Anda di halaman 1dari 18

KARAKTERISTIK MANUSIA KOMUNIKAN

DOSEN PENGAMPU :

ISHAQ MATONDANG, S.psi, M. Si

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1 :

Audy Faiza Rahmaini (1203151064)

Ainnur Fitriya (1203351004)

Jaeklin Syanjaya Anwar (1203351043)

Tazkia Putri Maharani (1203351008)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama pemulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dalam bentuk
makalah. Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah penulis yaitu Statistik

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami tentang karakteristik manusia
komunikan. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai referensi yang
berpengetahuan tentang Karakteristik manusia komunikan. Adapun maksud dan tujuan
menyusun makalah ini adalah untuk melengkapi dan menyelesaikan tugas yang diberikan
pada mata kuliah Psikologi komunikasi. Kami berharap agar makalah yang kami susun dapat
bermanfaat bagi kami (penulis) dan para pembaca makalah ini, apabila dalam tugas ini
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, penulis mohon maaf.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan. Dengan segala
kerendahan hati kami berharap makalah ini berguna dan bermanfaat bagi yang
memerlukannya.

Medan, 2 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................

Daftar isi.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................

A. Konsepsi Manusia dalam Psikoanalisis...............................................................


B. Konsepsi Manusia dalam Behaviorisme..............................................................
C. Konsepsi Manusia dalam Psikologi Kognitif......................................................
D. Konsepsi Manusia dalam Psikologi Humanistik................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeran utama dalam proses komunikasi adalah manusia. Sebagai psikolog, kita
memandang komunikasi justru pada perilaku manusia komunikan. Psikolog mulai masuk
ketika membicarakan bagaimana manusia memproses pesan yang diterimanya, bagaimana
cara berfikir dan cara melihat manusia dipengaruhi oleh lambang-lambang yang memiliki
fokus psikologi komunikasi adalah manusia komunikan.

Banyak teori dalam ilmu komunikan dilatar belakangi konsepsi-konsepsi psikologi


tentang manusia. Ada empat pendekatan psikologi yang paling dominan tentang konsepsi
manusia adalah psikoanalisis, behaviorisme, psikologi kognitif, dan psikologi Humanistik.
Setiap pendekatan ini memandang manusia itu dengan berlainan. Kita tidak akan mengulas
mana teori yang paling kuat.

B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pendekatan psikologi mengenai konsepsi manusia
2. Untuk mengetahui bagaimana cara berfikir dan cara melihat manusia yang
dipengeruhi oleh lambang yang memiliki fokus psikologi komunikasi
3. Untuk mengetahui latar belakang konsepsi psikologi tentang manusia

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Komunikasi
2. Untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun pendengar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsepsi Manusia dalam Psikoanalisis

Sigmund Freud dilahirkan di moravia pada 6 Mei 1856 dan meninggal di london pada 23
september 193. Freud adalah tokoh aliran psikologi dalam(depth psychology) atau tokoh
psikoanalisis yang menggambarkan jiwa seperti gunung es.

Kita mulai dengan psikoanalisasi, karena dari seluruh aliran psikologi psikoanalisis secara
tegas memperhatikan struktur jiwa manusia. Sigmund Freud, pendiri psikoanalisasi, adalah
orang yang pertama berusaha merumuskan psikoogi manusia. Ia memfokuskan perhatiannya
kepada totalitas kepribadian manusia, bukan pada bagian-bagianya yang terpisah bagian-
bagianya yang terpisah. Menurut sigmund Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi
tiga subsistem dalam kepribadian manusia, yaitu id, ego, dan super ego.

a. Id, yaitu bagian kepribadian yang menyimpan dorongan biologis dan pusat insting
manusia. Dalam diri manusia terdapat dua insting yang dominan:
1) Libido insting rep-roduktif yang menyediakan energi dasar untuk kegiatan yang
konstruktif. Libido disebut sebagai insting kehidupan.
2) Thanatos insting destruktif yang agresif. Thanatos disebut sebagai instig kematian.
Semua motif manusia adalah gabungan dari libido dan thanatos. Id bergerak
beradasarkan prinsip kesenangan yaitu ingin segera memenuhi kebutuhannya. Dengan
kata lain, id adalah tabiat hewani manusia.
Walaupun Id mampu melahirkan keinginan, ia tidak mampu memuaskan keiginannya.
Subsistem yang kedua ego berfungsi menjembatani tuntunan Id dengan realitas di dunia
luar.
b. Ego, yaitu mediator antara hasrat hewani dan tuntutan rasional dan realistik. Ego
menyebabkan manusia mampu menundukan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud
yang rasional (pada pribadi yang normal). Ego bergerak berdasarkan prinsip realitas.
c. Superego, adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internelisasi dari norma-
nirma sosial dan kultural masyarakatnya. Superego memaksa ego untuk menekan hasrat-
hasrat yang tidak berlainan ke alam bawah sadar.
Id dan superego berada dalam bawah sadar manusia. Ego berada ditengah, antara memenuhi
desakan id dan peraturan superego. Secara singkat, dalam psikoanalisasi, perilaku manusia
merupakan interaksi antara komponen biologis(id), komponen psikologis (ego), dan
komponen sosial (superego), atau unsur animal, rasiomal,dan moral(hewani, akali,dan nilai).

B. Konsepsi Manusia dalam Behaviorisme

Behaviorisme adalah menganalisis perilaku manusia yang tampak dapat


diukur,dilukiskan,dan diramalkan. Teori behaviorisme juga dikenal dengan nama teori
belajar. Belajar, artinya perubhana perilaku manusia disebabkan oleh pengaruh lingkungan.
Dari sana timbul konsep “manusia mesin”(HomoMechanicus). Menurut Kurt Koffka lahir di
berlin 18 maret 1886, meninggal di Northampton, Massachusetts, Amerika serikat pada 22
November 1941. Teori koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa
belajar,sebagai mana perilaku lainnya pula dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip
organisasi dan psikologi beberapa teori koffa tentang belajar:

a. Salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah jejak-jejak ingatan (memory
traces), yaitu pengalamanpengalaman yang membekas pada tempat-tempat tertentu di
otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-
prinsip yang akan dimunculkan kembali kalau kita mempeersepsikan sesuatu yang
berupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
b. Perubahan yang terjadi pada ingatan bersamaan dengan jalannya waktu tidak
melemahkan jejak-jejak ingatan itu (dengan perkataan lain tidak menyebabkan lupa),
melainkan menyebabkan perubahan jejak, karena jejak ingatan itu cenderung
diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
c. Latihan-latihan akan memperkuat jejak ingatan

Kaum behavioris berpendirian:manusia dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis;


perilaku adalah hasil pengalaman dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan
untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.

Watson dan Rosalie Rayner melalui sebuah eksperimen telah membuktikan betapa
mudahnya membentuk atau mengendalikan manusia dan melahirkan metode pelaziman
klasik (classical conditioning). Pelaziman klasik adalah memasangkan stimuli yang netral
atau stimuli kondisi dengan stimuli tertentu (yang terkondisikan/ unconditional stimulus)
yang melahirkan perilaku tertentu (unconditional response). Jenis pelaziman lain yang
ditemukan oleh skinner,yaitu operant conditioning, bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh
proses peneguhan. Proses memperteguh respons yang baru dengan mengasosiasikannya pada
stimuli tertentu berkalikali disebut peneguhan (reinforcement).

Menurut Bandura, tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Ia


menambahkan konsep belajar sosial (social learning). Menurutnya, belajar terjadi karena
proses peniruan. Dengan kata lain, melakukan sesuatu perilaku ditentukan oleh peneguhan,
sedangkan kemampuan potensial untuk melakukan ditentukan oleh peniruan.

Aristoteles juga berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-
apa,sebuah meja lilin (tabula rasa) yang siap dilukis oleh pengalaman. Dari Aristoteles, John
Locke (1632-1704), tokoh empirisme Inggris, meminjam konsep ini.Menurut kaum empiris,
pada waktu lahir manusia tidak mempunyai “warna mental”. Warna ini didapat dari
pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya jalan kepemilikan pegetahuan. Secara
psikologis, ini berarti seluruh perilaku,kepribadian,dan temperamen ditentukan oleh
pengalaman inderawi . pikiran dan perasaan,bukan penyebab perilaku tetapi disebabkan oleh
prilaku masa lalu.

Salah satu kesulitan emperisme dalam menjelaskan gejala psikologis timbul ketika orang
membicarakan apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, salah satu
faham filsafat etika, memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi
kepentingan dirinya,mencari kesenangan dan menghindari penderitaan. Dalam
untilitarianisme, seluruh perilaku manusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila
emperisme digabung dengan untilitarianisme dan hedonisme,kita menemukan apa yang
disebut sebagai behaviorisme (Goldstein,1879:1).

Sejak Thorndike dan watson sampai sekarang, kaum Behavioris berpendirian organisme
dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial ataupun psikologis,perilaku adalah hasil pengalaman dan
perilaku digerakan untuk dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan
mengurangi penderitaan. Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dalam
membentuk perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi
apapun dengan menciptakan lingkungan yang relevan.Behaviorisme memang agak sukar
menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu, sedang kaum behavioris hanya
melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran orang tidak menarik mereka.
Behaviorisme muncul sebagai reaksi pada spikologi”mentalistik” dari Wilhelm Wundt
Seratus tahun setelah wundt membuka laboratorium psikologi eksperimental yang pertama
paradigma baru menyerang psikologi”behavioristik”, dan menarik psikologi kembali pada
proses kejiwaan internal. Paradigma baru ini kemudian terkenal sebagai psikologi kognitif.

C. Konsepsi Manusia dalam Psikologi Kognitif

Ketika asumsi-asumsi Behaviorisme diserang habishabisan pada akhir tahun 70-an,


psikologi sosial bergerak ke arah paradigma baru. Manusia tidak lagi dipandang sebagai
makhluk bereaksi secara pasif pada lingkunganya. Dalam psikologi kognitif, manusia
dipandang sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkunganya dan makhluk
yang selalu berfikir (Homo Sapiens). Pikiran yang dimaksudkan behaviorisme sekarang
didudukan lagi diatas tahta. Fegree (1977:38). Menulis: “pengaruh seseorang pada yang lain
kebanyakan ditimbulkan oleh pikiran kita mengomunikasikan pikiran. Bagaimana hal ini
terjadi? Kita timbulkan perubahan di dunia luar yang sama. Perubahan-perubahan ini, setelah
dipersepsi orang lain, akan mendorong kita memahami sesuatu pikiran dan menerimanya
sebagai hal yang benar. Mungkinkah terjadi peristiwa besar dalam sejarah tanpa komunikasi
pikiran? Anehnya kita cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak
mempengaruhi peristiwa sementara berpikir, memutuskan, menyatakan, memhami dan
sebagainya adalah fakta kehidupan manusia. Mana yang lebih nyata, sebuah palu atau
pikiran? Alangkah bedanya proses penyerahan palu dengan komunikasi pikiran.”

Frege menulis hal di atas dalam sebuah buku filsafat berpikir (philosophicl logic),
mengisyaratkan kelebihan rasionalisme dan empirisme psikologikognitif memang dapat
diasali pada rasionalisme Imanuel Kant (1724-1804), Rene Descartes (1596-1650), bahkan
sampai ke Plato. Kaum rasionalis mempertanyakan apakah betul penginderaan kita, melalui
pengalaman langsung, sanggup memberikan kebenaran. SKemampuan alat penginderan kita
dipertanyakan karena sering kali gagal menyajikan informasi yang akurat. Bukankah mata
Anda mengatakan bahwa kedua rel kereta api yang sejajar itu bertemu di ujung sana;
bukankah teling Anda baru mendengar detak jam dinding pada saat memperhatikanya,
padahal jam itu tetap berdetak ketika Anda membisikan kata cinta pada telinga kekasih
Anda ?

Descartes dan Kant menyimpulkan bahwa jiwa (mind) menjadi alat utama pengetahuan,
bukan alat indra. Jiwa menafsirkan pengalaman secara indrawi secara aktif: mencipta,
mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi, dan mencari makna. Manusia memberikan
respons terhadap stimuli secara otomatis. Manusialah yang menetukan makna stimuli itu,
bukan stimuli itu sendiri.menurut Lewin, prilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya.
Dari Lewin terkenal rumus: B= f(p5 .E), artinya behavior (prilaku) adalah hasil interaksi
antara person (diri orang tersebut) dan environment (lingkungan psikologisnya). Lewin juga
menciptakan konsep dinamika kelompok, yaitu dalam kelompok, individu menjadi bagian
yang saling berkaitan dengan anggota kelompok lainya, kelompok. Sejak pertengahan tahun
1950-an, berkembang tentang penelitian tentang perubahan sikap dengan kerangka teoritis
manusia sebagai pencari konsistensi kognitif. Manusia dipandang sebagai makhluk yang
selalu berusaha menjaga keajegan dalam sistem kepercayaanya dan diantara sistem
kepercayaanya dengan prilaku. Contoh, teori disonansi kognitif.

Disonansi, artinya ketidakcocokan antara dua kognisi (pengetahuan). Teori disonansi


menyatakan bahwa seseorang akan mencari informasi yang mengurangi disonansi dan
menghindarkan informasi yang menambah disonansi. Pada awal tahun 1970-an teori
disonansi dikritik dan muncul konsepsi manusia sebagai pengolah informasi. Dalam konsepsi
ini manusia bergeser dari orang yang suka mencari justifikasi atau membela diri menjadi
orang yang secara sadar memecahkan persoalan. Prilaku manusia dipandang sebagai produk
strategi pengolahan informasi yang rasional. Contoh perspektif ini adalah teori atribusi. Teor
ini menganggap manusia sebagai ilmuan yang naif, yang memahami manusia dengan metode
ilmiah yang elementer. Pada kenyataannya, manusia tidak begitu rasional dalam memandang
sesuatu.

1. Psikologi kognitif

Kognitivisme merupakan pendekatan teoritis untuk memahami perilaku manusia


melalui pemahaman aktivitas-aktivitas pikiran dengan menggunakan metode kuantitatif dan
posivistik. Psikologi adalah salah satu cabang dari psikologi yang menggunakan pendekatan
kognitif untuk memahami prilaku manusia pemahaman aktivitas-aktivitas pikiran untuk
memahami prilaku tersebut mencakup menerima, mempersepsi, mengingat, memikirkan,
mengeluarkan dan menggunakan dalam menyelesaikan persoalan. Aliran ini menggunakan
asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang menggunakan logika dalam membuat pilihan
keputusan. Psikologi kognitif mengumpamakan proses mental pada manusia dengan
pemrosesan informasi pada komputer sehingga psikologi kognitif juga disebut juga psikologi
pemrosesan informasi. Di antara tokoh-tokoh psikologi kognitif yang paling dikenal adalah
Jean Piaget, F, Heider, Leon Festinger, dan sebagainya.
a. Teori kognitif Jean Piaget

Jean Piaget merupakan tokoh teori kognitif yang pertama sebagai ahli psikologi, ia telah
membuat soal tes standar tes kecerdasan siswa. Jawaban salah atau benar yang diberikan
siswa telah menjadi suatu yang menarik mengapa anak-anak pada usia yang sama melakukan
kesalahan yang sama. Hal ini mendorongnya untuk menyiapkan tahapan perkembangan yang
dapat menjelaskan perkembangan intelektual.

Piaget percaya bahwa ada faktor biologis yang tidak dapat dihindarkan dalam
perkembangan anak. Ia melakukan penelitian pada individu anak (terutama pada anak nya
sendiri). Dengan metode ini, ia menetapkan prinsip teorinya itu. Teori ini menjelaskan
tentang cara seseorang dapat memperoleh pengetahuan dan mengolahnyadalam proses
berpikir sehingga proses perkembangan yang lain juga akan berkembang secara baik. Teori
kognitif memandang bahwa proses belajar bukan sekedar stimulus dan respon yang bersifat
mekanistik, tetapi lebih dari itu, yakni melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri
individu yang sedang belajar. Oleh sebab itu, menurut teori kognitif belajar adalah proses
mental yang aktif untuk menerima, mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan.

Istilah cognitif berasal dari kata cognition yang sepadan dengan knowing, yang berarti
mengetahui. Dalam arti yang lebih luas, cognition (kognisi) adalah prose perolehan,
penataan, dan penggunaan pengetahuan.18 Paul Henry menjelaskan bahwa kognisi adalah
kegiatan mental dalam memperoleh, mengolah, mengorgnisasi, dan menggunakan
pengetahuan, sedangkan proses yang paling utama dalam kognisi meliputi mendeteksi,
menginterprestasi, mengklasifikasi, dan mengingat informasi, mengevaluasi gagasan,
menyaring prinsip dan mengambil kesimpulan segala macam pengalaman yang di dapat
dalam kehidupanya.19 Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi salah satu
domain atau wilayah psikologi manusia yang meliputi setiap prilaku mental yang berkaitan
dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan
dan kejiwaan. Aspek kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan).

Dengan demikian kognisi ini sangat penting sebab kognisi ini merupakan tempat proses
diawali perolehan pengetahuan yang masuk dalam diri sesorang yang melalui berbagai
proses. Proses perkembangan kognitif sangat mempengaruhi perkembangan aspek yang lain,
seperti afeksi.
Adapun teori yang mngkaji dan meneliti mengenai proses kognitif disebut teori kognitif.
Teori kognitif adalah teori yang berfokus pada pembentukan konsep berfikir, membangun
pengetahuan (konsep mental) atau proses-proses sentral, seperti ide-ide, sikap,dan harapan.
Orientasi kognitif berbeda dari orientasi psikoanalitik dan behavioristik.

Orientasi kognitif adalah mempelajari proses mental. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh Jean Piaget. Teori
ini merupakan teori yang menjelaskan cara anak beradaptasi dan menginterprestasikan objek
dan kejadia-kejadian yang ada di sekitarnya. Misalnya, cara anak mengelompokan objek-
objek untuk mengetahui persamaan dan perbedanya, dan untuk memahami penyebab
terjadinya perubahan objek dan suatu peristiwa, serta untuk membentuk perkiraan tentang
objek dan peristiwa tersebut.

Menurut Piaget, seorang anak mempunyai cara berfikir dan pendekatan yang berbeda
dengan orang dewasa dalam melihat dan mempelajari realitas. Teori perkembngan kognitif
Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan cara anak beradaptasi dengan dan dan
menginterprestasikan objek dan kejadian sekitarnya; mempelajari cirri-ciri dan fungsi objek
seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek sosial, seperti diri, orang tua dan teman,
bagaimana cara anak mengelompokan objek untuk mengetahui persamaan dan perbedaanya,
untuk mengetahu penyebab terjadinya perubahan dalam objek dan peristiwa serta
membentukperkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut. Piaget memandang bahwa anak
memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuanya mengenai realitas. Anak tidak
pasif menerima informasi. Walaupun proses berpikir dalam konsepsi anak mengenai realitas
telah dimodifikasi oleh pengalaman dunia sekitarnya, anak juga berperan akatif dalam
menginterpresetasikan informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam
mengadaptasikanya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya.

Piaget percaya bahwa pemikiran anak berkembang menurt tahap atau periode yangterus
bertambah kompleks. Menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan melewati
serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invarian, selalu tetap, tidak melompat atau
mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi karena tkanan biologis untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan serta dengan adanya pengorganisasian struktur berpikir.
Untuk menunjukkan struktur kognitif yang mendasar pola-pola tingkah laku yang
terorganisasi, Piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Dengan kedua komponen ini,
kognisi merupakan sistem yang selalu di organisasi dan diadaptasi sehingga memungkinkan
individu beradaptasi dengan lingkungannya.

Menurut Piaget, ada tiga dalil pokok dalam perkembangan mental manusia, yaitu:

1) Perkembangan intelektual terjadi melalui tahaptahap bruntun yang selalu terjadi dengan
urutan yang sama .
2) Tahap-tahap itu didefinisikan sebagai kluster dari operasi-operasi mental yang
menunjukan adanya tingkah laku intelektual.
3) Gerak melalui tahap-tahap itu dilengkapi oleh adanya keseimbanga (ekulibration)
proses pegembangan yang menguraikan interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan
struktur kognitif yang timbul (akomodasi).

D. Konsepsi Manusia dalam Psikologi Humanistik

Kata humanisme artinya kemanusiaan, sedangkan istilah humanisme berarti suatu paham
mengenai kemanusiaan yang hakiki. Jelasnya, humanisme adalah suatu gerakan atau aliran
yang bertujuan untuk menempatkan manusia pada posisi kemanusiaan yang sebenarnya.
Dalam dunia pendidikan, para pendidik harus membantu siswa untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri
mereka. Penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan minat, perasaan dan
perhatian siswa.

Perhatian psikologi humanistic yang utama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap
individu di pengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.

Psikologi humanistic dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama
adalah psikologianalisis dan revolusi kedua adalah behaviorisme. Psikologi humanistic
menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cinta, kreatifitas,
nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi.

Psikologi humanistik mengambil dari penomenologi dan eksistensialisme. Penomenologi


memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi
secara subjektif. Adapun eksistensialisme menekankan pentingnya kewajiban individu pada
sesama manusia. Carl Rogers (1982) menyebutkan bahwa:

a. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifta pribadi di mana dia –sang
aku, ku, atau dirikumenjadi pusat.
b. Manusia berprilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan
diri.
c. Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya.
d. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri
e. Kecendrungan batiniah manusia adalah menuju kesehatan dan keutuhan diri.

Psikologi humanistic dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi revolusi pertama
dan kedua adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Pada behaviorisme manusia hanyalah
mesin yang dibentuk lingkungan, pada psikoanalisis manusia melulu di pengaruhi oleh naluri
primitifnya. Dalam pandangan behaviorisme manusia menjadi robot tanpa jiewa, tanpa nilai
dalam psikonalisis, seperti kata freud sendiri, “we see a man as a savage beast” (1930:86).
Keduanya tidak menghormati manusia sebagai manusia keduanya tidak dapat menjelaskan
aspek ekssistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cinta, kreatifitas, nilai,
makna, dan pertumbuhan pribadi. Inilah yang diisi psikologi humani humanistic psychology
is not just the-study of “human being”; it is a commitment human becoming, tulis Floyd W.
Matson (1973) yang agak sukar diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia. Psikologi
humanistic mengambil banyak dari psikoanalisis New Freudian (sebenarnya antiRfeaudian)
seperti Adler, Jung, Rank, Sleke, Erencz; tetapi lebih banyak lagi mengambil dari
penomenologi dan sistemsialisme. Penomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia
kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap yang mengalami dunia
dengan caranya sendiri. Alam pengalaman setiap yang berada dari alam pengalaman orang
lain. “Brouwer, (1983) penomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl rogers, yang
oleh disebut sebagai bapak psikologi humanistic”.

Menurut Alfred Schutz, tokoh sosiologi penomenologis, pengalaman objektif ini


dikomonikasikan oleh factor social dalam proses intersubektifitas. Psikologi humanistic
menjeluntuk memahami makna suyektif anda, aku harus menggambarkan arus kesadaran
anda mengalir berdampingan dengan arus kesadaran ku. Dalam gambaran inilah, aku harus
menafsirkan dan membentuk tindakan intenssional anda ketika anda memiliki kata-kata anda.
“Alfred Schutz, (1970) intersubjektifitas diungkapkan pada eksistensialisme dalam tema
dialog, pertemuan, hubungan diri dengan orang lain, atau yang disebut dengan Martin Buber
“I-thou Relationship”. Istilah yang disebut terakhir ini menunjukkan hubungan pribadi
dengan pribadi, bukan pribadi dengan benda, subjek dengan subjek, bukan subjek dengan
objek. Manusia, dalam pandangan ini, hanya tumbuh dengan baik dalam “I-thou
Relationship”, dan bukan “I-it Relationship”. Disinilah factor orang lain menjadi penting,
bagaimana reaksi mereka membentuk bukan hanya konsep dirikita, tetapi juga pemuasan- apa
yang disebut dengan Abraham Maslow-“Goth needs”. Eksistensialisme menekankan
pentingnya kewajiban individu pada sesame manusia. Yang paling penting bukan apa yang
didapat dari kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan. Jadi, hidupkita
baru bermakna hanya apabila melibatkan nilai-nilai dan pilihan yang konstruksif secara
sosial.

Perhatian pada makna kehidupan adalah juga hal yang membedakan psikologi humanistic
dari mazhab yang lain. Manusia bukan saja pelakon dalam panggung masyarakat, bukan saja
pencari identitas, tetapi juga pencari makna. Preud pernah mengirim surat pada Pricess Bona
Parte dan menulis bahwa pada saat manusia bertanya apa makna dan nilai kehidupan, pada
saat itu ia sakit. Salah, kata Pictor e. Frankl, manusia justru menjadi manusia ketika
mempertanyakan apakah hidupnya bermakna.

Khotbah Prankl menyimpulkan asumsi-asumsi psikologi humanistic keunikan manusia,


pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya.
Sebagai penjelasan, kita akan menyajikan penjabaran asumsi-asumsi ini dalam pandangan
Carl Rogers.

Carl Rogers menggaris besarkan pandangan humanisme sebagai berikut (kita pinjam
dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hanmen, 1974:33).

1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi dimana dia sang
aku, ku, atau diriku menjadi pusat. Prilaku manusia berpusat pada konsep diri, yang
berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal. Medan keseluruhan
pengalaman subjektif seorang manusia yang terdiri dari pengalamanpengalaman aku
dan kamu dan pengalaman yang “bukan aku”.
2. Manusia berprilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan
diri.
3. Individu beriaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Ia
bereaksi pada “realitas” yang dipersepsikan oalehnya dan dengan cara yang sesuai
dengan konsep dirinya.
4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri berupa
penyempitan dan pengakuan (rigidifications) persepsikan dan prilaku penyesuaian
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.
5. Kecendrungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam
kondidsi yang normal ia berprilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan
menuju pengembangan aktualisai diri.26 jelaskan aspek eksistensi manusia yang
positif dan menentukan, seperti cinta, kreatifitas, nilai, makna, dan pertumbuhan
pribadi.

Psikologi humanistic dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi revolusi pertama
adalah psikoanalisis dan revolusi kedua adalah behaviorisme. Aspek eksistensi manusia yang
positif dan menentukan seperti cinta, kreatifitas, nilai, makna dan pertumbuhan pribadi.
Psikologi humanistic menjelaskan Pada behaviorisme manusia hanya lah mesin yang
dibentuk lingkuntan, pada psikoanalisis manusia melalui dipengaruhi oleh naluri primitifnya.

Tokoh-tokoh Humanisme yang terkenal antara lain adalah Arthur combs, Abraham
Maslow, Carl Rogers, dan sebagainya.

1. Arthur Combs (1912-1999)

Tokoh-tokoh humanistic mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan dengan


menekankan konsep meaning makna). Proses belajar terjadi bila ada kegiatan yang
mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau
tidak relevan dengan kehidupan atau kebutuhan mereka anak tidak pandai pada suatu mata
pelajaran bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa tidak
ada alasan penting untuk mempelajarinya. Ketidak pandaian orang dalam suatu mata
pelajaran adalah ketidak mampuan seseotrang mengetahui manfaat dengan belajar mata
pelajaran tersebut.

2. Abraham Maslow

Menurut Maslow, prilaku manusia adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan yang
bersifat hirarkis. Diri masing-masing individu mempunyai berbagai perasaan takut seperti
rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
kehilangan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Disisi lain seseorang juga memiliki
dorongan untuk lebih maju kearah pemenuhan kebutuhan, kearah keunikan diri, kearah
berfungsinya semua kemampuan, kearah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada
saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri (selfacceptance).

Menurut Maslow manusia termotifasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.


Kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hierarki adapun tingakatan kebutuhan tersebut
adalah

a. Kebutuhan Psiologis atau dasar


b. Kebutuhan akan masa aman dan tentram
c. Kebutuhan dicintai dan disayangi
d. Kebutuhan untuk dihargai
e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri

3. Carl Ransom Rogers (1902-1987)

Carl Ransom Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistic yang menekankan
perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapis) dalam
membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers meyakini bhawa klien
memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas trapis hanya membimbing
klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, tehnik-tehnik asessment dan
pendapat para terapis bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemeran utama dalam proses komunikasi adalah manusia. Sebagai psikolog, kita
memandang komunikasi justru pada perilaku manusia komunikan. Psikolog mulai masuk
ketika membicarakan bagaimana manusia memproses pesan yang diterimanya, bagaimana
cara berfikir dan cara melihat manusia dipengaruhi oleh lambang-lambang yang memiliki
fokus psikologi komunikasi adalah manusia komunikan.

B. Saran

Dalam makalah ini dapat dipelajari dan dipahami bahwasanya pemeran yang paling
utama didalam proses komunikasi ini ialah manusia, dan disetiap sub bab yang dijelaskan
sebaiknya bagi pendengar maupun pembaca dapat memahami dengan baik materi yang telah
disampaikan untuk menambah pengetahuan yang ada dimasa depan pada masing-masing
setiap orang.
DAFTAR PUSTAKA

Psikologi Komunikasi, STAI Auliaurrasyiddin Tembilahan.

Anda mungkin juga menyukai