Karya-karyanya Karya-karya Immanuel Kant dapat dibagi dalam dua periode: prakritis dan kritis. Dalam masa pra-kritis (1746-1770), Kant menulis tentang berbagai bidang ilmu alam, pasti dan filsafat. Setelah itu, selama 11 tahun Kant tidak menulis sama sekali. Itulah saat pemikiran Kant berubah. Kant mencatat bahwa empirisme Hume telah bangkitkan dirinya dari “tidur dogmatismenya.” Hume telah mendekonstruksi anggapan sebelumnya bahwa “substansi” dan “sebab” dapat ditemukan dalam realitas empiris. 8/13/21 Etika Barat 3 Yang pasti hanya yang empiris Menurut Hume yang pasti hanyalah yang bersifat empiris semata, dan itu berarti bahwa pengetahuan kita tak lebih dari sekedar sederetan kesan-kesan indrawi semata. Kant mengambil alih dan sekaligus mengatasi titik tolak Hume itu. Menurutnya, Hume betul dalam mengkritik filsafat sebelumnya, tetapi tidak betul dalam penjelasannya tentang pengetahuan manusia. Karena itu Kant ingin membongkar seluruh filsafat sebelumnya yang dianggapnya sebagai dogmatisme.
8/13/21 Etika Barat 4
Dianggap dogmatis Kant menganggap filsafat sebelumnya sebagai dogmatis karena mempercayai kemampuan rasio manusia begitu saja. Padahal batas-batas kemampuan rasio itu perlu diperhatikan. Sikap kritis Kant ini terungkap dalam buku-buku utamanya, seperti Kritik der reinen Vernunft, Kritik terhadap Akal Budi Murni. Dalam buku ini Kant telah melakukan revolusi Kopernikan di bidang filsafat, sebagaimana Kopernikus menjatuhkan gambaran dunia tradisional yang menganggap bumi sebagai pusat peredaran jagat raya. 8/13/21 Etika Barat 5 Tentang pengertian Dengan revolusi Kopernikan itu Kant ingin memutar- balikkan paham tradisional tentang pengertian yang digambarkan mirip fotografi: apa yang ada dalam kenyataan, lepas dari apakah kita mengetahuinya atau tidak, dicerminkan dalam pengertian kita. Kebenaran adalah sesuainya pengertian dengan realitas. Paham ini, menurut Kant, adalah salah. Yang betul ialah pengertian kita menyesuaikan realitas dengan dirinya. Objek yang kita ketahui bukanlah das Ding an sich, realitas pada dirinya, tetapi realitas yang sudah direkayasa oleh pengertian kita. 8/13/21 Etika Barat 6 Karya dalam bidang etika Dalam bidang etika Kant menuliskan tiga karya penting. Dua buku pertama meletakkan dasar-dasar etika, buku ketiga menguraikan berbagai norma dan keutamaan moral: Grundlegung zur Metaphysik der Sitten, 1785 (The Foundations of the Metaphysics of Morals); Kritik der praktischen Vernunft, 1788 (Critique of Practical Reason), dan Die Metaphysik der Sitten, 1797 (Metaphysics of Morals) 8/13/21 Etika Barat 7 Pengandaian filosofis Apa yang jadi tujuan Kant dalam menyusun filsafat moral? Menurut Kant, sampai pada masanya filsafat tidak berhasil berikan pendasaran pada klaim bahwa secara teori ilmu pengetahuan memiliki keabsahan dan berlaku universal. Dalam Kritik der reinen Vernunft Kant coba mengkonstruksikan pendasaran baru terhadap ilmu pengetahuan. Dalam bidang praxis, atau tindakan moralitas, Kant mendobrak klaim keabsahan objektif dan universal. Pembaruan filsafat praktisnya bertujuan untuk berikan pendasaran baru pada klaim moralitas itu. 8/13/21 Etika Barat 8 Sebelumnya,… Sebelum Kant, asal usul moralitas dicari dalam tatanan alam (Stoa, Spinoza), atau dalam hukum kodrat (Aquinas), dalam hasrat untuk mencapai kebahagiaan, dalam pengalaman nikmat (Epikuros), dalam perasaan moral (Hume), atau dalam kehendak Tuhan (Augustinus, Aquinas). Kant ingin tunjukkan bahwa dengan cara itu klaim moralitas atas keabsahan universal tak bisa diterima akal. Satu-satunya cara ialah melalui subjek sendiri.
8/13/21 Etika Barat 9
Sumber moralitas Moralitas bersumber pada otonomi subjek, dalam hukum yang diberikan oleh kehendak sendiri, yang tak lain adalah kebebasan. Karena itu, kebebasan diberi pendasaran filosofis yang baru. Kant menolak relativisme, skeptisisme, dan dogmatisme dalam etika. Ia berpendapat bahwa penilaian dan tindakan moral bukan urusan perasaan pribadi (moral sentiment) atau keputusan sewenang-wenang (decisionism) dan juga bukan masalah asal-usul sosio- kultural, atau adat-istiadat (relativisme kultural).
8/13/21 Etika Barat 10
Cont’d… Kant berpendapat bahwa tindakan manusia berada di bawah keterikatan moral yang mutlak dan dapat dituntut pertanggung jawabannya oleh orang lain. Penilaian dan tindakan moral harus dapat dibenarkan dg argumentasi yang rasional yang ditempatkan atas dasar prinsip moralitas tertinggi. Dalam hal penentuan prinsip moral, Kant merupakan model etika terpenting. Dengan serangannya yang tajam terhadap etika reduksionisme, etika Kant menjadi alternatif utama dalam usaha merumuskan prinsip moralitas. 8/13/21 Etika Barat 11 Metode a priori murni Di dalam mengembangkan ajaran moralnya, Kant gunakan pendekatan a priori, dalam arti tanpa pergunakan data-data realitas, seperti pandangan orang, kebiasaan, nilai budaya, struktur sosial, dsb. Jadi metode Kant adalah murni deduktif, tanpa perhatian pada unsur-unsur pengalaman empiris. Prinsip-prinsip moral tidak tergantung pada pengalaman sama sekali. Dari mana titik tolak metode a priori itu? Dari konsep a priori dalam akal budi manusia, Vernunft, yang harus dibedakan dari rasio, Verstand.
8/13/21 Etika Barat 12
Apa itu akal budi? Akal budi adalah kemampuan untuk mengatasi medan pancaindra, medan alam. Akal budi itu murni apabila atau karena ia bekerja tanpa ditentukan oleh unsur-unsur empiris yang bersumber dari pancaindra, lepas dari pengalaman dan faktor empiris. Akal budi yang mengenai pengertian ialah akal budi teoritis (reinen Vernunft), dan akal budi yang mengenai tindakan ialah akal budi praktis (praktischen Vernunft).
8/13/21 Etika Barat 13
Akal budi praktis Kant kembangkan ajaran etikanya dari paham akal budi praktis. Akal budi praktis ialah kemampuan untuk memilih tindakan tanpa penentuan indrawi, seperti dorongan batin, kebutuhan, nafsu, emosi, perasaan yang menyenangkan atau sebaliknya. Jadi akal budi praktis adalah kemampuan untuk bertindak tidak menurut hukum alam yang sudah ada. Ciri khasnya ialah kebebasan. Akal budi praktis bertindak secara bebas atau otonom, bertindak sesuai hukum yang dimengerti sebagai prinsip dan menjadi dasar kehendaknya. 8/13/21 Etika Barat 14 Apa itu moralitas? Moralitas menyangkut hal baik dan buruk. Namun yang baik menurut Kant ialah yang baik pada dirinya sendiri, tanpa pembatasan sama sekali. Kebaikan moral adalah yang baik dari segala segi, tanpa pembatasan. Yang baik tanpa pembatasan sama sekali itu ialah kehendak baik. Sejauh orang berkehendak baik, maka ia baik, tanpa pembatasan. Kehendak baik itu selalu baik dan dalam kebaikannya tidak tergantung pada sesuatu di luar dirinya.
8/13/21 Etika Barat 15
Kebaikan yang lain Lain halnya dengan kebaikan di luar kehendak baik. Bakat rohani, ciri perangai, watak seseorang, dan semua hal lahiriah bukan baik pada dirinya sendiri, tetapi hanya baik jika diabdikan pada kehendak baik. Syarat kebaikan dari berbagai sifat manusia ialah kehendaknya yang baik. Oleh karena itu tak ada yang baik pada dirinya sendiri kecuali kehendak baik. Kehendak baik adalah kehendak untuk melakukan kewajiban. Suatu wujud yang murni rohani (bukan dalam wujud fisik) yang semata-mata ditentukan oleh akal budi, tidak perlukan paham kewajiban. 8/13/21 Etika Barat 16 Bertindak sesuai akal budi Namun manusia bukan roh murni. Ia juga makhluk alami yang merasakan dorongan dan tarikan hawa nafsu, emosi, kecenderungan batin, dan kebutuhan fisik dan psikis. Jadi tindakan rasional sesuai dengan tuntutan akal budi mendapat saingan, yaitu tindakan yang menyesuaikan diri dengan segala macam kondisi indrawi-alamiah. Manusia tidak hanya tertarik untuk berbuat yang baik, tapi juga untuk berbuat yang jahat. Itulah mengapa akal budi praktis menyatakan diri dalam bentuk kewajiban. Orang berkehendak baik jika ia menghendaki melakukan kewajibannya, berhadapan dengan berbagai tarikan indrawi dan alami. 8/13/21 Etika Barat 17 Tiga kemungkinan Ada tiga kemungkinan orang bertindak memenuhi kewajibannya: Karena dianggap bisa berikan keuntungan, seperti mendapat nama baik dari pelanggan/customer. Karena merasa langsung terdorong dalam dirinya, seperti membantu orang lain yang menderita karena tergerak oleh rasa belas kasihan, dan Demi kewajibannya, ia bertindak untuk memenuhi kewajiban. Menurut Kant, hanya kehendak terakhir inilah yang betul-betul bernilai moral. Yang pertama adalah masalah kebijaksanaan, dan yang kedua masalah konstitusi emosional.
8/13/21 Etika Barat 18
Mengukur moralitas Melakukan kewajiban karena mau memenuhi kewajiban itulah kehendak baik tanpa pembatasan. Itulah yang oleh Kant disebut moralitas. Untuk mengukur moralitas kita tidak boleh melihat pada hasil perbuatan, sebab tidak semua perbuatan baik bersumber dari kehendak yang baik. Karena itu Kant menolak etika sukses. Yang menjadikan perbuatan manusia itu baik dalam arti moral bukan hasilnya, tetapi apakah kehendak pelaku ditentukan semata-mata oleh kenyataan bahwa perbuatan itu merupakan kewajibannya. 8/13/21 Etika Barat 19 Tidak termasuk Gesinnungsethik Namun hal itu tidak berarti bahwa Kant jatuh ke jurang Gesinnungsethik, etika yang hanya perhatikan sikap batin dan tidak peduli pada tindakan lahiriah. Sikap batin seperti kehendak untuk memenuhi janji, bukan sikap batin dalam arti sesungguhnya jika tidak berkembang menjadi tindakan memenuhi janji itu. Kehendak itu bukan sekedar keinginan tetapi mencakup pengerahan semua sarana yang perlu agar kehendak itu terlaksana. Etika Kant bukan sekedar “asal maksudnya baik.” Maksud itu tidak mungkin jadi baik jika tidak diwujudkan dalam tindakan nyata. 8/13/21 Etika Barat 20 Imperative kategoris. Apabila kewajiban merupakan paham a priori akal budi praktis yang murni, dalam arti yang wajib bagi kita tidak dapat ditentukan berdasarkan realitas empiris, seperti tujuan atau nilai tertentu, lalu bagaimana kita mengetahui apa yang menjadi kewajiban kita? Kant menjawab bahwa kriteria itu adalah imperatif kategoris, berbunyi “bertindaklah secara moral.” Ada dua hal penting di sini: (1) Ia berupa perintah, (2) Bahwa perintah itu bersifat kategoris.
8/13/21 Etika Barat 21
Bukan sembarang perintah Sebagai perintah, imperatif kategoris bukan sembarang perintah, tetapi perintah untuk mengungkapkan keharusan (Sollen). Perintah dalam arti ini adalah rasional. Perintah ini juga bisa berupa paksaan, baik secara lahiriah (perintah disertai ancaman), maupun batin (disertai tekanan batin). Perintah ini hanya ditaati karena adanya paksaan, bukan karena disadari sebagai keharusan. Namun perintah yang dimaksud Kant ialah perintah yang didasari keharusan objektif, bukan paksaan, tetapi didasari suatu pertimbangan yang meyakinkan sehingga bisa membuat kita taat.
8/13/21 Etika Barat 22
Bertindak menurut prinsip Apa bentuk imperatif kategoris itu? Dalam bentuk yang paling sederhana, imperatif kategoris itu adalah perintah “Bertindaklah secara moral.” Itulah perintah atau kewajiban mutlak satu-satunya. Namun bagaimana kita bertindak secara moral itu? Rumusan imperatif kategoris menurut Kant ialah “Bertindaklah semata-mata menurut prinsip (maksim) yang dapat sekaligus kau kehendaki menjadi hukum umum.”
8/13/21 Etika Barat 23
Prinsip, maksim…. Maksim mempunyai arti lebih sempit dari prinsip. Maksim adalah prinsip subjektif dalam bertindak, sikap dasar hati seseorang dalam bertindak. Maksim adalah sikap-sikap dasar yang berikan arah bersama kepada sejumlah maksud dan tindakan kongkrit. Misalnya, orang yang berniat untuk selalu memperhatikan perasaan orang lain, atau sebaliknya, ingin memperjuangkan kepentingan sendiri, jika perlu dengan mengorbankan orang lain. Jadi maksim bisa baik, bisa juga jelek.
8/13/21 Etika Barat 24
Otonomi kehendak Apa yang menjadi dasar sehingga orang mau bertindak sesuai dengan imperatif kategoris? Jawabnya, menurut Kant, ialah otonomi kehendak. Imperatif kategoris merupakan tolok ukur tertinggi bagi tindakan moral. Otonomi kehendak memungkinkan pemenuhan tuntutan-tuntutannya. Kant mengikuti pandangan Rousseau dalam Contract Social bahwa ketaatan pada undang-undang yang diberikan sendiri adalah kebebasan. Bagi Kant hal itu menjadi prinsip dasar dari seluruh ajaran etikanya. 8/13/21 Etika Barat 25 Heteronomi Kant mulai dengan menyingkirkan semua prinsip yang berasal dari kehendak yang bernilai moral. Semua prinsip ini, karena tidak ditetapkan oleh kehendak sendiri, bersifat heteronom. Di sini kehendak berhadapan dengan hukum yang bukan hukumnya sendiri. Segala hal yang dilakukan karena tunduk pada pihak lain, termasuk ketika orang takut atau mengharap ganjaran atas perbuatannya, semua motivasi ini merupakan tindakan heteronom yang bertentangan dengan hakekat moralitas. 8/13/21 Etika Barat 26 Tinjauan kritis Arti paling dasar dari ajaran etika Kant ialah ia memasukkan suatu model alternatif ke dalam filsafat moralnya. Etika sebelum Kant bersifat eudemonistic, bagaimana orang bisa berbahagia dan hidupnya menjadi bermakna, seperti diajarkan oleh Aristotle. Menurut Kant pertanyaan seperti itu salah, dalam arti meskipun dianggap wajar, tidak mengenai inti permasalahan moral dan menyimpang dari hakekat moralitas. Hakekat moralitas ialah kesadaran akan kewajiban yang mutlak yang tidak ada kaitannya dengan kebahagian kita. 8/13/21 Etika Barat 27 Perlawanan Sekarang ini etika kebahagiaan menurut model Etika Nikomakean model Aristotle itu dipertentangkan dengan etika kewajiban model Immanuel Kant. Hampir semua etika normatif modern mengikuti Kant, baik utilitarisme, etika deontologis (bertitik tolak dari paham keadilan John Rawls), atau etika konsensus model Apel dan Habermas. Mana yang paling benar? Tidak mungkin kita kembali pada model etika sebelum Kant. Namun apakah kewajiban murni ala Kant itu benar-benar inti moralitas?
8/13/21 Etika Barat 28
Jatuh dalam rigorisme Dalam merumuskan ajaran etikanya Kant dituduh telah jatuh ke dalam rigorisme, berlebihan dalam kerasnya sehingga lepas dari konteks sosialnya. Etika Kant juga dituduh sebagai Gesinnungsethik, hanya perhatikan sikap batin dan melalaikan pelaksanaan. Rumusannya tentang etika kewajiban juga dianggap sebagai biang keladi dari “ketaatan Prusia” yang menjadi ciri khas angkatan perang dan korps pegawai Prusia.