Anda di halaman 1dari 15

BABI

HADITS, SUNNAH, KHOBAR DAN ATSAR


Kompetensi Kelulusan : Mampu mengetahui, menelusuri dan meneliti akurasi atau
keotentikan Hadits Nabi SAW
Kompetensi Dasar : 1. Memahami pengertian : Hadits, Sunnah, Khobar dan Atsar
Indikator : 1.1. Menjelaskan pengertian : Hadits, Sunnah, Khobar dan Atsar
1.2. Menjelaskan substansi Hadits dan Atsar
1.3. Menyebutkan struktur Hadits
1.4. Menjelaskan pengertian: sanad, matan, mukhroj, dan
periwayat.
Materi : - Definisi menurut bahasa dan istilah dari : Hadits, Sunnah,
Khobar dan Atsar
- Substansi Hadits dan Atsar
- Struktur Hadits
- Pengertian Sanad, Matan, Mukhroj dan Periwayat.

A. Pengertian Hadits, Sunnah, Khobar dan Atsar


a. Hadits
Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam
terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan/ mencatat sebuah
pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad. Namun pada saat ini
kata hadits mengalami perluasan makna, sehingga bisa berarti segala
perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi
Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum. Kata hadits itu
sendiri adalah bukan kata infinitif, maka kata tersebut adalah kata benda.
Dalam batasan etimologis kata hadits (‫ )حححديث‬memiliki arti yang sama
dengan kata jadid (‫ )جديد‬yang berarti baru, sebagai lawan dari kata qadim
yang bararti lama sebagai konotasi bagi al-Qur`ân.
Hadits berarti pula qarib (‫ )قريححب‬yang berarti dekat, yakni sesuatu yang
belum lama terjadi. Dan juga mempunyai arti khabar (‫ )خبر‬yang berarti
berita, yakni berita tentang seluruh kegiatan dan ucapan dari Nabi
Muhammad. Untuk pengertian yang terakhir dapat ditemukan secara
implisit dalam ayat:

(‫ن َكاُنوا صِدِقين‬


ْ ‫ث ِمْثِلِه ِا‬
ٍ ‫حِدي‬
َ ‫(َفْلَيأتُوا ِب‬34 :‫الطور‬

(Maka hendaklah mereka mendatangkan khabar yang menyerupainya jika


mereka adalah orang yang benar)

1
Nabi saw. juga telah menggunakan kata hadits dengan arti khabar
sebagaimana terlihat dalam suatu sabdanya:

(‫أل محححن بلغحححه عنحححي ححححديث فكحححذب بحححه فقحححد كحححذب ثلثحححة الححح ورسحححوله والحححذي ححححدث بحححه )رواه أحمحححد والحححدارمي‬

( …. Ingatlah, barangsiapa sampai kepadanya suatu khabar dariku lalu


mendustakannya niscaya ia telah berdusta kepada tiga pihak, yaitu Allâh,
rasul-Nya dan orang yang menyampaikan khabar)

Dalam matan hadits tersebut terdapat kata hadits (‫ )حححديث‬yang berarti


khabar dan kata hadatsa bihi (‫ )حدث به‬yang berarti menyampaikan khabar.

Adapun secara terminologis, hadits diketahui artinya dari beberapa


pendapat sebagai berikut:

a. menurut para Ahli Hadits (al-Muhadditsun)

‫الحديث ما أضيف إلى النبي تقريرأو من قول أو فعل أو تقرير أو صفة‬

Hadits adalah segala hal yang disandarkan (dihubungkan) pada nabi


saw., baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, maupun sifat)

b. menurut para Ahli Fiqh

Menurut mereka hadits didefinisikan sebagai berikut:

‫الحديث هو أقواله صلى ال عليه وسلم وأفعاله وتقريره مما يتعلق به حْكم بنا‬

(Hadits adalah segala ucapan Nabi saw., perilakunya, dan


ketetapannya yang terkait dengan hukum)

Definisi tersebut terkesan sangat sempit, karena yang dimaksud

2
dengan hadits hanyalah hal-hal yang datang dari Nabi Muhammad saw.
dan bahkan hanya yang terkait dengan hukum saja.

b. Sunnah

As-sunnah secara etimologi adalah thoroqoh atau dalam bahasa


Indonesia berarti perilaku, cara hidup atau tradisi baik perilaku itu
menunjukan pada hal-hal yang positif ataupun menunjukan hal-hal yang
negatif. sedangkan secara terminologi, para ulama` berbeda pendapat
tentang pendefinisianya. adapun perincianya sebagai berikut:
a. menurut ulama` fiqih As-sunnah berarti segala sesuatu yang dilakukan
nabi selain wajib. atau dalam kata lain segala yang apabila dikerjakan
mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa. ada
juga sebagian yang mendefinisakanya sebagai lawan dari bid`ah,
b. Menurut ulama` hadits As-sunnah berarti segala sesuatu yang berasal
dari nabi baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat atau
perjalanan hidup nabi, baik sebelum beliau diangkat jadi nabi atau
sesudah diangkat, baik sesuatu itu menyangkut hukum syar`i atau
tidak.
c. Sedangkan menurut ulama` ushul As-sunnah berarti segala sesuatu
yang datangnya dari nabi Muhammad S.A.W. selain Alqur`an baik
berupa ucapan, perbuatan maupun ketetapan.

Dalam definisi lain, secara etimologis kata sunnah (‫ )سّنة‬berasal dari


kata sanna (‫ن‬
ّ ‫ )س‬yang berarti perilaku, tindakan (‘amal, ‫)عمل‬, dan kebiasaan
(‘âdah, ‫)عححادة‬. Sunnah juga berarti jalan yang ditempuh dan diikuti oleh
orang lain. Makna lainnya adalah mode, arah, peraturan, atau cara hidup.
Penggunaan kata sunnah mengandung konsekwensi makna yang
berbeda-beda, baik dalam al-Qur`ân, al-Hadits, maupun dalam sya’ir Arab.
Perhatikan makna kata sunnah berikut ini!

a. Sunnah dalam al-Qur`ân:

3
Dalam al-Qur`ân kata sunnah mempunyai makna yang berbeda dengan
pengertian yang berlaku pada umumnya. Perhatikan ayat berikut ini!

)38 :‫ن)ق النفال‬


َ ‫لّوِلي‬
َ ‫تا‬
ُ ‫سّن‬
ُ ‫ت‬
ْ ‫ض‬
َ ‫ن َيُعوُدوا َفَقْد َم‬
ْ ‫ف َوِا‬
َ ‫سَل‬
َ ‫ن َيْنَتُهوا ُيْغَفْر َلُهْم َماَقْد‬
ْ ‫ن َكَفُروا ِا‬
َ ‫ل ِلّلِذي‬
ْ ‫ُق‬

(Katakanlah kepada orang-orang kafir “Jika mereka berhenti maka


diampuni oleh Allâh dosa-dosa yang telah berlalu, dan jika mereka
kembali maka telah berlalu aturan (Allâh) terhadap orang-orang
terdahulu)

Kata sunnah al-Awwalin (‫ )سنة الولين‬dalam ayat tersebut berarti ketentuan


atau aturan Allâh terhadap orang-orang terdahulu. Pengertian senada
juga ditemukan dalam ayat lain, misalnya ayat:

(23 :‫ل )ق الفتح‬


ً ‫ل َتْبِدي‬
ِ ‫تا‬
ِ ‫سّن‬
ُ ‫جَد ِل‬
ِ ‫ن َت‬
ْ ‫ل َوَل‬
ُ ‫ن َقْب‬
ْ ‫ت ِم‬
ْ ‫خَل‬
َ ‫ل اّلِتي َقْد‬
ِ ‫سّنَة ا‬
ُ

(sebagai sunnah Allâh yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali
tiada akan menemukan perubahan bagi sunnah Allâh itu)

Dalam ayat tersebut kata sunnah Allâh mengandung arti ketentuan


atau sesuatu yang telah diatur oleh Allâh SWT., yang terkadang disebut
sebagai hukum alam atau Peristiwa Alam.

b. Sunnah dalam hadits Nabi Muhammad saw. :

Dalam hadits kata sunnah bermakna perbuatan yang variabel dari segi
waktu pelaksanaannya. Misalnya makna kata sunnah dalam hadits:

‫من سن في السلم سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها من غير أن ينقص من عملهم من شيء ومن سن سنة سيئة‬
‫فعليه وزرها ووزر من عمل بها من غير أن ينقص من أوزارهم من شيء‬

(Barangsiapa membuat kegiatan yang baik dalam (menurut) Islam


maka ia berhak memperoleh upahnya dan upah dari orang yang

4
melakukannya tanpa mengurangi sedikitpun upah ‘amal mereka.
Barangsiapa membuat kegiatan yang buruk dalam (menurut) Islam
maka ia berhak memperoleh dosanya dan dosa dari orang yang
melakukannya tanpa mengurangi sedikitpun dosa ‘amal mereka).
Dalam hadits di atas terdapat dua kata-kata yang patut digarisbawahi,
yakni kata sunnah hasanah (‫ )سحححنة حسحححنة‬yang berarti prilaku, atau
perbuatan yang baik, jalan yang baik (thariqah hasanah = ‫ )طريقة حسنة‬dan
kata sunnah sayyi`ah (‫ )سنة سيئة‬yang berarti prilaku, atau perbuatan yang
jelek, jalan yang buruk (thariqah sayyi`ah = ‫)طريقححة سحححيئة‬. Keduanya
bersumber dari semua manusia tanpa kecuali, apalagi yang terkait
dengan pribadi Nabi saw.

Makna kata sunnah juga dapat dipahami dari sebuah hadits lainnya
sebagai berikut:

، ‫ لكني أصوم وأفطر وأصلي وأرقد وأتححزّوج النسححاء‬،‫ أما وال إني لخشاكم ل وأتقاكم له‬، ‫ أنتم الذين قلتم كذا وكذا‬.…
(‫فمن رغب عن سنتي فليس مني )متفق عليه‬

(…. Kamu semua yang berkata demikian …, ingatlah, demi Allâh aku
adalah orang di antara kalian yang paling takut kepada Allâh dan orang
yang lebih bertaqwa kepadaNya, tetapi aku berpuasa dan berbuka,
mendirikan shalat, tidur, dan menikahi wanita. Barangsiapa yang
membenci sunnahku maka ia bukan termasuk golonganku)

Menurut al-Qisthillani kata sunnati (‫ )سّنتي‬dalam hadits tersebut berarti


thariqati (‫)طريقتي‬, artinya jalanku, perilakuku, cara hidupku, kebiasaanku.
Berkenaan dengan makna-makna dalam hadits-hadits di atas kata
sunnah dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata tradition.

Dari dua hadits di atas ada pelajaran bagi kita bahwa kata sunnah
mempunyai dua kategori, yakni sunnah hasanah (prilaku, tradisi yang
baik yang tentunya dibenarkan menurut norma agama) dan sunnah
sayyi`ah (tradisi, prilaku yang tidak baik menurut norma agama). Hal
tersebut selaras dengan pemahaman yang diberikan oleh ibn Hajar,

5
bahwa sunnah bukan merupakan perimbangan bagi hukum wajib,
haram, ataupun mubah, sebagaimana yang terdapat dalam pandangan
para Ahli Fiqh, tetapi merupakan tatacara hidup.

Adapun sunnah dalam batasan terminologis adalah sebagaimana berikut


ini.

a. Menurut para Ahli Hadits, sunnah sama dengan hadits, yakni seluruh
kegiatan yang bersandar pada Nabi saw.
.‫ما أضيف إلى النبي‬

b. Menurut para Ahli Fiqh, sunnah adalah segala hal yang apabila
dikerjakan maka pelakunya diberikan pahala, dan jika ditinggalkan
maka pelakunya tidak berdosa.

Dalam hal ini perlu diketahui bahwa sunnah merupakan bagian dari
hukum Islam yang lima, di sampingnya ada wajib, haram, makruh dan
mubah.

c. Khobar

Khabar menurut bahasa adalah berita. Bentuk jamaknya adalah


Akhbaar.
Sedangkan menurut istilah, terdapat perbedaan pendapat :
• Ada yang mengatakan bahwa khabar itu sama dengan hadits,
sehingga maknanya menjadi sama secara istilah.
• Ada pula yang berpendapat bahwa hadits adalah segala yang
datang dari Nabi; sedangkan khabar adalah yang datang dari selain
Nabi, seperti shahabat dan tabi’in.
• Ada juga yang berpendapat bahwa khabar lebih umum daripada
hadits. Kalau hadits adalah segala apa yang datang dari Nabi, sedang
khabar adalah yang datang dari Nabi shalallahu alaihi wasalam dan
selain Nabi shalallahu alaihi wasalam.

6
Dalam batasan etimologis kata khabar (‫ )خحبر‬berarti berita (naba`,‫)نبحأ‬.
Secara terminologis khabar dipahami dengan tiga pengertian sebagai
berikut:

a. Khabar bersinonim dengan kata hadits, keduanya bermakna yang


sama, hal ini mengingat di antara makna hadits secara harfiah adalah
khabar;
b. Khabar berbeda maknanya dengan kata hadits, bahwa hadits
berkonotasi sebagai segala hal yang datang dari Nabi Muhammad
saw. , sedangkan khabar adalah apa saja yang datang dari selainnya;
c. Khabar lebih luas maknanya daripada kata hadits, bahwa hadits adalah
segala hal yang dari Nabi Muhammad saw., sedangkan khabar adalah
apa saja yang datang dari Nabi saw. atau yang lainnya.

Dalam pengertian lain,


‫ن ُدْوَنُهْم‬
ْ ‫ن أْو َتاِبِع الّتاِبِعْينَأو َم‬
َ ‫حاِبِه أْو الَتاِبِعْي‬
َ‫ص‬
ْ ‫نأ‬
ْ ‫غْيُِرُه ِم‬
َ ‫ن‬
ْ‫ع‬َ ‫علْيِه َوسّلَم و‬
َ ‫ل‬
ُ ‫صّلى ا‬
َ ‫عْنُه‬
َ ‫جاَء‬
َ ‫خَبُر َما‬
َ ‫اْل‬
Khabar, adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi saw ataupun yang
lainnya, yaitu shahabat beliau, tabi’in, tabi’ tabi’in, atau generasi
setelahnya.

d. Atsar
Atsar menurut bahasa adalah sisa dari sesuatu. Sedangkan menurut
istilah ada dua pendapat :
• Ada yang mengatakan bahwa atsar itu sama dengan hadits, makna
keduanya adalah sama.
• Ada yang berpendapat bahwa atsar berbeda dengan hadits, yaitu
apa yang disandarkan kepada shahabat dan tabi’in, baik berupa
perkataan dan perbuatan mereka.
Dalam arti harfiah kata atsar (‫ )أثر‬berarti sesuatu yang tersisa,
pengaruh (baqiyah al-syay` = ‫)بقية الشيء‬. Sedangkan secara terminologis
atsar mempunyai maksud sebagai berikut:
a. sebagai sinonim (muradif = ‫ )مرادف‬bagi kata hadits;

7
b. mempunyai makna lain dari al-hadits, yakni segala hal yang
disandarkan pada sahabat dan tabi’in yang berupa ucapan atau
perbuatan
‫ما أضيف إلى الصحابة والتابعين من أقوال أو أفعال‬
Dalam pengertian lain atsar didefinisikan
‫ن ُدْوَنُهْم‬
ْ ‫ن أْو ِم‬
َ ‫حاَبِة أْو الّتاِبِعْين أْو َتاِبِع الّتاِبِعْي‬
َ‫ص‬َ ‫ن ال‬
ْ ‫سّلَم ِم‬
َ ‫عَلْيِه َو‬
َ ‫ل‬
ُ ‫صّلى ا‬
َ ‫غْيِر الّنِبي‬
َ ‫ن‬
ْ‫ع‬َ ‫جاَء‬
َ ‫لَثُر َما‬
َ‫ا‬

Atsar, adalah segala sesuatu yang datang selain dari Nabi saw, yaitu
dari shahabat, tabi’in, atau generasi setelah mereka.

Contah-contoh

1. Contoh hadits qauly (perkataan) :


‫إنما العمال بالنية‬
Sesungguhnya setiap amal itu dengan niat

2. Contoh hadits fi’ly (perbuatan) adalah hadits yang diriwayatkan dari


'Aisyah ra.
ِ‫لة‬
َ‫ص‬ّ ‫ضأ ِلل‬
َ ‫جُه َو َتَو‬
َ ‫ل َفْر‬
َ‫س‬
ِ‫غ‬َ ‫ب‬
ٌُ ‫جّن‬
ُ ‫ن َيَناَم َو ُهَو‬
ْ ‫سّلَم ِإَذا أَراَد أ‬
َ ‫عَلْيِه َو‬
َ ‫ل‬
ُ ‫صّلى ا‬
َ ‫ن الّنِبي‬
َ ‫َكا‬
Nabi saw apabila akan tidur, sedangkan beliau dalam keadaan junub maka
beliau berwudlu seperti wudlu untuk shalat

3. Contoh hadits taqriry (persetujuan) adalah hadis dari Ibnu Abbas ra,
‫ب َتَْقّذًَرا َو‬
َ ‫ض‬
ْ ‫ك ال‬
َ ‫ط و َتَر‬
ِ ‫ن الْق‬
َ ‫ن َو ِم‬
ِ ‫سْم‬
ّ ‫ن ال‬
َ ‫ل ِم‬
َ ‫طا َفأَك‬
ً ‫ضًَبا َو أْق‬
ْ ‫سْمًنا َو أ‬
َ ‫سّلَم‬
َ ‫علْيِه َو‬
َ ‫ل‬
ُ ‫صّلى ا‬
َ ‫ل‬
ِ ‫لا‬
ُ ‫سْو‬
ُ ‫ت َِإَلى َر‬
ْ ‫خالَتُه َأْهَد‬
َ ‫ن‬
َّ
‫سّلَم‬
َ ‫علْيِه َو‬
َ ‫ل‬
ُ ‫صّلى ا‬
َ ‫ل‬
ِ ‫لا‬
ُ ‫سْو‬
ُ ‫عَلى َماِئَدِة َر‬
َ ‫ل‬
َ ‫حَراًما َما ُأِك‬
َ ‫ن‬
َ ‫ َوَلْو َكا‬،‫سّلَم‬
َ ‫علْيِه َو‬
َ ‫ل‬
ُ ‫صّلى ا‬
َ ‫عَلى َماِئَدِتِه‬
َ ‫ل‬
َ ‫أِك‬
Bahwa bibinya memberi hadiah kepada Rasulullah saw berupa mentega,
daging biawak dan keju, lalu beliau memakan mentega dan keju dengan
meninggalkan daging biawak karena merasa jijik, tetapi daging itu
dimakan di meja makan rasulullah saw, seandainya haram maka tak akan
dimakan di meja Rasulullah saw

4. Contoh hadits sifat, yaitu hadis yang memuat sifat pribadi nabi saw,
adalah hadis dari Anas ra;
‫سَمُر‬
ْ ‫طأ‬
ٍ ‫سْب‬
َ ‫ل‬
َ ‫جْعٍد َو‬
َ ‫س ِب‬
َ ‫شْعُرُه َلْي‬
َ ‫ن‬
َ ‫سِم َوَكا‬
ْ‫ج‬
ِ ‫ن اْل‬
ُ‫س‬
َ‫ح‬
َ ‫صيِر‬
ِ ‫ل ِباَْلَق‬
َ ‫ل َو‬
ِ ‫طِوي‬
ّ ‫س ِبال‬
َ ‫سّلَم َرْبَعًَة ًلْي‬
َ ‫علْيِه َو‬
َ ‫ل‬
ُ ‫صّلى ا‬
َ ‫ل‬
ِ ‫لا‬
ُ ‫سْو‬
ُ ‫ن َر‬
َ ‫َا‬
‫شى َيَتَكّفُأ‬
َ ‫ن ِإَذا َم‬
ِ ‫الّلو‬
8
Rasulullah itu tingginya sedang, tidak tinggi dan tidak pendek,
tubuhnya bagus, rambutnya tidak keriting dan tidak lurus, warnanya
coklat, apabila berjalan rambutnya bergoyang.

Maka dapat disimpulkan bahwa :


Khabar (‫خَبُر‬
َ ‫ )اْل‬berita yang bisa datang dari siapa saja baik dari nabi saw
atau selain nabi saw, sedangkan hadits (‫ث‬
ُ ‫ )اْلحححِدْي‬adalah berita yang
bersumber dari Nabi saw, sedangkan Atsar (‫لَثحُر‬
َ ‫ )ا‬adalah berita yang
bersumber selain dari Nabi saw.

Namun perlu diketahui bahwa pembagian di atas adalah pembagian


secara umum, karena Atsar (dalam ilmu musthalahul hadits) terkadang
disebut sebagai hadits mauquf, sedangkan hadits disebut sebagai
hadits marfu'.

Istilah mauquf dan marfu' adalah ditujukan kepada dari mana sumber
berita tsb diambil. Jika diambil dari shahabat nabi saw maka disebut
hadits mauquf, sedangkan jika diambil dari nabi saw maka disebut
hadits marfu'.

Perbedaan penyebutan hadits marfu' dengan hadits atau hadits mauquf


dengan atsar terjadi dari kebiasaan penyebutan istilah dan berdasarkan
pemakaian umum dan khusus saja.

B. Struktur Hadits

Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni


sanad/isnad (rantai penutur) dan matan (redaksi).
Contoh: Musaddad mengabari bahwa Yahyaa sebagaimana
diberitakan oleh Syu'bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW
bahwa beliau bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian
sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya
sendiri" (Hadits riwayat Bukhari)

9
Ibarat sebuah bangunan struktur hadits terdiri atas tiga unsur, yaitu
sanad, matan, dan mukharij. Ketiganya merupakan pilar yang relatif harus
ada dalam bangunan sebuah hadits.

C. Pengertian Sanad, Matan, Mukhroj dan Periwayat


Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri
atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut
dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad,
memberikan gambaran keaslian suatu riwayat. Jika diambil dari contoh
sebelumnya maka sanad hadits bersangkutan adalah Al-Bukhari >
Musaddad > Yahya > Syu’bah > Qatadah > Anas > Nabi Muhammad SAW
Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah
penutur/perawi bervariasi dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad
disebut dengan thaqabah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam
tiap thaqabah sanad akan menentukan derajat hadits tersebut, hal ini
dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi hadits.
Jadi yang perlu dicermati dalam memahami Al Hadits terkait dengan
sanadnya ialah :
 Keutuhan sanadnya
 Jumlahnya
 Perawi akhirnya
Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum
datangnya Islam. Hal ini diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan
ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi mayoritas penerapan sanad
digunakan dalam mengutip hadits-hadits nabawi.

Matan ialah redaksi dari hadits. Dari contoh sebelumnya maka


matan hadits bersangkutan ialah:
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta
untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri"

10
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati
dalam mamahami hadist ialah:
Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi
Muhammad atau bukan, Matan hadist itu sendiri dalam
hubungannya dengan hadist lain yang lebih kuat sanadnya (apakah
ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan
ayat dalam Al Quran (apakah ada yang bertolak belakang).

Dalam definisi lain,

1. Sanad

Secara harfiah kata sanad (‫ )سند‬berarti sandaran, pegangan (mu’tamad


= ‫)معتمد‬.
Sedangkan definisi terminologisnya ada dua sebagai berikut:
‫سلسلة الرجال الموصلة للمتن‬
(Mata rantai orang-orang yang menyampaikan matan)
‫ أسماء رواته مرّتبة‬، ‫الطريقة الموصلة إلى المتن‬
(Jalan penghubung matan, (yang) nama-nama perawinya tersusun)

Jadi, sederet nama-nama yang mengantarkan sebuah hadits itulah


yang dinamakan sanad, atau dengan sebutan lain sanad hadits.

Perhatikan contoh sanad berikut ini:

‫ حدثنا عبد ال بن يوسف قال أخبرنا مالك عن بن شهاب عن محمد بن جبير بحن مطعحم عحن أبيحه قحال سحمعت‬:‫البخاري‬
‫رسول ال صلى ال عليه وسلم قرأ في المغرب بالطور‬

Dari contoh tersebut yang dimaksud dengan sanad adalah enam nama-
nama yang berurutan, yaitu (1) al-Bukhari, (2) ‘Abd Allâh, (3) Malik, (4)
ibn Syihab, (5) Muhammad, dan (6) ayahnya (Jubair ibn Muth’im).

Berkaitan dengan terma sanad ditemukan terma isnad, musnid, dan


musnad.

11
a. Isnad
Dari segi bahasa, isnad berarti mengangkat hadits hingga pada orang
yang mengucapkannya (‫)رفع الحديث إلى قائله‬. Isnad merupakan bentuk atau
proses. Sedangkan sanad adalah keadaannya. Namun demikian,
sebagian dari ahli hadits menyatakan bahwa kata isnad bermakna
sama dengan kata sanad, yakni merupakan jaring periwayatan hadits.
Menurut ibn al-Mubarak, isnad termasuk bagian dari agama,
seandainya tidak ada isnad niscaya orang akan ngomong sembarang,
menurut apa maunya.

b. Musnid
Musnid (‫)مسححححِند‬ adalah orang yang meriwayatkan hadits dengan
sanadnya, baik mempunyai ilmunya maupun tidak kecuali ia
mengisnadkan hadits seorang diri.

c. Musnad
Adapun Musnad (‫ )مس حَند‬adalah materi hadits yang diisnadkan. Dalam
pengertian istilah, kata musnad mempunyai tiga makna, yaitu:
1) Kitab yang menghimpun hadits sistem periwayatan masing-masing
Shahabat, misalnya Musnad Imam Ahmad;
2) Hadits marfu’ yang muttashil sanadnya, maka hadits yang demikian
dinamakan hadits musnad;
3) Bermakna sanad tetapi dalam bentuk Mashdar Mim.

2. Matan
Secara harfiah matan berasal dari Bahasa Arab matn (‫ )مْتححن‬yang
berarti apa saja yang menonjol dari (permukaan) bumi (‫ماصلب وارتفححع مححن‬
‫)الرض‬. berarti juga sesuatu yang tampak jelas, menonjol; punggung
jalan atau bagian tanah yang keras dan menonjol ke atas; matnul-ard
berarti lapisan luar/kulit bumi; dan (‫ )َمِتْين‬yang berarti kuat/kokoh ( ‫ي‬
ّ ‫قو‬
‫شديد‬/). Sedangkan menurut peristilahan Ilmu Hadits, al-Badr bin Jama’ah
memberikan batasan pengertian matan yakni:
‫المتن هو ما ينتهي إليه السند من الكلم‬
(Matan adalah redaksi (kalam) yang berada pada ujung sanad)

12
‫المْتن هو ألفاظ الحديث التي تتقوم بها المعاني‬
(Matan adalah kata-kata (redaksi) hadits yang dapat dipahami
maknanya)
Matan hadits juga disebut dengan pembicraan atau materi berita yang
diover oleh sanad yang terahir. Baik pembicaraan itu sabda Rasul
s.a.w., sahabat ataupun tabi’in. Baik isi pembicaraan itu tentang
perbuatan Nabi atau perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh
Nabi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matan adalah redaksi atau


teks bagi hadits.
Contohnya dapat diperhatikan kembali contoh berikut ini:

‫حدثنا عبد ال بن يوسف قال أخبرنا مالك عن بن شهاب عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيحه قحال سححمعت رسحول الح‬
(‫قرأ في المغرب بالطور )رواه البخاري‬

Dalam contoh tersebut matan haditsnya adalah:


‫سمعت رسول ال قرأ في المغرب بالطور‬
(Aku mendengar Rasul Allâh saw. membaca surat al-Thur dalam
(shalat) maghrib)

Selama sejarah kehaditsan, konsep ajaran yang dibawa oleh Rasul


hampir semuanya dinarasikan/dibahasakan kembali oleh para sahabat
dengan faqahah dan ’skill kebahasaan mereka masing-masing -tak
terkecuali hadits qauli- yang selanjutnya diteruskan oleh generasi
sesudahnya dengan kapasitas yang beragam dan sangat personal.
Sehingga dapat dimaklumi jika lafadh yang merumuskan konsep ajaran
tersebut banyak memiliki redaksi yang berbeda-beda –sebagaimana
terdokumentasikan dalam berbagai kitab koleksi dan kadang lafadhnya
tidak fasih (rakikul-lafdh). Seperti itulah riwayah bil-ma’na. Sehingga
merupakan kesalahan yang fatal jika seseorang mengkulturkan lafadh
matan dan menganggapnya sakral. Karena hadits sangatlah berbeda
dengan al-Qur’an yang qath’iyyuts-tsubut sebagaimana telah dijanjikan

13
oleh Allah dalam surat al-Hijr ayat 9 tentang keterjaminan otentisitas
al-Qur’an baik dari segi teks maupun substansi doktrinalnya.
Tata letak matan dalam struktur utuh penyajian hadits senantiasa
berada pada ujung terakhir setelah penyebutan sanad. Kebijakan
peletakan itu menunjuk fungsi sanad sebagai pengantar data mengenai
proses sejarah transfer informasi hadits dari nara sumbernya. Dengan
kata lain, fungsi sanad merupakan media pertanggungjawaban ilmiah
bagi asal-usul fakta kesejarahan teks hadits.

3. Mukharrij
Makna harfiah kata mukhârrij (‫ )مخّرج‬yang berasal dari kata kharraja (
‫ )خححّرج‬adalah orang yang mengeluarkan. Makna tersebut juga bisa
didatangkan dari kata akhraja (‫ )أخرج‬dengan isim fa’ilnya mukhrij (‫)مخرج‬.
Menurut para Ahli Hadits, yang dimaksud dengan mukharrij adalah
sebagai berikut:
‫المخرج \ المخّرج هو الذي يشتغل بجمع الحديث‬
(Mukhrij atau mukharrij: orang yang berperan dalam pengumpulan
hadits)

Dapat juga didefinisikan Mukharrijul-hadits adalah orang yang


menyebutkan perawi hadits. Istilah ini berbeda dengan al-muhdits/al-
muhaddits yang memiliki keahlian tentang proses perjalanan hadits
serta banyak mengetahui nama-nama perawi, matan-matan dengan
jalur-jalur periwayatannya, dan kelemahan hadits.

Siapapun dapat disebut sebagai mukharrij ketika ia


menginformasikan sebuah hadits baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan dengan menyertakan sanadnya secara lengkap sebagai bukti
yang dapat dipertanggung jawabkan tentang kesejarahan transmisi
hadits. Yang pasti, mukharrij merupakan perawi terakhir (orang yang
terakhir kali menginformasikan) dalam silsilah mata rantai sanad.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa apa yang dimaksud dengan


mukharrij atau mukhrij adalah perawi hadits (rawi), atau orang-orang

14
yang telah berhasil menyusun kitab berupa kumpulan hadits, seperti al-
Bukhari, Muslim, Malik, Ahmad, dsb. Dalam contoh hadits di atas al-
Bukhari adalah seorang mukharrij / mukhrij / rawi bagi sebuah hadits.

Setiap orang yang bergelut dalam bidang hadits dapat digolongkan


menjadi beberapa tingkatan antara lain sebagai berikut:
i. Al-Talib; adalah orang yang sedang belajar hadits.
ii. Al-Muhadditsun; adalah orang yang mendalami dan menganalisis
hadits dari segi riwayah dan dirayah.
iii. Al-Hafidz; adalah orang yang hafal minimal 100.000 hadits.
iv. Al-Hujjah; adalah orang yang hafal minimal 300.000 hadits.
v. Al-hakim; adalah orang yang menguasai hal-hal yang berhubungan
dengan hadits secara keseluruhan baik limu maupun musthalahul-hadits.
vi. Amirul-Mu’minin fi al-hadits; ini adalah tingkatan yang paling
tinggi.

Menurut syeikh Fathuddin bin Sayyid al-Naas, al-muhaddits pada


zaman sekarang adalah orang yang bergelut/sibuk mempelajari hadits
baik riwayah maupun dirayah, mengkombinasikan perawinya dengan
mempelajari para perawi yuang semasa dengan perawi lain sampai
mendalam. Sehingga ia mampu mengetahui guru dan gurunya guru
perawi sampai seterusnya.

15

Anda mungkin juga menyukai