Anda di halaman 1dari 2

Karakteristik Filsafat

Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir filsafat mempunyai
karakteristik atau ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan cirri-ciri berfikir filsafat dengan
bermacam-macam pula. Tidak lain diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Konsepsional

Perenungan filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagian konsepsional. Konsepsi (rencana) merupakan
hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu.[1]

Filsafat merupakan pemikiran tentang hal-hal serta proses dalam hubungan umum. Diantara proses-proses
yang dibicarakan ini dalam pemikiran itu sendiri.

2. Koheren

Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang koheren yang konsepsional[2].
Secara singkat istilah kohern ialah runtut. Bagan konsepsional yang merupakan hasil perenungan
kefilsafatan haruslah bersifat runtut.

Dalam arti lain koheren bisa juga dikatakan berfikir sistematis, artinya berfikir logis, yang bergerak
selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran. Dengan urutan yang bertanggung jawab dan saling
hubungan yang teratur.[3] Secara singkat, kohern berarti berfilsafat yang berusaha menyusun suatu bagan
secara runtut

3. Memuburu kebenaran

Filsuf adalah pemburu kebenaran, kebenaran yang diburunya adalah kebenaran hakiki tentang seluruh
realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti
memburu kebenaran tentang segala sesuatu.

Kebenaran filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran
menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru ditemukan itu juga terbuka untuk
dipersoalkan kembali demi menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan.

4. Radikal
Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berfikir secara radikal, ia
tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berfikirnya itu akan
senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri
sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar
pengetahuan tentang dirinya sendiri.[5] .
Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal bisa diartikan berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-
tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak setengah-setengah, tidak
berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya.

Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau menjungkirbalikkkan segala sesuatu,
melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk mencapai akar persoalan yang
dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak memperjelas realitas.
5. Rasional

Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bahan konsepsional yang bersifat rasional.[6] Yang
dimaksudkan dengan bagan konsepsionl yang bersifat rasional ialah bagan yang bagian-bagiannya secara
logis berhubungan satu dengan yang lain.

Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis berpikir logis adalah bukan hanya
sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat, melainkan agar sanggup
menarik kesimpulan dan mengambil keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.

Berpikir logis yang menuntut pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang sistematis ialah rangkaian
pemikiran yang berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan secara logis.

Berfikir kritis berarti membakar kemampuan untuk terus menerus mengevaluasi argument-argumen yang
mengklaim diri benar. Seorang yang berpikir kritis tidak akan mudah menggenggam suatu kebenaran
sebelum kebenaran itu dipersoalkan dan benar-benar diuji terlebih dahulu. Berpikir logis, sistematis
kritis adalah ciri utama berfikir rasional

6. Menyeluruh

Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang memadai untuk dunia tempat
kita hidup maupun diri kita sendiri.[7] Suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif, dalam arti tidak
ada sesuatu pun yang berada di luar jangkauannya jika tidak demikian, filsafat akan ditolak serta
dikatakan berat sebelah dan tidak memadai.

Berfikir universal tidak berpikir khusus, terbatas pad bagian-bagian tertentu, namun mencakup secara
keseluruhan. Berpikir filsafat harus dapat menyerap secara keseluruhan apa yang ada pada alam semesta,
tidak terpotong-potong.

Pemikiran yang tidak hanya berdasarkan pada fakta yaitu tidak sampai kesimpulan khusus tetapi sampai
pada kesimpulan yang paling umum[8]. Sampai kepada kesimpulan yang paling umum bagi seluruh umat
manusia di manapun kapanpun dan dalam keadaan apapun.

Anda mungkin juga menyukai