Anda di halaman 1dari 30

BARUCH SPINOZA:

Tuhan atau Alam


1

MATERI KULIAH ETIKA BARAT


Prof. Fauzan Saleh, Ph.D.
FakultasUshuluddin dan Dakwah
IAIN Kediri
© 2020
Etika Barat 8/13/21
Latar belakang
2

Benedictus Baruch Spinoza lahir di Amsterdam, 1632,


dengan latar belakang keluarga Yahudi. Keluarganya
berasal dari Portugal dan pindah ke Nederland. Semula
Spinoza belajar agama, mendalami Taurat dan Talmud.
Namun karena pemikirannya sulit diterima oleh
kalangan Yahudi, ia dikeluarkan dari komunitas
Yahudi. Sejak itu ia membatasi hidupnya dengan
bergaul dengan sedikit orang yang bisa menerima
pikiran dan gagasannya.
Spinoza meninggal tahun 1677.

Etika Barat 8/13/21


Timbulkan perhatian
3

Di kalangan terpelajar dan ilmuan, Spinoza menarik


perhatian. Ia berkorespondensi dengan beberapa pemikir
besar sezamannya. Pada tahun 1673 ia ditawari menjadi
professor di Universitas Heidelberg, di Jerman, tetapi
ditolaknya.
Karyanya yang utama Ethica ordine geometrico
demonstrata (Etika yang dibuktikan dengan geometri).
Semula tulisan Spinoza kurang menarik perhatian. Bahkan
ia dituduh ateis. Namun sejak pertengahan abad ke-18
pemikirannya mulai diminati masyarakat, terutama di
Jerman. Idealisme Jerman tidak mungkin berkembang
tanpa pemikiran Spinoza.

Etika Barat 8/13/21


Dasar pemikiran filsafatnya
4

Pemikiran Spinoza berakar pada dua sumber.


Pertama, dari tradisi metafisika klasik yang sebagian
besar terkait dengan masalah “yang satu dan yang
banyak,” khususnya dari ajaran filsafat skolastik
Yahudi dan Kristen, lalu Stoa dengan paham bahwa
alam, hukum alam dan logos adalah sama; kemudian
Neoplatonisme dengan ajaran emanasinya, filsafat
Renaissance, terutama Giordano Bruno yang melihat
Yang Ilahi dalam alam.
Yang kedua adalah rasionalisme, terutama ajaran
Rene Descartes.
Etika Barat 8/13/21
Pemikir rasionalis
5

Spinoza adalah seorang pemikir rasionalis paling


tajam. Seperti halnya Thomas Hobbes, Spinoza
bermaksud merumuskan sebuah pemikiran
metafisika dan etika more geometrico, secara
geometris dengan kepastian apriori yang mutlak,
terlepas dari unsur empiris maupun kebetulan.
Ia ingin mengembangkannya dari satu prinsip:
kesatuan atau identitas segalanya, yaitu bahwa apa
yang ada adalah satu dan sama. Oleh karena itu
pemikiran filsafat Spinoza adalah filsafat identitas.

Etika Barat 8/13/21


Prinsip kesatuan
6

Untuk uraikan pendapat itu, kita dapat melihatnya dari


kesan lawannya: dari gejala empiris yang tampak
beranekaragam, kejadian sehari-hari yang tampak
tidak pasti tetapi terjadi secara kebetulan, kemudian
ditunjukkan bahwa pluralitas itu hanya semu—Spinoza
akan katakan bahwa kesan itu diperoleh dari
pengertian yang belum tepat.
Hal itu juga bisa dilihat dari prinsip kesatuan, lalu
tunjukkan secara apriori dan deduktif penguraiannya
dalam apa yang tampak seperti pluralitas bagi yang
belum mampu menangkapnya secara benar.

Etika Barat 8/13/21


Identik dengan Tuhan
7

Dengan prinsip kesatuan tersebut, menurut Spinoza,


alam dengan segala isinya adalah identik dengan
Tuhan, tidak ada perbedaan.
Perbedaannya hanya dalam cara memandang,
seperti terungkap dalam rumusan Deus sive
substantiva sive natura, Tuhan atau Substansi, atau
Alam. Ketiga istilah itu menunjuk pada hakekat yang
sama. Dilihat dari sisi alam, alam adalah natura
naturata, dilihat dari sisi Tuhan alam adalah natura
naturans, alam yang melahirkan.

Etika Barat 8/13/21


Pluralitas
8

Pluralitas seperti yang kita lihat di alam ini tidak


bersubstansi sendiri. Ia adalah modus, cara substansi
Ilahi yang sekaligus alam semesta ini menyatakan diri.
Dengan cara itu Spinoza ingin mengatasi dualisme
Descartes, adanya dua substansi yang tak
terdamaikan: res cogitans, realitas berpikir, dan res
extensa, realitas ber-ruang.
Pemikiran dan keteruraian dalam ruang hanyalah dua
atribut Tuhan, dua dari sekian banyak tanda
keberadaan Tuhan.

Etika Barat 8/13/21


Sama dengan alam
9

Karena Spinoza menyamakan antara Tuhan dan alam,


dia menolak anggapan bahwa Tuhan bersifat pribadi
yang bisa menyapa manusia dan mendengarkan doa-
doanya.
Selain itu dengan prinsip kesatuan, Spinoza
menganggap Tuhan sama dengan alam, dan alam sama
dengan kita. Dengan demikian kita tidak berhadapan
Tuhan, sebab Ia tidak berada di luar atau di atas dunia.
Spinoza juga tidak mengakui adanya surga atau neraka.
Itulah mengapa Spinoza dianggap ateis, tetapi
penganut monisme.

Etika Barat 8/13/21


More geometrico
10

Spinoza kembangkan filsafatnya secara apriori,


dengan cara geometri, more geometrico. Inti ajaran
filsafatnya ialah kenisacyaan mutlak, karena segala
yang ada merupakan uraian mutlak Tuhan dan tidak
ada unsur kebetulan sama sekali.
Kemutlakan gerak alam maupun pikiran dan perasaan
batin manusia sama dengan kemutlakan kenyataan
bahwa jumlah tiga sudut dalam segitiga selalu sama
dengan dua sudut siku-siku. Kesan bahwa semua itu
terjadi secara kebetulan hanya berdasar pengetahuan
yang kurang tepat.
Etika Barat 8/13/21
Menyangkal teleologi
11

Secara konsekwen, Spinoza menyangkal adanya


teleologi dalam alam: tak ada yang terjadi demi
pencapaian tujuan tertentu. Semua hal terjadi
berdasarkan causalitas efficiens, sebab-sebab kausal
yang mutlak.
Dalam dimensi ekstensi, kausalitas itu bersifat
mekanistik: sama tepatnya dan pastinya dengan gerak
bola bilyar yang secara teoritis dapat diperhitungkan
dengan pasti jika pukulan dilakukan dengan tepat.
Keniscayaan itu akibat logis kesatuan segala hal
dengan substansi Ilahiyah.
Etika Barat 8/13/21
Etika
12

Menurut Spinoza, emosi dan kelakuan manusia tidak lepas


dari hukum alam. Manusia adalah bagian dari alam, apa
yang dialaminya merupakan suatu keniscayaan dengan
kepastian hukum geometris.
Jiwa dan badan, roh dan tubuh adalah sama. Oleh karena
itu, tindakan yang menurut kesan kita bersifat bebas pada
dasarnya sama niscayanya dengan batu yang jatuh setelah
dilempar ke atas.
Kita tidak dapat memilih dengan bebas. Kegiatan mental
kita sama terdeterminasi seperti gerak tubuh kita. Kita
hanya merasa bebas karena tidak tahu sebab-sebab yang
mendorong kita berbuat seperti itu.

Etika Barat 8/13/21


Apa gunanya?
13

Lalu, apa gunanya kita kembangkan etika, jika


semua yang kita inginkan sudah niscaya? Dalam
pandangan determinisme tidak mungkin kita bisa
menganjurkan perubahan. Yang paling mungkin
hanyalah jika kita mau menganalisa sebuah
tindakan, motivasi, keinginan dan perasaan kita.
Apakah etika tidak lebih dari itu?
Bukankah etika ingin tunjukkan bagaimana kita
dapat hidup dengan baik, lebih berguna dan lebih
bahagia?

Etika Barat 8/13/21


Sejalan dengan Stoa
14

Pertanyaan apakah filsafat Spinoza dapat dipakai


sebagai dasar etika masih sulit dijawab. Namun
terlepas dari inkonsistensi pemikirannya, Spinoza
mencitakan etika dalam arti bahwa setiap manusia
menginginkan bisa hidup bahagia.
Spinoza inginkan agar manusia bisa hidup lebih
bijaksana, sehingga ia bisa maju dalam penalaran
dan bisa bebaskan diri dari belenggu nafsunya.
Dalam hal ini Spinoza memiliki banyak kemiripan
dengan Stoa yang berpandangan deterministik.

Etika Barat 8/13/21


Bertitik tolak dari emosi
15

Dasar etika Spinoza adalah determinisme mutlak


dalam hal pikiran dan perbuatan, agar manusia
dapat tingkatkan mutu kehidupannya melalui
usahanya sendiri. Hal itu didasarkan pada ajaran
Spinoza tentang emosi, bahwa setiap makhluk hidup
berusaha untuk bisa pertahankan diri.
Usaha itu disebut conatus, percobaan atau usaha
dasar. Conatus identik dengan hakikat setiap wujud
yang selalu berusaha untuk mempertahankan diri
dan untuk tingkatkan kuasa dan kegiatannya.

Etika Barat 8/13/21


Bersifat dorongan
16

Usaha dasar itu bersifat dorongan yang disadari


sebagai suatu keinginan. Dorongan usaha dasar itu
tercermin dalam kesadaran akan adanya emosi paling
dasar pada diri manusia.
Jika kita berada dalam proses peralihan ke keadaan
yang lebih kuat dan lebih vital maka keinginan itu
menjadi nikmat. Sebaliknya, jika keadaan kita berubah
menjadi lebih rendah maka hal itu akan tercermin
sebagai perasaan sedih dan murung. Nikmat dan rasa
sakit, bersama keinginan adalah tiga emosi dasar
manusia.
Etika Barat 8/13/21
Arti baik dan jahat
17

Dengan uraian di atas, Spinoza jelaskan apa yang


sebenarnya dimaksud jika orang menilai sesuatu
sebagai baik atau jahat.
Baik adalah segala macam nikmat serta semua hal yang
menghasilkan perasaan nikmat. Jahat adalah perasaan
sakit, terutama ketika keinginan kita tidak terpenuhi.
Sejalan dengan Epikureanisme, menurut Spinoza, yang
baik ialah apa yang kita inginkan, dan yang jahat
adalah yang tidak kita inginkan.
Kita hendaknya menginginkan yang baik dan
menghindari yang buruk.
Etika Barat 8/13/21
Apa yang harus dihindari?
18

Tindakan apa yang akan memberi perasaan nikmat


dan apa yang harus dihindari karena memberi rasa
sakit? Untuk jawab pertanyaan ini Spinoza bedakan
antara emosi yang pasif dan yang aktif.
Secara spintas, semua emosi bersifat pasif. Ketika
kita melihat suatu benda yang membuat kita senang,
lantas menyebutnya benda yang baik, maka kita
menjadi pasif.
Kita dikuasai emosi-emosi yang dibangkitkan oleh
kesan saat melihat benda yang menyenangkan itu.

Etika Barat 8/13/21


Emosi aktif
19

Namun ada juga emosi yang bersifat aktif, yaitu


emosi yang mengalir dari jiwa, ketika kita peroleh
pengertian tentang benda itu. Semakin kita mengerti
kita semakin dapat memahami hubungan-hubungan
logis antara berbagai ide. Di situlah emosi kita jadi
aktif.
Dengan memperdalam pengertian, sesuatu yang
sebelumnya membuat kita sedih bisa berubah
menjadi menggembirakan. Kita bukan lagi objek
pasif emosi, tetapi emosi mengikuti pengertian kita.

Etika Barat 8/13/21


Fortitudo, kekuatan hati
20

Menurut Spinoza, emosi aktif itu hanya dapat


dihubungkan dengan keinginan dan nikmat, tetapi
tidak dengan perasaan sakit.
Emosi-emosi aktif itu menampilkan diri sebagai
kekuatan hati (fortitudo), terdiri dari keberanian
atau kebesaran hati (animositas), dan keluhuran
(generositas).
Keutamaan-keutamaan positif lain menurut Spinoza
ialah menguasai diri, berkepala dingin, dan sigap
dalam menghadapi bahaya.

Etika Barat 8/13/21


Kemajuan moral
21

Dengan membedakan antara emosi pasif dan aktif


Spinoza bahas masalah kemajuan moral. Kemajuan
dalam moralitas akan mendorong manusia terbebas
dari perbudakan emosi pasif, serta sejauh mungkin
mengubah emosi pasif menjadi aktif.
Kemajuan moral paralel dengan kemajuan
intelektual: ide-ide yang kurang tepat dan tidak jelas
diubah menjadi ide-ide yang tepat dan jelas.
Sebagai seorang rasionalis, bagi Spinoza menikmati
emosi berarti mempunyai ide kognitif.

Etika Barat 8/13/21


Maju dalam pengertian
22

Untuk menjadi maju secara moral, kita harus maju


dalam pengertian. Kita harus bisa membentuk ide
yang sesuai dengan realitas secara jelas, seperti dicita-
citakan oleh Descartes. Dengan demikian pandangan
kita menjadi benar. Hal itu berarti bahwa pengertian
dangkal dan emosi-emosi pasif akan menghambat kita
dari menjadi diri kita sendiri.
Kebenaran berarti kita memiliki ide yang benar,
termasuk tentang diri kita sendiri. Kalau kita biarkan
diri kita dikuasai oleh emosi pasif, kita terhalang dari
mendapat ide yang jelas.
Etika Barat 8/13/21
Menjadi semakin bebas
23

Mata hati kita jadi buram. Sebaliknya, jika memiliki


kekuatan hati untuk mencari pandangan yang benar,
emosi-emosi pasif tidak bisa menguasai diri kita,
sehingga kita menjadi semakin bebas dan hidup kita
bertambah tenang dan gembira.
Ketika kita mengerti maka berarti kita bisa
mengatasi perasaan sakit.
Pengertian adalah jalan untuk membebaskan diri
dari perbudakan hawa nafsu menuju pada
kemerdekaan.

Etika Barat 8/13/21


Mengerti Tuhan
24

Pengertian yang paling luhur yang bisa dicapai


manusia dengan akal budinya ialah ketika ia mengerti
siapa Tuhannya, sehingga ia semakin mencintai-Nya.
Karena itu, cinta intelektual pada Tuhan adalah
puncak etika dan kebahagiaan manusia.
Cinta intelektual pada Tuhan menebus kita dari
emosi-emosi pasif. Di dalamnya kita akan sampai
pada kebenaran, dan dengan cinta itu kita akan
melihat segala hal dari sudut sub specie aeternitatis,
dari sudut keabadiannya.

Etika Barat 8/13/21


Intinya pengertian
25

Cinta itu bersifat intelektual karena intinya adalah


pengertian. Maksudnya ialah bukan cinta secara
mistik, sehingga tidak ada pertemuan atau
persahabatan dengan Tuhan.
Cinta secara intelektual itu dapat dibayangkan mirip
dengan nikmat atau kepuasan mental yang dirasakan
seorang ilmuan ketika ia memahami suatu hukum
alam secara lengkap.
Spinoza juga tegaskan bahwa tidak mungkin orang
katakan bahwa Tuhan mencintai manusia karena
Tuhan adalah alam.
Etika Barat 8/13/21
Tinjauan kritis
26

Menanggapi etika seorang pemikir yang begitu


mendalam, logis dan keras memang tidak mudah.
Yang perlu dipertanyakan ialah apakah etika Spinoza
dapat mendukung klaimnya sendiri untuk
mengantarkan manusia mencapai kehidupan yang
lebih bebas, lebih bijaksana dan lebih bahagia.
Di satu sisi kita dibuat kagum oleh rumusannya
tentang sikap luhur dan cita-cita untuk menjadi
bijaksana karena kesadaran atau pengetahuan yang
dimiliki manusia.

Etika Barat 8/13/21


Cont’d
27

Etika Spinoza tegaskan penyempurnaan pengertian


dan kekuatan hati, serta keberanian untuk bisa
membebaskan diri dari perbudakan emosi pasif.
Sikap hati dan budi itu mampu mengatasi
penderitaan dan membuat kita mampu menguasai
hawa nafsu. Spinoza menawarkan ketenangan hati,
seperti diajarkan Stoa, kebebasan dari kebingungan
dan keresahan. Tetapi hal itu tidak didasarkan pada
pemikiran yang dangkal melainkan berdasarkan
pengertian yang menyeluruh/komprehensif.

Etika Barat 8/13/21


Konstruksi susah payah
28

Di sisi lain, etika Spinoza tampak seperti konstruksi


susah payah. Jika manusia tidak bebas, kalau emosi
dan pikirannya hanya mengikuti keniscayaan
alamiah, apakah usaha untuk menjadi orang yang
mengerti dapat disebut usaha yang sungguh-
sungguh? Apakah berusaha menjadi masuk akal?
Kebahagiaan yang dijanjikan Spinoza mirip dengan
ataraxia dan apatia, kebebasan dari rasa resah dan
sakit seperti diajarkan oleh Stoa dengan segala
problematikanya.

Etika Barat 8/13/21


Apakah sesederhana itu?
29

Apakah betul anggapan Spinoza bahwa sejauh kita


memahami sebab-sebab penderitaan dia berhenti
menjadi penderitaan, dan oleh karena itu sejauh kita
memahami bahwa Tuhan adalah sebab penderitaan
maka kita akan menjadi bahagia? Apakah sesederhana
itu persoalannya?Apakah kita mau menderita sebagai
suatu keniscayaan yang harus terjadi pada diri kita?
Memahami, memaafkan dan membiarkan semua bentuk
penderitaan itu telah dituduhkan oleh Feuerbach dan
Marx sebagai tanggung jawab Hegel dan Spinoza.

Etika Barat 8/13/21


Ambiguitas paling nyata
30

Ambiguitas etika Spinoza paling tampak pada ajarannya


tentang amor intellectualis Dei, cinta intelektual pada
Tuhan. Di sini etika Spinoza mencapai puncaknya.
Orang yang mengerti segala hal akan sampai pada
hakekat kebenaran dan akan mampu mengatasi semua
pandangan dan emosi picik, kemudian akan berlapang
dada, dan hidup tenang karena ia telah bersatu dengan
keseluruhan, yaitu dengan kebenaran.
Di sini dianggap anbigu karena Spinoza meniadakan
wujud Tuhan sebagai pribadi, sebagai Dia yang menyapa
dan memanggil manusia.

Etika Barat 8/13/21

Anda mungkin juga menyukai