NIM : 0105183389
ASBABUN NUZUL
Sebagian kecil ilmuwan Muslim memang ada yang tidak memandang penting ilmu
asbabun nuzul (background penurunan ayat-ayat al-Qu’ran) dalam menafsirkan al-Qur’an.
Tanpa asbabun nuzul,kata mereka, tidak ada halangan untuk menafsirkan Al-Qur’an.
Dengan mengupas sekian banyak ayat yang berhubungan dengan persoalan ilmu
pengetahuan dan teknologi, baik Harun Yahya, dan terutama Zakaria Hamimi berkesimpulan
bahwa Al-Qur’an Al-Karim itu sarat dengan kemukjizatan dari seginya manapun dan dalam
bidang ilmu pengetahuan apapun. Apakah itu dalam hal penjelasan (informasi), rangkaian
surat dan ayat-ayatnya, kisah-kisah yang ada didalamnya, dalam hal pensyiaratannya, dalam
hal informasi tentang seluk-beluknya,dan lain sebagainya.
Namun demikian, tidak juga berarti latah ikut-ikutan untuk memasukkan ihwal
asbabun nuzul dalam buku ini, akan tetapi dimaksudkan untuk lebih memperkaya pembaca
tentang cabang ilmu yang satu ini.
Kata asbabun nuzul terdiri atas kata asbab dan an-nuzul. Asbab adalah kata jamak
(plural) dari kata mufrad (tunggal), sabab yang secara etimologis berarti sebab, alasan, illat
(dasar logis),perantara, wasilah,dan jalan.
Yang dimaksud dengan nuzul di sini ialah penurunan Al-Qur’an dari Allah Swt kepada
Nabi Muhammad Saw melalui malaikat jibril. Karena itu, istilah lengkap asalnya ialah
asbabun nuzul-Qur’an. Namun demikian,dalam istilah teknis keilmuan lazim dikenal dengan
sebutan asbab/asbabun nuzul saja,tanpa menyertakan kata Al-Qur’an karena sudah dikenal
luas pengertiannya.
Ada beberapa rumusan yang dikemukakan para ahli ‘ulumul Qur’an. Di antaranya
Manna’al-Qaththan dan Subhi as-Shalih. Yang pertama mendifinisikannya:
Asbabun-nuzul ialah sesuatu yang dengan keaadan sesuai itu A-lQur’an diturunkan pada
waktu sesuatu itu terjadi seperti uatu peristiwa atau pertanyaan.
Sabab nuzul ialah sesuatu yang karena sesuatu itu menyebabkan satu atau beberapa ayat
Al-Qur’an diturunkan (dalam rangka) mengcover, menjawab atau menjelaskan hukumnya di
saat sesuatu itu terjadi.
Atas dasar ini, maka tidak selamanya asbabun nuzul harus diartikan dengan segala
sesuatu yang terjadi lebih dahulu dan baru kemudian turun ayat Al-Qur’an. Sebab, bisa saja
peristiwanya itu sendiri masih jauh akan terjadi, tetapi ayat Al-Qur’annya telah diturunkan
lebih dahulu.
Hikmah dari keberdaan asbabun nuzul seperti itu (mendahulukan ayat dengan
membelakangi peristiwa), kata az-Zakarsyi, karena memang kadang-kadang terjadi
pertanyaan atau peristiwa yang menghendaki turunnya ayat Al-Qur’an; tetapi pada saat yang
berlainan, juga acap kali terjadi turunnya ayat Al-Qur’an lebih dulu yang justru mengandung
(informasi) tentang akan terjadinya peristiwa itu.
Seperti diingatkan sebelum ini, bahwa Allah Swt, telah menjadikan segala sesuatu
melalui sebab sebagaimana Allah juga menjadikan ukuran (kadar) bagi setiap sesuatu. Para
ulama sepakat bahwa sebagai sunnnah Allah yang juga telah berlaku atas orang-orang
terdahulu sebelum Nabi Muhammad saw, maka sekali-sekalikita tidakakan pernah mendapati
proses turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw. Itu dilakukan dengan cara sedikit
demi sedikit, yang dalam istilah tafsir umum dikenal dengan sebutan tanjim atau tartil dalam
istilah Al-Qur’an. Selain ulama merasa heran atas istinbath hukum Umar ini mengingat surat
Al-A’la tergolong ke dalam surat Makkiyah (yang diturunkan di Makkah sedangkan pada
periode Makkah itu belum pernah ada syari’at (perintah) ‘id/hari maupun zakat.
C. Pengelempokan Ayat-Ayat Al-Qur’an dari Segi Asbabun Nuzul
Dilihat dari sudut pandang sebab-sebab ayat Al-Qur’an diturunkan (sabab nuzul) ayat-
ayat Al-Qur’an dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompokbesar, yakni; kelompok ayat-
ayat yang dapat dikenali sabab nuzul-nya, dan kelompok al-Buthi, ada kelompok ayat yang
penurunannya dipertautkan dengan sejumlah sebab dan kejadian yang melatar-belakanginya;
dan ini jumlahnya relatif banyak. Ayat-ayat yang turun tanpa sebab yang mendahului ini pada
umumnya ialah ayat-ayat yang betalian dengan kisah umat manusiamasa lalu serta sifat-sifat
surga dan neraka.
Paling sedikitada tiga kemungkinan mengapa tidak seluruh ayat Al-Qur’an dapat
diketahui sebab-sebab yang melatarbelakangi penurunannya. Kemungkinan pertama tidak
semua hal yang bertalian dengan proses turun Al-Qur’an. Kedua, penyaksian para sahabat
terhadap hal-hal yang berkenaan dengan proses penurunan wahyu Al-Qur’an tidak semuanya
dicatat. Ketiga, terbuka lebar kemungkinan ada sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an yang
penurunannya memang tetap dipandang tepat dengan atau tanpa didahului oleh sebab-sebab
yang melatarbelakangi, atau tanpa dikaitkan langsung dengan suatu peristiwa.
Ilmu yangmembahas perihal asbabun nuzul biasa disebut dengan ilmu asbabun nuzul
atau ilmu asbabun nuzul. Akan halnya cabang ilmu-ilmu yang lain, ilmu asbabin-nuzul
tumbuh dan berkembang sedikit demi sedikit dan tidak pernah direkayasa apalagi dipaksakan.
Pada uumnya dan petunjuk serta pemberi kabar gembira bagi orang-orang beriman pada
khususnya (hudan wa-busyra lil-mu’minun).
Sebagai petunjuk, tentu saja Al-Qur’an diturunkan demikian rupa supaya mudah
dipahami dan ringan diamalkan oleh orang-orang beriman.Proses penurunan Al-Qur’an
tampak didesain demikian rupa sehingga benar-benar sesuai dengan kebutuhan umat manusia
dalam memecahkan problema yang timbul di waktu itu dan untuk dikenang seterusnya.
F. Berbilang Sebab Untuk Satu Ayat dan Berbilang Ayat Untuk Satu sebab
يب ِم َّما
ٌ َص ٍ ض ُك ْم َعلَ ٰى َب ْع
ِ ض ۚ ِل ِلر َجا ِل ن َ َّللاُ ِب ِه َب ْع َّ ََو ََل تَت َ َمنَّ ْوا َما ف
َّ ض َل
َّ ض ِل ِه ۗ ِإ َّن
ََّللاَ َكان َّ سبْنَ ۚ َوا ْسأَلُوا
ْ ََّللاَ ِم ْن ف َ َ يب ِم َّما ا ْكتٌ َص ِ اء ن
ِ س َ َ ا ْكت
َ سبُوا ۖ َو ِل ِلن
َيءٍ َع ِلي ًما ْ ِب ُك ِل ش
Artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian
kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari
pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu”.
Bila beberapa ayat diatas merupakan contoh satu sebab dengan beberapa ayat yang
diturunkan, maka dibawah ini merupakan contoh dari berbilang sebab untuk satu ayat yang
1
As-Suyuthi,Al-Itqan li-‘ulumil Qur’an, j.1,op.cit.,hlm.29.
2
Az-Zarqani,op.cit.,hlm109-113
diturunkan. Kalau ayat dua atau lebih penyebab turun ayat itu satu sama lain tidak
berlawanan apalagi saling mendukung, maka tidak saling ada masalah karena satu sama lain
dapat dikompromikan dan bahkan saling menguatkan. Tetapi persoalan akan terjadi manakala
ada dua riwayat atau lebih yang sama-sama menyebutkan sebab yang jelas tetapi satu sama
lain saling berbeda. Terhadap hal ini ada beberapa kemungkinan pemecahnya yaitu:
Pertama, salah satu dari dua riwayat itu sahih, dan yang lainnya tidak sahih, maka yang harus
diambil adalah riwayat yang sahih itu. Sementara yang tidak sahih harus ditolak.
Kedua,dua-dua riwayat itu sahih, tetapi salah satunya lebih bersifat sebagai penguat
(murajjih). Maka hukumnya yang harus diambil itu ialah yang rajihah (kuat dengan
sendirinya), bukan yang harus diperkuat.
Ketiga, ada dua riwayat Asbabun Nuzul yang keduanya sama-sama sahih dan tidak ada yang
lebih kuat, tetapi ada kemungkinan untuk mengkompromikan antara keduanya.
Keempat, terdapat kesamaan antara dua atau lebih riwayat Asbabun Nuzul dalam hal
kesahihannya, tanpa ada yang bisa diposisikan sebagai murajih dan tidak mungkin pula
dikompromikan antara yang satu dengan yang lain. Sehingga bisa diambil keduanya karena
terlampau jauh tenggang waktu peristiwa antara sebab turun yang satu dengan sebab turun
yang lain.