BAB II
TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG SHALAT
QASHAR DALAM PERJALANAN
dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan ucapan salam dengan syarat-
syarat tertentu.2
menurut syara’ adalah perkataan dan perbuatan yang tertentu diawali dengan
1
Mohammad Hammam Nasiruddin, Fatkhul Qorib, Menara Kudus, hlm. 192
2
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid V, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997, hlm. 1536
15
16
panjang, dan
mengurangi.
shalat, yaitu shalat yang empat rokaat dijadikan dua rokaat dengan membaca
3
Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, Bairut: Dar Kitab Islamiyah, 595 H, hlm. 357
4
Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah, Adi Grafika, Semarang, 1994, hlm. 137-138
17
Artinya ;”Dan dari Umar bahwa ia berkata: Shalat qashar dua rokaat,
shalat Idul Adha dua rokaat, shalat Idul Fitri dua rokaat, dan
shalat jum’at dua rokaat, itu (semuanya) adalah tamam bukan
qashar menurut keterangan dari Nabi Muhammad SAW”.
mil,1 mil = 1,6 km) 1 marhalah6 Karena berdasarkan Hadits ‘Aisyah ra.
5
Imam Alamah Muhammad, Nailul Authar, Jilid II, Beirut: Dar Kutub Arabi, t. th. hlm.
475
6
Alawi Abbas al-Maliki dan Hasan Sulaiman an-Nuri Ibannatul Ahkam, terj. Bahrun
Abu Bakar, Penjelasan Hukum-Hukum Syari’at Islam, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 1994,
hlm. 688
18
ini karena menurut jumhur ulama’ batasan yang disebutkan dalam hadis
menurut Imam Malik, Syafi’i dan Ahmad menyatakan bahwa orang yang
7
Imam Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar Kutub Ilmiyah, t.th. hlm. 11
8
Achmad al-Khudhori Sholeh, Fiqih Kontektual, Jakarta: Remaja Rosda Karya, 1998,
hlm. 121
9
Departemen Agama, op. cit., hlm. 157
19
hukum Allah, berarti musuh-Nya. Ia tidak berhak atas rahmat dan tidak
kemurkaan-Nya.
berhubungan dengan perbuatan yang baik, sama sekali bukan untuk orang
10
Ahmad al-Khudhori Sholeh, op.cit., hlm. 122
11
Wahbah al-Zuhayli, Al-Fiqh al- Islami, Beirut: Dar al- Fikr, t. th., hlm. 328
20
maksiat tersebut.
selama empat hari disuatu tempat, maka setelah itu hukum safar
memutuskan hukum safar ialah iqamah atau tinggal selama lima belas
qashar yaitu delapan belas hari, setelah itu orang yang bersangkutan
14
12
Abu Bakar Mas’ud, Kitab Badai’ Shanai’,Beirut: Dar Kutub Ilmiyah, t. th., hlm. 97
13
Alawi Abbas, op. cit.,hlm. 689
21
15
sembilan belas hari itu karena menghitung hari masuk dan hari keluar.
masuk dan keluar, sedangkan orang yang mengatakan delapan belas hari
14
Imam Zainuddin Ahmad, Muhtashar Shahih Bukhari, Beirut: Dar Kutub Ilmiyah, t.
th., hlm. 133
15
Abu Daud, Sunan Abu Dawud, Beirut: Dar al-Fikr, t. th., hlm. 102
22
beliau tidak tinggal di Makkah, karena setiap hari beliau ragu antara
shalatnya, karena pada prinsipnya beliau masih berada dalam safar yang
bepergian dekat dan jauh, sebab perbedaan pendapat fuqaha ialah adanya
tinggal selama empat hari, sedangkan menurut Imam Hanafi tiada yang
memutuskan hukum safar kecuali niat tinggal selama lima belas hari.
16
Ibid., hlm. 691
17
Alawi Abbas al-Maliki dan Sulaiman an-Nuri, op. cit., hlm. 691
23
masa tinggal yang dapat memutuskan hukum safar secara nash. Karena
ulama’, madzhab Maliki mengatakan bahwa niat qashar itu cukup pada
maka ia wajib shalat sempurna, sebab hukum tidak berubah karena niat
pada orang yang shalat qashar dan sebaliknya dengan catatan masing-
dan sebagainya).
saja.
itu.
terminologi safar adalah suatu perjalanan dengan jarak dan tujuan tertentu
tetapi menurut makna khusus yang dijelaskan dan dibatasi oleh syari’at, safar
mempunyai pengaruh terhadap ketentuan hukum suatu ibadah dari yang berat
orang yang berbicara tentang agama dan syari’at tidak boleh hanya bersandar
pada pengetahuan dan pemahaman belaka, sebab agama Allah tidak bisa
dijangkau oleh akal, orang tersebut harus kembali pada sumber agama,
sebagai berikut: Syari’at membatasi safar yang mewajibkan qashar dan iftar
18
Zainuddin Bin Abdul Aziz, Terj. Fathul Mu,in, Bandung: Sinar Baru Aigensindo, t.
th. hlm. 47
19
Abdul Aziz Dahlan, op. cit., hlm. 1529
20
Ibid
26
dengan jarak saja atau dengan membatasinya dengan waktu dan juga
pada Allah) baik yang diwajibkan ataupun yang disunahkan, Imam Hambali
SAW tidak mengqashar shalat, kecuali dalam perjalanan yang bersifat ibadah.
mubah .22
21
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Ja’fari, Lentera,1996, hlm. 225-226
22
Abdul Aziz Dahlan, loc. cit.
23
Ibid. hlm. 356
24
Abdul Aziz Dahlan, loc. cit.
27
hukum, ia berpegang kepada teks umum dari ayat yang artinya “ Apabila
shalat (mu)...(QS.4. 101),25 pendirian ini disampaikan oleh Imam Hanafi dan
Mengetahui bahwa alat-alat safar berlain lain menurut peredaran masa. Dan
Allah SWT. Tidak mensyaratkan qashar dengan suatu macam safar atau
menuju ke tempat yang lain’’. Yang cepat kita pahamkan dari ayat al-Qur’an,
ialah: “segala rupa safar jauh atau dekat dapat karenanya diqasharkan dan di
antara lahiriyah kata-kata yang bisa ditangkap akal dengan dalil perbuatan
Rasulallah SAW.
25
Departemen Agama RI. op. cit., hal. 37
26
Ibnu Rusyd, loc. cit.
27
TM. Hasbi Asy Shiddieqy, Pedoman Shalat, Semarang : Pustaka Riski Putra, cet. IV,
2000, hlm. 432
28
SAW. tidak membolehkan qashar kecuali bagi orang yang safar karena
ibadah, sebab Rasulallah SAW. tidak pernah mengqashar shalat kecuali jika
kelakuan maksiat?
ahli usul fiqh belum ada kata sepakat, ada sementara ulama’ yang menetapkan
masafah (jarak) sebagai illat rukhshah safar, ada yang mengatakan musafah
dengan masaqat sebagai illat rukhshah safar, bahkan ada yang safar sebagai
28
28
Lihat Shahih al-Jami’ as-Shoghir, Juz I, Dar al-Ikhya al Kutub, al Arabiyah,
Indonesia, hlm. 76
29
kita.
hukum rukhshah,
29
Departemen Agama. op. cit., hlm. 45
30
Prof. Dr. Abdul Wahhab khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushulul Fiqh),
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996, hal. 347
30
a. Rukhshah dalam arti digugurkan hukum yang berat atau sukar yang telah
b. Aqad istihsan yang menyalahi qiyas, seperti: akad salam. Makna istihsan
ialah: tidak diberikan kepada sesuatu hukum yang diberikan kepada yang
seumpamanya. 31
31
TM. Hasbi asy Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam,Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2001, hlm. 483