PERMASALAHAN KEDUANYA
Oleh :
Tokoh yang berperan penting mengenai masalah perubahan ini adalah Parmenides ( 540-
480 SM ). Parmenides beranggapan bahwa segala sesuatu yang ada pasti telah selalu ada.
Gagasan ini membuat orang Yunani menganggap sudah seharusnya bahwa segala sesuatu yang
ada di alam semesta ini abadi. Tidak ada sesuatu pun yang dapat muncul dari ketiadaan, pikir
Parmenides. Kemudiaan lebih jauh lagi, Permanides beranggapan bahwa tidak ada yang disebut
dengan perubahan aktual. Tidak ada yang dapat menjadi sesuatu yang bebeda dari yang
sebelumnya.
Parmenides juga yakin bahwa indra-indra manusia memberikan proyeksi yang tidak tepat
tentang dunia, suatu gambaran yang tidak sesuai dengan akal manusia. Oleh karena itu, ia
menutup gagasannya dengan ungkapan bahwa tugas seorang filosof hanyalah mengungkaplan
segala bentuk ilusi perseptual. Maka lahirlah istilah rasionalisme sebagai suatu keyakinan yang
tak tergoyahkan pada akal manusia.
“Akal universal” atau “hukum universal” inilah yang menjadi sesuatu dalam diri kita
semua, dan menjadi penuntun setiap orang. Segala tindakan kita tidak terlepas dari eksistensi
akal universal yang terkadang membuat kita dapat merespon sesuatu secara spontan. Ia berupa
dorongan naluriah yang memberi getaran pada tingkatan-tingakatan di atas jiwa. Ia ibarat nafas
semesta yang memberi keteraturan dalam kehidupan manusia.
Heraklitus dalam akhir gagasannya mengenai segala sesuatu mengalir melihat adanya
satu Entitas atau kesatuan. “Sesuatu” ini, yang merupakan sumber dari segala sesuatu,
dinamakannya Tuhan atau logos.
Akhirnya, Empedokles ( 490-430) hadir menuntun mereka keluar dari kekacauan yang
telah mereka masuki. Dia berpendapat bahwa keduanya benar dalam satu penegasan mereka,
namun salah dalam penegasan lain.
Semua proses alam tidak terlepas dari proses menyatu atau terpisahnya keempat unsur
ini. Sebab, semua benda pasti tersusun atas campuran tanah, api, udara, dan air, namun dengan
proporsi yang beragam sesuai dengan takarannya masing-masing.
Menutup dari solusi yang ditawarkan oleh Empedokles, saya menyimpulkan bahwa di
alam semesta memang sudah tersedia zat-zat dasar yang menjadi bahan primer dari terbentuknya
benda-benda yang tersebar di tiap tingkatan struktur kehidupan. Mulai dari tingkatan sederhana
yaitu dunia atom hingga yang paling kompleks yaitu biosfer. Sekumpulan atom air akan
membentuk senyawa air. Lalu senyawa air yang tersebut akan mengisi sel-sel dalam tubuh
makhluk hidup, lalu dalam bentuk yang lebih luasnya air akan membentuk lingkungan perairan (
danau, sungai, laut, dan samudera) di alam semesta ini. Sama halnya dengan sekumpulan atom
tanah akan membentuk daratan-daratan luas di muka bumi, dan begitu seterusnya hingga bumi
ini dapat ditinggali oleh manusia untuk hidup dan melanjutkan kehidupan.