Anda di halaman 1dari 11

FI’Il MUTA’ADI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Aulia Ilham Iskandar, S. Th.I,M.Pd.I

DISUSUN OLEH :
ARRAYAN TAJRIYAN

INSTITUT MADANI NUSANTARA (IMN)


Jl. Lio Balandongan Sirnagalih No.74 Kel. Cikondang Kec. Citamiang Kota
Sukabumi, Jawa Barat 43161
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga
tetap tersanjungkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang sangat kita
harapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti. Dengan terselesaikannya makalah ini tak
lupa kami sampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Aulia Ilham Iskandar, S. Th,M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Ilmu Kalam.
2. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah
ini.

Sebagaimana pepatah yang menyatakan tak ada gading yang tak retak, maka
penulisan makalah inipun tentunya tiada terbebas dari kekurangan dan kelemahan di
dalamnya. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharap tegur
sapa serta saran-saran penyempurnaan agar kekurangan dan kelemahan yang ada tidak
sampai mengurangi nilai dan manfaatnya bagi pengembangan mutu pendidikan
umumnya.

Sukabumi, 13 Desember 2021

Arrayan Tajriyan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2
A. Pengertian Fi’il Muta’addi ................................................................................2
B. Pembagian Fi’il Muta’addi................................................................................3
C. Jumlah Fi’il Muta’addi………………………………………………………...4
D. Kapan Fi’il disebut Muta’addi………………………………………………...5
BAB III PENUTUP...............................................................................................................7
A. Simpulan......................................................................................................7
B. Saran.............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pendidikan bahasa Arab, banyak ilmu-ilmu yang perlu diketahui, seperti:
ilmu Nahwu, ilmu Sharaf, dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa Arab. Dalam
ilmu nahwu banyak materi-materi yang disajikan. Oleh karena itu, penulis
mengangkat sebuah materi yang berjudul “FI’IL MUTA’ADDI”, yang mana materi
ini salah satu materi penting yang harus diketahui dalam Ilmu Sharaf. Materi ini juga
merupakan materi yang penting ketika kita ingin mempelajari ilmu tafsir, ilmu hadits
dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ilmu islam yang lain. Makalah ini juga disusun
karena merupakan tugas individu yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan
dalam mata kuliah ini.

Salah satu pembahasan yang dibahas dalam ilmu sharaf adalah fiil Muta’addi di
mana fiil muta’addi adalah fiil yang memerlukan maf’ul bih.

B. Rumusan Masalah
Melalui makalah ini kami akan membahas tentang :
1. Apa pengertian Fi’il Muta’addi?
2. Kapan fi’il itu disebut Muta’addi?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Fi’il Muta’addi.
2. Mengetahui kapan fi’il itu disebut muta’addi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fi’il Muta’addi

Fi’il muta’addi adalah kata kerja yang membutuhkan obyek. Apabila


ada kalimat yang tersusun dari fi’il muta’addi namun tidak ada obyeknya,
maka kalimat tersebut bukan merupakan kalimat yang sempurna. Karena ia
belum bisa dipahami, dan masih membuat orang bertanya-tanya. Misalkan
saya berkata “affan telah memukul”, pasti orang yang mendengar masih
bertanya-tanya, siapa yang dipukul?. Itulah kenapa ia termasuk kalimat yang
tidak sempurna, dan yang benar adalah “affan telah memukul pencuri”. Jumlah
fi’liyah yang tersusun dari fi’il muta’addi, terdiri dari fi’il muta’addi, fa’il, dan
maf’ul bih (obyek).

Susunan jumlah fi’liyah dari fi’il muta’addi


Fi’il muta’addi + fa’il + maf’ul bih (obyek)

Contoh fi'il muta'adi antara lain adalah

- Fi'il ‫ َيْض ِر ُب‬- ‫ َضَر َب‬yang artinya adalah memukul


- Fi'il ‫ َيْش َتِر ْي‬- ‫ ِاْش َتَر ى‬yang artinya adalah membeli
- Fi'il ‫ يْك تب‬- ‫ َكَتَب‬yang artinya adalah menulis
- Fi'il ‫ َفَتَح – َيْفَتُح‬yang artinya adalah membuka
- Fi'il ‫ َنَظَر – َيْنُظُر‬yang artinya adalah melihat
- Fi'il ‫ َكَنَس – َيْكُنُس‬yang artinya adalah menyapu
- Fi'il ‫ َقَر َأ – َيْقَر ُأ‬yang artinya adalah membaca
- Fi'il ‫ َش اَهَد – ُيَش اِهُد‬yang artinya adalah menonton
- Fi'il ‫ َرِكَب – َيْر َك ُب‬yang artinya adalah mengendarai
- Fi'il ‫ َأْع َطى – ُيْع ِط ي‬yang artinya adalah memberi

Contoh kalimat yang tersusun dari Fi’il Muta’addi :

2
- Muhammad telah makan nasi ‫َأَك َل ُمَحَّم ٌد الُّر َّز‬
- Najib sedang membaca majalah ‫َيْقَر ُأ َنِج ْيٌب اْلَم َج َّلَة‬
- Koki sedang memasak makanan ‫َي ْط َب ُخ الَّط َّباُخ الَّط َع اَم‬
- Polisi telah menangkap pencuri ‫َقَبَض الُّش ْر ِط ُّي الَّساِر َق‬
- Muslim telah menyembelih kambing ‫َذ َبَح اْلُم ْس ِلُم اْلَغَنَم‬

B. Pembagian Fi’il Muta’addi

Fi’il muta’addi dibagi menjadi dua macam, yakni:

1. Muta’addi binafsihi ( ‫) المتعّد ي بنفسه‬


2. Muta’addi bighairihi ( ‫) المتعّد ي بغيره‬

Muta’addi binafsihi adalah fi’il yang bisa mencapai kepada maf’ul bih-nya secara
langsung (tanpa perantara huruf jarr).

Muta’addi binafsihi adalah fi’il yang bisa mencapai kepada maf’ul bih-nya secara
langsung (tanpa perantara huruf jarr).

:‫نحو‬

‫َر َأْيُت اْلَقَم َر‬

Aku melihat bulan

Maf’ul pada muta’addi binafisihi dinamakan sharih.

Sedangkan muta’addi bighairihi adalah fi’il yang mencapai maf’ul bih-nya dengan
perantara huruf jarr.

:‫نحو‬

‫َذ َهْبُت ِبَك‬

Artinya sama dengan ‫َأْذ َهْبُتَك‬

3
Aku membawa pergi dirimu

Maf’ul pada muta’addi bighairihi dinamakan ghairu sharih.

Terkadang muta’addi mempunyai dua maf’ul yang berbeda, yang satu sharih dan
yang satunya lagi ghairu sharih.

:‫نحو‬

‫َأُّد ْو ا اَأْلَم اَناِت ِإَلى َأْهِلَها‬

Tepatilah amanah-amanah kepada ahlinya

‫ اَأْلَم اَناِت‬adalah maf’ul bih sharih. Dan ‫ أهل‬adalah maf’ul bih ghairu sharih, secara
lafadh ia dibaca jarr sebab adanya huruf jarr, dan berhukum nashab secara mahall
dikarenakan ia menjadi maf’ul bih ghairu sharih.

C. Jumlah Fi’il Muta’addi

Dilihat dari jumlah maf’ul, fi’il muta’addi dibagi menjadi tiga:

1. muta’addi kepada satu maf’ul,


2. muta’addi kepada dua maf’ul,
3. dan muta’addi kepada tiga maf’ul.

1. Adapun fi’il muta’addi kepada satu maf’ul sangat banyak sekali jumlahnya,
contohnya seperti: ‫ َنَصَر‬, ‫ َأْك َر َم‬, ‫ َع َفَر‬, ‫ َأَخ َذ‬, ‫َكَتَب‬

2. Muta’addi kepada dua maf’ul

Muta’addi kepada dua maf’ul dibagi menjadi dua yakni Pertama, yang asal
maf’ul-nya bukan mubtada’ khabar, dan Kedua, yang asal maf’ul-nya dari
mubtada’ khabar.

Pertama (yang asal maf’ul-nya bukan mubtada’ khabar) contohnya adalah


‫َع َّلَم‬, ‫َأْلَبَس‬, ‫َك َس ا‬, ‫َم َنَع‬, ‫َم َنَح‬, ‫َس َأَل‬, ‫َأْع َطى‬

‫نحو‬

4
‫َأْع َطْيُتَك ِكَتاًبا‬

Aku memberimu kitab

‫َم َنْح ُت اْلُم ْج َتِهَد َج اِئَز ًة‬

Aku memberi orang rajin hadiah

‫َم َنْع ُت اْلَكْس اَل َن الَّتَنُّز َه‬

Aku mencegah pemalas bertamasya

3. Muta’addi kepada tiga maf’ul

Beberapa fi’il yang muta’addi kepada tiga maf’ul antara lain:

‫ َح َّد ث‬, ‫ َخَّبَر‬, ‫ َأْخ َبَر‬, ‫ َنَّبَأ‬, ‫ َأْنَبَأ‬, ‫ َأْعَلَم‬, ‫َأَر ى‬

Beserta fi’il mudlori’-nya seperti :

‫ ُيَح ِّد ُث‬, ‫ ُيَخِّبُر‬,‫ ُيْخ ِبُر‬, ‫ ُيَنِّبُئ‬, ‫ ُيْنِبُئ‬, ‫ ُيْع ِلُم‬, ‫ُيِر ي‬

‫َأَر ْيُت َسِع ْيًدا اَأْلْمَر َو اِض ًحا‬

Aku memberitahu Said bahwa perkara itu jelas

‫َأْعَلْم ُت َسِع ْيًدا اَأْلْمَر َص ِح ْيًحا‬

Aku mengasih tahu Said bahwa perkara itu benar

‫َأْنَبْأُت َخ ِلْياًل اْلَخ َبَر َو اِقًعا‬

Aku menceritakan Kholil bahwa berita itu terjadi

D. Kapan Fi’il disebut Muta’addi

1. Dengan Tadh’if pada huruf keduanya. Contohnya:

5
Dia menurunkan Alkitab (Al-quran) kepadamu( . ‫عليك‬ ‫نزل‬
‫الكتاب‬

2. Menunjukkan arti: sama-sama berbuat. Seperti lafal:

Saya bergaul, sama-sama duduk berdampingan dengan ulama( ‫جلست‬


‫العلماء‬
3. Berwazan ‫ استفعل‬dan menunjukkan arti: menuntut /hubungan atau
pandangan. Seperti lafal :

( saya berusaha mengeluarkan harta) ‫استخرجت المال‬


(Saya memandang buruk penganiayaan) ‫الظلم‬ ‫استقبحت‬
4. Gugur bersama huruf jar, dan tidak terjadi, melainkan beserta ‫ ان‬atau ‫ان‬
Contohnya :

(Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan , keuali Dia) ‫شهدهللا انه الاله‬
‫االهو‬
(Dan apakah kamu (tidak percya) dan heran, bahwa datang kepada kamu

peringatan dari Tuhanmu). ‫او عجبتم ان جاء كم دكر من ربكم‬. Yang

menjadi contoh ‫ شهد ان‬dan ‫عجب ان‬. Huruf jar yang gugur ‫ب‬ dari

‫ شهد‬dan ‫ من‬dari ‫عجب‬.

6
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Setelah penulis berusaha menguraikan masalah dalam setiap babnya penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa, Fiil Mutaaddi ialah fiil yang memerlukan maf’ul
bih. misalnya : memukul, berarti ada yang dipukul: menolong berarti ada yang
ditolong itu di sebut objek atau penderita. Karena fiil muta’addi selalu selalu
memerlukan objek maka dinamakan ‫ جملة فعلية متعدية‬ialah kalimat verbal yang
mempunyai maful bih.

B. Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada
pembaca. Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan–kekurangan baik dari bentuk maupun isinya.
Adapun saran yang ingin di sampaikan penulis yaitu, penulis menyarankan
kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana pembaca
mempelajari tentang menulis ilmiah. Semoga dengan karya tulis ini para
pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Thalib, Muhammad. 2009. Sistem Cepat Belajar Bahasa Arab, Jakarta: Media
Hidayah.

Abu Razin & Ummu Razin. 2019. Ilmu Nahwu Untuk Pemula, Pustaka Bisa

Anda mungkin juga menyukai