Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan Rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya
di akhirat nanti.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-ide yang cemerlang sehingga makalah ini bias disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca,
khususnya tentang Al-Dhamir, Al-Ismiyah wa Al-Fi’liyah. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah yang
lebih baik lagi.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan bagi
kami selaku penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandung, 22 Desember 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................2

BAB I......................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..................................................................................................................................3

1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................................3

1.2 BATASAN MASALAH................................................................................................................3

1.3 RUMUSAN MASALAH..............................................................................................................3

1.4 TUJUAN........................................................................................................................................4

BAB II.....................................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.....................................................................................................................................5

2.1 Definisi Al-Dhamir......................................................................................................................5

2.2 Kaidah-Kaidah Al-Dhamir dalam Al-Qur’an..........................................................................5

2.3 Definisi Isim dan Fi’il....................................................................................................................

2.4 Kaidah-Kaidah Al-Ismiyah dan Al-Fi’liyah dalam Al-Qur’an.................................................

BAB III.....................................................................................................................................................

PENUTUP................................................................................................................................................

3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................................

3.2 SARAN............................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam menafsirkan Al-Qur’an, banyak sekali kaidah-kaidah yang harus dikuasai


oleh seorang mufassir yang terkumpul dalam Qawa’id al-Tafsir, yaitu salah satu alat
bantuuntuk memahami firman Allah SWT. Menurut Imam al-Zarwaniy dikutip oleh al-
Zarqaniy mengatakan bahwa bagi seorang mufassir yang tidak memenuhi syarat-syarat
seorang mufassir (memahami Qawa’id al-Tafsir) produk tafsirnya dikategorikan kepada
produk tafsir terendah, bahkan belum bisa disebut tafsir.

Qawa’id al-Tafsir sangat berkaitan erat dengan beberpa kaidah bahasa Arab yang
dapat membantu penafsiran al-Qur’an. Oleh sebab itu penguasaan terhadap kaidah-kaidah
kebahasaan itu harus dikuasai, sehingga penafsiran Al-Qur’an mendekati makna yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Makalah ini membahas sebagian kaidah Bahasa Arab dalam Al-Qur’an, yaitu Al-
Dhamir, Al-Ismiyah wa Al-Fi’liyah.

1.2 BATASAN MASALAH


1. Definisi Al-Dhamir
2. Kaidah-Kaidah Al-Dhamir dalam Al-Qur’an
3. Definisi Isim dan Fi’il
4. Kaidah-Kaidah Al-Ismiyah dan Al-Fi’liyah dalam Al-Qur’an

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi Al-Dhamir?
2. Apa saja Kaidah-Kaidah Al-Dhamir dalam Al-Qur’an?
3. Apa definisi Isim dan Fi’il?
4. Apa saja Kaidah-Kaidah Al-Ismiyah dan Al-Fi’liyah dalam Al-Qur’an?

3
1.4 TUJUAN

Adapun tujuan kami dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Menambah wawasan kita tentang Al-Dhomir, Al-Ismiyah wa Al-Fi’liyah


dalam Al-Qur’an.
2. Memenuhi tugas struktur yang dosen berikan kepada seluruh mahasiswa.

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Al-Dhamir

Isim dlamir secara istilah adalah isim kata ganti untuk pembicara atau orang pertama
dan untuk orang yang diajak bicara atau orang kedua dan untuk orang yang dibicarakan atau
orang ketiga.1 Misalnya: Muhammad, kata gantinya adalah dia. Muhammad dan Usman, kata
gantinya adalah: dia berdua. Muhammad, Usman dan Umar, kata gantinya adalah: mereka.
Kata ganti, dalam bahasa Arab disebut Isim dhamir.2

2.2 Kaidah-Kaidah Al-Dhamir dalam Al-Qur’an


Kaidah dhamir pertama

?‫أصل وضع الضمير لالختصار‬

Asal mula diletakkannya dhamir adalah untuk meringkas kalimat.

Contohnya Firman Allah dalam Q.S. Al-Ahzab (33): 35

Dhamir (‫ )هم‬pada kata (‫ )لهم‬berfungsi sebagai pengganti puluhan lafal yang terletak

sebelumnyadimulai dari lafal ‫ المس?لمين‬hingga kepada lafal ‫ وال?ذاكرات‬. Dengan demikian,


tanpa pengulangan lafal-lafal tersebut, maksud yang dikehendaki dari ayat itu sudah tercapai.
Fungsi utamanya dhamir pada ayat ini adalah untuk meringkas kalimat.

Kaidah dhamir kedua

‫إذا كان في االية ضمير يحتمل عوده الي اكثر من مذكور? وامكن الحمل علي الجميع حمل عليه‬

Apabila ada dhamir di dalam satu ayat yang tempat kembalinya mencakup lebih dari yang
disebutkan dan memang memungkinkan untuk mencakup kesemuanya itu, maka bias
dikembalikan kepada semuanya sesuai cakupannya.

Contohnya Firman Allah dalam Q.S. Al-Insyiqaq (84): 6

1
Chatibul Umam, dkk., Kaidah Tata Bahasa Arab, (Jakarta: Darul Ulum Press, 1995), hlm. 183
2
Agustiar, Ed: Khairunnas Jamal. Kaidah-Kaidah Dasar Memahami Teks Arab, (Riau: Asa Riau, 2016), hlm. 29

5
Dhamir pada ayat ‫ فمالقيه‬menurut sebuah pendapat kembali kepada ‫ربك‬yaitu “Kamu

pasti akan menemui Tuhanmu”, tetapi menurut pendapat yang lain kembali kepada ‫كدحا‬yaitu
“kamu akan menemui amal-amal perbuatanmu.” Kedua pendapat ini benar karena seorang
hamba di akhirat nanti akan menemui Allah dan amal-amal perbuatannya.

Kaidah dhamir ketiga

‫اذا ورد مضاف ومضاف اليه وجاء بعدهما ضمير? فاالصل عوده للمضاف‬

Apabila ada mudhaf dan mudhaf ilaih kemudian terdapat dhamir sesudah keduanya, maka
pada dasarnya dhamir itu kembalinya ke mudhaf.

Kaidah pokoknya adalah ketika terdapat mudhaf dan mudhaf ilaih sebelum dhamir,
maka dikembalikan ke mudhaf, kecuali ada petunjuk-petunjuk lain yang mengharuskan
dikembalikan kepada mudhaf ilaih.

Contohnya Firman Allah dalam Q.S. Ibrahim (14): 34

Dalam ayat ini kaidah dasarnya, dhamir ‫ التحصوها‬dikembalikan pada mudhaf, yaitu

‫ نعمة‬bukan ‫هللا‬.

Kaidah dhamir keempat

‫ضمير الغائب قد يعود على غير ملفوظ به كالذي يفسره سياق الكالم‬

Dhamir orang ketiga (al-ghaib) kadang-kadang dikembalikan kepada kata yang tidak terucap
sebelumnya, namun dapat dipahami dari konteks kalimat.

Contohnya Firman Allah dalam Q.S. Al-Qadr (97): 1

Dhamir yang dimaksud dalam ayat ialah Al-Qur’an. Sebab, kata al-inzal (turun)
menunjukkan secara pasti (iltizam) bahwa rujukan (marji’) yang dimaksud dalam dhamir itu
adalah Al-Qur’an.

Kaidah dhamir kelima

6
‫اذا تعاقبت الضمائر فاالصل? ان يتحد مرجعها‬

Apabila terdapat banyak dhamir, maka pada dasarnya marji’nya disamakan

Jika terdapat banyak dhamir maka marji’nya disatukan untuk menghindari ketercerai-
beraian maksudnya.

Contohnya Firman Allah dalam Q.S. Al-Fath (48): 9

Para ahli Tafsir berbeda pendapat tentang marji’ dhamir ‫وتعزروه وتوقروه‬, sekalipun

semuanya sepakat bahwa marji’nya dhamir ‫وتسبحوه‬adalah kembali kepada Allah. Sebagian

ulama berpendapat bahwa marji’nya dhamir ‫وتعزروه وتوقروه‬adalah Rasulullah.

Kaidah dhamir keenam

‫المخالفة بين الضمائر? في المرجع حذرا من التنافر‬

Perbedaan marji’ terhadap beberapa dhamir supaya terhindar dari ketidak sesuaian (tanafur).

Contohnya Firman Allah dalam Q.S. Al-Kahfi (18): 22

Menurut Sta’lab dan Mubarrad, rujukan dhamir ‫(فيهم‬dhamir yang diterjemahkan


dengan kata mereka yang pertama). Dalam ayat ini adalah pemuda-pemuda ashabul kahfi,
sedangkan marji’ dari dhamir ‫(منهم‬mereka yang kedua) adalah orang-orang Yahudi.

Kaidah dhamir ketujuh

‫قد يذكر شيئان ويعود? الضمير على احدهما اكتفاء بذكره عن االخر مع كون الجميع مقصودا‬

Kadang ada dua sesuatu yang disebutkan kemudian dhamir-nya hanya kembali kepada
salahsatunya saja karena sudah cukup meliputi yang lainnya, sekalipun yang dimaksud adalah
kedua-duanya.

Contohnya Firman Allah dalam Q.S. Al-Taubah (9): 62

7
Dalam ayat ini dhamir ‫يرضوه‬berbentuk mufrad, padahal yang dimaksud adalah Allah
dan Rasul-Nya.

‫قد يجئ الضمير متصال بشيئ وهو لغيره‬

Kadang-kadang dhamir bersambungan dengan sesuatu tetapi dia (dhamir) diperuntukkan


untuk yang lainnya.

Contohnya Firman Allah dalam Q.S. Yasin (36): 81

Firman Allah ‫ مثلهم‬bukan kembali kepada ‫ السموات واالرض‬akan tetapi kepada orang-
orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan. Dengan dalil bahwa, orang-orang kafir itu
tidak mengingkari penciptaan langit dan bumi, yang mereka ingkari adalah hari kebangkitan.

Kaidah dhamir kesembilan

‫اذاجتمع فى الضمائر? مراعات اللفظ والمعانى? بديء باللفظ ثم بالمعانى‬

Apabila dalam beberapa dhamir terhimpun maksud untuk menjaga kesesuaian kata dan
kesesuaian makna, maka sebaiknya dimulai dengan menjaga kesesuaian kata baru kemudian
kesesuaian makna.

Contohnya Firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah (2): 8

Kalimat pertama ‫من يقول‬menggunakan dhamir mufrad karena mengikuti tuntutan

kata, sedangkan pada kalimat kedua ‫وم??ا هم بمؤم??نين‬menggunakan dhamir jamak karena
mengikuti tuntutan makna pada ayat tersebut.3

2.3 Definisi Isim dan Fi’il

Pengertian Isim

ْ َّ‫َكلِ َمةٌ َدل‬


ٍ ‫ت َعلَى َم ْعنًى فِي نَ ْف ِسهَا َولَ ْم تُ ْقت ََر ْن بِ َز َم‬
?‫ان َوضْ ًعا‬
3
Iihin, Kaidah Dhamir dalam Al-Qur'an, (2018, Agustus), Dipetik Desember 22, 2019, dari Referensi Makalah:
https://www.referensimakalah.com/2018/08/kaidah-dhamir-dalam-al-quran.html

8
“Kalimah (kata) yang menunjukkan makna mandiri dan tidak disertai dengan pengertian
zaman. (dengan kata lain, isim adalah kata benda)”.

Pengertian Fi’il

ْ َّ‫َكلِ َمةٌ َدل‬


ْ ‫ت َعلَى َم ْعنًى فِي نَ ْف ِسهَا َوا ْقتُ ِرن‬
‫َت بِزَ َما ٍن َوضْ عًا‬
“Kalimah (kata) yang menunjukkan makna mandiri dan disertai dengan pengertian zaman.
(dengan kata lain, fi’il adalah kata kerja)”.4

4
Moch. Anwar, Ilmu Nahwu, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hlm. 4

9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. penulis akan memperbaiki makalah dengan banyak sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan. Maka penulis mohon atas kritik dan saran untuk pembahasan
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian. (2016). Kaidah-Kaidah Dasar Memahami Teks Arab. (K. Jamal, Ed.) Riau: Asa Riau.

Anwar, M. (1995). Ilmu Nahwu. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Chatibul Umam, d. (1995). Kaidah Tata Bahasa Arab. Jakarta: Darul Ulum Press.

Iihin. (2018, Agustus). Kaidah Dhamir dalam Al-Qur'an. Retrieved Desember 22, 2019, from
Referensi Makalah: https://www.referensimakalah.com/2018/08/kaidah-dhamir-dalam-al-
quran.html

10

Anda mungkin juga menyukai