DISUSUN OLEH :
R BUANA PUTRA
NIM. 1509113206
Fakultas Hukum
Universitas Riau
Pekanbaru
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu
alaikum
warahmatullahi
wabarakatuh dan
salam
sejahtera untuk kita semua, semoga apa yang kita lakukan pada
kesempatan kali ini bernilai ibadah disisi Allah swt. Salawat dan salam
kita kirimkan atas junjungan Nabi Muhammad saw yang telah
membawa perubahan dari dunia kegelapan menjadi dunia yang
terang bercahaya.
Makalah dengan judul Sejarah Penulisan Al-Quran Hadis Atau
Sunah
yang ada dihadapan peserta seminar ini disusun berdasarkan
petunjuk dalam mata Kuliah dengan mengkaji berbagai jenis literatur
yang terkait dengan pengkajian Islam, termasuk kajian khusus
mengenai Ulumul Quran. Makalah ini mengurai sejarah pengumpulan
hingga pembukuan Al-Quran Hadis atau Sunah menjadi sebuah
mushaf resmi yang berlaku universal.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua, terutama
kepada pemakalah. Namun pemakalah menyadari bahwa karya ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan, olehnya itu, jika terdapat halhal yang dianggap kurang atau keliru dalam hal penulisan ataupun
penyampaian lisan, maka penyusun makalah tidak menutup diri
untuk menerima saran ataupun kritik yang sifatnya membangun
untuk perbaikan tugas-tugas selanjutnya.
Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pekanbaru,
Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................1
C. Tujuan...........................................................................1
BAB II ......................................................: PEMBAHASAN
A. Pembukuan Al-Quran......................................................2
B. Nama Nama Lain AlQuran................................................3
C. Struktur dan Pembagian Al Quran....................................3
D. Sejarah Al Quran Hingga Berbentuk Mushaf......................4
E. Pembukuan Hadi.............................................................9
F.
Masa pembukuan hadis pada masa Umar bin Abdul Aziz ..13
J.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada permulaan islam, kebanyakan orang bangsa islam
adalah bangsa yang buta huruf,sangat sedikit di antara mereka
yang tau menulis dan membaca.mereka belum mengenal kertas
seperti kertas yang ada sekarang. Perkataan al warakyang di
gunakan dalam mengatakan kertas pada masa itu hanyalah pada
daun kayu saja.kata Alqirthasdi gunakan oleh mereka hanya
berunjuk
kepada
benda-benda(bahan-bahan)yang
mereka
pergunakan untuk di tulis seperti kulit binatang, batu yang tipis
dan licin, pelepa tamar/kurma, tulang binatang, dan sebaganya.
Setelah mereka menaklukan negri persia,yaitu sesudah wafatnya
Nabi muhammad SAW barulah mereka mengenal kertas. Rang
persia menamakan kertas itu sebagai kaqhid.maka digunakan
kata itu kertas oleh bangsa arab islam semenjak itu.
Sebelum nabi muhammad atau sesama zaman nabi
muhammad kata kaqhiditu tidak ada digunakan didalam
bahasa arab, ataupun dalam hadis-hadis nabi. Kitab atau buku
tentang apapun juga belum ada pada mereka. Kata-kata kitab
di masa ini hanya bermaksud dalam bentuk seperti sepotong
kulit, batu atau tulang.
Walaupun kebanyakan bangsa arab islam pada masa itu
masih buta huruf, namun mereka mempunyai ingatan yang
sangat kuat. Pegangan mereka dalam memelihara dan
meriwayatkan syair-ayair dari pujangga-pujangga dan penyairpenyair mereka,ansab mereka, peperangan-peperangan yang
terjadi di antara mereka, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
masyarakat dan kehidupan mereka tiap hari dan sebagainya
adalah kepada hafalan semata-mata. Maka Nabi Muhammad
menjalankan suatu cara yang amali(raktis) yang selaras dengan
keadaan itu dalam menyiarkan Al Quran dan memeliharanya.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa Hadis-Hadis yang di berikan nabi tidak bisa ditulis?
2. Masa
pengumpulan
al-quran
terbagi
atas
dua
periode,sebutkan?
3. penulisan al-quran dalam satu mushaf terbagi atas tiga fase
yaitu?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembukuan Al-Quran
Al-Qurn (Arab: ) adalah kitab suci agama Islam.
Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan
penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan
bagian dari rukun iman, yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, melalui perantaraan
Malaikat Jibril.
Dan sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah
SAW adalah sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-'Alaq
ayat 1-5.
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Quran berasal dari bahasa
Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulangulang".
Kata Al-Quran adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata
kerja qara'a yang artinya membaca.
Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah
satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah AlQiyamah yang artinya:
Sesungguhnya mengumpulkan Al-Quran (di dalam dadamu)
dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah
tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya,
hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya
2
bahasa
Indonesia
di
antaranya
(bahasa
Jawa),
oleh
Kemajuan
Islam
Pendapat pertama
10
Pendapat kedua
12.
11
hubungan
Al-Qur'an
dengan
kitab-kitab
tersebut:
Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam
terhadap eksistensi kitab-kitab tersebut. QS(2:4)
Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu
ujian (verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan
perselisihan pendapat antara ummat-ummat rasul yang
berbeda. QS(16:63-64) Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah.
Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum
dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian
mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada
beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat
pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen.
E. Pembukuan Hadis
Hampir semua orang Islam sepakat akan pentingnya
peranan hadis dalam berbagai disiplin keilmuan Islam seperti
tafsir, fiqh, teologi, akhlaq dan lain sebagainya. Sebab secara
struktural hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua
setelah al-Quran, dan secara fungsional hadis dapat berfungsi
sebagai penjelas (baya>n) terhadap ayat-ayat yang mujmal atau
global. Hal itu dikuatkan dengan berbagai pernyataan yang
gamblang dalam al-Quran itu sendiri yang menunjukkan
pentingnya merujuk kepada hadis Nabi, misalnya Q.S> al-Ahzab
[33]: 21, 36, al-Hasyr [59]: 7.
Akan tetapi ternyata secara historis, perjalanan hadis tidak
sama dengan perjalanan al-Quran. Jika al-Quran sejak awalnya
sudah diadakan pencatatan secara resmi oleh para pencatat
wahyu atas petunjuk dari Nabi, dan tidak ada tenggang waktu
antara turunnya wahyu dengan penulisannya, maka tidak
demikian halnya dengan hadis Nabi. Jika, al-Quran secara
normatif telah ada garansi dari Allah, dan tidak ada keraguan
akan otentisitasnya, maka tidak demikian halnya dengan Hadis
Nabi, yang mendapatkan perlakuan berbeda dari al-Quran.
Bahkan dalam kitab kitab hadis, terdapat adanya pelarangan
12
13
14
Dari data historis ini dapat dilihat bahwa pada awal Islam
memang kemampuan baca tulis umat Islam masih rendah. Oleh
karenanya hal ini juga menjadi fokus perjuangan Nabi SAW
untuk mencerdaskan kehidupan umatnya. Dan berkat upayaupaya yang dirintis oleh beliau, pada periode-periode berikutnya
umat Islam memperoleh kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini
tentu saja sedikit banyak juga mempunyai implikasi terhadap
perjalanan transformasi hadis pada masa itu, yaitu bagaimana
mereka melestarikan ajaran-ajaran Nabi SAW yang notabenya
merupakan tafsir praktis terhadap al-Quran, melalui seluruh
aspek kehidupannya.
Di samping itu, Rasul Jafariyan dalam penelitiannya
menemukan bahwa tradisi penulisan hadis di kalangan Syiah
mendahului fatwa tentang penulisan hadis yang diberikan oleh
para Imam belakangan kepada para sahabat mereka. Penulisan
hadis merupakan tradisi yang telah dimulai pada masa Nabi dan
dikokohkan oleh Ali. Misalnya, Muhammad Ibn Muslim, seorang
sahabat Imam al-Baqir, berkata: Abu Jafar membacakan kepada
saya Kitab al-Faraid} yang didektekan oleh Nabi, dan ditulis
oleh Ali ra.
Namun demikian, hal ini tidak berarti hadis Nabi telah
terhimpun secara keseluruhan dalam catatan para sahabat
tersebut. Karena hadis tidak dilakukan pencatatan (secara resmi)
sebagaimana al-Quran, sehingga sahabat sebagai individu tidak
mungkin mampu menjadi wakil dalam merekam seluruh aspek
kehidupan Nabi SAW. Dengan kata lain, oleh karena hadis itu
meliputi segala ucapan, tindakan, pembiaran (taqrir), keadaan,
kebiasaan dan hal ihwal Nabi Muhammad. maka yang demikian
ini tidak selalu terjadi di hadapan orang banyak.
Dari keterangan di atas tampak bahwa tradisi penulisan
hadis sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi saw. Namun ada
kemungkinan bahwa sebagian hadis yang belum tercatat saat
itu, dan baru dicatat masa sesudahnya lewat hafalan-hafalan
penghafal hadis. Bahkan ada kemungkinan juga ada aspek-aspek
kehidupan Nabi yang tidak bisa direkam sampai saat ini. Dengan
demikian fase ini merupakan fase dimana penulisan hadis belum
menjadi praktek yang merata.
15
16
kota-kota lain. Pada masa Abu Bakar dan Umar, hadis belum
meluas kepada masyarakat. Karena para sahabat lebih
mengutamakan mengembangkan A1 Quran.
Ada dua cara meriwayatkan hadis pada masa sahabat:
1. Dengan lafal aslinya, sesuai dengan yang dilafalkan oleh
Nabi Muhammad SAW.
2. Dengan maknanya, bukan lafalnya karena mereka tidak
hafal lafalnya.
Cara yang kedua ini rnenimbulkan bermacam-macam lafal
(matan), tetapi maksud dan isinya tetap sama. Hal ini mmbuka
kesempatan kepada sahabat-sahabat yang dekat dengan
Rasulullah SAW untuk mengembangkan hadis, walaupun mereka
tersebar ke kota-kota lain.
18
19
20
22
23
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Walaupun diakui hafalan merupakan salah satu tradisi yang
dijunjung tinggi dalam pemeliharaan dan pengembangan
pengetahuan, dan konon orang-orang Arab terkenal mempunyai
kekuatan hafalan yang tinggi, bahkan para penghafal masih
banyak yang beranggapan bahwa penulisan hadis tidak
diperkenankan, namun ternyata tradisi penulisan hadis sudah
dilakukan sejak zaman Nabi.
Tradisi tulis hadis memang sudah ada sejak masa Nabi, tapi
bukan berarti semua hadis Nabi sudah dibukukan sejak zaman
Nabi tersebut. Hal ini bisa kita lihat dari tidak dibukukannya hadis
25
secara resmi saat itu, sedang sahabat yang menulis hadis itu
lebih didorong oleh keinginan dirinya sendiri.
Nabi SAW hidup di tengah-tengah masyarakat dan
sahabatnya. Mereka selalu bertemu dan berinteraksi dengan
beliau secara bebas. Menurut T.M.Hasbi Ash Shiddieqy, bahwa
tidak ada ketentuan protokol yang menghalangi mereka bergaul
dengan beliau. Yang tidak dibenarkan, hanyalah mereka
langsung masuk ke rumah Nabi, di kala beliau tak ada di rumah,
dan berbicara dengan para istri Nabi, tanpa hijab. Nabi bergaul
dengan mereka di rumah, di mesjid, di pasar, di jalan, di dalam
safar dan di dalam hadlar.
Seluruh perbuatan Nabi, demikian juga ucapan dan tutur
kata Nabi menjadi tumpuan perhatian para sahabat. Segala
gerak-gerik Nabi menjadi contoh dan pedoman hidup mereka.
B. Saran
Tentunya penulis dalam hal ini menyarankan kepada
pembanya agar supaya mempelajari dan menelaah makalah ini
Sebagai referensi dalam belajar .Sebagai penulis makalah ini
tentunya dalam penulisan masih banyak kesalahan dalam
penulisan dan lain sebagaai penulis saya menyarankan kepada
para pembaca agar memberikan kritik dan dan saran untuk
terbentuknya makalah yang lebih baik .
26
DAFTAR PUSTAKA
Ensiklopedia
27