Anda di halaman 1dari 16

ARTIKEL FILSAFAT UMUM

PEMBAHASAN TENTANG ALIRAN FILSAFAT KRITISISME

Muhammad Burhanudin (932109218)

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Kediri

Abstrak

Rasionalisme dan Empirisme adalah aliran filsafat yang saling bertolak


belakang. Di Jerman, pertentangan antara rasionalisme dan empirisme semakin
berlanjut. Masing-masing berebut otonomi. Kemudian timbul sebuah masalah,
siapa yang sebenarnya di katakan sebagai sumber pengetahuan? Apakah
pengetahuan yang benar itu lewat rasio atau empiri? Seorang ahli pikir Jerman
Immanuel Kant mencoba menyelesaikan persoalan di atas. Awalnya Kant
mengikuti rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme. Walau
demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa
empiri terkadang skep-tisme. Untuk itu ia tetap mengakui kebenaran ilmu, dan
dengan akal manusia akan dapat mencapai kebenaran.

Pendahuluan

Filsafat adalah kajian masalah umum dan mendasar tentang


persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa.
Filsafat secara etimologi berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa
Inggris dan bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris, yaitu “philosophy”,
sedangkan dalam bahasa Yunani “philein” atau “philos” dan “sofein” atau
“sophi”. Ada pula yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa
Arab, yaitu ”falsafah” yang artinya al-hikmah. Akan tetapi kata itu

Filsafat Kritisisme | 1
berawal dari bahasa Yunani. “philos” artinya cinta, sedangkan “sophia”
artinya kebijaksanaan. Oleh sebab itu, filsafat dapat di artikan dengan cinta
kebijaksanaan yang dalam bahasa Arab di artikan sebagai al-hikmah. Para
ahli filsafat disebut dengan filosof, yakni orang yang mencintai atau orang
yang mencari kebijaksanaan atau kebenaran. Filosof bukan orang yang
bijaksana atau berpengetahuan benar, melainkan orang yang sedang
belajar mencari kebenaran atau kebijaksanaan.

Sedangkan secara terminologi, filsafat mempunyai arti yang


bervariasi. Juhaya S. Praja mengatakan bahwa arti yang sangat formal dari
filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan
sikap yang dijunjung tinggi. Suatu sikap falsafi yang benar adalah sikap
yang kritis dan mencari. Sikap itu termasuk sikap toleran dan terbuka
dalam melihat persoalan dengan berbagai sudut pandang dan tanpa
prasangka. Berfilsafat tidak hanya berarti membaca dan mengetahui
filsafat. Seseorang memerlukan kebolehan berargumentasi, memakai
teknik analisis, serta mengetahui sejumlah bahan pengetahuan sehingga ia
memikirkan dan merasakan secara falsafi. Filsafat mengantarkan semua
yang mempelajarinya ke dalam refleksi pemikiran yang mendalam dan
penuh dengan hikmah.

Filsafat adalah pencarian kebenaran melalui alur berpikir yang


sistematis, artinya perbincangan mengenai segala sesuatu dilakukan secara
teratur mengikuti sistem yang berlaku sehingga tahapan-tahapannya
mudah diikuti. Berpikir sistematis pasti tidak loncat-loncat, melainkan
mengikuti aturan main yang benar. Filsafat selalu mencari kebenaran,
tetapi jawaban yang ditemukan tidak pernah abadi. Oleh karena itu, filsafat
tidak akan pernah selesai dan tidak akan pernah sampai pada akhir sebuah
masalah. Masalah-masalah tidak pernah selesai karena itulah sebenarnya
berfilsafat.

Filsafat adalah seni kritik yang bukan semata-mata membatasi diri


untuk destruksi atau seakan-akan takut untuk membawa pandangan

Filsafat Kritisisme | 2
positifnya sendiri. Filsafat juga merupakan kebebasan berpikir manusia
terhadap segala sesuatu tanpa batas dengan mengacu pada hukum
keraguan atau segala hal. Sarwa sekalian alam dan segala hal dapat dilihat
dari berbagai sudut melalui kontemplasi pemikiran yang sistematis, logis,
dan radikal. Segala hal yang di pikirkan oleh filsafat berkaitan dengan hal-
hal berikut:

1. Sesuatu yang bersifat metafisik yang dapat tidak dilihat oleh mata
kepala manusia;
2. Alam semesta yang fisikal dan terbentuk oleh hukum perubahan;
3. Segala sesuatu yang rasional dan irasional;
4. Semua yang bersifat natural dan supranatural;
5. Akal, rasa, pikiran, intuisi, dan persepsi;
6. Hakikat yang terbatas dan tak terbatas;
7. Teori pengetahuan pada semua keberadaan pengetahuan manusia
yang dihindarinya;
8. Kebenaran spekulatif yang bersifat rasional tanpa batas sehingga
berlaku pemahaman dialektis terhadap berbagai penemuan hasil
pemikiran manusia. Tesis yang melahirkan antitesis dan terciptanya
sintesis.

Di dalam filsafat terdapat aliran rasionalisme dan empirisme yang


mana aliran filsafat tersebut sifatnya bertolak belakang. Yang mana
rasionalisme berpendapat bahwa kebenaran itu bersumber dari akal
pikiran, sedangkan empirisme mengatakan bahwa kebenaran yang pasti
dan benar hanya diperoleh oleh melalui indra/pengalaman. Immanuel Kant
(1724-1804) berusaha mengadakan penyelesaian atas pertikaian itu dengan
filsafatnya yang dinamakan kritisisme (aliran yang kritis).

A. Sejarah Awal Munculnya Aliran Filsafat Kritisisme


Munculnya aliran kritisisme tidak dapat dipisahkan dari
keberadaan dua aliran besar filsafat, yaitu Rasionalisme dan Empirisme.
Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang di sebut
sebagai bapak filsafat modern. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan

Filsafat Kritisisme | 3
ilmu kedokteran. Ia menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu,
tanpa bandingannya, harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan
yang berdiri sendiri menurut metode yang umum. Yang di pandang sebagai
hal yang benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah (clear and
distinctively). Ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti
karena ilmu pasti dapat dijadikan model cara mengenal secara dinamis.

Rene Descrates yang mendirikan aliran rasionalisme berperan


bahwa sumber pengetahuan yang dapat di percaya adalah akal. Hanya
pengetahuan diperoleh lewat akallah yang memenuhi syarat yang di tuntut
oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh
kebenaran dengan metode deduktif, seperti yang dicontohkan dalam ilmu
pasti. Descartes menginginkan cara baru dalam berpikir, maka diperlukan
titik tolak pemikiran pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan,
cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada). Jelasnya bertolak dari
keraguan untuk mendapat kepastian.

Empirisme ialah aliran yang mana tokoh-tokohnya antara lain,


Thomas Hobbes, Jhon Locke, dan David Hume. Karena adanya ilmu
pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap
filsafat mulai merosot. Hal ini terjadi karena filsafat dianggap tidak
berguna lagi bagi kehidupan lagi. Pada sisi lain ilmu pengetahuan sangat
berguna bagi kehidupan manusia. Kemudian beranggapan bahwa
pengetahuan yang bermanfaat, pasti, dan benar diperoleh lewat indra
(empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran
tersebut lahir dengan nama empirisme.

Thomas Hobbes (1588-1679)

Ia seorang ahli pikir asal Inggris lahir di Malmesbury. Pada usia 15


tahun, ia pergi ke Oxford untuk belajar logika skolastik dan fisika, yang
ternyata gagal, karena ia tidak berminat sebab gurunya beraliran

Filsafat Kritisisme | 4
Aristotelian.1 Sumbangan yang besar sebagai ahli pikir adalah suatu sistem
materialistik yang besar, termasuk juga kehidupan organis dan rohaniah.
Dalam bidang kenegaraan dia mengutarakan teori kontrak sosial.

Dalam tulisannya, ia telah menyusun sebuah sistem pemikiran


yang berpangkal pada dasar-dasar empiris, di samping juga menerima
metode dari ilmu alam yang sistematis.

Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu


pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang akibat-akibat atau tentang gejala-gejala yang
diperoleh dari sebabnya. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari
sebab-sebabnya. Segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan
prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti/ilmu alam.

Namanya sangat terkenal karena teori kontak sosial, yaitu manusia


mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan diri. Apabila setiap
orang mempunyai kecenderungan demikian, maka pertentangan dan
pertengkaran atau perang total tidak dapa dihindari. Perang akan membuat
hidup menjadi sengsara dan buruk. Bagaimana manusia dapat
menghindarinya,. Maka diperlukan akal sehat, agar setiap orang mau
melepaskan haknya untuk membuat sekehendaknya sendiri .untuk itu,
mereka harus bersatu membuat perjanjian untuk menaati/tunduk terhadap
penguasa. Orang-orang yang dipersatukan disebut Commonwealth.

Jhon Locke (1632-1704)

Ia dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, Inggris. Di samping


sebagai seorang ahli hukum, ia juga menyukai filsafat dan teologi,
mendalami ilmu kedokteran dan penelitian kimia. Dalam mencapai

1 Aliran Aristoteliani merupakan pandangan filsafat yang berasal dari Aristoteles (384-322 SM),
yang dibandingkan dengan aliran Plato yang sebelumnya lebih bersifat realis

Filsafat Kritisisme | 5
kebenaran, sampai seberapa jauh (bagaimana) manusia memakai
kemampuannya.

Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflection.


Sensation adalah suatu sesuatu yang dapat berhubungan dunia luar, tetapi
manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Sementara itu, reflection
adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia,
yang sifatnya lebih baik dari sensation. Tiap-tiap pengetahuan yang
diperoleh oleh manusia terdiri dari sensation dan reflection. Walaupun
demikian, manusia harus mendahulukan sensation. Mengapa demikian?
Karena jiwa manusia saat di lahirkan putih bersih (tabula rasa) yaitu jiwa
itu kosong bagaikan kertas putih yang belum tertulis. Tidak ada sesuatu
dalam jiwa yang di bawa sejak lahir, melainkan pengalamanlah yang
membentuk jiwa seseorang.2

Epistemologi Immanuel Kant dapat diposisikan sebagai jembatan


antara rasionalisme dan empirisme. Baik rasionalisme maupun empirisme
mencoba untuk menjawab persoalan: “nilai apa yang ada dalam
pengetahuan yang saya per oleh mengenai dunia fisik (material) dan
kaitannya dengan apa yang harus saya lakukan?” Pandangan rasionalisme
memulainya dengan asumsi bahwa kepastian/pengetahuan hanya dapat
diperoleh melalui kerja pikiran karena dalam pikiran manusia telah ada
ide-ide bawaan yang bersifat universal. Sifat universal ini dibutuhkan
dalam pengetahuan ilmiah maupun filsafat, tetapi sayangnya rasionalisme
gagal untuk menjelaskan keabsahan pengetahuan tersebut dalam
rujukannya kepada dunia alam tanpa terjatuh pada panteisme. Sementara
itu empirisme dalam menjawab pertanyaan yang sama tersebut di atas,
memulainya dengan proses persepsi inderawi. Empirisme mengklaim
bahwa melalui persepsi inderawi akan diperoleh gambaran atas objek
sebagaimana adanya. Namun empirisme melupakan bahwa dalam setiap
persepsi inderawi tetap saja bersifat partikular bukan universal. Kegagalan

2 [CITATION Ach17 \p 115-118 \l 1057 ]

Filsafat Kritisisme | 6
rasionalisme maupun empirisme inilah yang menjadi latar belakang utama
epistemologi Immanuel Kant. Beliau dengan kritisismenya mencoba untuk
menjembatani pertentangan antara rasionalisme dan empirisme dan
menjadi “fenomenalisme baru”.3

B. Pengertian Dari Kritisisme

Menurut Juhaya S. Pradja, kritisisme adalah gagasan Immanuel


Kant tentang teori pertanyaan-pertanyaan mendasar yang timbul pada
pikiran Immanuel Kant. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah: (1) apa
yang dapat saya ketahui? (2) apa yang harus saya lakukan? (3) apa yang
boleh saya harapkan?

Munculnya rasionalisme dan empirisme menjadi indikator lahirnya


periode modern dalam alam pikiran barat. Masing-masing ingin menang
sendiri, rasionalisme meragukan semua pandangan empirisme. Demikian
sebaliknya, empirisme memandang rasionalisme penuh dengan
subjektivitas dan sangat personalistik.

Dalam keadaan tersebut, muncul salah satu filosof yang hendak


mendamaikan keduanya, yaitu Immanuel Kant. Secara umum, Immanuel
Kant sejajar dengan Socrates dan Descartes. Socretes berhasil
menghentikan pemikiran kaum Sofisme dan menundukkan rasio dan iman
pada posisinya. Descrates berhasil menghentikan dominasi iman (kristen)
dan kembali menghargai rasio. Sementara Immanuel Kant berhasil
menghentikan sofisme modern untuk mendudukkan kembali rasio dan
iman pada posisi masing-masing, yang melahirkan paradigma
Rasionalisme Kritis. 4

Immanuel Kant, yang menjadi penggagas kritisisme mengutarakan


bahwa filsafat ini memulai perjalanannya dengan menyelidiki batas-batas

3 [CITATION Mut18 \p 81-82 \l 1057 ]


4[CITATION ata16 \p 277-280 \l 1057 ]

Filsafat Kritisisme | 7
kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Kant adalah filsuf
pertama yang mengusahakan penyelidikan ini. Semua filsuf yang
mendahuluinya adalah tergolong dogmatisme. Oleh karena itu, kritisisme
sangat berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang
mempercayai rasio secara mutlak. Immanuel Kant mengutarakan teori
pengetahuan, etika, dan estetika.5

C. Riwayat Hidup Immanuel Kant

Immanuel Kant lahir pada tanggal 22 April 1727 di Konigsberg,


Prussia timur. Keluarganya termasuk kaum Pietis, 6 Setelah menyelesaikan
kuliah di Universitas Konigsberg dan menjadi tutor di keluarga
Aristrokrat.7 kant mengajar di almamaternya itu. Dia menjadi dosen
selama lima belas tahun: mengajar dan menulis tentang metafisika, logika,
etika, dan sains-sains alam. Dalam sains dia memberikan kontribusi yang
signifikan tetapi pada masa itu tidak banyak diketahui, khususnya dalam
fisika, astronomi, geologi, dan meteorologi.

Pada 1770, dia diangkat menjadi Guru Besar Logika dan


Metafisika di konigsberg, dan pada 1781 dia menerbitkan karya
terpentingnya yang berjudul Critique of Pure Reason. Karya ini membuka
bidang-bidang studi dan masalah-masalah baru pada zaman ketika
kebanyakan orang bersiap-siap untuk pensiun. Namun, bagi Kant, masa
dua puluh tahun itu merupakan masa kerja keras tak kenal lelah disertai
prestasi yang tak tertandingi.

5 [CITATION KBe75 \p 59 \l 1057 ]


6 Kaum Pietis atau Pietisme ialah Gerakan ini bermula sebagai reaksi terhadap ritual-ritual yang
mekanis dan formal yang mewarnai pelayanan di gereja Lutheran yang saat itu telah mapan,
namun semakin kurang kebebasan untuk mengungkapkan iman secara lebih spontan.
7 Aristokrat adalah sebuah kelas sosial yang biasanya memegang pangkat warisan dan gelar
spesifik. Dalam beberapa masyarakat seperti Yunani, Roma, dan India Kuno status aristokrat
berasal dari keanggotaan kasta militer, meskipun juga kaum aristokrat umumnya berasal dari
dinasti para imam, seperti hanya yang terjadi di negara-negara benua Afrika.

Filsafat Kritisisme | 8
Prestasi yang laik dicatat adalah karya-karya terpentingnya berikut
ini: Prolegomena to Any Future Metaphysics (1783); Idea for a Universal
History (1784); Fundamental principles of the metaphysics of morals
(1785); Metaphysical Foundations of natural Science (1986); edisi kedua
Critique of Pure Reason (1787); Critique of Practical reason (1788);
Critique of judgment (1790); Religion Within the Limits of reason Alone
(1793); Perpetual Peace (1795); Metaphysics of Ethics (1797);
Anthropology form a Pragmatic Point of View (1789). Kant meninggal
pada 12 februari 1804 di konigsberg.

Kepribadian Immanuel Kant, atau setidaknya karikatur tentangnya,


cukup terkenal. Kebanyakan orang tidak mengenal Kant tahu bahwa
orang-orang di konigsberg selalu melihatnya berjalan-jalan setiap sore hari
pada jam sama. Konon, kehidupan Kant sangat teratur seperti teraturnya
kata kerja beraturan.8

1. Kritik Atas Rasio Murni

Dalam uraian The Critique of Pure Reason, Kant bermaksud untuk


membela sains. Kant menolak keraguan yang terjadi sebelumnya, yaitu
keraguan pada sains dengan mengatakan bahwa teori ilmu pengetahuan
dapat dibenarkan apabila mempunyai dasar apriori,9 dan cara
memperolehnya melalui rasio murni (pure reason). Rasio di sini berperan
aktif dalam mengelola sensasi masuk ke persepsi lalu menjadi konsepsi
Kritik yang dianggap usaha raksasa dari Kant adalah upaya mendamaikan
rasionalisme (yang beranggapan bahwa pengetahuan (pengenalan) dicapai
secara apriori, lepas dari pengalaman) dan empirisme (yang menekankan
pada aposteriori10). Kant berupaya menjelaskan bahwa pengetahuan
manusia merupakan paduan atau sintesa antara unsur-unsur apriori dengan

8 [CITATION kan05 \p xxxi-xxxii \l 1057 ]


9 Apriori adalah pengetahuan yang ada sebelum bertemu dengan pengalaman. Atau dengan kata
lain, sebuah istilah yang dipakai untuk menjelaskan bahwa seseorang dapat berpikir dan memiliki
asumsi tentang segala sesuatu, sebelum bertemu dengan pengalaman dan akhirnya mengambil
kesimpulan.
10 Posteriori adalah pembenaran yang tergantung pada pengalaman atau bukti empiris.

Filsafat Kritisisme | 9
unsur-unsur aposteriori. Sedangkan letak radikalitas Kant dalam
filsafatnya adalah pembalikan pengertian tentang pengetahuan yang dulu
dianggap bahwa pengetahuan dengan mengandaikan bahwa si subyek
mengarahkan diri pada obyek, sedangkan yang betul menurut Kant adalah
obyek yang mengarahkan diri pada si subyek. Dalam hal ini, manusia
mempunyai peran signifikan untuk menangkap dan memahami realitas
(obyek pengetahuan) itu sendiri. Karena itu, dapat dikatakan bahwa
realitas itu adalah yang sudah dipermak dan direkayasa oleh pengertian
kita.11

2. Pada Taraf Indra

Kant mengatakan bahwa pengenalan adalah sintesis antara unsur


apriori dengan unsur aposteriori. Unsur apriori memainkan peranan
bentuk dan unsur aposteriori memainkan peranan materi. Menurut Kant,
unsur apriori sudah ada pada taraf indra. Oleh karena itu, pengenalan
selalu ada dua bentuk pengenalan apriori, yaitu ruang dan waktu. Jadi,
ruang tidak merupakan ruang kosong, di mana benda-benda diletakkan;
ruang pada dirinya sendiri. Dan waktu tidak merupakan arus tetap, di
mana pengindraan-pengindraan bisa ditempatkan. Kedua-duanya
merupakan bentuk apriori dari pengenalan indra. Karena itu, kedua-duanya
berakar pada struktur subyek sendiri.

Pendirian tentang pengenalan indrawi ini mempunyai implikasi


yang penting. Memang ada suatu realitas, terlepas dari objek. Kant berkata
bahwa memang ada das ding an sich (benda dalam dirinya; the thing in it
self). akan tetapi, das ding an sich selalu tinggal suatu X yang tidak di
kenal. Kita hanya mengenal gejala-gejala, yang selalu merupakan sintetis
antara hal-hal yang datang dari luar dalam bentung ruang dan waktu.12

3. Pada Taraf Akal Budi

11 [CITATION Dah09 \p 39-40 \l 1057 ]


12 [CITATION ata16 \p 285 \l 1057 ]

Filsafat Kritisisme | 10
Pengenalan pada taraf akal budi (verstand) yang dibedakan dengan
rasio (vernunft). Tugas akal budi adalah menciptakan orde antara data-data
indra. Dengan kata lain, akal budi adalah yang mengucapkan putusan-
putusan. Pengenalan akal budi merupakan sintesis antara bentuk (form)
dan materi. Materi adalah data-data indrawi dan betuk adalah apriori yang
terdapat pada akal budi. Bentuk apriori ini oleh Kant disebut “kategori‟
yang terbagi menjadi 12 sebagai berikut:

Pertama, Kuantitas yang terbagi lagi menjadi tiga; kesadaran


kesatuan, kesadaran pluralitas, kesadaran totalitas. Kedua, Kualitas dibagi
lagi menjadi tiga bagian; realitas, negasi dan pembatasan. Ketiga, Relasi
dibagi menjadi tiga; substansi-aksidensi, sebab-akibat dan komunitas.
Keempat, Modalitas yang dibaginya menjadi tiga; kemungkinan dan
kemustahilan, eksistensi dan non-eksistensi, keniscayaan dan kontigensi.

Salah satu contoh antara substansi dan kausalitas sebagai berikut;


kita membentuk putusan bahwa A menyebabkan B, maka sahnya putusan
itu tidak mesti langsung dari realitas, melainkan kita harus memikirkan
hubungan kausalitas antara A dan B. Dengan penjelasan bahwa ketika kita
misalnya melihat sesuatu dengan memakai kaca mata hitam, maka kita
akan melihat semua obyek yang kita lihat hitam, tapi hitamnya obyek yang
kita lihat, tidak berarti bahwa obyek yang kita lihat itu adalah hitam. Jadi,
hitamnya obyek yang kita lihat itu hanyalah bentuk keniscayaan bagi kita
sendiri karena kita melihatnya memakai kaca mata hitam. Karena itu, Kant
meskipun menegaskan kepastian dan keabsolutan sains, ia tetap menilai
bahwa sains masih mempunyai keterbatasan dan ke relativan. Terbatas
pada objek empiris, relatif sesuai dengan cara kita melihat dan
memahaminya.13

4. Pada Taraf Rasio

13 [CITATION Dah09 \p 40-41 \l 1057 ]

Filsafat Kritisisme | 11
Istilah vernunff “rasio” ini mengacu pada kemampuan lain yang
lebih tinggi daripada intelek. rasio ini menghasilkan ide-ide transendental
yang tidak bisa memperluas pengetahuan kita, tetapi memiliki fungsi
mengatur (regulatif) putusan-putusan kita ke dalam sebuah argumentasi.
Sementara intelek langsung berkaitan dengan penampakan, rasio berkaitan
secara tidak langsung, yakni dengan mediasi intelek. Rasio menerima
konsep-konsep dan putusan-putusan akal-budi untuk menemukan kesatuan
dalam terang asas lebih tinggi. Misalnya putusan “semua binatang akan
mati”, dan “manusia itu binatang”, lalu kesimpulannya “manusia bisa
mati”. Putusan ketiga yang merupakan kesimpulan silogisme itu
dihasilkan dari dua putusan lain dan merupakan kesatuan dari keduanya.
Putusan ketiga itu bukan langsung berdasarkan penampakan. Dalam hal
itu, rasio mengusahakan kesatuan hal itu, dan bahkan menurut Kant,
aturan (maksim) logis rasio adalah terus mengusahakan kesatuan yang
lebih besar, makin menuju keadaan akhir yang tidak dikondisikan atau
murni.

Kant menyebutkan adanya tiga tipe kesimpulan silogistis yang


mungkin, yaitu: kesimpulan kategoris, hipotesis dan disjunktif. Ketiganya
berkaitan dengan akal budi yang diterangkan di atas, yaitu: subtansi,
kausalitas, dan komunitas atau reprositas. Ketiga kesimpulan itu juga
berkaitan dengan tiga macam kesatuan tanpa syarat yang merupakan
postulat (dalil) dari rasio. Ketiga macam kesatuan akhir itu menjadi
asumsi: terakhir akhir yang mutlak, maka hanya di postulatkan (tanpa
syarat). Ketiganya disebut “ ide-ide rasio murni”. Ide pertama menjamin
kesatuan akhir dalam pengalaman subjek (kesadaran atau cogito) dalam
hubungannya dengan dirinya sendiri dan disebut (ide jiwa). Ide kedua
menjamin kesatuan akhir dalam hubungan-hubungan kausal dalam
penampakan objek dan disebu “ide dunia”. Ide ketiga menjamin kesatuan
akhir dari segala sesuatu yang dapat di pikirkan entah yang tampak atau
tidak dan disebut “ide Allah”.

Filsafat Kritisisme | 12
Selanjutnya, menurut Kant, ketiga ide rasio murni itu mendasari
tiga cabang pokok metafisika menurut klasifikasi Wolff. Jiwa menjadi
objek penelitian psikologi. Seluruh penampakan objek menjadi objek
penelitian kosmologi. Akhirnya, kenyataan akhir menjadi objek penelitian
teologi. Sekarang yang di singgung di awal bab baru bisa di tanggapi. Kant
mempersoalkan apakah dan bagaimanakah metafisika itu mungkin sebagai
ilmu pengetahuan!

Jawaban atas pertanyaan itu sudah implisit dalam penjelasan di


atas. Ide-ide rasio murni itu tidak langsung berhubungan dengan objek
empiris, maka tidak memberi kita tentang objek. Ketiganya tidak memiliki
fungsi “konstitutuf” (penetapan pengetahuan tentang kenyataan),
melainkan “regulatif” (mengatur putusan-putusan). Karena tidak berfungsi
konstitutif seperti akal budi, ide-ide itu dapat memperluas pengetahuan
kita. Kalu metafisika ingin menjadikan ilmu pengetahuan, dia tentu
memiliki objek-objek yang berhubungan dengan ide-ide transendental.
Tetapi tidak ada objek-objek pengalaman bagi ketiga ide itu. Lalu tidak
ada ilmu pengetahuan tentang ketiganya. Dengan demikian, metafisika
tidak mungkin sebagai ilmu pengetahuan. Meskipun demikian, Kant
berpendapat bahwa metafisika itu mungkin sebagai “disposisi alamiah”.
Alasanya, sudah menjadi kodrat rasio kita untuk menyatukan segala
keputusan kognitif akal budi kita. Rasio berusaha membenarkan bahwa
kecenderungan alamiahnya itu memiliki objeknya, yakni dengan cara
menghasilkan metafisika. Tetapi dengan cara itu, menurut Kant, rasio
sudah menerjang batas-batas pengetahuan manusia. Berdasarkan argumen
yang sama, Kant juga menyimpulkan bahwa ada tidaknya Allah dan
keabadian jiwa mustahil dibuktikan, sebab, pembuktian metafis macam itu
sudah melampaui batas-batas pengetahuan.

5. Kritik Atas Rasio Praktis

Rasio yang di sebutkan di atas di sebut “rasio murni” atau “rasio


teoretis”. Rasio ini menghasilkan ilmu pengetahuan. Dalam Kritik der

Filsafat Kritisisme | 13
Praktischen Vernunft, Kant berusaha menemukan bagaimana pengetahuan
moral itu bisa terjadi. Pengetahuan moral misalnya dalam putusan dalam
putusan “orang harus jujur”, tidak menyangkut kenyataan yang ada.
Melainkan kenyataan yang seharusnya ada. Pengetahuan macam ini
bersifat a priori, sesbab tidak menyangkut tindakan empiris, melainkan
asas-asas tindakan. Dalam bukunya ini, Kant ingin menemukan bagaimana
asas-asas tindakan di hasilkan oleh “rasio praktis” kita. Dengan istilah
terakhir ini, Kan memaksudkan sebagai ‘rasio dalam kegunaan
praktisnya’. Di sini, seperti juga rasio murni, dia mengacu pada rasio
praktis pada dirinya, bukan raio praktis orang tertentu. Tentu saja rasio
pada akhirnya satu saja, tetapi ada dua cara rasio mendekati objeknya.
Sementara rasio murni menetapkan objeknya lewat kognisi, rasio praktis
membuat objek “tindakan” menjadi nyata lewat penentuan kehendak.
Penemuan asas-asas rasio praktis itu juga dibahas dalam buku
Grundlegung zur Metaphysik der Sitten. Dengan berusaha menemukan
asas-asas itu, Kant memisahkan etika dari teologi. Baginya, etika tidak
bergantung pada teologi, melainkan pada objek rasional.14

6. Kritik Atas Daya Pertimbangan

Kritik ketiga dari Kant berbicara tentang peranan perasaan dan


fantasi. Kritik atas daya pertimbangan dimaksudkan sebagai jembatan
antara kedua kritik lain. Maksud kritik Kant yang ketiga ini adalah
mengerti persesuaian kedua lapangan, yaitu keperluan mutlak di bidang
alam dan lapangan kebebasan di bidang tingkah laku manusia. Hal ini juga
berhubungan dengan konsep finalis (tujuan), tujuan dapat bersifat
subjektif. Apabila mengarah kepada diri manusia sendiri, maka terciptalah
pengalaman estetis. Finalis yang bersifat objektif melahirkan keselarasan
satu dengan yang lain dari benda-benda alam. Finalis dalam alam itu
diselidiki dalam bagian kedua, yaitu “kritik atas daya pertimbangan
Teleologis”15
14 [ CITATION Har04 \l 1057 ]
15 [CITATION Ami07 \p 247 \l 1057 ]

Filsafat Kritisisme | 14
Kesimpulan

Kritisisme Immanuel Kant merupakan perpaduan antara dua


pemikiran, yakni, Rasionalisme yang dipelopori oleh Rene Descartes dan
empirisme yang dipelopori oleh David Hume. seolah-olah mempertegas
bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak
membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan melulu
tolak ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata, tapi “tidak-
real”, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran.

tiga karya Immanuel Kant yang sangat penting merupakan kritik


atas rasio murni, kritik atas rasio praktis, kritik atas pertimbangan. Ketiga
karyanya inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran filosof sesudahnya,
yang mau tak mau menggunakan pemikiran kant. Karena pemikiran
kritisisme mengandung patokan-patokan berpikir yang rasional dan
empiris.

Filsafat Kritisisme | 15
Daftar Pustaka
Achmadi, A. (2017). Filsafat Umum. depok: Rajawali Pers.

Amin, M. M. (2007). Titik Tolak Epistemologis Filsafat Alam Semesta Immanuel Kant.
Jurnal Yunani, 247.

Bertens, K. (1975). ringkasan sejarah filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Dahlan, M. (2009). Pemikiran Filsafat Moral Immanuel Kant. Ilmu Ushuluddin, 39-40.

Hakim, A. A., & Saebani, B. A. (2016). Fisafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi.
Bandung: PUSTAKA SETIA Bandung.

Hardiman, F. B. (2004). Filsafat Modern Dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Kant, I. (2005). Kritik Atas Akal Budi Praktis. (Nurhadi, Penerj.) Yogyakarta: PUSTAKA
BELAJAR.

Muthmainnah, L. (2018). Tinjauan Kritis Terhadap Epistemologi Immanuel Kant (1724-


1804). Jurnal Filsafat, 81-82.

Filsafat Kritisisme | 16

Anda mungkin juga menyukai