Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SOCRATES
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Ilmu Filsafat

Dosen Pengampu : M. Achwan Baharuddin, M. Hum

Penyusun:

Irsyad Maulana NIM: 2217091

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYYAH DAN ILMU KEGURUAN

IAIN PEKALONGAN

Tahun Ajaran 2017/ 2018


Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Penulis menghaturkan rasa syukur atas segala rahmat, taufik, serta hidayah Nya, sehingga
penulis makalah ini dengan judul “Socrates” bisa penulis selesaikan dengan lancar.

Tentunya dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, terutama Bapak M. Achwan Baharuddin, M. Hum. selaku
dosen pembimbing dalam mata kuliah Filsafat.

Dan juga penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Baik dalam segi bahasa, penyusunan kalimat maupun isi makalah ini.
Oleh karena itu, harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya bisa lebih baik lagi.

Penulis sadari bahwa pada penulisan makalah ini masih banyak kekurangan karena
kekurangan penulis dalam pengetahuan, maka dari itu penulis berharap agar para pembaca
memberikan kritik dan sarannya agar kedepannya penulis bisa memperbaikinya pada
kesempatan yang lain.

Pekalongan, 13 Nov 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................... I

II
Kata Pengantar..................................................................................................................II
Daftar isi...............................................................................................................................III
BAB 1 Pendahuluan:..........................................................................................................IV
A. Latar Belakang..................................................................................................................V
B. Rumusan Masalah............................................................................................................V
C. Tujuan................................................................................................................................. V
D. Manfaat..............................................................................................................................V

E. Metodogi............................................................................. V

BAB 2 Pembahasan:................................................................. 1
1. Socrates............................................................................... 1
2. Filsafat Socrates.................................................................. 2
3. Latar Belakang Munculnya Kaum Sofis........................... 3
BAB 3 Penutup:........................................................................................... 6
Kesimpulan......................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 7

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan
konsep dasar tentang sesuatu yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap
seseorang yang sadar dan berfikir dewasa dalam segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Cara terbaik untuk mendekati filsafat adalah dengan mengajukan beberapa
pertanyaan filosofis: Bagaimana dunia di ciptakan? Adakah kehidupan setelah kematian?.

III
Pada dasarnya, tidak banyak pertanyaan filosofis yang diajukan. Namun sejarawan memberi
kita jawaban yag berbeda untuk setiap pertanyaan. Maka, lebih mudah untuk mengajukan
pertanyaan filosofis daripada menjawabnya.1
Dengan lahirnya filsafat pasti tidak akan lepas dari para tokoh yang mengemukakan
berbagai pemikiran-pemikirannya. Pemikiran-pemikiran itu menjadikan seseorang untuk
menggunakan akal pikirannya untuk berfikir lebih dalam untuk menggali ilmu pengetahuan
yang bermanfaat bahkan digunakan hingga kini. Para Filsuf pertama berkompetensi satu
sama lain dalam menawarkan argumen kompleks yang memperjuangkan landasan
pendekatan lawan mereka.2
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang
telah mapan, mengguncahkan keyakinan agama. Ini menyebabkan kebingungan dan
kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus bangkit. Ia harus meyakinkan
orang Athena bahwa tidak semua kebenaran itu relatif. Sebagian kebenaran memang
relatif, tetapi tidak semuanya. Sayangnya, Socrates tidak meninggalkan tulisan. Ajarannya
kita peroleh dari tulisan murid-muridnya. Untuk lebih jelasnya mengenai Socrates ini akan
dibahas penulis dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Siapa Socrates ?
2. Jelaskan tentang Filsafat Socrates ?
3. Bagaimana latar belakang munculnya sofistik ?

C. Tujuan
1. Memaparkan pengetahuan tentang apa itu filsafat socrates dan kaum sofis
2. mendeskripsikan pemikiran-pemikiran filsafat socrates dan kaum sofis
3. Memahami hal-hal yang berkaitan tentang filsafat socrates dan kaum sofis.

D. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi sekaligus untuk
menambah wawasan bagi yang membacanya dan semoga bisa menjadi bahan rujukan bagi

1 Jostein, Garden. Dunia Sophie, cet 3, (Bandung: Mizan,1997) hlm. 28-29


2 Gerrard, Naddaf. 2016. “Science Before Socrates: Paramides, Anaxagoras, and the New Astronomy”. Mind,
Vol. 125, 2016, Edisi 499, Hlm. 945-952

IV
yang membutuhkan. Dan penulis mengharapkan tulisan ini bisa menjadisuatu pemaparan
yang dapat menjelaskan tentang filsafat Yunani, khususnya filsafat socrates dan kaum sofis.

E. Metodologi
Penulisan ini menggunakan metodologi kualitatif research. Dalam pengumpulan
datadata dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan (Library research),
dengan merujuk kepada artikel , buku-buku, internet, dan berita-berita media yang relevan.

V
BAB 2 PEMBAHASAN

1. Socrates
Socrates menjadi persoalan yang begitu pelik bagi para Sejarawan. Banyak tokoh yang
mengungkapkan sesuatu mengenai Socrates, namun dapat dipastikan hanya sedikit yang
bisa diketahuinya. Perihal Socrates ini kita tidak bisa memastikan apakah mengetahui sedikit
ataupun banyak tentang dia.
Socrates lahir sekitar tahun (469-399 SM) dia adalah seorang filosof Yunani dari
Athena. Dia bukan orang yang tampan dan keadaan hidupnya sedang-sedang saja dan dia
juga banyak menghabiskan waktunya untuk mengajar filsafat kepada anak-anak muda,
tetapi bukan untuk mencari uang seperti kaum sofis. Dia mengajar agar para anak-anak
muda mengetahui pentingnya kebenaran.
Dia tersohor dengan pendapatnya tentang filsafat sebagai suatu usaha pencarian yang
perlu bagi para Intelektual.3 Bapaknya adalah tukang batu dan pengukir di batu, ibunya
katanyana seorang bidan. Awalnya Socrates ingin mengikuti jejak Bapaknya sebagai tukang
patung. Namun, dia merubahnya dari membuat patung menjadi pembentuk watak manusia.
Socrates bergaul dengan semua kalangan manusia baik tua muda, kaya ataupun
miskin. Ia seorang filosof yang mempunyai corak ajaran tersendiri. Menjadikan ia sebagai
tokoh yang terkenal di Athena, sebagimana digambarkan Aristophanes dalam The Clouds.
Ajaranajarannya tak pernah ia tuliskan, melainkan langsung dengan perbuatannya dalam
menjalani kehidupan. Jika diamati secara detail ia malah tidak mengajarkan filosofi,
melainkan hidup untuk berfilosofi. Socrates adalah seorang sarjana Yunani klasik yang
memiliki reputasi mengajar dengan mengajukan pertanyaan namun tidak harus memberikan
jawaban.4
Socrates bangga dilahirkan di Athena. Dia menjalani seluruh hidupnya di kota dan
tidak pernah meninggalkannya kecuali dalam pelayanannya sebagai seorang tentara. Dia
sering kritis berpendapat dan sangatlah kritis terhadap cara dan pemimpin athena namun
tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa kota ini adalah yang terbaik.

Menurut perkataan teman-temannya, Socrates demikian adil, sehingga ia tidak pernah


berlaku zalim. Ia begitu pandai menguasai dirinya, sehingga dia tidak pernah memuaskan

3 Harold H. Titus, Persoalan-Persoalan Filsafat, (P.T Bulan Bintang, Jakarta: 1984), hal. 16
4 John, GF Cleland, dan Christian, Mueller. “What Can We Learn From SOCRATES: More Questions Than
Answer?”. European Heart Journal, Vol. 38, 2017, Edisi 15, Hlm. 1128-1131.

1
hawa nafsu dengan merugikan kepentingan umum. Di dalam komedi “Awan”, Aristophanes
memandang socrates sebagai seorang sofis, dan tentu yang demikian ini tidak begitu aneh
seperti yang dianggap orang kemudian. Namun tetap terdapat perbedaan-perbedaan yang
khas antara Socrates dengan kaum Sofis.5 Dan Socrates merupakan penentang utama ajaran
kaum Sophis tentang manusia sebagai ukuran segala-galanya. Tema manusia tetap menjadi
perhatian Socrates, hanya saja dia tidak menjadikan manusia sebagai ukuran segala-galanya,
sebab kebenaran tidak bersifat relatif tetapi pasti dan tetap. 6

2. Filsafat Socrates

Filsafat Socrates mengarahkan kajian-kajian Filsafat yang semula sangat abstrak dan
jauh dari praktis kehidupan sehari-hari, menjadi lebih praktis dan konkret. Oleh Socrates,
Filsafat diarahkan pada penyelidikan tentang manusia, etika, dan pengalaman hidup
seharihari, baik dalam konteks individu (psikologis), sosial, maupun politik.

Filsafat Socrates banyak membahas masalah-masalah etika. Ia beranggapan bahwa


Yang paling utama dalam kehidupan bukanlah kekayaan atau kehormatan, melainkan
kesehatan jiwa. Persyaratan hidup manusia adalah jiwa yang sehat, jika jiwa sehat maka
tujuan-tujuan hidup yang lain akan bisa diraih.

Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan,


yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah kedua hal tersebut banyak nilai
yangdihasilkan.7 Bagi Socrates manusia adalah inti sari manusia, hakekatnya manusia
sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena itu tujuan hidup yang paling utama
adalah kebahagiaan(eudaimonia). Namun, kebahagiaan yang dimaksud dalam bahasa
Yunani tidak seperti yang terjadi pada zaman sekarang yaitu mencari kesenangan.
Kebahagiaan dalam bahasa Yunani berarti kesempurnaan (Bertens, 1975). Plato dan
Aristoteles setuju dengan pendapat Socrates. Bahwa eudaimonia adalah tujuan kehidupan,
dan jalan atau cara untuk mencapai kebahagiaan adalah arete (kebajikan). Dengan kebajikan
orang bisa hidup bahagia.

Socrates membuktikan adanya kebenaran obyektif itu dengan menggunakan metode


yang bersifat praktis dan dijalani melalui percakapan-percakapan, sehingga metode yang
digunakannya biasanya disebut dengan metode dialog karena dialog mempunyai peranan

5 Bernard, Delfgaauw. Sejarah Ringkas Filsafat Barat, (Jogjakarta: Tiara Wacana, 1992) Hlm. 13
6 Syukur, Abdul. “Era Baru Historiografi Yunani Kuno”. Jurnal Sejarah Lontar. Vol. 7. 2007, No. 2, Hlm. 57
7 Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011) Hlm. 50

2
penting dalam menggali kebenaran yang obyektif. Socrates berpendapat bahwa ajaran dan
kehidupan adalah satu dan tak dapat dipisahkansatu dengan yang lain. Oleh karena itu,
dasar dari segala penelitian dan pembahasan adalah pengujian diri sendiri. Bagi Socrates
pengetahuan yang berharga adalah pengetahuan tentang diri sendiri.

Jadi secara sistematis alur pemikiran Socrates dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Tujuan hidup manusia adalah mencari kebahagiaan (eaudaemonia)

2. Kebahagiaan dapat diperoleh dengan keutamaan (arate)

3. Untuk mengetahui apa dan bagaimana arate kita itu, harus kita ketahui
denganpengetahuan (episteme)

4. jadi keutamaan (arate) adalah pengetahuan (episteme)

Pada saat Socrates dihukum mati karena “merusak pikiran generasi muda”, Athena
merupakan Negara kota (atau polis) yang paling demokratis adalah Yunani, dan Socrates
telah mencapai reputasi sebagai salah satu filsuf terbesar. Sejak saat itu, Socrates menjadi
contoh bagi pemikir yang membela ideal tinggi dan sekaligus menjadi teladan cita-cita itu.

3. Latar Belakang Munculnya Kaum Sofis


Nama “Sofis” (Sophistes) tidak dipergunakan sebelum abad ke-5. Arti yang tertua
adalah “ Seseorang yang bijaksana” atau “seorang yang mempunyai keahlian dalam bidang
tertentu”. Agak cepat kata ini dipakai dalam arti “Sarjana” atau “Cendekiawan”. Herodotos
memakai nama sophistes untuk phytagoras.
Pengarang Yunani yang bernama Androtion (abad ke-4 SM) mempergunakan nama ini
untuk menunjukan” Ketujuh orang bijaksana” dari abad ke-6 dan Socrates. Lysias, Ahli
pidato Yunani yang hidup sekitar permulaan abad ke-4 memakai nama-nama ini untuk Plato.
Tetapi dalam abad ke-4 nama Philosophos menjadi nama yang biasanya dipakai dalam arti
“Sarjana” atau “Cendekiawan”, sedangkan nama Sophistes khusus dipakai untuk guru-guru
yang berkeliling dari kota ke kota dan memainkan peranan penting dalam masyarakat
Yunani sekitar paruh kedua abad ke-5. Di sini kita juga mempergunakan kata “Sofis” dalam
arti terakhir ini.
Sofisme sebenarnya bukan suatu madzhab, melainkan suatu aliran, suatu gerakan
dalam intelek. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor pada zaman itu. 8

8 Harun, Hadiwijoyo, Sari Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Kanisius, 1980) Hlm. 32.

3
Faktor yang menjelaskan munculnya kaum sofistik:
a. Sesudah perang Parsi selesai (tahun 449 SM), Athena berkembang pesat dalam
bidang politik dan ekonomi. Di bawah pimpinan Perikles polis inilah yang menjadi
pusat seluruh dunia Yunani. Sampai saat itu Athena belum mengambil bagian
dalam filsafat dan ilmu pengetahuan yang sedang berkembang sejak abad ke-6.
Tetapi sering kali dalam sejarah dapat disaksikan bahwa negara atau kota yang
mengalami zaman keemasan dalam bidang politik dan ekonomi menjadi pusat
pula dalam bidang intelektual dan kultural. Demikian juga dengan kota Athena.
Kita sudah melihat bahwa Anaxagoras adalah figure pertama yang memilih Athena
sebagai tempat tinggalnya. Para sofis tidak membatasi aktivitasnya pada polis
Athena saja. Mereka adalah guru-guru yang bepergian berkeliling dari satu kota ke
kota lain. Tetapi Athena sebagai pusat kultural yang baru mempunyai daya tarik
khusus untuk kaum Sofis. Protagoras misalnya, yang dari sudut filsafat boleh
dianggap sebagai tokoh yang utama antara para Sofis, sering-sering mengunjungi
Athena.9
b. Kaum Sofis untuk pertama kali dalam sejarah menggelar pendidikan untuk orang
muda. Dari sebab itu paaideia (kata Yunani untuk “pendidikan”) dapat dianggap
suatu penemuan Yunani. Itulah salah satu jasa yang besar sekali, yang
pengaruhnya masih berlangsung terus sampai dalam kebudayaan modern. 10
c. Pergaulan dengan banyak negara asing, orang-orang Yunani mulai menginsyafi
bahwa kebudayaan mereka berlainan dengan negara lain. Mengapa demikian?,
karena mereka selalu cenderung membuang yang kolot dan memihak kepada yang
baru.11

Sofistik mempunyai nilai negatif atas kebudayaan Yunani pada waktu itu. Seperti,
banyaknya nilai tradisional dalam bidang agama dan moralitas agama mulai roboh. Peranan
polis sebagai kesatuan sosial-politik mulai merosot, karena kaum sofis memajukan suatu
orientasi pan-Hellen. Tekanan pada ilmu berpidato dan kemahiran berbahasa menampilkan
bahaya bahwa teknik berpidato akan dilakukan untuk maksud-maksud jahat. Para sofis-sofis
besar seperti Protagoras dan Gorgias tidak menyalagunakan ilmu berpidato untuk

9 K. Bertens, Sejarah, hlm, 83-86. Lihat Victoria Neufeldt, (Editor in Chief), Websters New World College
Dictionary, (USA: Mcmilia, 1996), Hlm. 1297.
10 Ibid.
11 Ibid.

4
maksudmaksud jahat. Mereka akan dihormati karena moralitas yang bermutu tinggi. Hal
yang sama tidak bisa dikatakan pada sofis lain.
Pihak sofistik juga mempunyai pengaruh yang positif atas kebudayaan Yunani.bisa
dikatakan bahwa para sofis telah menciptakan gaya bahasa baru untuk prosa Yunani.
Pandangan hidup kaum sofis juga bergema pada dermawan-dermawan tersohor seperti
Sophokles dan terutama Euripidis. Para sofistik juga mengambil manusia sebagai objek bagi
pemikiran filsafat dan meletakkan fundamen untuk pendidikan sistematis bagi kaum muda.
Jasa mereka yang terbesar adalah mempersiapkan kelahiran filsafat baru. Sokrates, Plato,
dan
Aristoteles akan merealisasikann filsafat baru itu.12
Salah satu pemikiran dari kaum sofis adalah tentang kebenaran, tokoh sofis yang
berpendapat tentang kebenaran yaitu Protagoras dan Gorgias, mereka berpendapat bahwa
manusia merupakan ukuran kebenaran dan ukuran kebenaran itu bersifat relative sesuai
dengan waktu dan perubahan alam atau juga disebut dengan teori relativisme. Dari
pendapat itu Socrates, Plato dan aristoteles; menentang segala teori kebenaran yang
diungkapkan oleh kaum sofis. Menurut mereka terdapat kebenaran objektif yang bersumber
kepada manusia. Mereka berusaha menyeimbangkan antara filsafat dan ilmu pengetahuan
yang nantinya akan berkembang pesat menjadi beberapa objek kajian.
Apakah pemikiran kaum Sofis pemikirannya merujuk ke agama islama?. Iya, mengapa
demikian?
Karena sebenarnya kaum sofis memiliki dua ciri-ciri dan termasuk ciri utama
pemikiran kaum sofis terdahulu, yaitu relativisme islam dan skeptisisme terhadap akidah
dan dan sumber-sumber islam. Konsekuensi ide relativisme ini menghilangkan
dimensikesucian ajaran agama. Maksud dari skeptisisme terhadap akidah dan sumber-
sumber keislaman, yaitu karena liberalisme menganggap objektivitas sebuah kajian akan
diperoleh manakala ada jarak antara seorang peneliti dengan objek yang dikajinya. 13

BAB 3 PENUTUP

12 K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Jogjakarta: kanisius, 1999), hlm. 83-84.


13 Abbas,Mansur,Tammam. ”Pengaruh Orientasi terhadap Liberalisasi Pemikiran Islam”. Universitas Indonesia.
Vol. 14, 2016, No. 1. Hlm. 9-10

5
1. Kesimpulan
Socrates lahir sekitar tahun (469-399 SM) dia adalah seorang filosof Yunani dari
Athena. Dia menghabiskan waktunya untuk mengajar filsafat kepada anak-anak muda,
tetapi bukan untuk mencari uang seperti kaum sofis. Dia mengajar agar para anak-anak
muda mengetahui pentingnya kebenaran.
Filsafat Socrates mengarahkan kajian-kajian Filsafat yang semula sangat abstrak dan
jauh dari praktis kehidupan sehari-hari, menjadi lebih praktis dan konkret. Filsafat Socrates
banyak membahas masalah-masalah etika. Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk
menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan
rohaniah kedua hal tersebut banyak nilai yangdihasilkan. 14secara sistematis alur pemikiran
Socrates dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Tujuan hidup manusia adalah mencari kebahagiaan (eaudaemonia)

2. Kebahagiaan dapat diperoleh dengan keutamaan (arate)

3. Untuk mengetahui apa dan bagaimana arate kita itu, harus kita ketahui
denganpengetahuan (episteme)

4. jadi keutamaan (arate) adalah pengetahuan (episteme)

Faktor yang menjelaskan munculnya kaum sofistik:


a. Kota Athena sebagai pusat kultural yang baru mempunyai daya tarik khusus
untuk kaum sofis
b. Kebutuhan akan akan pendidikan yang dirasakan di seluruh Hellas pada waktu
itu

c. Pergaulan dengan banyak negara asing, orang-orang Yunani mulai


menginsyafi bahwa kebudayaan mereka berlainan dengan negara lain.

DAFTAR PUSTAKA

14 Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011) Hlm. 50

6
Abidin, Zaenal. 2011. Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudarto. 1996. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
H Harold. 1984. Persoalan-Persoalan Filsafat. Jakarta: P.T Bulan Bintang.
Russel, Bertrand. 2007. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Lutz, J. Mark.
1998. Socrates’ Education To Virtue: Learning the Love of the Noble, New York: State
University Of New York.
Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani, Jogjakarta: Kanisius
Lasiyo dan Yuwono. 1986. Permikiran Filsafat Pada Masa PraSokorates, Sokorates, sesudah
Sokorates, Yogyakarta: Liberti.
Naddaf, Gerrard. 2016. Science Before Socrates: Paramides, Anaxagoras, and the New
Astronomy. Mind, Vol. 125, Edisi 499, Hlm. 945-952
Delfgaauw, Bernard. 1992. Sejarah Ringkas Filsafat Barat, Jogjakarta: Tiara Wacana
Gaarder, Jostein. 1997. Dunia Shopie, cet 3, Bandung: Mizan
Cleland, GF John, dan Mueller, Christian. 2017. What Can We Learn From SOCRATES: More
Questions Than Answer?. European Heart Journal, Vol. 38, Edisi 15, Hlm. 1128-1131.
Tammam, Mansur, Abbas. 2016. Pengaruh Orientasi terhadap Liberalisasi Pemikiran Islam,
Universitas Indonesia. Vol. 14. No. 1. Hlm. 9-10
Syukur, Abdul. 2007. Era Baru Historiografi Yunani Kuno, Jurnal Sejarah Lontar. Vol. 7. No. 2, Hlm. 57
Hadiwijoyo, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: Kanisius, Hlm. 32.

7
8

Anda mungkin juga menyukai