Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tematik Ibadah Muammalah
Disusun oleh :
Mujibulloh Al Wahid
191111039 IAT 4B
Alhamdulillah, segala puji kita haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tugas Tafsir Tematik Ibadah
dan Muammalah yang berjudul Tafsir Tematik Ayat Tentang Puasa. Sholawat dan salam
tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW. Dan juga penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan selaku Dosen Mata
kuliah Tafsir Tematik Ibadah Muammalah yang telah memberikan tugas ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca,
khususnya penulis. Penulis mengakui bahwa dalam pembuatan makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap memohon kritik dan saran dari
pembaca. Dengan kritik dan saran tersebut, penulis berharap mampu membuat makalah yang
lebih baik untuk kedepannya.
Harapan makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang baik dan menjadi refrensi
dikemudian hari. Penulis berharap makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12
2
.BAB I
PENDAHULUAN
3
2.1 Ruang Lingkup Bahasan
1. Pengertian Puasa
2. Ayat, Terjemahanya.
3. Penafsiran dan Analisisnya`
3.1 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Puasa
2. Untuk Mengetahui Ayat yang berhubungan dengan Puasa.
3. Untuk Mengetahui Penafsiran Ayat tersebut.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
K.H. ADIB BISRI DAN K.H. MUNAWAR AL-FATAH, KAMUS INDONESIA ARAB, ARAB INDONESIA,
(SURABAYA: PUSAKA PROGESSIFME, 1999), HLM. 272.
2
DRS. H. Mo. Rifa’i, Fikih Islam Lengkap, (Semarang: Pt. Karya Toha Putra,1978), h.322.
3
Imam Muhammad bin Ismail al-Kahlani, Subulus Salam, Jilid III (Beirut: Darul al Kitab al Ilmiyah,
t.th.), hlm. 305`
5
Sedangkan Abdur Rahman Shad dalam bukunya yang berjudul The Rights of Allah and
Human Rights mengatakan: "Fasting is a noble act of high merits because who so ever observes
it, suppresses his carnal lust, abjures his pleasures and abstains from eating and drinking for his
sake". Yaitu dalam bahasa Indonesianya “Puasa adalah perbuatan mulia yang mengandung
manfaat besar bagi siapa saja yang melaksanakannya, yaitu dengan menahan hawa nafsu,
meninggalkan kesenangan, dan menahan makan dan minum yang dilakukan semata-mata
karena Allah.” 4
Dari beberapa definisi di atas maka dapat ditarik pengertian bahwa puasa (shiyam)
adalah suatu substansi ibadah kepada Allah Swt. Yang memiliki syarat dan rukun
tertentu dengan jalan menahan diri dari segala keinginan syahwat, perut, dan dari segala
sesuatu yang masuk ke dalam kerongkongan, baik berupa makanan, minuman, obat dan
semacamnya, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari yang dilakukan oleh muslim
yang berakal, tidak haid, dan tidak pula nifas yang dilakukan dengan yakin dan disertai
dengan niat.
2.2 Ayat dan Terjemahnya
Ayat pertama yaitu penciptaan mahkluk agar bertaqwa yaitu QS Al Baqarah ayat 21 :
)21 :يَاأَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُدُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُونَ (البقرة
Yang Artinya : Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.
Lalu dijelaskan dengan ayat yang mewajibkan untuk berpuasa, yaitu berkelanjutan
dari orang yang bertaqwa salah satunya adalah Puasa, QS Al Baqarah ayat 183-185 :
َت فَ َم ْن َكان ٍ ) أَيَّا ًما َم ْعدُودَا183( َب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون َ ِصيَا ُم َك َما ُكت ِّ ب َعلَ ْي ُك ُم ال َ ِيَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت
ُِم ْن ُك ْم َم ِريضًا أَوْ َعلَى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِم ْن أَي ٍَّام أُخَ َر َو َعلَى الَّ ِذينَ يُ ِطيقُونَهُ فِ ْديَةٌ طَ َعا ُم ِم ْس ِكي ٍن فَ َم ْن تَطَ َّو َع خَ ْيرًا فَهُ َو خَ ْي ٌر لَه
ت ِمنَ ْالهُدَى ٍ اس َوبَيِّنَا ِ َّضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِلن َ ) َش ْه ُر َر َم184( ََوأَ ْن تَصُو ُموا َخ ْي ٌر لَ ُك ْم إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون
ص ْمهُ َو َم ْن َكانَ َم ِريضًا أَوْ َعلَى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِم ْن أَي ٍَّام أُخَ َر ي ُِري ُد هَّللا ُ بِ ُك ُم ْاليُس َْر َواَل
ُ ََو ْالفُرْ قَا ِن فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّشه َْر فَ ْلي
185 – 183 :)(البقرة185( َي ُِري ُد بِ ُك ُم ْال ُع ْس َر َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا هَّللا َ َعلَى َما هَدَا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون
4
Abdur Rahman Shad, The Right of Allah and Human Right, (Delhi: Shandar Market, 1993), hal. 47.
6
hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang
berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang
miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu
lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (184).
Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara
kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
agar kamu bersyukur.(185),
Selanjutnya yaitu QS Al Baqarah ayat 187 :
ث إِلَى نِ َسائِ ُك ْم ه َُّن لِبَاسٌ لَ ُك ْم َوأَ ْنتُ ْم لِبَاسٌ لَه َُّن َعلِ َم هَّللا ُ أَنَّ ُك ْم ُك ْنتُ ْم ت َْختَانُونَ أَ ْنفُ َس ُك ْمُ َأُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَةَ الصِّ يَ ِام ال َّرف
ََب هَّللا ُ لَ ُك ْم َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْالخَ ْيطُ اأْل َ ْبيَضُ ِمن َ اشرُوه َُّن َوا ْبتَ ُغوا َما َكت ِ ََاب َعلَ ْي ُك ْم َو َعفَا َع ْن ُك ْم فَاآْل نَ ب
َ فَت
صيَا َم ِإلَى اللَّ ْي ِل َواَل تُبَا ِشرُوه َُّن َوأَ ْنتُ ْم عَا ِكفُونَ فِي ْال َم َسا ِج ِد تِ ْلكَ ُحدُو ُد هَّللا ِ فَاَل ِّ ْالخَ ي ِْط اأْل َ ْس َو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر ثُ َّم أَتِ ُّموا ال
)187 :)(البقرة187( َاس لَ َعلَّهُ ْم يَتَّقُون
ِ َّك يُبَيِّنُ هَّللا ُ آيَاتِ ِه لِلن
َ ِتَ ْق َربُوهَا َك َذل
Yang Artinya : Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur
dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi
Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu.
Dengan mempertegas bahwa makhluk diingatkan untuk bertaqwa yaitu dengan
ayat QS Al Baqarah ayat 63 :
)63 :ور ُخ ُذوا َما آتَ ْينَا ُك ْم بِقُ َّو ٍة َو ْاذ ُكرُوا َما فِي ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُونَ (البقرة ُّ َوإِ ْذ أَخ َْذنَا ِميثَاقَ ُك ْم َو َرفَ ْعنَا فَوْ قَ ُك ُم
َ الط
Yang Artinya : Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu dan Kami
angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang
telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya, agar kamu
bertakwa.” 5
5
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan). Cet. III. Jakarta:
CV Darus Sunnah.
7
Hadis yang berkaitan dengan berpuasa antara lain yaitu ‘Abdullah bin ‘Umar
radhiyallahu ‘anhu riwayat Al-Bukhary dan Muslim, Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala
alihi wa sallam tatkala menyebut bulan Ramadhan beliau berisyarat dengan kedua
tangannya seraya berkata :“Bulan (itu) begini, begini dan begini, kemudian beliau
melipat ibu jarinya pada yang ketiga (yaitu sepuluh tambah sepuluh tambah
sembilan,-pent.), maka puasalah kalian karena kalian melihatnya (hilal), dan
berbukalah kalian karena kalian melihatnya, kemudian apabila bulan tertutupi atas
kalian maka genapkanlah bulan itu tiga puluh.”
2.3 Penafsiran dan analisis katanya
Ayat yang mewajibkan utuk berpuasa adalah QS Al Baqarah 183 :
Yang Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Disini kita ambil pada kata kunci ُكتِبpada asal kata mufrodnya yaitu kataba. Yang
berubah ُكتِبyaitu dari fiil madhi yang dimajhulkan. Fi’il mabni majhul adalah perubahan
kata kerja yang memiliki subjek dan dan objek menjadi kata kerja yang tidak berobjek.
Fi’il mabni majhul dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan kata kerja pasif. Yaitu
dengan menjadikan objek sebagai subjeknya mengganti subjek asli sebelumnya. Sesuai
dengan namanya, maka fi’il mabni majhul hanya terjadi pada kata kerja bahasa Arab
saja.6
Adanya perubahan kata diatas yaitu didhommah huruf pertama dan dikasrah huruf
sebelum akhir. Contohnya seperti kata ُكتِبyang mufrrodnya kataba. Pada perubahan
tersebut juga berpengaruh pada artinya yang asalnya menulis menjadi menetapkan yaitu
dengan subtansi mewajibkan bagi يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُواyaitu bagi orang-orang yang beriman.
Pada ayat ini disebutkan Asbabun Nuzulnya yaitu Ibnu Jarir meriwayatkan dari
Mu’adz bin Jabalr.a.,bahwa ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. Tiba di Madinah
lalu ia berpuasa ‘Asyura dan tiga setiap bulan. Kemudian AllahSWT mewajibkan puasa
Ramadhan, makaturunlah ayat “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa ”sehingga “dan wajib bagi mereka yang berat menjalankannya (jika mereka
tidak berpuasa) membayar fidyah (yaitu) memberi makan seorang miskin”,maka siapa
6
Talqis Nardianto, Ilmu Nahwu Bahasa Arab, (Yogyakarta : LP3M Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, 2018), hal, 99.
8
yang suka berpuasa (berpuasalah ia) dan yang suka tidaak berpuasa (ia pun tidak
berpuasa) dan memberimakan seorang miskin, lalu Allah mewajibkan berpuasa bagi
orang yang sehat dan mukim di negerinya, dan tepatlah (ketentuan mengganti puasa yang
ditinggalkan dengan) memberi makan kepada seorang miskin bagi orang tua yang tidak
kuat berpuasa, maka turunlah ayat “Maka barang siapa diantara kamu melihat bulan
itu, hendaklah ia berpuasa”.7
Dalam ayat ini pun tampak jelas tujuan dari puasa, yaitu bertaqwa kepada Allah.
Taqwa itulah yang membangkitkan kesadaran dalam hati sehingga mau menunaikan
kewajiban ini, demi menaati Allah dan untuk mendapatkan ridha-Nya.8
Kemudian dijelaskan kadar puasa yakni bukan setiap hari terus menerus, tetapi
beberapa hari yang dapat dihitung dengan jari, supaya tidak memberatkan sehingga tidak
sanggup mengerjakan, pada mulanya puasa diwajibkan tiap bulan selama tiga hari,
kemudian dimansukhkan dengan puasa sebulan pada bulan ramadhan.
Diriwayatkan bahwa puasa itu pada mulanya diwajibkan sebagaimana umat-umat
yang dahulu pada tiap bulan selam tiga hari sejak zaman nabi Nuh a.s. sehingga
dimansukhkan oleh Allah dengan puasa bulan ramadhan.
Al-Hasan Al-Basri berkata, “sesungguhnya telah diwajibkan berpuasa atas tiap umat
sebelum kami sebagaimana diwajibkan atas kami sebulan cukup dan beberapa hari.”
Abdullah bin Umar mengatakan bahwa rasulullah saw. Bersabda:
“Berpuasa bulan ramadhan telah diwajibkan oleh Allah kepada umat-umat
sebelummu.”
Ibnu Abbas berkata, “orang sebelummu ialah ahlul kitab”
Kemudian diterangkan hukum puasa pada permulaannya, siapa yang dalam keadaan
sakit atau musafir, mereka tidak berpuasa, hanya saja harus qadha menurut bilangan hari
yang ia tidak puasa.9
Munasabah ayat selanjutnya (QS Al Baqarah ayat 184) dijelaskan ketentuan hari
untuk berpuasa, Ibnu Katsir mengemukakan, Allah swt, memuji bulan Ramadhan di
antara bulanbulan yang lain dengan memilihnya sebagai bulan untuk menurunkan al-
Qur’an
7
Muhammad Ali AshShabuni, Penerjemah: Mu’ammal Hamidy dan Drs.Imron A.Manan, Terjemahan
Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni, Surabaya:Bin aIlmu, 1983, hlm.145-147.
8
Syahid Sayyid Quthb, Fi Zhilalil-Qur’an, (Beirut: Darusy-Syuruq, 1992), diterjemahkan oleh As’ad
Yasin, dkk., Tafsir Fi Zhilalil Qua’an di Bawah Naungan Al-Qur’an (Surah Al-Faatihah – Al-Baqarah) Jilid I,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hal. 199.
9
Halim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier, cet. Ke-2, (Surabaya: PT.
Bina Ilmu, 1987), hal, 313.
9
al-Karim. Dalam hadits diterangkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan dimana
kitab-kitab Tuhan diturunkan kepada para Nabi. Imam Ahmad bin Hanbal berkata, Abu
Sai’d maula (bekas budak yang telah dimerdekakan) Bani Hasyim bercerita kepada kami,
Imam Abu al-Awwam bercerita kapada kami, Ibn al-Asqa’ bahwa Rasulullah saw.
Bersabda: “suhuf Nabi Ibrahim diturunkan pada awal malam bulan Ramadhan, Taurat
diturunkan pada tanggal 6 bualan Ramadhan, Injil diturunkan pada tanggal 13 bulan
Ramadhan, dan Allah menurunkan alQur’an pada tanggal 24 bulan Ramadhan.” Sebuah
hadits diriwayatklan dari Jabir bin ‘Abdullah, isinya anatara lain menerangkan bahwa
Zabur diturunkan pada tanggal 12 Ramadhan dan Injil pada tanggal 18 Ramadhan
sedangkan kitab lainnya sebagaimana keterangan dalam hadits di atas (diriwayatkan oleh
Ibnu Mardawih).10 Lalu pada ayat selanjutnya ( QS Al Baqarah Ayat 185 ) dijelaskan
keistimewaan bulan Puasa turunnya Al Qur’an atau disebut Nuzulul Qur’an.
Lalu penjabaran lagi pada QS Al Baqarah ayat 187 Hal ini merupakan suatu
keinginan dari Allah buat kaum muslim, dan Allah menghapuskan apa yang berlaku di
masa permulaan Islam. Karena sesungguhnya pada permulaan Islam, apabila salah
seorang di antara mereka berbuka, ia hanya di halalkan makan dan minum serta
bersetubuh sampai shalat isya saja. Tetapi bila ia tidur sebelum itu atau setelah sholat
isya, maka di haramkan baginya makan, minum, dan bersetubuh pada malam berikutnya.
Maka dengan peraturan ini mereka mengalami amsyaqat yang besar.11
BAB III
10
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ahkam, (Tangerang, Lentara Hati, cet I,2016), hal, 88-98.
11
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Tafsir Alquranil Adzim jilid 2, (Bandung, Anggota
IKAPI:2002), hal 193.
10
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Tafsir Tematik ini bisa mengetahui runang ligkup yang akan dibahas, seperti
contoh penafsiran ayat tentang puasa diatas memberi referensi dari turun ayatnya yang
kronologis atau sesuai asbabun nuzulnya. Dari ayat-ayat tersebut mengupas satu
persatu seperti ayat yang mewajibkan atas puasa yaitu kata Kutiba yang asal bentuk
mufrodnya yaitu kataba yang artinya Menulis lalu menjadi yang ditetapkan atau
mewajibkan karena bentuk mufrodnya yaitu fi’il yang dimajhulkan lalu siapa yang
diwajibkan yaitu merujuk kepada يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُواOrang-orang yang beriman.
Untuk mengupas lagi puasa itu bentuknya seperti apa yaitu dijelaskan dengan
ayat yang lain seperti waktu puasa sampai dengan penjelasan dengan hadis tertentu
yang menyangkut hal tengtang puasa. Dari situ diambil analisis terhadap penafsiran
dari tokoh ahli tafsir dan mengupas kata kunci yang mencakup semua ayat tentang
puasa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
11
Ad-Dimasyqi, A.-I. A. (2002). Tafsir Alquranil Adzim jilid 2. Bandung: Anggota IKAPI.
Bahreisy, H. B. (1987). Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier, cet. Ke-2. Surabaya: PT.
Bina Ilmu.
oleh As’ad Yasin, d. (2000). Tafsir Fi Zhilalil Qua’an di Bawah Naungan Al-Qur’an (Surah
Al-Faatihah – Al-Baqarah) Jilid I, . Jakata: Gema Insani Press.
RI, D. A. (20009). Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan). Cet. III. Jakarta:
CV Darus Sunnah.
Rifa’i, D. H. (1978). Fikih Islam Lengkap. Semarang: Pt. Karya Toha Putra.
Shad, A. R. (1993). The Right of Allah and Human Right. Delhi: Shandar Market.
12