Anda di halaman 1dari 27

FILSAFAT

HUKUM
Maria Angelina Lado
Legal Management Trainee
PT World Innovative Telecommunication
TABLE OF CONTENTS
01 02 03
Filsafat Hukum Objek Filsafat Penutup
Hukum

Individu & Alam Voluntarisme & Demokrasi &


Pikiran & Intuisi Kolektifisme & Nasionalisme & Positifisme & Stabilitas &
Semesta Pengetahuan Otokrasi
Individualisme Inetrnasionalisme Idealisme Perubahan
Objektif
01
FILSAFAT
HUKUM
FILSAFAT HUKUM

Filsafat Hukum Filsafat Hukum

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu


Philo yang berarti Cinta dan Hukum adalah seperangkat aturan Filsafat hukum adalah cabang filsafat
Sophia yang berarti Kebijaksanaan. Maka dan prinsip yang mengatur yang khusus membahas sifat, asal
Philosophia berarti mencintai perilaku manusia dalam usul, nilai, dan prinsip-prinsip
kebijaksanaan. masyarakat. Hukum menetapkan hukum. Filsafat hukum mencoba
Filsafat adalah disiplin ilmu yang berusaha standar perilaku yang diharapkan untuk memahami dasar-dasar moral,
untuk memahami dan merumuskan yang mendasari hukum. Filsafat
pemahaman mendasar tentang realitas,
dari individu dan kelompok, serta
hukum juga mempertanyakan
pengetahuan, nilai, dan eksistensi. Secara memberikan kerangka kerja untuk
hubungan antara hukum dan
umum, filsafat mencoba menjawab menyelesaikan sengketa, menjaga moralitas, hukum dan kekuasaan
pertanyaan-pertanyaan dasar mengenai ketertiban sosial, dan melindungi politik, serta peran dan batasan
keberadaan, pengetahuan, etika, kebenaran, hak dan kebebasan individu. hukum dalam mengatur masyarakat.
dan tujuan hidup. Filsafat melibatkan
pemikiran kritis, analisis konseptual,
argumen logis, dan refleksi mendalam.
02
OBJEK
FILSAFAT
HUKUM
Objek dari Filsafat Hukum
Individu & Alam Semesta Demokrasi & Otokrasi

Voluntarisme & Pengetahuan Nasionalisme &


Objektif Internasionalisme

Pikiran atau Kecerdasan &


Intuisi Positifisme & Idealisme

Koliktifisme &
Individualisme Stabilitas & Perubahan
Antinomi

• Antinomi adalah suatu kondisi atau keadan yang saling bertentangan tetapi saling
membutuhkan.
• Teori hukum berada di antara filsafat dan teori politik. Oleh karena itu didominasi oleh
antinomi-antinomi antara keduanya. Persoalan yang timbul pada satu sisi berkaitan
dengan filsafat dan pada sisi lain dengan politik, yang saling bartentangan.
• Antinomi dicetuskan oleh Immanuel Kant dalam Critique of Pure Reason, tentang
perselisihan fundamental antara akal dan alam. Perselisihan tersebut selanjutnya
membawa dampak yang kuat kepada metode berpikir hukum untuk menemukan
keseimbangan di antara beraneka ragam hal yang kontradiktif, tetapi wajib tetap dirawat.
Dari sinilah konsep antinomi pada hukum lahir seperti sebuah ”konsep pertentangan”
untuk menjadi tumpuan proses analitis pada norma-norma dan nilai-nilai dalam suatu
aturan.
Individu & Alam Semesta
• Pertanyaan mendasarnya, apakah individu ciptaan alam semesta, atau individu menjadi bagian dari
alam semesta, atau hanya merupakan satu unsur dari alam semesta?
• individu merupakan salah satu unsur dari alam semesta tetapi individu memiliki cara berpikir yang
berbeda dengan alam semesta.
• Individu atau manusia mempunyai daya rusak terhadap alam semesta, contohnya manusia dapat
melakukan pengeboman, pembakaran hutan, destructive fishing yang mengakibatkan rusaknya
terumbu karang. Begitupun sebaliknya
• Alam semesta mempunyai daya rusak terhadap individu atau manusia, contohnya bencana alam banjir,
tanah longsor, gempa bumi, tsunami yang mengakibatkan kerusakan ekosistem, hilangnya tempat
tinggal dan timbulnya korban jiwa.
Namun pada keadaan demikian, manusia tidak dapat hidup tanpa alam semesta, dan alam semesta pun
dapat diolah dengan baik oleh individu atau manusia.
Individu & Alam Semesta

Teori hukum merefleksikan pertentangan Dalam filsafat modern Descrates :


fundamental filsafat. apakah alam semesta
Cogitio,ergo sum, dikembangkan oleh
merupakan ciptaan ego intelektual
ataukah ego merupakan partikel dalam letak
Kant, yang menganggap semua individu
benda-benda di dalam alam semesta. Semua sebagai pencipta dunia dari fenomena Rene Descrates
teori hukum alam telah menempa obiektif yang dapat dimengerti. Hal tersebut
dari benda-benda di atas individu. dilanjutkan oleh Fichte yang
Hal demikian adalah benar menurut para menganggap dunia sebagai dari
filsuf Yunani kuno, yang mula-mula kesadaran diri individu. Proyeksi Hegel
menemukan suatu tatanan benda-benda di tentang Individu di alam semesta
luar manusia, menurut ajaran skolastik dan merupakan Langkah persiapan bagi
menurut teori ilmu alam rasionalis. supermasi kehendak.

Johann Gottlieb Fichte


Voluntarisme & Pengetahuan Objektif
• Hal ini merupakan persoalan yang berkaitan erat dengan yang
pertama, apakah kehendak yang mengatur pengetahuan ataukah pengetahuan
yang mengatur kehendak ?
• Persoalan tersebut menentukan lebih lanjut apakah nilai-nilai objektif itu
mungkin ada, ataukah kehendak yang menciptakan penilaian-penilaian
atasnya.
• Bagi filsafat hukum, persoalan tersebut menjadi jelas berkat usaha-usaha para
ahli hukum dari aliran Neo-Kant untuk membentuk ilmu hukum yang Georg Jellinek
objektif, yang berbeda dari cita-cita politik.
• Di pihak lain, filsafat hukum relativis seperti yang telah dikembangkan oleh Jellinek, dan
terutama oleh Radbruch, mengakui sifat subjektif dari ideologi-ideologi hukum dengan
menetapkan persoalan-persoalan ideologi yang pokok, dan menyerahkan pilihan di
antara persoalan-persoalan tersebut kepada keputusan individu, yaitu kehendak
Voluntarisme & Pengetahuan Objektif
Filsafat dari St. Thomas Aquinas dan Nietzsche, Menurut
Thomas Aquinas, kehendak ditentukan oleh pengetahuan yang
baik. Sedangkan Nietzsche, semua pengetahuan merupakan suatu
Teknik yang dipakai dalam melayani kehendak untuk berkuasa.
St. Thomas Aquimas Friedrich Nietzche

Menurut Kant, ruang lingkup voluntarisme atau kehendak adalah


penalaran praktis, sedang ruang lingkup pengetahuan adalah akal murni.
Oleh karena itu cita-cita etika dan hukum adalah persoalan voluntarisme atau kehendak,
bukan pemikiran.
Immanuel Kant

Hegel telah berusaha untuk mengatasi dualism antara voluntarisme


atau kehendak dan ilmu pengetahuan, seperti ia telah menyangkal
setiap dualisme, tetapi filsafatnya tentang hukum sebenarnya mengukuhkan
supremasi kehendak negara.
Georg Wilhelm Friedrich Hegel
Pikiran atau Kecerdasan &
Intuisi
• Waktu dan juga kepercayaan terhadap kekuasaan akal atau pikran, telah diikuti
oleh ketidakpercayaan yang besar dari akal atau pikiran dan kepercayaan
terhadap naluri atau intuisi. Akal atau pikiran dipertentangkan dengan naluri,
refleksi dengan kenyataan.
• Dalam filsafat, rasionalisme abad kedelapan belas dan positivisme abad
kesembilan belas yang menganalisa hidup dan mengkaji kenyataan, menurut
prinsip kausalitas, telah menimbulkan revolusi di mana-mana. Semboyannya
ialah, bahwa naluri lebih baik daripada akal, makna inti dari segala sesuatu
lebih baik daripada Klasifikasi akal, dan totalitas hidup dalam arti dan nilainya
lebih baik daripada analisa terhadap gejala individual menurut sebab dan
akibat.
Pikiran atau Kecerdasan &
Intuisi
• Individu di satu sisi mempercayai akal dan disisi lain individu tidak langsung percaya
pada akal tetapi mempercayai intuisi.
• Antitesi antara kehendak dan apersepsi Arthur Schopenhauer dunia sebegai representasi
dari kehendak. Baginya, dunia tidak lain adalah sebuah kehendak yang menjadi
representasi dari diri. Subyek yang mempersepsi mutlak ada di hadapan obyek. Dari
pemikiran tentang kehendak ini, Schopenhauer mengembangkan satu pemikiran filosofis
Arthur Schopenhauer
tentang kehendak yang irasional, buta dan tak terhentikan. Kehendak ini ternyata
menghasilkan penderitaan bagi manusia itu sendiri.
• Sedangkan yang lainnya seperti filsuf Friedrich Wilhelm Joseph Schelling, dunia
adalah ilmu fenomenologi, tentang dunia adalah isinya adalah gejala gejala yang
kemudian disimpulkan sebagai probabilitas atau kepastian. Gejala-gejala yang ada
semakin sama maka semakin menunjukan kepastian

Friedrich Wilhelm Joseph Schelling


Kolektifisme & Individualisme
• Pertentangan mendasar dari pemikiran politik dalam sejarah peradaban barat adalah
pertentangan antara ide-ide kaum kolektivis dan kaum individualis.
• Kolektifis adalah pandangan yang menekankan kepentingan kolektif atau
masyarakat sebagai satu kesatuan. Dalam pandangan ini individu harus
mendahulukan kepentingan bersama dibandingkan individunya sendiri. Karena
hukum bertujuan untuk mengatur perilaku individu agar sesuai dengan norma dan
nilai dalam masyarakat atau kolektif
• Individualism menekankan pentingnya hak-hak dan kebebasan individu. Pandangan
ini, hukum dipandang sebagai alat untuk melindungi hak-hak individu seperti hak
milik Property Right, hak asasi manusia dan hak lainnya. PLATO

• Teori hukum mengambil salah satu dari tiga sikap : apakah ia menempatkan individu di bawah
masyarakat, masyarakat dibawah individu, atau atau berusaha menggabungkan keduanya.
• Filsuf Plato dalam karyanya “Republik” berpendapat bahwa individu harus mengorbankan
kepribadian mereka demi kepentingan kolektif. Individu tidak boleh mengejar kepentingan pribadi
sendiri secara berlebihan.
Kolektifisme & Individualisme
• Thomas Hobes menyatakan bahwa individu memilih suatu hal
berdasarkan kehendak individunya sendiri. Sebagai contoh: manusia
memilih untuk mati berdasarkan kehendaknya sendiri yang
diwujudkan melalui euthanasia ( praktik pencabutan
kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak
menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal,
biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang
mematikan). Thomas Hobbes (filsuf inggris)

• Hobes dikelompokkan sebagai seorang individualis, individualisme kemudian menjadi dasar


teori politik dan teori hukum dan juga diletakkan dengan dasar yang baru dalam filsafat
moral. Individualisme Kant, dan sebelumnya Ficthe mendasari filsafat hukum murid-murid
mereka dengan cara yang berbeda-beda, dan menjadi wadah individualistis.
Demokrasi & Otokrasi
• Demokrasi adalah sistem pemerintahan dimana kekuasaan politik
dipegang secara langsung oleh rakyat melalui perwakilannya.
Sedangkan otokrasi kekuasaan politiknya dipegang oleh satu individu
atau kelompok kecil yang memiliki otoritas absolut.
• Teori-teori Locke maupun dari Rousseau tidak dapat menjelaskan
bagaimana hak mayoritas tertinggi (otokrasi) dapat bergandengan Jhon Locke
dengan hak-hak dasar individu (demokrasi). Pertentangan yang sama
dengan jelas digambarkan dalam perkembangan hukum Amerika,
dimana pengadilan telah melindungi hak-hak individu yang sering
berlawanan dengan kehendak mayoritas yang termuat dalam undang-
undang.
Jean Jacques Rousseau
Demokrasi & Otokrasi
• Individualisme dari Hobes dikelompokan dengan absolutism
dan sebaliknya kolektivisme Duguit lebih bersifat otokratis,
karena kesamaan subjek yang mengatur dan diatur sebagai
suatu prinsip objektif.
• Perkembangan-perkembangan sosial dapat menuntut bentuk
pemerintahan yang berbeda dari demokrasi parlementer tanpa Leon Duguit (Filsuf Prancis)
menyentuh soal perkembangan individu atau keadikuasaan dari
masyarakat tujuan kehidupan politik. Seorang penguasa dalam
pemerintahan oligarkhi, misalnya dapat dipilih dari masyarakat
atas dasar Pendidikan yang menyeluruh dan sederajat bagi
masyarakat.
Thomas Hobbes (filsuf inggris)
Nasionalisme & Internasionalisme

• Nasionalisme adalah teori yang menekankan pentingnya hukum nasional


atau hukum yang berlaku di dalam batas-batas negara tertentu. Nasionalisme
hukum melihat negara sebagai entitas yang memiliki yurisdiksi dan
kedaulatan tertinggi dalam membuat dan mengimplementasikan hukum.
• Sedangkan teori Internasional menekankan pentingnya hukum internasional
atau hukum yang berlaku di antara negara-negara dan komunitas
internasional. Internasionalisme hukum melihat pentingnya kerjasama,
pengaturan, dan penyelesaian masalah bersama di tingkat global.
Nasionalisme & Internasionalisme
Teori-teori hukum individualis sering bersifat cosmopolitan (seluruh manusia
adalah anggota dari satu komunitas yang sama), teori-teori kolektivis bersifat
nasionalis. Secara historis penonjolan hak-hak asasi sering dikaitkan dengan
pemberontakan terhadap negara, kekuasaan dan kepercayaan yang
berperikemanusiaan terhadap kesederajatan dan martabat semua orang. Cita Johann Gottlieb Fichte
atau keinginan akan adanya kesederajatan manusia, sering menyebabkan
kaum demokrat menjadi kaum internasionalis. Sebaliknya eksponen-
eksponen terpenting dari cita-cita kaum kolektivis, seperti Fitche, dan Hegel
telah menjadikan kaum nasionalis sebagai pemuja negara nasional.

Georg Wilhelm Friedrich Hegel


Nasionalisme & Internasionalisme

konsep Skolastik tentang masyarakat, walapun anti-individualistis dan otoriter,


merupakan konsepsi internasional masa yang datang yaitu bahwa supremasi
beberapa kekuasaan internasional yang sering dikombinasi dengan ciri-ciri
pokok kolektifitas.
Secara politis, persoalan antara nasionalisme dan intemasionalisme merupakan
salah satu persoalan dari pertentangan cita-cita politik. Namun, secara yuridis
hal tersebut hanya persoalan kepada kesatuan mana kekuasaan itu akan
diberikan.
Positifisme & Idealisme
• Teori positifisme menekankan bahwa hukum harus didasarkan pada aturan yang ditetapkan oleh
otoritas yang berwenang. Hukum dianggap sebagai aturan yang berlaku secara formal dan tidak
terkait dengan moral dan kebenaran objektif. Dalam positifisme, keabsahan hukum terletak pada
perintah yang sah dan diakui oleh penguasa atau negara.
• Sedangkan Idealisme adalah pendekatan yang menekankan bahwa hukum tidak hanya
berdasarkan pada aturan-aturan formal yang ditetapkan oleh penguasa, tetapi juga melibatkan
prinsip-prinsip moral, keadilan, dan nilai-nilai yang lebih tinggi. Dalam pandangan idealisme,
hukum harus mencerminkan idealitas dan kebenaran moral.
• Teori-teori hukum mengikuti antagonisme elementer, baik dalam pemikiran filsafat positivis
maupun metafisik. Pertentangan antara idealisme dan materialisme, walaupun tidak sama, berada
dalam garis yang sejajar dan berdekatan. Teori-teori hukum idealistik menurunkan hukum dari
prinsip-prinsip pertama, yang didasarkan atas prinsip manusia sebagai makhluk yang memiliki
rasio dan etika. Teori-teori hukum positivistik menganggap hukum ditentukan oleh pokok
persoalannya.
Positifisme & Idealisme
Dua tipe pokok positifisme dalam teori hukum ialah positifisme Analytical dan
fungsional atau pragmatis. Positif analitik adalah proses Analisa terhadap
kenyataan (das sein) dan yang diharapkan (das solen), positifisme analitik
menerima norma-norma hukum dasar seperti yang disusun oleh pembuat
undang-undang sebagai suatu yang harus diterima dan memusatkan perhatiannya
pada analisa konsepsi-konsepsi hukum dan hubungan atas dasar pembagian yang
tegas antara yang ada dan yang seharusnya ada. Positivisme fungsional atau
pragmatis menganggap bahwa kenyataan-kenyataan atau fakta sosial adalah Karl Marx

penentu konsepsi-konsepsi hukum. Bentuk ekstrem dari realisme sosial adalah


Marxisme (paham yang berdasar pada pandangan Karl Marx), yang
menganggap bahwa semua hukum sebagai struktur yang ditentukan oleh dasar
ekonomi, yakni pada kepemilikan alat-alat produksi.
Stabilitas dan Perubahan
• “Hukum harus tetap, dan hukum tidak dapat tinggal diam.
Karena itu seluruh pemikiran tentang hukum harus berusaha keras menertibkan
tuntutan tuntutan yang bertentangan dengan kebutuhan akan stabilitas dan
kebutuhan akan perubahan.” dengan kata kata ini Rosce Pound telah menguraikan
secara singkat hal lain dalam antinomi-antinomi yang kekal, sebagai akibat
ketegangan antara hukum dan kehidupan.
• Secara teknis konstitusi tertulis cenderung membuat hukum stabil, sedangkan Roscoe Pound
mekanisme seperti dalam system konstitusi inggris mempermudah perubahan
hukum, dan bahkan melebihi negara-negara totaliter. Namun, Teknik selalu tunduk
pada pemikiran yang mengatumya. Cita-cita hukum tertinggi menentukan
penggunaan mekanisme, sesuai dengan yang ditentukan semula.
Stabilitas dan Perubahan
Max Weber mengembangkan konsep stabilitas hukum yang
berhubungan dengan pemerintahan dan otoritas dalam masyarakat.
Menurut Weber, stabilitas hukum adalah salah satu elemen penting
untuk menjaga ketertiban sosial dan stabilitas dalam masyarakat.

Maximilian Weber

Savigny menentang perubahan hukum dari sudut yang berbeda


tugas seorang ahli hukum dan pembuat undang- undang adalah untuk
memeriksa dan merumuskan kebiasaan-kebiasaan hukum yang ada; fungsi
hukum yang esensial adalah stabilisasi, bukan menjadi agen
perkembangan.

Friedrich Carl von Savigny


Stabilitas dan Perubahan
Positivisme analitik menekankan pada logika dan kepatuhan pada hukum tertulis , cenderung
menganggap stabilitas dan penafsiran hukum yang paling penting. Sebaliknya, semua teori utilitarian
dan sosiologis cenderung menekankan pada perubahan isi hukum, karena mereka menganggap hal
tersebut bertentangan dengan latar belakang sosialnya dan kebutuhan akan hidup. Cara-cara
memperoleh kesenangan dan menghindari penderitaan, berubah Bersama keadaan sosial, sehingga
hukum pun harus berubah bersamanya.

Bentham berpendapat bahwa tujuan hukum seharusnya adalah untuk menciptakan


utilitas atau kebahagiaan publik yang maksimal.

Bentham menekankan perlunya hukum yang berfungsi dengan baik untuk mencapai
tujuan tersebut. Ia berargumen bahwa hukum yang kaku, usang, atau tidak relevan
harus diubah agar sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

Jeremy Bentham
Penutup
Dari antinomi-antinomi 8 (delapan) objek filsafat hukum
tersebut, filsafat dalam kaitannya dengan hukum berusaha
untuk menyelidiki pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti
"Apakah hukum itu?", "Bagaimana hukum berlaku?", "Apa
sifat dari keadilan?", dan "Bagaimana hukum
mempengaruhi masyarakat?".

Filsafat hukum berkontribusi pada pemikiran kritis


terhadap hukum, membantu memahami landasan dan
implikasi filosofis dari sistem hukum yang ada, serta
merumuskan pandangan alternatif dan pemikiran inovatif
terkait hukum dan keadilan.
TERIMA KASIH
Maria Angelina –Legal MT-

Anda mungkin juga menyukai