Anda di halaman 1dari 6

4.

Dasar Hukum Ibadah Haji

A. Dalil Ibadah Haji


Surat Al-Hajj ayat 27-29

‫ين ِمن ُك لِّ فَ ٍّج َع ِمي ٖق‬ َ ِ‫ضا ِم ٖر يَ ۡأت‬َ ِّ‫وك ِر َجااٗل َو َعلَ ٰى ُكل‬ َ ُ‫اس بِ ۡٱل َحجِّ يَ ۡأت‬
ِ َّ‫َوأَ ِّذن فِي ٱلن‬
‫ت َعلَ ٰى َم ا َر َزقَهُم ِّم ۢن‬ ٍ ‫ٱس َم ٱهَّلل ِ فِ ٓي أَي َّٖام َّم ۡعلُ و ٰ َم‬ ْ ‫وا َم ٰنَفِ َع لَهُمۡ َويَ ۡذ ُكر‬
ۡ ‫ُوا‬ ْ ‫ لِّيَ ۡشهَ ُد‬٢٧
ْ ُ‫وا تَفَثَهُمۡ َو ۡليُوف‬
‫وا‬ ْ ‫ض‬ ُ ‫ ثُ َّم ۡليَ ۡق‬٢٨ ‫ير‬َ ِ‫س ۡٱلفَق‬ ْ ‫وا ِم ۡنهَا َوأَ ۡط ِع ُم‬
َ ِ‫وا ۡٱلبَٓائ‬ ْ ُ‫بَ ِهي َم ِة ٱأۡل َ ۡن ٰ َع ۖ ِم فَ ُكل‬
٢٩ ‫يق‬ ۡ ِ ‫وا بِ ۡٱلبَ ۡي‬
ْ ُ‫ورهُمۡ َو ۡليَطَّ َّوف‬
َ ‫نُ ُذ‬
ِ ِ‫ت ٱل َعت‬
Artinya:

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan
datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang
dari segenap penjuru yang jauh. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi
mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas
rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah
sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang
yang sengsara dan fakir. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang
ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka
dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu
(Baitullah). (Q.S Al-Hajj: 27-29)

B. Asbabunnuzul

Di dalam Tafsir Al-Ahkam, Imam Al-Qurthubi menceritakan bahwa takala


Ibrahim telah selesai membangun Ka’bah, ia memperoleh perintah langsung dari Allah
agar memproklamasikan haji itu kepada manusia. Ibrahim menjawab: “Bagaimana bisa
suaraku didengar oleh manusia?” Maka Allah pun berfirman: “Serulah mereka, Aku akan
menyampaikannya.1

Ibrahim lalu naik ke Jabal (Gunung) Abi Qubais dan menyeru dengan suara keras:
Wahai manusia! Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kamu agar berhaji ke rumah
ini (Bayt Allah), niscaya Allah akan memberikan pahala surga dan menjauhkan kamu dari

1
Muchtar Adam, Tafsir ayat-ayat Haji, (Bandung: Penerbit Mizan, 1997), hlm 12.
api neraka. Saat itu seluruh manusia menjawab, baik yang ada didalam sulbi laki-laki
maupun yang ada dalam Rahim perempuan dengan jawaban:

‫لبيك اللهم لبيك‬

Aku siap melaksanakan dan memenuhi perintah-Mu Ya Allah.

Di antara manusia ada yang menjawab seadanya. Dan barang siapa yang menjawab satu
kali maka ia akan berhaji satu kali, bagi yang menjawab dua kali maka ia akan berhaji
dua kali. Seterusnya talbiyah seperti ini dijadikan syariat sesuai dengan pendapat dan
riwayat Abdullah bin Abbas serta Abdullah bin Jubair.

Diriwayat lain bahwa suatu ketika, tatkala kaum Muslimin menunaikan ibadah
haji, sebagian dari mereka ada yang tidak berkendaraan. Tidak lama kemudian lalu turun
ayat 27 surat al-Hajj agar membawa bekal secukupnya dan diizinkan untuk berkendaraan
dan jika perlu bahkan sambil berdagang.2

C. Tafsir Mufradad

‫واذن‬ : al-‘Adzan dan al-Ta’dzin ialah pemberi tahuan dengan suara yang kuat (keras),
seperti halnya adzan ketika masuk shalat. Yang dimaksud dengan “wa’adzidzin”
di sini ialah menyeru atau mengjak umat manusia supaya menunaikan haji.

‫رجاال‬ : jamak dari kata “rajilun” seperti kata “qiyam”, jamak dari kata “qa’im”

‫ضامر‬ : al Tahayyuf al Hazil, menjadi kurus perlahan-lahan. Yang dimaksud di sini ialah
bahwa unta yang dijadikan kendaraan oleh jama’ah haji itu lambat laun menjadi
kurus karena kelelahan lantaran perjalanan yang teramat jauh.

‫فج‬ : asal maknanya adalah jalan (al-thariq) yang terletak diantara dua gunung.
Kemudian kata “fajin” itu digunakan dalam artian jalan yang luas secara mutlak,
apakah dia diapit dengan gunung atau tidak.

‫عميق‬ : artinya sangat jauh (al-ba’id).

‫البئس‬ : orang yang ketimpa kefakiran atau kemiskinan yang amat sangat (melarat).

2
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ahkam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm 132.
‫التفث‬ : asalnya bermakna kotoran (al-wasakh), tetapi yang dimaksud di sini adalah
memotong rambut atau kuku.

‫النذور‬ : apa saja yang dinadzarkan oleh orang-orang yang melakukan haji, sepanjang
berupa amal perbuatan yang baik.

‫العتيق‬ : sama dengan al-qadim, yang terdahulu, menggambarkan Bait Allah sebagai
rumah ibadah yang pertama kali dubangun.

D. Penjelasan

ِّ‫اس بِ ۡٱل َحج‬


ِ َّ‫َوأَ ِّذن فِي ٱلن‬ maknanya Allah SWT. Memerintahkan kepada nabi Ibrahim as.,
usai membangun Ka’bah, memanggil umat manusia seraya beliau diperintahkan agar
memberi tahukan kepada mereka bahwa Allah SWT. Mewajibkan mereka berhaji ke
Baitullah. Diriwiyatkan oleh Ibn Abi Syaybah, Ibn Jrir, Ibn al-Mundzir dan al-Hakim
serta al-Bayhaqi, dari Ibnu Abbas ra., bahwa, begituh selesai membangun Ka’bah,
Ibrahim berkata: “ Ya Tuhan-Ku, aku telah selesai membangun Ka’bah.” Lalu Allah
memerintahkan Ibrahim “Serulah olehmu umat manusia supaya menunaikan haji.” Lalu
Ibrahim bertanya: “Apakah sampai suara (seruanku) kepada mereka?” Allah menyatakan:
“ Lakukanlah seruan itu; Akulah yang akan menyampaikan (seruanmu).” Ibrahim
bertanya lagi: “Ya Rabbi, bagaimana aku mengucapkannya?” Allah berfirman:
“katakanlah kepada mereka, hai manusia! Diwajibkan atas kamu semua untuk berhaji ke
bait al-‘Atiq.3

Jawaban Allah SWT. Kepada nabi Ibrahim itu diabadikan dalam firmannya ‫يَ ۡأتُوكَ ِر َجااٗل‬
ۡ
ٖ ‫ضا ِم ٖر يَأتِينَ ِمن ُكلِّ فَجٍّ َع ِم‬
‫يق‬ َ ِّ‫َو َعلَ ٰى ُكل‬ bahwa mereka berbondong-bondong mengunjungi
Bait Allah untuk melakukan haji, baik yang berjalan kaki maupun menggunakan
kendaraan unta yang kurus.

Kebenaran ayat di atas mudah dibuktikan oleh kita semua terutama di zaman
modern sekarang ini yang antara lain ditandai dengan alat-alat tranportasi canggih
sehingga memudahkan kaum muslimin melaksakan ibadah haji. Bahkan terdapat
pembatasan kuota haji yang menyebabkan tidak semua kaum muslim berkesempatan
untuk melaknakan ibadah ini.

3
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ahkam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm 132.
ۡ‫وا َم ٰنَفِ َع لَهُم‬
ْ ‫لِّيَ ۡشهَ ُد‬ Agar mereka para jama’ah haji menyaksikan langsung berbagai manfaat
dari ibadah haji itu sendiri. Al-Quran maupun hadits tampak sengaja tidak menyebutkan
suatu persatu secara rinci tentang manfaat dari ibadah haji itu, akan tetapi cukup dengan
mengungkapkan “lisyasyhadu manafi’a lahum”, agar mereka menyaksikan manfaat-
manfaatyang diperoleh mereka. Yang pasti manfaat haji sangat banyak jumlahnya. Kata
“manafi’a” yang menggunakan redaksi jamak mengisyaratkan hal itu.4

‫ت َعلَ ٰى َم ا َرزَ قَهُم ِّم ۢن بَ ِهي َم ِة ٱأۡل َ ۡن ٰ َع ۖ ِم‬


ٍ ‫ٱس َم ٱهَّلل ِ فِ ٓي أَي َّٖام َّم ۡعلُ و ٰ َم‬ ْ ‫ َويَ ۡذ ُكر‬dan
ۡ ‫ُوا‬ supaya mereka
menyebut asma Allah pada hari-hari yang dipermaklumkan, yaitu hari kesepuluh
dzulhijjah (hari raya haji) dan tiga hari tasyrik berikutnya.

َ ِ‫س ۡٱلفَق‬
‫ير‬ ْ ‫وا ِم ۡنهَا َوأَ ۡط ِع ُم‬
َ ِ‫وا ۡٱلبَٓائ‬ ْ ُ‫ فَ ُكل‬silahkan kamu makan sebagian daging hewan kurban
yang kamu sembelih itu; dan sebagian lainnya bagi-bagikan kepda orang miskin.

‫ق‬ ۡ ِ ‫وا بِ ۡٱلبَ ۡي‬


ْ ُ‫ورهُمۡ َو ۡليَطَّ َّوف‬ ْ ُ‫وا تَفَثَهُمۡ َو ۡليُوف‬
َ ‫وا نُ ُذ‬ ْ ‫ض‬ُ ‫ ثُ َّم ۡليَ ۡق‬yakni
ِ ‫ت ٱل َعتِي‬ hendakla mereka
menghilangkan berbagai macam kotoran (membersihkan diri) lalu mencukur rambut dan
memotong kuku dan lain sebagainya; serta memenuhi nazar yang baik (jika ada) untuk
melakukan tawaf wada’ di Bit al-‘Atiq.

E. Istinbath Hukum
Ada beberapa garis hukum dari ayat-ayat diatas.
1. Menunaikan Haji hukumnya wajib bagi setiap muslim dan muslimah yang
berkemampuan untuk melaksakannya.
2. Firman Allah َ ِّ‫ يَ ۡأتُوكَ ِر َجااٗل َو َعلَ ٰى ُكل‬, menunjukan kebolehan menunaikan
‫ضا ِم ٖر‬
ibadah haji dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan. Hanya saja,
menurut ulama malikiyah, haji lebih afdhol daripada berkendaraan, kata mereka,

didahulukan kata ‫ ِر َجااٗل‬dari pada ‫ضا ِم ٖر‬


َ mengisyaratkan hal itu. Sementara pakar
fiqih yang lain, khususnya Abu Hanifah tidak memandang jalan kaki dalam haji
lebih utama.
3. Firman Allah ۡ‫وا َم ٰنَفِ َع لَهُم‬
ْ ‫لِّيَ ۡشهَ ُد‬, menunjukan kebolehan. Melakukan haji sambil
berdagang. Para pakar ulama fiqih telah menggariskan kebolehan hokum
berdagang ini bagi para hujjaj, sejauh kegiatan dagang itu sendiribukan
merupakan tujuan utama dari perjalanan haji yang dia lakukan.

4
Sayyid Quthub, Fi Zhilal al-Qur’an, Jil. 4, Dar al-Qalam, Beirut-Lubnan, 1401 H/1981 M, h. 2418.
4. Para ulama malikiyyah berdalil dengan firman Allah ‫ٱس َم ٱهَّلل ِ فِ ٓي أَي َّٖام‬ ْ ‫َويَ ۡذ ُكر‬
ۡ ‫ُوا‬
ٍ ‫ َّم ۡعلُو ٰ َم‬,
‫ت‬ bahwasannya penyembelihan al-hadyu tidak boleh dilakukan di malam
hari; sementara ulama-ulama lain diluar malikiyyah hanya memandang makruh
melakukan penyembelihan hewan kurban di malam hari.
5. Lahiriyyah firman Allah ‫وا ِم ۡنهَا‬
ْ ُ‫فَ ُكل‬, mewajibkan pemilik hewan korban supaya
memakan sebagain dagingnya; namun demikian para ulama sepakat bahwa
perintah makan di sini tidaklah wajib.
‫ق‬ ۡ ِ ‫وا بِ ۡٱلبَ ۡي‬
ْ ُ‫ورهُمۡ َو ۡليَطَّ َّوف‬ ْ ُ‫ُوا تَفَثَهُمۡ َو ۡليُوف‬
َ ‫وا نُ ُذ‬ ْ ‫ثُ َّم ۡليَ ۡقض‬,
6. Firman Allah ِ ‫ت ٱل َعتِي‬ masing-
masing menunjukan bahwa kewajiban jama’ah haji untuk melakukan tahallul
ashghar (dalam hal ini bercukur atau memotong rambut), memenuhi nadzar (kalau
bernadzar) dan melakukan thawaf ifadhah.5

F. Fadilah Haji
Setiap perintah atau kewajiban yang dibebankan Allah SWT atas hambanya
pasti ada fadilah dan keutamaannya. Demikian pula di balik semua larangan Allah
SWT yang harus ditinggalkan, pasti terkandung maksud tertentu. Jika larangan
larangan itu dikerjakan, pasti ada mudaratnya.
Fadilah dan keutamaan haji cukup banyak jumlahnya. Ibadah haji melahirkan
manfaat ruhaniya-diniyah, dan sekaligus juga juga manfaat materi-duniawi.

Selain itu manfaat ibadah haji adalah6:

1. Menyempurnakan keislaman.
2. Meningkatkan keimanan.
3. Menghapus dosa.
4. Melipat gandakan pahala.
5. Melatih sifat sabar dan disiplin.
6. Mensyukuri nikmat Allah SWT.

Ibadah haji, demikian simpulan Sayid Qutub juga merupakan suatu musim
pertemuan dan muktamar, bahkan juga musim perdagangan dan ibadah. Melalui
ibadah haji terjalin komunikasi dan tukar informasi antar sesama kaum muslimin dari

5
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ahkam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm 135.

6
Moh. Nafi’, Haji dan Umrah, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2015), hlm 63.
berbagai bangsa dan Negara yang berbeda budaya, bahasa dan warna kulit.
Pendeknya ibadah haji membuahkan manfaat dunia akhirat.7

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Muchtar, 1997 Tafsir ayat-ayat Haji, (Bandung: Penerbit Mizan)


Suma, Muhammad Amin, 1997 Tafsir Ahkam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu)
Quthub, Sayyid, 1981 Fi Zhilal al-Qur’an, Jil. 4, Dar al-Qalam, Beirut-Lubnan
Nafi’ muhammad, 2015 Haji dan Umrah, (Jakarta: Penerbit Erlangga)

7
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ahkam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm 133.

Anda mungkin juga menyukai