Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ASBAB AN-NUZUL

MATA KULIAH
STUDI QUR’AN
AMINUDDIN, S.Ag. M. Fiil.I

DISUSUN OLEH
Marleni
Minut

SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA


MAMBAUL ULUM
2021/2022
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karunianya kami
dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini kami beri judul “ASBAB AN-NUZUL” Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas dari Dosen pengampu mata pelajaran. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para
pembaca.Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Bapak
AMINUDDIN, S.Ag. M. Fiil.I selaku Dosen mata pelajaran Studi Qur’an Sekolah Tinggi
Agama Islam Mambaul Ulum.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar
kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya sebagai penulis.
ASBABUN NUZUL

ILMU ASBABUN NUZUL

Sebagian kecil ilmuwan Muslim memang ada yang tidak memandang penting ilmu
asbabun nuzul (background penurunan ayat-ayat al-Qu’ran) dalam menafsirkan al-Qur’an.
Tanpa asbabun nuzul, kata mereka, tidak ada halangan untuk menafsirkan Al-Qur’an.
Berbeda dengan pendapat diatas, kebanyakan mufassir apapun aliran/mahzab tafsiryang
dianut dan metode penafsiran yang digunakan mereka, semuanya mengakui peran danurgensi
ilmu asbabun nuzul dalam menafsirkan Al-Qur’an. Kehadiran ilmu asbabun nuzul
bagi mufassir, bukan sebagai pelengkap apalagi hanya pelengkap penderita yang tidak
memiliki arti apapun, melainkan justru akan lebih memperdalam penghayatan dan
wawasan penafsiran Al-Qur’an.
Dengan mengupas sekian banyak ayat yang berhubungan dengan persoalan ilmu pengetahuan
dan teknologi, baik Harun Yahya, dan terutama Zakaria Hamimi berkesimpulan bahwa Al-
Qur’an Al-Karim itu sarat dengan kemukjizatan dari seginya manapun dan
dalam bidang ilmu pengetahuan apapun. Apakah itu dalam hal penjelasan (informasi), rangka
ian surat dan ayat-ayatnya, kisah-kisah yang ada didalamnya, dalam hal pensyiaratannya,
dalam hal informasi tentang seluk-beluknya, dan lain sebagainya.
Namun demikian, tidak juga berarti latah ikut-ikutan untuk memasukkan ihwal
asbabun nuzul dalam buku ini, akan tetapi dimaksudkan untuk lebih memperkaya pembaca
tentang cabang ilmu yang satu ini.

A. PENGERTIAN ASBABUN NUZUL


Kata asbabun nuzul  terdiri atas kata asbab dan an-nuzul . Asbab adalah
kata jamak (plural) dari kata mufrad (tunggal), sabab yang secara etimologis berarti
sebab, alasan, illat (dasar logis),perantara, wasilah,dan jalan.
Yang dimaksud dengan nuzul di sini ialah penurunan Al-Qur’an dari Allah
Swt kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat jibril. Karena itu, istilah lengkap
asalnya ialah asbabun nuzul-Qur’an. Namun demikian,dalam istilah teknis keilmuan
lazim dikenal dengan sebutan asbab/asbabun nuzul  saja,tanpa menyertakan kata
Al-Qur’an karena sudah dikenal luas pengertiannya.
Ada beberapa rumusan yang dikemukakan para ahli ‘ulumul Qur’an. Di
antaranya Manna’al-Qaththan dan Subhi as-Shalih. Yang pertama mendifinisikannya:
Asbabun-nuzul ialah sesuatu yang dengan keaadan sesuai itu Al-Qur’an diturunkan
pada waktu sesuatu itu terjadi seperti suatu peristiwa atau pertanyaan.
Sabab nuzul ialah sesuatu yang karena sesuatu itu menyebabkan satu atau beberapa
ayat Al-Qur’an diturunkan (dalam rangka) mengcover, menjawab atau menjelaskan
hukumnya disaat sesuatu itu terjadi.
Mengacu kepada kedua defenisi asbabun nuzul di atas, di samping
memerhatikan pengertian harfiah dari kata-kata asbabun nuzul itu sendiri, dapatlah
diformulasikan bahwa asbabun nuzul  ialah sesuatu yang karena sesuatu itu
menyebabkan sebagian atau beberapa ayat Al-Qur’an diturunkan. Yang
dimaksud dengan sesuatu itu sendiri ada kalanya berbentuk pertanyaan dan kejadian.
Atas dasar ini, maka tidak selamanya asbabun nuzul harus diartikan dengan segala
sesuatu yang terjadi lebih dahulu dan baru kemudian turun ayat Al-Qur’an. Sebab,
bisa saja peristiwanya itu sendiri masih jauh akan terjadi, tetapi ayat Al-Qur’annya
telah diturunkan lebih dahulu.
Hikmah dari keberdaan asbabun nuzul  seperti itu (mendahulukan ayat dengan
membelakangi peristiwa), kata az-Zakarsyi, karena memang kadang-kadang
terjadi pertanyaan atau peristiwa yang menghendaki turunnya ayat Al-Qur’an; tetapi
pada saat yang berlainan, juga acap kali terjadi turunnya ayat Al-Qur’an lebih dulu
yang justru mengandun (informasi) tentang akan terjadinya peristiwa itu.

B. Persesuaian Asbabun Nuzul dengan Rumusan Ayat-Ayat Al-Qur’an


 
Seperti diingatkan sebelum ini, bahwa Allah Swt, telah menjadikan segala
sesuatumelalui sebab sebagaimana Allah juga menjadikan ukuran (kadar) bagi setiap sesuatu.
Paraulama sepakat bahwa sebagai sunnnah Allah yang juga telah berlaku atas orang-
orangterdahulu sebelum Nabi Muhammad saw, maka sekali-sekalikita tidakakan pernah
mendapati proses turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw. Itu dilakukan dengan
cara sedikitdemi sedikit, yang dalam istilah tafsir umum dikenal dengan sebutan
tanjim atau tartil dalam istilah Al-Qur’an.
Selain ulama merasa heran atas istinbath hukum Umar ini mengingat surat Al-A’la
tergolong ke dalam surat Makkiyah (yang diturunkan di Makkah sedangkan pada periode
Makkah itu belum pernah ada syari’at (perintah) ‘id/hari maupun zakat.

C. Pengelempokan Ayat-Ayat Al-Qur’an dari Segi Asbabun Nuzul 


 
Dilihat dari sudut pandang sebab-sebab ayat Al-Qur’an diturunkan (sabab nuzul)
ayat-ayat Al-Qur’an dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok besar, yakni;
kelompok ayat-ayat yang dapat dikenali  sabab nuzul-nya, dan kelompok al-Buthi, ada
kelompok ayat yang penurunannya dipertautkan dengan sejumlah sebab dan kejadian
yang melatar-belakanginya; dan ini jumlahnya relatif banyak. Ayat-ayat yang turun tanpa
sebab yang mendahului ini pada umumnya ialah ayat-ayat yang betalian dengan kisah umat
manusia masa lalu serta sifat-sifat surga dan neraka.
Paling sedikit ada tiga kemungkinan mengapa tidak seluruh ayat Al-Qur’an dapat
diketahui sebab-sebab yang melatarbelakangi penurunannya.
Kemungkinan  pertama tidaksemua hal yang bertalian dengan proses turun Al-Qur’an.
Kedua, penyaksian para sahabat terhadap hal-hal yang berkenaan dengan proses penurunan
wahyu Al-Qur’an tidak semuanya dicatat.
Ketiga, terbuka lebar kemungkinan ada sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an yang penurunannya
memang tetap dipandang tepat dengan atau tanpa didahului oleh sebab-sebab yang
melatarbelakangi, atau tanpa dikaitkan langsung dengan suatu peristiwa.

D. Sekilas Ilmu Asbabun Nuzul


Ilmu yang membahas perihal asbabun nuzul biasa disebut dengan ilmu asbabun
nuzul 
 atau ilmu asbabun nuzul. Akan halnya cabang ilmu-ilmu yang lain, ilmu asbabin-
nuzul   tumbuh dan berkembang sedikit demi sedikit dan tidak pernah direkayasa apalagi
dipaksakan. Pada uumnya dan petunjuk serta pemberi kabar gembira bagi orang-orang
beriman pada khususnya (hudan wa-busyra lil-mu’minun).
Sebagai petunjuk, tentu saja Al-Qur’an diturunkan demikian rupa supaya mudah
dipahami dan ringan diamalkan oleh orang-orang beriman.Proses penurunan Al-Qur’an
tampak didesain demikian rupa sehingga benar-benar sesuai dengan kebutuhan umat manusia
dalam memecahkan problema yang timbul di waktu itu dan untuk dikenang seterusnya.

E. Fungsi Asbabun Nuzul dan Kegunaan Mempelajarinya


Lepas dari suara sumbang segelintir ilmuan yang tidak merespon positif akan
keberadaan ilmu Asbabun Nuzul , yang pasti banyak ulama yang memandang ilmu
ini sebagai salah satu cabang ilmu yang memiliki kedudukan yang penting dalam
memahami atau menafsirkan ayat-ayat Al-Quran.
Urgensi dari kedudukan atau fungsi ilmu Asbabun Nuzul dapat dilihat antara laindari
komentar para pakar ilmu-ilmu Al-Quran tentang peranan Asbabun Nuzul.
Para ulama berbeda-beda cara dalam mengurai urgensi dan manfaat dari mempelajari
ilmu  Asbabun Nuzul . Ada yang mengemukakannya secara umum dan global seperti
As-Suyuthi dan Said Ramadhan Al Buthi, sementara yang lain semisal Az-Zarkasyi
dan Az-Zarqani menyebutkannya secara rinci.
 
Kata As-Suyuthi, yang tegas-tegas menyalahkan siapapun yang menafikan peranan
ilmuAsbabun Nuzul dalam meafsirkan Al-Quran, ada beberapa keguanaan yang bisa dipetik
darimengetahui Asbabun Nuzul diantaranya adalah:
1. Mengetahui sisi positif yang mendorong atas pensyariatan hukum.
2. Dalam mengkhususkan hukum bagi siapa yang berpegang dengan kaidah
“bahwasanya ungkapan Al-Qur’an itu didasarkan atas kekhususan sebab, dan
3. Kenyataan menunjukkan bahwa adakalanya lafal dalam ayat Al-Qur’an itu bersikap
umum.
 Lebih rinci dari Al-Buthi, bahkan juga dari As-Suyuthi, Az-Zakarsyi dan Az-Zakarni
masing-masing menyebutkan enam hingga tujuh macam faedah mempelajari Asbabun
Nuzul, yaitu:
1. Mengenali hikmah bagaimana cara Allah SWT menerangkan hukum-hukum yang
disyariatkannya dengan melibatkan Asbabun Nuzul.
2. Sangat membantu memahami ayat dalam rangka menghindari dari kemungkinan
timbul kesulitan dari padanya, serta menolak kemungkinan dugaan pembatasan dari
redaksi ayat yang secara literal yang mensyaratkan pembatasan itu
3. Membatasi hukum dengan sebab tertentu bagi mereka yang menganut kaidah
ungkapan itu didasarkan atas kekhususan sabab, bukan pada keumuman teks
4. Mengetahui bahwa asbabun nuzul itu tidak akan keluar dari koridor hukum ayat
tatkala ditemukan pengkhusus.
5. Mengetahui secara jelas kepada siapa turunya ayat itu ditujukan.
6. Mempermudah pemahaman dan mengokohkan lintasan wahyu Allah kedalam hati
orang-orang yang mendengar ayat-ayat Al-Qur’an.
7. Meringankan hapalan, mempermudah pemahaman dan semakin
menguatkankeberadaan wahyu Al-Qur’an di dalam hati setiap orang yang
mendengarkan ayat Al-Qur’an.
 
F. Berbilang Sebab Untuk Satu Ayat dan Berbilang Ayat Untuk Satu sebab

 
 Artinya : “ Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu
lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang
mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang merekausahakan,
dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah MahaMengetahui segala
sesuatu”.

1
As-Suyuthi,Al-Itqan li-‘ulumil Qur’an, j.1,op.cit.,hlm.29.
2
Az-Zarqani,op.cit.,hlm109-113
Bila beberapa ayat diatas merupakan contoh satu sebab dengan beberapa ayat yang
diturunkan, maka dibawah ini merupakan contoh dari berbilang sebab untuk satu ayat yang 
diturunkan. Kalau ayat dua atau lebih penyebab turun ayat itu satu sama lain
tidak berlawanan apalagi saling mendukung, maka tidak saling ada masalah karena satu sama
lain dapat dikompromikan dan bahkan saling menguatkan. Tetapi persoalan akan terjadi
manakala ada dua riwayat atau lebih yang sama-sama menyebutkan sebab yang jelas tetapi
satu sama lain saling berbeda.
Terhadap hal ini ada beberapa kemungkinan pemecahnya yaitu:
Pertama, salah satu dari dua riwayat itu sahih, dan yang lainnya tidak sahih, maka yang harus
diambil adalah riwayat yang sahih itu. Sementara yang tidak sahih harus ditolak.
Kedua, dua-dua riwayat itu sahih, tetapi salah satunya lebih bersifat sebagai penguat
(murajjih). Maka hukumnya yang harus diambil itu ialah yang rajihah (kuat dengan
sendirinya), bukan yang harus diperkuat.
Ketiga, ada dua riwayat Asbabun Nuzul yang keduanya sama-sama sahih dan tidak ada yang
lebih kuat, tetapi ada kemungkinan untuk mengkompromikan antara keduanya.
Keempat, terdapat kesamaan antara dua atau lebih riwayat Asbabun Nuzul dalam hal
kesahihannya, tanpa ada yang bisa diposisikan sebagai murajih dan tidak mungkin pula
dikompromikan antara yang satu dengan yang lain. Sehingga bisa diambil keduanya karena
terlampau jauh tenggang waktu peristiwa antara sebab turun yang satu dengan sebab turun
yang lain.

G. Bentuk-Bentuk Redaksional Asbabun Nuzul dan Teknik Pengenalannya


Ada beberapa ungkapan atau tepatnya beberapa bentuk redaksi yang digunakan
paraahli tafsir dalam mengungkapkan Asbabun turun ayat-ayat al-Qur’an.
Beberapa bentuk yang dimaksud adalah:
  Pertama, apabila menggunakan redaksi seperti itu, maka itu merupakan Nash
 atau teks yang tidak mungkin mengandung pengertian lain selain asbabun Nuzul.
  Kedua, terkadang tidak eksplisit dengan menyeratakan lafal sabab, tetapi dilakukan dengan
menemaptkan pada huruf FA pada materi penurunan ayat itu setelah memaparkan
kejadiannya.
Ketiga, tempo-tempo sabab Nuzul diketahui dari redaksi ayat Al-qur’an yang didahlui dengan
pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah Saw, kemudian diturunkanlah wahyu untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Bentuk seperti ini juga tidak diragukan tergolong ke dalam
model sabab Nuzul ayat meskipun tidak menggunakan kata sabab dan tidak juga
menggunkan huruf Fa’litta’qib.
Keempat, bentuk lain dari sabab Nuzul menggunakan redaksi Nazalat atau muzilat yakni
tanpa menggunakan kata sabab dan tidak pula menggunkan huruf  Fa’litta’qib dan bukan pula
ada pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah Saw.
Beralih kepada teknik mengetahui atau tepatnya penelusuran sabab Nuzul ayat dalam
menafsirkan Al-Qur’an, kita bisa merujuk kepada buku-buku khusus yang membicarakan
sabab Nuzul seperti yang telah dipaparkan pada bagian lain sebelum ini, yakni
Asbabun Nuzul karya An-Naisa Buri, Lubabun-Nuqul fi-Asbabin Nuzul karangan As-
Suyuthi dan latar belakang histori turunnya ayat-ayat Al-Qur’an buah pena Qamaruddin
Saleh dkk.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/416280521/ASBABUN-NUZUL
https://www.scribd.com/embeds/416280521//content?
star_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf71bzEfWu3HKwf

Anda mungkin juga menyukai