional,sosial
dan fisik Dengan bertambahnya usia, berkembangnya pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikologis yang mendekati kematangan,remaja menjadi gelisah
karena mereka mulai memusatkan perhatiannya pada perilaku orang dewasa
yang dicitrakan. Karakter yng perlu dicatat dalam hubungannya dengan
kepentingan dakwah sebagai proses pengendalian dan pengubahan perilaku
adalah perkembangan kognisi, emosi, dan perilakunya yang cenderung sedang
mencari identitas diri.

h. Karakter Mad’u Masa Dewasa Awal.

Kemampuan kognitif selama masa dewasa awal lebih menunjukkan


adaptasi dengan aspek pragmatis dalam khidupan. Namun orang dewasa
awal lebih maju penggunaan intelektualitasnya dari pada remaja. Fase
perkembangannya menurut K. Warner Schai adalah:
a. Achieving stage (fase mencapai prestasi), fase dimana
orang dewasa awal melibatkan penerapan
intelektualitasnya pada situasi yang memiliki
konsekwensi besar dalam mencapai tujuan jangka
panjang, seperti pencapaian karier.
b. The Responsibility Stage (fase tanggung jawaab), fase
dimana orang dewasa awal membentuk keluarga dan
perhatian diberikan pada keperluan-keperluan pasangan
dan keturunan.
c. The Executive Stage (fase eksekutif), fase dimana orang
dewasa awal bertanggung jawab kepada sistem
kemasyarakatan dan organisasi sosial dan individu
membangun pemahaman tentang bagaimana organisasi
sosial bekerja dalam berbagai hubungan yang kompleks
d. The Reintegrative Stage (fase reintegratif), fase dimana
orang dewasa yang lebih tua memilih untuk
memfokuskan tenaga mereka pada tugas dan kegiatan
yang bermakna bagi mereka.

Siklus kehidupan sosio emosional masa dewasa awaal pada umumnya baru
sampai pada siklus kedua atau ketiga, tergantung padaa budaya yang
mengitarinya. Ini karena masa dewasa awal era modern memiliki delema pilihan
antara pekerjaan dan karier yang berarti harus menunda pernikahan, atau
mendahulukan pernikahan dan mengasuh anak-anak, atau mengkombinasikan
antar karier, pernikahan dan melahirkan anak serta mengasuh anak. Problem ini
lebih berat pada wanita daripada pria dan jika kaum wanita lebih mementingkan
pekerjaan dan karier, kecenderungan perceraian menjadi meningkat
i). Karakter Mad’u Masa Dewasa Madya 40-60

Pada masa dewasa madya, perkembangan kognitif mengalami


kemunduran daya piker walaupun ada strategi untuk mengurangi
kemunduran tersebut. Kemunduran yang besar terjadi dalam memori
jangka panjang (long term) daripada dalam memori jangka pendek (sort
term). Proses seperti organisasi dan pembayangan dapat digunakan untuk
mengurangi kemunduran daya ingat.

Mad’u pada usia ini butuh menikmati waktu luang. Paruh


kehidupan ini waktu khusus adalah penting karena perubahan fisik yang
terjadi dank arena persiapan untuk suatu pengunduran diri dari suatu
aktivitas. Sebagai orang dewasa madya, seseorang tidak hanya harus
belajar bekerja dengan baik tetapi juga perlu belajar bagaimana
bersenang-senang dan menikmati waktu luang yang bermanfaat. Bersantai
dan melibatkan diri dalam aktivitas olahraga, sosial dan keagamaan di
waktu luang akan menghilangkan kebosanan hidup sehingga justru
memperpanjang harapan hidup seseorang. Antara psikolog

j). Karakter Mad’u Masa usia lanjut

Lansia merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan


yang dimulai sejak usia 60 tahun sampai akhir hidup. Masa lansia ini
pengkategoriannya berbeda-beda antara psikolog yang satu dengan
lainnya. Baltes, Smith membagi lansia dalm tiga kategori yaitu: orang tua
muda atau (young old) yaitu lansia berusia 65-74 tahun, orang tua-tua
yaitu lansia yang berusia 75-84 tahun, dan orang tua yang sangat tua yaitu
lansia yang berusia 85 keatas . Rentang kehidupan manusia yang paling
akhir dan panjang ini ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis
tertentu. Perubahan-peruubahan tersebut dikategorikan dalam dua hal
yaitu:

a. Perubahan yang bersifat fisik:

1. Kekuatan fisik dan motoric yang sangat kurang, terkadang


ada sebagian fungsi orgab tubuhnya tidak dapat
dipertahankan lagi.

2. Kesehatan sangat menurun sehingga sering sakit-sakitan

b. Perubahan yang bersifat psikis:

1. Munculnya rasa kesepian, yang mungkin disebabkan


karena putra atau putrinya sudah besar dan berkeluarga,
sehingga tidak tinggal serumah lagi.

2. Berkurangnya kontak sosial dan tugas-tugas sosial akibat


kondisi fisik yang menurun.
BAB IV

KESIMPULAN

Pada dasarnya Tuhan telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang


paling sempurna. baik dari aspek jasmani maupun rohani. Manusia selain
merupakan makhluk biologis yang sama dengan makhluk hidup laainnya, adalah
juga makhluk yang mempunyai sifat-sifat tersendiri yang berbeda dengan
makhluk dunia lainnya. E.Cassirer menyatakan bahwa manusia itu adalah
“Makhluk Simbolis” dan Plato merumuskan : “Manusia harus dipelajari bukan
bukan dalam kehidupan pribadinya, tetapi dalam kehidupan sosial dan
kehidupan politiknya.

Sedangkan menurut faham filsafat eksistensialisme : “Manusia adalah


eksistensi”. Manusia tidak hanya ada atau berada di dunia ini, Psikologi pada
dasarnya adalah ilmu yang menelaah perilaku manusia. Psikologi memandang
manusia dari empat aliran, diantaranya

1. Psikoanalis (Sigmund Freud 1856-1939)


2. Behaviourisme (Jhon Broade 1878-1958)
3. Psikologi Humanistik
4. Psikologi kognitif

Islam memandang manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki suatu


keistimewaan dan keunikan yang tak dimiliki makhluk lain. Sedangkan
pandangan islam terhadap psikologi sejauh ini ditemukan kesamaan,
kesejalanan, saling melengkapi, atau menyangkal diantara keduanya, dari
berbagai aliran psikologi. Dalam berdakwah harus ada Da’i dan Mad’u. Da’I
merupakan salah satu faktor dalam kegiatan dakwah yang menempati posisi
yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan dakwah.
Sedangkan Mad’u adalah person atau kelompok masyarakat yang menerima
pesan dakwah.

Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan tentang Karakteristik


Manusia. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Hamdani Bakran Adz_Dzaky, KONSELING DAN PSIKOTERAPI


ISLAM,Jogjakarta: Fajar Pustaka,2004,hal 13

Achmad Mubarak, psikologi Dakwah (membangun cara berpikir dan merasa),


Malang: Madani Press Wisma Kalimetro, 2014, hal. 44-52

Achmad Mubarak, PsikologI Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006, hal.42-49

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta:Pustaka Belajar,


2004,hal.202-203

Ahmad Mubarak, Psikologi Dakwah (membangun cara berpikir dan merasa),


Malan

g:Madani Press Wisma Kalimetro,2014,hal.55-56

Achmad Mubarak, Psikologi Dakwah, Jakarta: 2006, Kencana, hal.97-100

Achmad Mubarak, Psikologi Dakwah, Jakarta:2006, Kencana,hal.70-


82\Achmad Amrurllah, Dawwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta:
Prima Duta,2002, hal.67-69

Arifin Samsul Bambang, Psikologi Agama, Bandung: Pustaka Setia,2008,


hal.89-91

Rakhmad Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaaja Karya, 1999,


hal.56-57
Achamd Amrullah, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta, Prima
Duta, 2000, hal-34-36

Bahri Muhammad Gazali, Dakwah Komunikasi,Jakarta, CV. Pedoman


Ilmu,1997,hal26-29

Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang:2002,hal37


Diposting oleh Mazid di 18.23

Anda mungkin juga menyukai