Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

SUMBER SUMBER ISLAM

DISUSUN OLEH :
R BUANA PUTRA
NIM. 1509113206

Fakultas Hukum
Universitas Riau
Pekanbaru
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
Sumber Sumber Islam. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan oleh Dosen saya di Universitas Riau.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Pekanbaru,

Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2
A.
B.
C.
D.
E.

Sumber-Sumber Agama Islam ................................................................3


Mengenal Buku Hadist............................................................................4
Tafsir Dan Biografi Penulis.....................................................................4
Metode Mufassir.....................................................................................9
Metode Muhaddits...................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

A. SUMBER-SUMBER AGAMA ISLAM


Sumber Islam Itu Adalah: Al Quran, Hadits, Qiyas, Dan Ijma.
1. AL QURAN
Allah Swt. memilih beberapa nama bagi wahyu-Nya, yang berbeda
sekali dari bahasa yang biasa digunakan masyarakat arab untuk
penamaan sesuatu. Nama-nama itu mengandung makna yang berbias dan
memiliki akar kata. Diantara beberapa nama itu yang paling terkenal
ialah al Kitab dan al Quran.
Wahyu dinamakan al Kitab yang menunjukkan pengertian bahwa
wahyu itu dirangkum dalam bentuk tulisan yang merupakan kumpulan
huruf-huruf dan menggambarkan ucapan (lafadz) adapun penamaan
wahyu itu dengan al Quran memberikan pengertian bahwa wahyu itu
tersimpan didalam dada manusia mengingat nama al Quran sendiri
berasal dari kata qiraah (bacaan) dan didalam qiraah terkandung
makna : agar selalu diingat,. Wahyu yang diturunkan dalam bahasa Arab
yang jelas itu telah ditulis dengan sangat hati-hati agar terpelihara secara
ketat, serta untuk mencegah kemungkinan terjadinya manipulasi oleh
orang-orang yang hendak menyalah artikan atau usaha mereka yang
hendak mengubahnya. Tidak seperti kitabkitab suci lain dimana wahyu
hanya terhimpun dalam bentuk tulisan saja atau hanya dalam hafalan
saja, tetapi penulisan wahyu yang satu ini didasarkan pada isnad yang
mutawatir (sumber-sumber yang tidak diragukan kebenarannya) dan
isnad yang mutawatir itu mencatatnya dengan jujur dan cermat.
2. HADITS
Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan
persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan
ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum
dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal
ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah AlQur'an.
Ada banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikan
referensi hadits-haditsnya ada tujuh ulama, yakni Imam Bukhari, Imam
Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa'i,
dan Imam Ibnu Majah.
3. QIYAS
Pengertian Qiyas menurut etimologis (bahasa arab) berarti menyamakan,
membandingkan atau mengukur. Misalnya: menyamakan si A dengan si
B, karena kedua orang itu mempunyai tinggi yang sama, bentuk tubuh
yang sama, wajah yang sama dan sebagainya. Demikian pula
membandingkan sesuatu dengan yang lain dengan mencari persamaanpersamaannya.Pengertian Qiyas menurut para ulama ushul fiqh ialah
3

4.

menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar
nashnya dengan cara membandingkannya kepada suatu kejadian atau
peristiwa yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash
karena ada persamaan illat antara kedua kejadian atau peristiwa itu.
IJMA
Ijma menurut para ahli ushul fiqh adalah kesepakatan para mujtahid di
kalangan ummat islam pada suatu masa setelah Rasulullah saw. Wafat
atas hokum syara mengenai suatu kajadian, Apabila terjadi suatu
kejadian yang dihadapkan kepada semua mujtahid dari ummat islam pada
waktu kejadian itu terjadi.dan mereka sepakat atas hukum mengenainya,
maka kesepakatan mereka itu disebut ijma. Kesepakatan mereka atas
satu hukum mengenainya dianggap sebagai dalil, bahwasanya hokum
tersebut merupakan hokum syara mengenai kejadian itu. Dalam defenisi
itu hanyalah disebutkan sesudah wafat Rasulullah saw., karena pada masa
hidup Rasulullah, beliau merupakan rujukan pembentukan hukum islam
satu-satunya, sehingga tidak terbayangkan adanya perbedaan dalam
hokum syari, dan tidak pula terbanyangkan adanya kesepakatan, karena
kesepakatan tidak akan terwujud kecuali dari beberapa orang.

B. BUKU HADITS sangatlah pnting untuk di pelajari, sebab dengan ilmu


tersebut kita bisa mengetahui keadaan suatu hadits. Al-Qur;an lebih butuh
kepada Sunnah dari pada Sunnah kepada Al-Qur'an, dan Sunnah yang
shahih tidak dapat di ketahui kecuali dengan mengetahui hadits-hadits
Radulullah Shalallahu 'alaihi wa Salam. Dengan demikian ilmu Musthalah
Hadits berperang sangat penting.

C. TAFSIR DAN BIOGRAFI PENULIS

1. Tafsir Al Jalalain
Tafsir Al Jalalain adalah tafsir ringkas yang ditulis oleh dua orang Al
hafidz/Al hafidzaan, yaitu Al Hafidz Al Mahali dan Al Hafidz As
Suyuthi. Mereka berdua digelari dengan Jalaluddin, oleh karena itu
dinamakan Al Jalalain, yaitu tafsir dari Jalaluddin Al Mahali dan
Jalaluddin As Suyuthi. Kemudian karena Jalaluddin Al Mahali
4

meninggal dunia sebelum menyelesaikan tafsirnya tersebut maka


diselesaikan oleh As Suyuthi.
Biografi Jalaluddin al-Mahally Nama aslinya ialah Muhammad ibnu
Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ibrahim al-Mahalli Asy-Syafi'i, dilahirkan
di Mesir pada tahun 791 Hijriyah, dan wafat pada permulaan 864
Hijriyyah. Beliau adalah seorang yang sungguh-sungguh menekuni
berbagai ilmu agama, antar lain fiqih, tauhid, uslu fiqh, nahwu, sharaf
dan mantiq. Ia berguru kepada al-Badr Mahmud al-Aqsara'i, al-Burhan
aal-Bajuri, Asy-Syams al-Basati, Al-A'la al-Bukhari dan lain-lainnya. Di
masanya ia merupakan seorang 'alamah terkemuka, terkenal pandai
dalam pemahaman masalah-masalah agama, sehingga sebagian orang
menyebutnya seorang yang memiliki pemahaman yang brillian melebihi
kecemerlangan berlian. Tetapi ia sendiri mengatakan bahwa dirinya
tidak mampu banyak menghafal, dan sesungguhnya pemahaman yang
dimilikinya tidak mau menerima kekeliruan. Ia jug terkenal seorang
ulama yang saleh dan wara', konsisten kepada pemahaman salaf, dan
tidak pernah berhenti dari kegiatan ber-amar ma'ruf nahi munkar,
meskipun mendapat cacian orang dalam membela perkara yang haq.
Dalam menghadapi para pembedar dan penguasa yang dzalim, dia selalu
berpegang teguh kepada kebenaran. Mereka sering datang
mengunjunginya, tetapi ia tidak terpengaruh oleh mereka, bahkan
mereka tidak diperkenankan masuk menemuinya. Pernah ditawarkan
kepadanya jabatan qadi terbesar di negerinya, tetapi ia tidak mau
menerimanya. Dia lebih suka memegang majelis tadris fiqih di alMuayyidiyah dan al-Darquqiyyah.Kitab yang ditulisnya menjadi pusat
perhatian banyak orang dan dijadikannya sebagai pengangan mereka
dalam belajar. Kelebihannya ialah gaya bahasanya sangat ringkas, datadatanya lengkap dan terseleksi, ungkapannya fasih, uraiannya dan
penyelesaiannya sangat jelas. Diantara karya tulisnya ialah Syarah
Jam'ul Jawami' fil Usul, Syarah al-Minjah (Tentang fiqih Syafi'i) dan
Syarah al-Waraqat (tentang ushul fikih); karya lainnya ialah tafsir ini.
Biografi Jalaluddin as-Suyuthi Nama aslinya ialah Abul Fadl alias
Abdurrahman ibnu Abu Bakar ibnu Muhammad as-Suyuthi, lahir pada
bulan Rajab tahun 848 Hijriyah, wafat malam Jum'at tanggal 19 bulan
Jumadil Ula tahun 911 Hijriyah. Ia seorang hafidz hadits, musnid,
muhaqiq, dan telah hafal al-Qur'an weaktu berusia 8 tahun, serta telah
banyak menghafal kitab karya para ulama di masanya. Orang tuanya
meninggal dunia semasa ia berusia 5 tahun, lalu pengasuhannya
diwasiatkan kepada sejumlah ulama, antara lain al-Kamal ibnul
Hammam. Ia belajr dari banyak guru; menurut perhitungan muridnya

yang bernama ad-Daudhi, guru beliau ada 51 orang, hasil karyanya lebih
dari 500 buah. Ia juga seorang yang piawai dalam kecepatan menurut
ad-Daudi dalam satu hari pernah beliau mampu menulis sebanyak tiga
fel karya tulis. Ketenaran hasil karyanya tidak disangsikan lagi karena
telah menyebar di seluruh kawasan Timur dan Barat serta diterima oleh
banyak orang. Setelah usianya menginjak 40 tahun, beliau istirahat dari
kegiatan menulisnya dan mengisi sisa usianya hanya untuk beribadah
kepada Allah swt. Untuk itu beliau tinggal di Raudatul Miqyas, tidak
berpindah dari sana sampai meninggal dunia.

2. Tafsir Ibnu Katsir


Tafsir Ibnu Katsir merupakan salah satu kitab tafsir yang paling banyak
diterima dan tersebar di tengah ummat ini. Imam Ibnu Katsir telah
menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyusunnya, tidak
mengherankan jika penafsiran beliau sangat kaya dengan riwayat, baik
hadits maupun atsar, bahkan hampir seluruh hadits periwayatan dari
Imam Ahmad bin Hanbal -rahimahullah- dalam kitab Al Musnad
tercantum dalam kitab tafsir ini. Metode penyusunan yang dilakukan oleh
Imam Ibnu Katsir adalah dengan cara menyebutkan ayat terlebih dahulu,
kemudian menjelaskan makna secara umum, selanjutnya menafsirkannya
dengan ayat, hadits, perkataan Sahabat dan tabiin. Terkadang beliau
menjelaskan seputar hukum yang berkiatan dengan ayat, dengan
dukungan dalil lain dari Al Quran dan hadits serta dilengkapi dengan
pendapat para Ahli Fiqh disertai dalilnya apabila masalah tersebut
dikhilafkan diantara mereka, selanjutnya beliau merajihkan (memilih dan
menguatkan) salah satu pendapat tersebut. Tercatat guru pertama Ibnu
Katsir adalah Burhanuddin al-Fazari, seorang ulama penganut mazhab
Syafi'i. Ia juga berguru kepada Ibnu Taymiyyah di Damaskus, Suriah,
dan kepada Ibnu al-Qayyim. Ia mendapat arahan dari ahli hadis
terkemuka di Suriah, Jamaluddin al-Mizzi, yang di kemudian hari
menjadi mertuanya. Ia pun sempat mendengar langsung hadis dari
ulama-ulama Hejaz serta memperoleh ijazah dari Al-Wani. Tahun 1366,
oleh Gubernur Mankali Bugha Ibnu Katsir diangkat menjadi guru besar
di Masjid Ummayah Damaskus. Ulama ini meninggal dunia tidak lama
6

setelah ia menyusun kitab Al-Ijtihad fi Talab al-Jihad (Ijtihad Dalam


Mencari Jihad) dan dikebumikan di samping makam gurunya, Ibnu
Taimiyah.

3. Tafsir Al-Maraghi:
Tafsir Termasyhur dari Abad Dua Puluh Kitab Tafsir ini sangat menarik
sekaligus kontroversial, karena ditulis oleh ulama modern yang
pemikirannya dianggap dekat dengan kaum mutazilah. Ulasan tafsirtafsir kontemporer ini ini akan dimulai dengan yang paling populer,
yakni Tafsir Al-Maraghi karya ulama besar Universitas Al-Azhar Mesir,
Syaikh Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir yang terbagi dalam 10 Jilid
itu diterbitkan untuk pertama kalinya oleh Maktabah al-Babi al-Halabi
(Kairo) pada tahun 1369 H/1950 M atau dua tahun sebelum penyusunnya
wafat. Meski di kalangan penganut tafsir salaf dianggap kontroversial
dan banyak ditinggalkan, Tafsir Al-Maraghi sangat digemari oleh para
pelajar yang mengkaji tafsir di bangku perguruan tinggi. Gaya
penafsirannya dianggap modern, yakni berusaha menggabungkan
berbagai madzhab penafsiran, terutama metode tafsir bil matsur
(berdasarkan hadits) dan tafsir bir rayi (berdasarkan logika), yang
belakangan mengundang kontroversi.
Ahmad Musthafa al-Maraghi adalah seorang ahli tafsir terkemuka dari
kebangsaan Mesir, ia murid dari syekh Muhammad Abduh. Nama
lengkap Ahmad Musthafa al-Maraghi adalah Ibnu Mustofa Ibnu
Muhammad Ibnu Abdul Munim al-Maraghi. Dilahirkan pada tahun 1881
M (1298 H) di sebuah kampung di negara Mesir yang disebut dengan
nama Maragah dan kepada dusun tempat kelahirannya itulah namanya
dihubungkan. Setelah beranjak dewasa, Ahmad Musthafa al-Maraghi
pindah ke Kairo untuk mendalami berbagai cabang ilmu keislaman dan
dia juga sempat berguru kepada Syekh Muhammad Abduh, seorang
ulama yang tidak asing lagi bagi kaum muslimin. Setelah menguasai dan
mendalami cabang-cabang ilmu keislaman, dia mulai dipercaya oleh
pemerintahnya untuk memegang jabatan yang penting dalam
pemerintahan. Pada tahun 1908 sampai dengan tahun 1919, Ahmad
Musthafa al-Maraghi diangkat menjadi seorang hakim di Sudan. Sewaktu
dia menjadi hakim negeri tersebut dia sempatkan dirinya untuk
mempelajari dan mendalami bahasa-bahasa asing antara lain yang
ditekuninya adalah bahasa Inggris. Dari bahasa Inggris dia banyak
7

membaca literature-literatur bahasa Inggris. Ahmad Musthafa al-Maraghi


adalah seorang ulama yang sangat produktif dalam menyampaikan
pemikirannya lewat tulisan-tulisannya yang terbilang sangat banyak.
Karya al-Maraghi di antaranya adalah: Ulum al-Balagah, Hidayah atTalib, Tahzib at-Taudih, Tarikh Ulum al-Balagah wa Tarif bi Rijaliha,
Tafsir al-Maraghi Tafsir al-Maraghi terkenal sebagai sebuah kitab tafsir
yang mudah dipahami dan enak dibaca. Hal ini sesuai dengan tujuan
pengarangnya, seperti yang diceritakan dalam muqaddimahnya yaitu
untuk menyajikan sebuah buku tafsir yang mudah dipahami oleh
masyarakat muslim secara umum. Ahmad Musthafa al-Maraghi
meninggal dunia pada tahun 1952 M (1317 H).

4. Tafsir al-Kasyaf
Penafsiran yang ditempuh al-Zamakhsyari dalam karyanya ini sangat
menarik, karena uraiannya singkat dan jelas sehingga para ulama
Mutazilah mengusulkan agar tafsir tersebut dipresentasikan pada para
ulama Mutazilah dan mengusulkan agar penafsirannya dilakukan dengan
corak itizali, dan hasilnya adalah tafsir al-Kasysyaf yang ada saat ini.
Pada tahun 1986, tafsir al-Kassyaf dicetak ulang pada percetakan
Musthafa al-Babi al-Halabi, di Mesir, yang terdiri dari empat jilid. Kitab
tafsir ini, berisi penafsiran runtut berdasarkan tertip mushafi, yang terdiri
30 puluh juz berisi 144 surat, mulai surat al-fatihah sampai surat al-Nas.
Dan setiap surat diawali dengan basmalah kecuali surat al-Taubah. Tefsir
ini terdiri dari empat Jilid, jilid pertama diawali dengan surat al-Fatihah
dan diakhiri dengan surat al-Maidah. Jilid kedua diwali engan surat alAnam dan diakhiri dengan surat al-Anbiya. Jilid ketiga diawali dengan
surat al-Hajj dan diakhiri dengan surat al-Hujurat dan jilid yang keempat
diawali dengan surat Qaf dan diakhiri dengan surat al-Nass.
Nama lengkap imam al Zamakhsyari adalah Abu al-Qasim Mahmud
Ibnu Umar ibnu Muhammad ibnu Ahmad ibnu Umar al -Khuwarizmi al
Zamakhsyari. ia lahir pada hari Rabu 27 Rajab 467 H tepatnya pada
tahun 1074 M di Zamakhsyar, Suatu desa yang bertempat di daerah
Khuwarzmi, sekarang terletak di negara Turkestan, Rusia. AlZamakhsyari hidup ditengah-tengah lingkungan yang sangat bersemangat
dalam menuntut ilmu. Tidak banyak yang dikethui tentang latar belakang
keluarga al-Zamakhsyari. Yang jelas bahwa keluarganya adalah keluarga
yang taat terhadap ilmu juga taat dalam beribadah. Ayahnya adalah
seorang imam di desa Zamakhsyar. Meskipun ayahnya tergolong orang
8

yang miskin alias hidupnya pas-pas'an, ia adalah seorang yang alim,


memiliki sifat yang warak, dan zuhud. Sedangkan nama ibu dan
silsilahnya tidak disebutkan al-Zamakhsyari. Walaupun begitu al
Zamakhsyari menggambarkan bahwa ibunya adalah sorang yang
memiliki watak kepribadian yang sangat lembut.

5. Tafsir al-Mizan
Tafsir al-Mizan disusun oleh Allamah Sayyid Muh Husain Thabathabai,
seorang ulama Iran. Setiap kitab tafsir disusun dengan motivasi tertentu.
Ada kitab tafsir yang ditulis untuk memenuhi tuntutan masyarakat seperti
Maanil Quran karya al-Farra. Ada juga kitab tafsir yang ditulis dengan
tujuan merangkum kitab tafsir sebelumnya yang dinilai terlalu panjang
dan luas, seperti al-Dur al-Mansur karya al-Suyuthi dan banyak lagi
kitab-kitab tafsir lainnya. Adapun motivasi yang mendorong
Thabathabai untuk menulis kitab tafsirnya, al-Mizan adalah karena ia
ingin mengajarkan dan menafsirkan al-Quran yang mampu
mengantisipasi gejolak rasionalitas pada masanya. Di sisi lain, karena
gagasan-gagasan matrealistik telah sangat mendominasi, ada kebutuhan
besar akan wacana rasional dan filosofis yang akan memungkinkan
hawzah tersebut mengkolaborasikan prinsip-prinsip intelektual dan
doktrinal dalam islam dengan menggunakan argumen-argumen rasional
dalam rangka mempertahankan posisi islam. Nama al-Mizan, menurut alAlusi, diberikan oleh Thabathabai sendiri, karena di dalam kitab
tafsirnya itu dikemukakan berbagai pandangan para mufassir, dan ia
memberikan sikaap kritis serta menimbang-nimbang pandangan mereka
baik untuk diterimanya maupun ditolaknya. Meskipun tidak secara
eksplisit memberikan nama ini, namun pernyataan Thabathabai secara
implisit memang mengarahkan pada penamaan al-Mizan tersebut.
Allamah Thabathabai lahir pada tanggal 29 Dzulhijjah 1321 H dengan
nama Thabathaba'i At-Tabrizi al-Qadhi di desab Shadegan (Profinsi
Tabriz) dalam satu keluarga Sayyid (Keturunan Nabi Muhammad Jalur
Ja'far Shadiq). Thabathaba'i lahir dididik dalam lingkungan ulama dan
religius. Sehingga sebelum ayahnya wafat, Thabathabai memperoleh
pendidikan langsung dari Ayah dan Kerabatnya. Namun setelah Ayahnya
wafat, Ia dididik oleh guru Privat yang datang kerumah untuk mengajar
bahasa Parsi dan Ushuluddin. Setelah dirasa memiliki dasar-dasar agama,
pada tahun 1344 H Ia melanjutkan Studi tentang Al Quran dan pelajaran
agama lain di kota Tabriz. Selama 7 tahun Ia belajar Bahasa Arab dan
9

mengkaji ajaran agama dan teks klasik Islam. Setelah selesai tingkat
pelajaran awal pada tahun 1344 H Ia hijrah ke hauzah Najaf untuk
melanjutkan pendidikan.

D. METODE MUFASSIR
Ada dua cara untuk mengetahui manhaj seorang mufassir :

1. Dari keterangan mufassir itu sendiri dalam tafsirnya, bahwa


manhaj/syarat-syarat yang dia tempuh dalam tafsirnya adalah begini dan
begitu.
2. Dengan metode istiqra` (induktif) tamm atau aghlabiyah, yaitu dengan
meneliti keseluruhan atau sebagian besar tafsir tersebut dan
mengalisisnya, sehingga bisa mengambil kesimpulan tentang
metode/manhaj yang digunakan oleh mufassir tersebut

E. METODE MUHADDITS
Metode berbeda dengan nama Jami Al Atsar yang merupakan
kumpulan dalil-dalil yang digunakan oleh ulama Hanafiyah dan kitab
TabiAl Atsar yang merupakan pembahasan dalil-dalil yang dhahirnya
bertentangan, dicetak tahun 1315 H.
Muhaddits adalah seorang ahli hadits yang sudah hafal minimal
40.000 (empat puluh ribu) hadits beserta hukum sanad dan hukum
matannya, betapa jenius dan briliannya mereka ini dan betapa Luasnya
pemahaman mereka tentang hadist Rasul saw., sedangkan satu hadits
pendek, bisa menjadi dua halaman bila disertai hukum sanad dan hukum
matannya. Lalu hadits diatas diriwayatkan oleh tujuh Muhaddits, apakah
kiranya kita masih memilih pendapat madzhab sesat yang baru muncul di
abad ke 20 ini, dengan ucapan orang-orang yang dianggap muhaddits
padahal tak satupun dari mereka mencapai kategori Muhaddits , dan
kategori ulama atau apalagi Imam Madzhab, mereka hanyalah pencaci,
apalagi memusyrikkan orang-orang yang beramal dengan landasan hadits
shahih. Masih banyak hadits lain yang menjadi dalil tawassul adalah sunnah
Rasululloh saw., sebagaimana hadits yang dikeluarkan oleh Abu Nuaim,
Thabrani dan Ibn Hibban dalam shahihnya, bahwa ketika wafatnya
Fathimah binti Asad (Bunda dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, dalam
hadits itu disebutkan Rasul saw. rebah/bersandar dikuburnya dan berdoa :
Allah Yang Menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Hidup tak akan
mati, ampunilah dosa Ibuku Fathimah binti Asad, dan bimbinglah hujjah
10

nya (pertanyaan di kubur), dan luaskanlah atasnya kuburnya, Demi Nabi Mu


dan Demi para Nabi sebelum Mu, Sungguh Engkau Maha Pengasih dari
semua pemilik sifat kasih sayang.,Maka jelas sudah dengan hadits ini pula
bahwa Rasululloh saw. bertawassul di kubur, kepada para Nabi yang telah
wafat, untuk mendoakan Bibi beliau saw. (Istri Abu Thalib). Demikian pula
tawassul Sayyidina Umar bin Khattab ra. Beliau berdoa meminta hujan
kepada Allah : Wahai Allah.. kami telah bertawassul dengan Nabi kami
(saw.) dan Engkau beri kami hujan, maka kini kami bertawassul dengan
Paman beliau (saw.) yang melihat beliau (saw.), maka turunkanlah hujan.
maka hujanpun turun. (Shahih Bukhari hadits no.963 dan hadits yang sama
pada Shahih Bukhari hadits no.3508).Umar bin Khattab ra melakukannya,
para sahabat tak menentangnya, demikian pula para Imam-Imam besar itu
tak satupun mengharamkannya, apalagi mengatakan musyrik bagi yang
mengamalkannya, hanyalah pendapat sekte sesat ini yang memusyrikkan
orang yang bertawassul, padahal Rasululloh saw. sendiri bertawassul.
Apakah mereka memusyrikkan Rasululloh saw.?, dan Sayyidina Umar bin
Khattab ra bertawassul, apakah mereka memusyrikkan Umar?,
Naudzubillah dari pemahaman sesat ini.
Mengenai pendapat sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa
tawassul hanya boleh pada orang yang masih hidup, maka entah darimana
pula mereka mengarang persyaratan tawassul itu, dan mereka mengatakan
bahwa orang yang sudah mati tak akan dapat memberi manfaat lagi,
pendapat yang jelas-jelas datang dari pemahaman yang sangat dangkal, dan
pemikiran yang sangat buta terhadap kesucian tauhid. Jelas dan tanpa syak
bahwa tak ada satu makhlukpun dapat memberi manfaat dan mudharrat
terkecuali dengan izin Allah SWT, lalu mereka mengatakan bahwa makhluk
hidup bisa memberi manfaat, dan yang mati mustahil?, lalu dimana kesucian
tauhid dalam keimanan mereka?Tak ada perbedaan dari yang hidup dan
yang mati dalam memberi manfaat kecuali dengan izin Allah, Yang hidup
tak akan mampu berbuat terkecuali dengan izin Allah, dan yang mati pun
bukan mustahil memberi manfaat bila dikehendaki Allah. karena penafian
kekuasaan Allah SWT atas orang yang mati adalah kekufuran yang
jelas.Ketahuilah bahwa tawassul bukanlah meminta kekuatan orang mati
atau yang hidup, tetapi berperantara kepada keshalihan seseorang, atau
kedekatan derajatnya kepada Allah SWT, sesekali bukanlah manfaat dari
manusia, tetapi dari Allah Robbil alamin, yang telah memilih orang tersebut
hingga ia menjadi shalih, hidup atau mati tak membedakan Kudrat ilahi atau
membatasi kemampuan Allah, karena ketakwaan mereka dan kedekatan
mereka kepada Allah tetap abadi walau mereka telah wafat.Contoh lebih
mudah nya sbb, anda ingin melamar pekerjaan, atau mengemis, lalu anda

11

mendatangi seorang saudagar kaya, dan kebetulan mendiang tetangga anda


yang telah wafat adalah abdi setianya yang selalu dipuji oleh si saudagar,
lalu anda saat melamar pekerjaan atau mungkin mengemis pada saudagar
itu, anda berkata : Berilah saya tuan.. (atau) terimalah lamaran saya tuan,
saya mohon.. saya adalah tetangga dekat fulan. Bukankah ini mengambil
manfaat dari orang yang telah mati?, bagaimana dengan pandangan bodoh
yang mengatakan orang mati tak bisa memberi manfaat??, jelas-jelas
saudagar akan sangat menghormati atau menerima lamaran pekerjaan anda,
atau memberi anda uang lebih, karena anda menyebut nama orang yang ia
cintai, walau sudah wafat, tapi kecintaan si saudagar akan terus selama
saudagar itu masih hidup., pun seandainya ia tak memberi, Namun harapan
untuk dikabulkan akan lebih besar, lalu bagaimana dengan Arrahmaan
Arrhiim, Yang Maha Pemurah dan Maha Menyantuni?? dan tetangga anda
yang telah wafat tak bangkit dari kubur dan tak tahu menahu tentang
lamaran anda pada si saudagar, Semoga kiranya risalah yang kecil ini, dapat
memenuhi harapan ihwanul muslimin, terutama jamaah Nahdlatul Ulama.
Semoga risalah ini bermanfaat.

12

Anda mungkin juga menyukai