Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT YAHUDI

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Pengantar Filsafat

Oleh
Afifah 11190331000016
Esa Pragah Mardanar 11190331000044
Siti Khodijah 11190331000032

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

1
A. PENDAHULUAN
Jauh sebelum manusia menemukan dan menetapkan apa yang sekarang kita
sebut sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana kita mengenal ilmu kedokteran,
fisika, matematika, dan lain sebagainya, umat manusia lebih dulu memikirkan
dengan logika tentang berbagai hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban
mereka itulah yang nanti akan kita sebut sebagai sebuah jawaban filsafat.
B. PENGERTIAN FILSAFAT
Memberikan definisi atau batasan tentang filsafat, bukan perkara mudah,
karena bagaimana mungkin membatasi pengetahuan yang radikal dan tanpa batas
dengan pembatasan-pembatasan yang menutup ruang geraknya. Secara logika,
mendefinisikan berarti membatasi suatu terminologi atau konsep agar dengan
mudah dapat dibedakan dengan konsep lainnya, sebagaimana terjadi perbedaan
definitif antara ilmu dan pengetahuan serta antara ilmu pengetahuan dan filsafat.
Akan tetapi, karena salah satu kerja filsafat adalah memberikan batasan, terpaksa
ia pun harus menerima untuk dibatasi. Semua konsep secara logika diberikan
pengertian-pengertian yang membatasinya, sebagaimana filsafat yang biasanya
memberikan pengertian terhadap konsep di luar dirinya akhirnya wajib membatasi
dirinya sendiri.
Secara etimologis, asal kata menurut bahasa, “filsafat” atau dalam bahasa
Inggris philosophy, berasal dari bahasa Yunani philosophia. Philosophia,
merupakan gabungan dari dua kata, ialah philein yang berarti cinta, merindukanm
atau philos yang berarti mencintai, menghormati, menikmati, dan Sophia atau
sofein yang artinya kehikmatan, kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan atau
kejernihan. Jadi secara etimologis, berfilsafat atau filsafat itu berarti mencintai,
menikmati, merindukan kebijaksanaan atau kebenaran. Hal ini sejalan dengan apa
yang diucapkan ahli filsafat Yunani Kuno, Socrates, bahwa filosof adalah orang
yang mencintai atau mencari kebijaksanaan atau kebenaran.1
1
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat Sistematika dan Sejarah FIlsafat Logika
dan Filsafat Ilmu (Epistemologi) Metafisika dan Filsafat Manusia Aksiologi, (Bandung: PT

2
Secara terminologis, filsafat mempunyai arti bervariasi. Langeveld, dalam
bukunya Pengantar ke Pemikiran Filsafat (1959), menyatakan bahwa filsafat
adalah suatu perbincangan atau argumentasi mengenai atau membicarakan segala
sesuatu hal, sarwa sekalian alam secara sistematis sampai ke akar-akarnya.
Apabila dirumuskan kembali, filsafat adalah suatu wacana, perbincangan, atau
argumentasi yang radikal, bersifat refleksi, sampai ke konsekuensi terakhir,
mengenai segala hal yang dilakukan secara sistematis, dengan maksud
menemukan hakikatnya.
C. FILSAFAT YAHUDI
Apa sebenernya yang dimaksud dengan filsafat Yahudi? Filsafat Yahudi
adalah suatu disiplin akademik. Filsafat Yahudi adalah suatu penemuan (invention)
dari para sejarahwan filsafat abad ke-19. Mereka ingin menyatukan para filsuf
berdarah Yahudi ke dalam satu kerangka untuk bisa dipelajari dan ditanggapi
secara kritis. Sebelum abad ke-19, tidak ada orang yang secara eksplisit
mengajukan tesis atapun pertanyaan terkait dengan filsafat Yahudi. Sebabnya
sederhana yakni karena tidak ada yang disebut dengan filsafat Yahudi.2 Tidak ada
filsuf sebelum abad ke-19 yang mengakui filsafat Yahudi sebagai cabang dari
filsafat. Para filsuf berdarah Yahudi seringkali digolongkan di dalam aliran-aliran
tertentu, namun bukan filsafat Yahudi. Hal ini sebenarnya bisa dimengerti, karena
pada masa pra-modern dan modern, filsafat, teologi, dan ilmu pengetahuan masih
berada di dalam satu kesatuan. Pada masa-masa itu, perbedaan antara ketiganya
seringkali tidak jelas.
Di peradaban Islam yang justru menjadi tempat yang subur bagi
perkembangan pemikiran para filsuf yang berdarah Yahudi, orang-orang seperti
Maimonides ataupun Gersonides atau bahkan Mendelssohn, di zaman modern,
tidak menganggap dirinya sebagai filsuf Yahudi. Sejauh ini mereka menggap diri
Refika Aditama, 2015), hal. 14.
2
Daniel H. Frank dan Oliver Leaman, History of Jewish Philosophy, (London: Taylor &
Fracis e-Library, 2005), hal. 2.

3
mereka sebagai filsuf, mereka menggambarkan diri mereka sebagai penafsiran
tradisi Alkitab dan rabi menurt kategori filosofis universal.3 Dalam arti tertentu
mereka lebih tepat ditempatkan sebagai para filsuf yang memberikan tafsiran yang
kreatif dan rasional atas tradisi Yahudi yang memang telah berkembang ribuan
tahun sebelumnya. Mereka adalah para filsuf yang menggunakan konsep-kosep
filosifis sebagai dasar bagi tafsiran tradisi Yahudi.
Bagi mereka, kitab suci Yahudi adalah suatu traktat filosofis yang bisa
dikembangkan tafsirannya secara rasional dan sistematis. Tetapi kegiatan
penafsiran seperti itu, yakni menafsirkan kitab suci Yahudi secara filosofis, juga
belum dapat dikatakan sebagai filsafat Yahudi.4
Sebagaimana yang telah dicatat, filsafat Yahudi datang sebagai sebuah
respon dari akademis Yahudi terhadap kondisi historis tertentu, yang mengancam
identitas dan keberadaan Yahudi.5
D. TOKOH-TOKOH FILSAFAT YAHUDI
1. Moses Maimonides
Moses Maimonides lahir pada 1135 dan meninggal pada 1024.
Maimonides memiliki ketertarikan khusus terhadap dunia susastra, filsafat,
teologi, dan kedokteran. Ia belajar di Madrasah Yahudiyyah, sebuah madrasah
terkemuka bagi anak-anak Yahudi di bilangan Kordoba. Di sana, diajarkan
teologi, sastra, dan filsafat dengan kualitas baik dan mumpuni. 6 Ia telah menulis
The Mishneh Torah yang berisi tafsirannya tentang hukum Yahudi. Tulisan itu
3
Daniel H. Frank dan Oliver Leaman, History of Jewish Philosophy, (London: Taylor &
Fracis e-Library, 2005), hal. 2.
4
Daniel H. Frank dan Oliver Leaman, History of Jewish Philosophy, (London: Taylor &
Fracis e-Library, 2005), hal. 3.
5
Daniel H. Frank dan Oliver Leaman, History of Jewish Philosophy, (London: Taylor &
Fracis e-Library, 2005), hal. 4.
6
Titin Nurhayati Ma’mun, Ginanjar Syaban dan Hazmirullah, MUSA IBN MAIMUN AL-
QURTHUBI AL-YAHUDI (1130-1204 M): INTELEKTUAL SASTRA YAHUDI-ARAB, (Bandung:
Universitas Padjajaran Bandung, 2018), hal. 13.

4
nantinya akan mengobarkan revolusi di dalam pemahaman masyarakat Yahudi
tentang hukum. Sampai saat ini karya tersebut dipandang sebagai kajian
terbesar tentang pemikiran Yahudi. Di samping itu Maimonides juga menulis
buku berjudul The Guide of the Perplexed. Sampai saat ini buku tersebut masih
mempengaruhi gaya berfikir para filsuf Yahudi.
Rupanya kehebatan Maimonides juga ternyata menjadi titik lemahnya.
Kemampuannya untuk menguasai dua bidang sekaligus, hukum-tradisi Yahudi
dan filsafat, rupanya mengundang banyak kritik dari komunitasnya. Banyak
kelompok pemikir yang menafsirkan ajaran Maimonides seturut dengan
keinginannya sendiri yang juga berbeda secara kontras dengan tafsiran
kelompok lainnya. Maka ada beragam karya filsafat yang berpijak pada filsafat
Maimonides yang memiliki isi berbeda satu sama lain.7
Menurut Kreisel karya Maimonides yang paling menggambarkan
filsafatnya adalah Guide of the Perplexed. Di dalam buku ini, ia menggunakan
argumen rasional untuk mengajak orang hidup sesuai dengan jalan yang ia
tunjukkan, yakni jalan Abraham. Abraham menemukan Tuhan melalui akal
budinya. Kreisel bahkan berpendapat bahwa buku ini menggambarkan
kepribadian Maimonides yang sekaligus sangat mencintai pencarian rasional di
dalam filsafat, dan memiliki iman yang kuat terhadap tradisi Yahudi.
Para filsuf Yahudi sekarang ini masih menjadikan tulisan Guide of the
Perplexed sebagai bahan kajian, terutama tentang konsep Tuhan, kehendak,
kejahatan, kebebasan, determinisme, dan etika.8
Dengan tulisannya Maimonides menegaskan berulang kali, bahwa Tuhan
adalah entitas yang utuh dan tidak memiliki materi (tubuh). Argumen tersebut
dibuktikannya dengan menggunakan jalan filsafat (rasionalitas) sekaligus
7
Daniel H. Frank dan Oliver Leaman, History of Jewish Philosophy, (London: Taylor &
Fracis e-Library, 2005), hal. 196.
8
Daniel H. Frank dan Oliver Leaman, History of Jewish Philosophy, (London: Taylor &
Fracis e-Library, 2005), hal. 219.

5
teologi (dengan menggunakan tradisi Yahudi). Yang cukup pasti adalah ia
sangat dipengaruhi oleh Aristoteles, terutama pemikirannya tentang penyebab
pertama, atau penyebab yang tidak disebabkan. Argumen Aristoteles tersebut
akan dikombinasikan dengan teologi Yahudi dan Islam, guna menjelaskan
keberadaan Tuhan melalui filsafat.9
2. Gersonides
Gersonides adalah seorang filsuf Prancis. Ia juga adalah seorang
matematikus, astrnomer, dan penafsir Talmud dalam tradisi Yahudi. Ia lahir
pada 1288 dan kemudian tinggal di Bagnols-sur-Cèze di Languedoc. Kemudian
ia pindah ke Avignon dan Orange. Menurut Chon-Sherbok, Gersonides, sama
seperti Maimonides, adalah seorang filsuf dan pecinta ilmu pengetahuan.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah tentang astronomi. Ia
mengomentari paradigma astronomi kuno. Ia bahkan bisa mengkalkulasi
dengan ketepatan luar biasa berbagai peristiwa di langit, seperti layaknya
seorang astronom modern yang telah menggunakan peralatan yang canggih. Di
dalam prosesnya ia menggunakan metode Baculus Job untuk menghitung jarak
antara bumi dengan planet-planet lainnya.10
Karya filosofis terbesar dari Gersonides berjudul Wars of the Lord. Ia
menulis buku itu selama 12 tahun, dan selesai pada 1329. Menurut penelitian
Chon-Sherbok, Gersonides setidaknya memiliki enam tujuan utama dari
penulisan buku itu, yakni ingin mengetahui
1) Apakah orang yang belum mencapai kesempurnaan mampu untuk
memasuki kehidupan selanjutnya;

9
Daniel H. Frank dan Oliver Leaman, History of Jewish Philosophy, (London: Taylor &
Fracis e-Library, 2005), hal. 207.

10
Dan Cohn-Sherbok, Fifty Key Jewish Thinkers, (New York: Taylor & Fracis e-Library,
2007), hal. 76.

6
2) Apakah orang mampu mengetahui masa depan melalui mimpi,
penampakan dari Tuhan, atau dari pewahyuan;
3) Apakah Tuhan mengetahui benda-benda yang ada di dunia;
4) Apakah ada campur tangan Tuhan di dalam benda-benda dunia;
5) Bagaimana sang penggerak utama dari berbagai ruang yang ada
(Tuhan) bekerja;
6) Apakah dunia ini abadi atau diciptakan.11
Mengenai Doktrin Tuhan, Gersonides menolak pandangan Aristoteles dan
pengikutnya bahwa Tuhan adalah sebagai penggerak utama dalam alam
semesta ini. Sebaliknya, Gersonides menawarkan bukti keberadaan Tuhan
berdasarkan proses tertib yang terjadi di dunia.
Gersonides juga berpendapat bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa
terpilih. Tuhan mewahyukan dirinya kepada bangsa Yahudi. Dan ini tentu saja
membuat bangsa Yahudi merasa spesial. Banyak juga orang yang terpilih
menjadi Nabi di dalam tradisi Yahudi. Bagi Gersonides para Nabi adalah filsuf
yang mendapat wahyu dari Tuhan, sehingga ia memiliki pengetahuan lebih
tentang alam semesta. Mereka mampu menterjemahkan wahyu dari Tuhan
untuk bisa diterapkan di dalam kehidupan individu ataupun masyarakat. Mereka
adalah suara dan wakil Tuhan untuk berbicara pada umat manusia.12
KESIMPULAN
Bahwa filsafat Yahudi merupakan suatu disiplin akademik yang diciptakan
untuk memelihara atau menjaga tradisi Yahudi. Tema utama pembahasan filsafat
Yahudi sendiri adalah tradisi dan agama Yahudi yang kemudian dijadikan bahan
refleksi filosofis.
DAFTAR PUSTAKA
11
Dan Cohn-Sherbok, Fifty Key Jewish Thinkers, (New York: Taylor & Fracis e-Library,
2007), hal. 77.
12
Dan Cohn-Sherbok, Fifty Key Jewish Thinkers, (New York: Taylor & Fracis e-Library,
2007), hal. 78.

7
 Cohn-Sherbok, Dan. 2007. Fifty Key Jewish Thinkers. New York: Taylor
& Francis e-Library.
 Frank, Daniel H. 2005. History of Jewish Philosophy. London: Taylor &
Francis e-Library.
 Ma’mun, Titin Nurhayati, Ginanjar Syaban dan Hazmirullah. 2018. MUSA
IBN MAIMUN AL-QURTHUBI AL-YAHUDI (1130-1204 M):
INTELEKTUAL SASTRA YAHUDI-ARAB. Bandung: Universitas
Padjajaran Bandung.
 Wiramihardja, Sutardjo A. 2015. Pengantar Filsafat Sistematika dan
Sejarah FIlsafat Logika dan Filsafat Ilmu (Epistemologi) Metafisika
dan Filsafat Manusia Aksiologi. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai