Anda di halaman 1dari 3

Esa Pragah Mardanar 11190331000044

AFI 2 A Jam mata kuliah ke-2 (10.00-11.45)

A. Heraklitos (540-480 SM)


Heraklitos atau Herclitus dilahirkan di Ephesos. Dia berpendapat bahwa perubahan terus-
menerus, atau aliran sesungguhnya merupakan ciri alam yang paling mendasar. Menurutnya
tidak ada satupun di alam ini yang bersifat tetap atau permanen. Apa yang terlihat tetap,
sebenarnya ia berada di dalam proses perubahan yang tiada henti-hentinya. “segala sesuatu terus
mengalir.” kata Heraclitus. Adapun ucapan-ucapan Heraclitus yang sangat terkenal yang
menggambarkan pandangan filsafatnya, seperti: Pan tarhei kai uden menei, semuanya mengalir
dan tidak ada satu pun yang tinggal menetap.
Penghidupan di dunia dan kemajuan dunia dapat diumpamakan sebagai air mengalir. Tidak
pernah kita turun mandi dua kali ke dalam air yang itu juga. Air yang kita masuki kedua kalinya
berbeda dengan air yang pertama kali. Rupanya saja air itu adalah air tadi, tetapi sebenarnya
sudah berganti.
Dunia adalah tempat yang senantiasa bergerak, tempat kemajuan yang tidak berkeputusan.
Yang baru itu mendapat tempatnya dengan menghancurkan dan menewaskan yang lama. Dunia
ini menjadi medan perjuangan yang tidak berkeputusan antara dua aliran yang bertentangan.
“Perjuangan itu adalah bapak dari segalanya, raja dari segalanya.” Akan tetapi, segala perubahan
dikuasai oleh hukum dunia yang satu: logos. Logos artinya pikiran yang benar. Dari situ, timbul
perkataan logika.
“Tuhan adalah siang dan malam, musim salju dan musim panas, perang dan damai,
kelaparan dan kekenyangan,” kata Heraclitus. Dia menggunakan istilah “Tuhan”, namun jelas
dia tidak mengacu pada dewa-dewa dalam mitologi. Bagi Heraclitus, Tuhan adalah sesuatu yang
mencakup seluruh dunia.
Sebagai ganti istilah “Tuhan”, Heraclitus sering menggunakan kata Yunani logos, yang
berarti akal. Meskipun kita, manusia , tidak selalu berfikir sama atau memiliki tingkatan akal
yang sama, Heraclitus yakin bahwa ada semacam “akal universal” yang menuntun segala sesuatu
yang terjadi di alam.
Maka, di tengan segala perubahan dan pertentangan yang terus-menerus terjadi di alam ini,
Heraclitus melihat adanya satu entitas atau kesatuan. “Sesuatu” ini, yang merupakan sumber dari
segala sesuatu, dinamakannya Tuhan atau logos.
B. Parmenides (540-480 SM)
Parmenides adalah seorang filosof Elea yang dilahirkan pada tahun 540 SM. Ia terkenal
sebagai orang yang besar. Ia ahli politik dan pernah memangku jabatan pemerintah. Akan tetapi,
ia terkenal sebagai ahli fikir yang melebihi siapa saja pada masanya. Parmenides beranggapan
bahwa segala sesuatu yang ada pasti selalu ada. Filsafatnya; Yang realitas dalam alam ini hanya
satu, tidak bergerak, tidak berubah dasar pemikirannya; yang ada itu ada, mustahil tidak ada.
Perubahan itu berpindah dari ada menjadi tidak ada, itu mustahil, sebagaimana mustahilnya yang
tidak ada menjadi ada.
Ia mengemukakan apa yang kemudian dinamakan “metafisika”, yaitu bagian dari filsafat
yang mempersoalkan “ada” (being), kemudian berkembang menjadi “yang ada, sejauh ada”
(being as being, being as such). Parmenides juga berpendapat, “Yang ada, ada, dan yang tidak
ada, tidak ada.” Artinya pluralitas itu tidak ada.
Parmenides sadar, tentu saja, bahwa alam selalu berubah terus-menerus dia merasakan
dengan indra-indranya bahwa segala sesuatu berubah. Namun, dia tidak dapat menyelaraskan ini
dengan apa yang dikatakan oleh akalnya. Ia lebih mempercayai akalnya dibandingkan indranya.
Dia yakin bahwa indra-indra kita memberikan gambaran yang tidak tepat dengan dunia, suatu
gambaran yang tidak sesuai dengan akal kita. Keyakinannya terhadap akalnya ini lah yang
disebut dengan rasionalisme.
Dalam satu hal, Parmenides dan Heraclitus saling bertentangan. Parmenides mengatakan
bahwa tidak ada sesuatu yang dapat berubah. Sedangkan, Heraclitus menegaskan bahwa alam
selalu berubah. Solusi dari permasalahan keduanya pemikiran dari Empedocles (490-430 SM)
dari Sicilia yang mengeluarkan mereka dari kekacauan yang dibuatnya.
Empedocles berpendapat bahwa Heraclitus dan Parmenides keduanya benar dalam satu
pendapat, namun salah dalam pendapat yang lainnya. Empedocles mengatakan penyebab mereka
bertentangan adalah bahwa kedua filosof itu sama-sama hanya mengemukakan adanya satu
unsur.
Air jelas tidak dapat berubah menjadi ikan ataupun makhluk air lainnya. Sesungguhnya air
tidak dapat berubah. Air murni tetap akan menjadi air murni. Dengan ini, Parmenides benar
bahwa “tidak ada sesuatu yang dapat berubah”.
Namun pada saat yang sama Empedocles setuju dengan Heraclitus bahwa kita juga harus
mempercayai bukti dari indra-indra yang kita miliki. Kita harus percaya apa yang kita lihat, dan
yang kita kihat itu terus berubah.
Empedocles yakin setelah pertimbangan itu alam tidak hanya terdiri dari satu unsur saja
tetapi terdiri dari empat unsur atau “akar” sebagaimana dia mengistilahkannya. Keempat akar ini
adalah tanah, air, api dan udara. Semua proses alam disebabkan karena menyatunya atau
terpisahnya keempat unsur ini. Layaknya binatang atau pohon yang mati, maka unsur itu akan
terpisah lagi. Jadi tidak benar jika dikatakan segala sesuatu itu “berubah” atau “yang tidak ada
menjadi ada”. Menurut Empedocles mengatakan yang terjadi adalah bahwa keempat unsur itu
menyatu dan terpisah.
Referensi
 Gaarder, Jostein. 2018. Dunia Sophie; penerjemah, Rahmani Astuti. Bandung: Mizan
Pustaka.
 Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum dari
Metologi sampai Teofilosofi. Bandung: CV Pustaka Setia.
 Wiramihardja, Sutardjo A. 2015. Pengantar Filsafat Sistematika dan Sejarah
FIlsafat Logika dan Filsafat Ilmu (Epistemologi) Metafisika dan Filsafat
Manusia Aksiologi. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai