NIM : 191320015
1. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa Tafsir sufi atau tafsir isyari adalah
bid’ah. Sesuatu yang baru dan tidak ada dasarnya dalam agama islam. bagaimana
pendapat anda? Setuju atau tidak? Uraian jawaban harus disertai dalil (al-qur’an dan
hadist) atau referensi otoritatif!
Jawab:
Isyarah secara etimologi berarti penunjukan, memberi isyarat. Sedangkan
tafsir al-isyari adalah menakwilkan (menafsirkan) ayat Alquran al-Karim tidak seperti
zahirnya, tapi berdasarkan isyarat yang samar yang bisa diketahui oleh orang yang
berilmu dan bertakwa, yang pentakwilan itu selaras dengan makna zahir ayat–ayat
Alquran dari beberapa sisi syarhis (yang masyru’). Adapun isyarah menurut istilah
adalah apa yang ditetapkan (sesuatu yang bisa ditetapkan/dipahami, diambil) dari
suatu perkataan hanya dari mengira-ngira tanpa harus meletakkannya dalam
konteksnya (sesuatu yang ditetapkan hanya dari bentuk kalimat tanpa dalam
konteksnya).
Menurut al-Jahizh bahwa ’isyarat dan lafal adalah dua hal yang saling
bergandeng, isyarat banyak menolong lafal (dalam memahminya), dan tafsiran
(terjemahan) lafal yang bagus bila mengindahkan isyratnya, banyak isyarat yang
menggantikan lafal, dan tidak perlu untuk dituliskan. Tafsir isyari ini dibagi kepada
dua cabang, yakni Yang pertama adalah ali-syari al-khafi, yang bisa diketahui oleh
orang yang bertakwa, sholeh dan orang yang berilmu ketika mebaca al-qur’an, maka
mereka ketika membaca suatu ayat akan menemukan beberapa arti. Yang kedua
adalah al-isyari al-jali (isyarat yang jelas), yang terkandung dalam ayat kauniyah
dalam al-qur’an, yang mengisyaratkan dengan jelas berbagai pengetahuan yang baru.
Pada hal seperti inilah akan tampak kemu’jizatan Alquran pada masa kini, zaman ilmu
pengetahuan.
Kebolehan tafsir isyari. Dalil kebolehan tafsir ini dapat diambil dari ayat
berikut:
ا فال يتدبرون القرأن أم على فلويهم أقفالها
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran ataukah hati mereka
terkunci”(QS Muhammad; 24).
Allah mengisyaratkan bahwa bahwa orang-orang kafir tidak memahami
Alquran , maka Allah SWT. menyuruh mereka umtuk merenungi ayat-ayat (tanda-
tanda) Alquran Al-karim, agar mereka mengetahui arti dan tujuannya. Pada ayat diatas
Allah SWT. tidak bermaksud untuk menyatakan bahwa orang-orang kafir tidak
memahami ayat secara lalaf (secara zahir) atau Allah SWT. tidak menyuruh mereka
untuk memahami zahirnya ayat saja, karena orang arab musyrik, tidak diragukan lagi,
memahami ayat Alquran jika hanya secara zahir. Tapi yang Allah SWT. mau utarakan
pada ayat diatas adalah; bahwa mereka tidak memahami maksud Allah SWT. dari
khitab yang ada dalam Alquran (mereka tidak memahami maksud Alquran ), maka
Allah SWT. menyuruh mereka untuk merenungkan ayat Alquran hingga mereka
mengetahui maksud dan tujuan Alquran tersebut. Itulah yang disebut dengan isyarat
yang tidak diketahui dan tidak terpikir oleh orang musyrik tersebut, karena keinkaran
dan kekufuran yang ada dalam hati mereka. Sesungguhnya seorang yang bersengaja
hanya ingin memahami Alquran secara zahir saja, akan sulit baginya untuk
mengetahui isyarat rabbaniyah (isyarat dari tuhan, isyarat ketuhanan) yang terkandung
dalam ayat Alquran Al-karim.
Banyak ulama yang berpendapat bahwa tafsir isyari itu tidak boleh, karena
khawatir membuat kebohongan tentang Allah SWT. dalam menafsirkan wahyunya,
tanpa ilmu ataupun petunjuk dan bukti yang jelas. Sedangkan ulama yang berpendapat
bahwa tafsir ini boleh, menetapkan beberapa syarat yaitu:
a. Hendaknya tafsir isyari itu tidak bertentangan dengan makna zahir dari nazhm
Alquran Al-karim.
b. Tidak boleh dianggap bahwa hasil tafsir isyari itu adalah satu-satunya arti
tanpa mengabaikan zahirnya ayat tersebut, atau mengabaikan hasil penafsiran
metode lain.
c. Tidak bertentangan dengan syari’at atau dengan akal
d. Harus punya bukti atau dalil syar’i yang menguatkannya.
Kaum sufi berpendapat bahwa ilmu isyarah adalah ilmu tentang rahasia-
rahasia dalam Alquran dengan jalan mengamalkannya, mereka menamakannya,
mazhab ahlu sufwah dalam menyimpulkan dengan benar apa yang dapat difahami dari
Alquran.Allah SWT. berfirman:
3. Sebutkan dan jelaskan tafsir isyari dari surat al-qur’an dalam makalah masing-masing,
minimal merujuk 5 tafsir sufi!
Jawab: Tafsir Isyari Surat Al-Lahab
a. Tafsir Ibnu Arabi
ب َّوت ۗ ََّب
ٍ تَبَّتْ يَدَآ اَبِ ْي لَ َه- (Binasalah kedua tangan Abū Lahab. Dan sesungguhnya
dia akan binasa-ayat 1). "binasalah kedua tangan yang menjadi penyebab amal-
amal buruk Abū Lahab, yang karenanya ia berhak mendapatkan neraka Jahannam
yang selalu memuntahkan api kebinasaan; dan binasa pulalah dzat diri Abū Lahab
yang busuk, karena dzatnya pun patut binasa, disebabkan oleh kesiapannya.
Maksud dari ( •) اس••تعداد, pantaslah neraka menimpa dzat dirinya dan sifatnya
sekaligus. Itulah neraka di atas neraka ( ) نارا على النارKarena itu, dalam ayat ini
Allah menyebut Abū Lahab dengan julukannya yang menunjukkan pada
keniscayaannya untuk ditimpa api nereka (Lahab artinya api yang menyala-nyala)
َ ( َمآ اَ ْغ ٰنى َع ْنهُ َمالُ ٗه َو َما َكTidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa
س ۗ َب
yang ia usahakan – ayat 2). Jelasnya, tidaklah bermanfaat baginya ( ) اب••و لهب
“modal hartanya” berupa kesiapan-fitrah, dan tidak pula bermanfaat baginya apa
yang dia usahakan karena tidak ketidaksesuaian kepercayaannya dengan fitrah itu.
Keduanya itulah yang saling menambah penyiksaan Abū Lahab dan tidak sedikit
pun salah satunya yang bermanfaat.
ٍ ص ٰلى نَا ًرا َذاتَ لَ َه
ب ْ َسي
َ (Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak – ayat
3). Dia akan masuk api yang besar karena keterhijabannya oleh syirik. () ذات لهب
Api yang besar, menyala-nyala, dan terus berkobar karena kebusukan amal dan
bentuk-bentuk sifat Abū Lahab. Maka masuklah ia ke dalam neraka itu karena
i‘tiqadnya yang rusak dan amalnya yang buruk. Dan masuk pula istrinya (wam-
ِ ۚ َةَ ا ْل َحط5َه َۗح َّمال5ٗ 5َُّوا ْم َراَت
ra’atuhu – ayat 4) yang menemaninya di dalam neraka itu. ب
(pembawa kayu bakar – ayat 4). Yakni, istrinya itu memikul beban-beban dosa
dan bentuk-bentuk amalnya yang buruk, yang tak lain adalah kayu bakar api
neraka. س ٍد
َ ( فِ ْي ِج ْي ِدهَا َح ْب ٌل ِّمنْ َّمyang di lehernya ada tali dari sabut – ayat 5). Tali kuat
yang dibuat dari serabut. Tegasnya tali yang terjalin kuat dari rantai api karena
kecintaannya terdahap sifat-sifat yang rendah dan keji, sehingga bentuk-bentuk
sifat dan dosanya itu diikat erat-erat oleh tali rantai nereka itu, diikat erat sampai
lehernya sebagai siksaan baginya sesuai dengan tingkat kesalahannya. Wallāhu
a’lam.
b. Arais Albayan
َّب َّوت َۗب ْ ( ۗ تَبBinasalah kedua tangan Abū Lahab. Dan sesungguhnya
ٍ ََّت يَدَآ اَبِ ْي لَه
dia akan binasa – ayat 1). Allah mengecam keras, mengutuk orang orang yang
memutus tali kenabian sebab ulah tanganya , serta tidak mengimani risalah dan
kemulyaannya Dengan kerugian di akhirat kelak. Maksudnya, allah memutus
tangan nya sehingga tidak bisa bersalaman dengan kekasih allah yaitu nabi
muhammaad saw dan kembali mengikuti tali kenabian. Kerugian tersebut
merupakan bagian dari penelantaran allah kepadanya. Ketika seseorang terhijabi
dengan hidayah maka tidak memberikan manfaat segala perbuatan dan amal2nya.
َ ۗ ( َمآ اَ ْغ ٰنى َع ْنهُ َمالُهٗ َو َما َك َسTidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa
ب
yang ia usahakan – ayat 2). Abu bakar bin thohir berkata : orang-orang yang
merendahkan kedudukanmu ( nabi) tidak seperti yang telah allah berikan maka
akan dicampakkan kerugian dan kesesetan yang nyata. Ibnu atto berkata
mengenai ayat "Mā aghnā ‘anhu māluhu wa mā kasab" Allah memberitahu bahwa
seseorang tidak bisa sampai kepada allah kecuali dengan sebab allah dan
pertolongannya. Maka tidak berfaedah kepada abu lahab harta benda nya begitu
pula sandang panganya. Sekiranya dia menghalangi hal hal baik yang telah
disebutkan tadi.
c. Tafsir aljilani
Pembuka Surah al-Lahab. Orang yang ditunjukkan kekayaan Dzat Ilahi dan
ditampakkan kepadanya bahwa dunia – dengan segala isinya – tidak lain hanyalah
fatamorgana palsu dan bayang-bayang dusta yang tidak akan langgeng bagi
penikmatnya dan tidak akan abadi bagi pemukimnya; pasti mengetahui bahwa
tertipu oleh dunia, reruntuhannya, kenikmatannya yang fana’, dan kebatilan yang
palsu; pasti akan mengakibatkan seseorang melalaikan Allah s.w.t. dan kelezatan
akhirat yang disiapkan di sisi-Nya bagi orang-orang yang mendapatkan
pertolongan-Nya; sebagaimana yang diberitakan Allah s.w.t. dalam surah ini
tentang sebagian orang yang melampaui batas dan terhalang dari-Nya serta
berpaling dari tuntutan ketuhanan-Nya akibat ia mengalami ketertipuan yang
begitu besar oleh harta, pangkat, kekayaan, dan kekuasaan di tengah-tengah
manusia. Setelah memberikan keberkahan, Allah s.w.t. berfirman: ( ِ)بِ ْس••• ِم هللا
[Dengan menyebut nama Allah] yang Maha Kaya dengan Dzat-Nya dibandingkan
dengan semua makhluk dan ciptaan-Nya, ([ )الرَّحْ م ِنYang Maha Pemurah] kepada
mereka dengan menambahkan wujud, ([ )ال • َّر ِحي ِْمlagi Maha Penyayang] kepada
mereka dengan mengantarkan mereka ke martabat kasyf (penyingkapan) dan
syuhud (penyaksian) pada hari yang dijanjikan, seandainya mereka benar-benar
ikhlas dalam ketaatan dan dalam menghadap Sang Pencipta Yang Maha Pengasih
Ayat 1.
maksudnya; sia-sia dan merugilah kedua ]Binasalah kedua tangan Abu Lahab [
tangan Abu Lahab, dan ini adalah kalimat kiasan. Semua ini menimpa Abu Lahab
tidak lain karena besarnya arogansi dan kesombongannya. Ia akan mengalami
kehancuran dalam api neraka yang mengerikan, seperti halnya ia mengalami
kegagalan abadi dan kerugian total pada saat ia menimpakan berbagai macam
keburukan pada Rasulullah s.a.w. dan melawan beliau dengan cara-cara yang
tidak layak dengan status beliau, dengan mengandalkan harta, pangkat, kekayaan,
dan kekuasaan yang dimilikinya. Kesombongan Abu Lahab ini terekam saat
turunnya ayat
Pada saat itu, Nabi s.a.w. naik ke bukit Shafa, lalu berseru: “Wahai Bani
Fihr, wahai Bani ‘Adiy”, dan juga kepada kelompok suku Quraisy lainnya sampai
mereka semua berkumpul. Kemudian beliau mengajukan pertanyaan: “Apa
pendapat kalian seandainya aku beritahu kalau ada seekor kuda yang berada di
lembah itu, akan berjalan menuju kalian. Apakah kalian mempercayaiku?” Mereka
menjawab: “Ya, tidak ada yang dapat kami lakukan selain hanya mempercayaimu.”
Beliau berkata lagi: “Saya peringatkan kalian kalau di kedua tanganku ini ada
siksaan yang amat pedih.” Dengan nada merendahkan, Abu Lahab berkata: “Sialan
kamu Muhammad, apakah hanya untuk ini kamu mengumpulkan kami di sini?”
Maka turunlah ayat: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia
akan binasa.” (al-Lahab [111]: 1) karena tindakannya yang mendekat Nabi s.a.w.
dan berniat meremehkan serta mencemoohnya. (721) ( َّ[ ) َو تَبDan sesungguhnya ia
akan binasa] dan mati dengan cara yang telah disampaikan Allah s.w.t. tentang
kebinasaannya, di mana:
Ayat 2.
َ ۗ َمآ اَ ْغ ٰنى َع ْنهُ َمالُهٗ َو َما َك َس
ب
Ayat 3.
Ayat 4.
(ُ[ ) َوا ْم َرأَتُهDan (begitu pula) istrinya] yang suka mengadu domba antar manusia,
dan menyalakan api fitnah dan permusuhan di antara mereka. ia menjadi ( ََح َّمالَة
ب
ِ ط ْ [pembawa kayu bakar] yang menjadi bahan bakar api neraka Jahannam.
َ )ال َح
Ia mengumpulkan kayu bakar dari pohon berduri dan pohon zaqqum (sejenis
pohon untuk makanan penghuni neraka) untuk bahan bakar neraka Jahannam.
Jika lafal (َ ) َح َّمالَةdibaca rafa‘, yakni menjadi (ُ)ح َّمالَة,
َ maka sifat adu dombanya
diilustrasikan atau disamakan dengan tindkan menyalakan api fitnah, dan api itu
akan terus mengiringinya
Ayat 5.
Wahai orang-orang yang bisa mengambil pelajaran, semoga Allah s.w.t. menjagamu
dari kebinasaan, kerugian, dan kerusakan di dunia dan di akhirat; kamu harus dapat
merenungkan berbagai kisah, hukum, ibrah, dan perumpamaan yang digambarkan al-Qur’an.
Lalu mengambil bagianmu yang menguntungkan, sejauh yang dimudahkan Allah s.w.t.
bagimu dan dititipkan-Nya dalam usaha dan kekuatanmu.
Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam al-Qur’an diturunkan sebagai
petunjuk dan penyempurna. Maka dari isyarat-isyarat yang terkandung dalam surah ini, kamu
bisa mengambil pelajaran tentang tatacara pergaulan yang baik dan etika bersahabat. Kamu
juga harus menganggap remeh perhiasan dunia dan kenikmatan semu yang dihasilkan
darinya, yang berasal dari pemikiran menyimpang yang tanpa dasar dan sandaran pasti.