Anda di halaman 1dari 18

Helaluddin, M.Pd.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)


SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN
 “Adalah mungkin bagi kita menjumpai kota-kota
yang tidak memiliki istana, raja, kekayaan, etika
dan tempat pertunjukan. Namun, tidak seorang
pun yang dapat menemukan sebuah kota yang
tidak memiliki sesembahan” Plutarch (Sejarawan
Yunani).
 Dalam mengkaji eksistensi Tuhan bagi para
filsuf, disajikan beberapa argumen, yaitu
argumen ontologis, argumen kosmologis,
teleologis, moral, dan pengalaman keagamaan.
 Filsafat Ketuhanan hadir untuk mencoba
memahami hakikat Tuhan dan berupaya
menghindari pemaknaan hakikat Tuhan bagi
orang awam (Tuhan itu ada... Selesai).
 Perbincangan argumen ontologis ketuhanan
bukan diawali dari fakta-fakta empiris tetapi
justru dimulai dari mendefinisikan Tuhan dalam
diri kita.
 Argumen ontologis (oleh Anselmus)= Tuhan
adalah wujud terbesar yang dapat dipahami atau
The geatest conceivable being. Lebih lanjut,
Tuhan adalah sesuatu yang lebih besar dari
padanya tidak bisa dipikirkan
 Argumen ini ditentang Teolog Inggris, John
Macquarrie yang menyebut: sesuatu yang
dipikirkan belum tentu benar-benar nyata dalam
kenyataan
 Anda bisa memikirkan uang 1.000 dolar,
sayangnya bayangan itu tidak akan membuat
uang tersebut menjadi kenyataan di dalam
saku Anda.
 Namun argumen Anselmus tersebut diamini
oleh Franz Magnis Suseno dan Karen
Armstrong. Menurut Armstrong, argumen
ontologis Anselmus beranjak dari iman
menuju pemahaman
 Pertanyaannya:
 1. Apakah Allah yang kita pikirkan
sedemikian rupa itu ada?

 2. Jika ada, apakah itu riil atau hanya dalam


pemikiran saja?
 Argumen ini menyatakan adanya hubungan
sebab akibat pada alam semesta yang
berakhir pada penyebab awal yaitu Tuhan.
 Argumen ini dilontarkan oleh Aristoteles
dengan mengidentifikasi Tuhan sebagai The
unmoved mover atau Sang Penggerak yang
tidak bergerak.
 Argumen ini juga diamini oleh para filsuf
muslim yaitu, Al-Kindi dan Ibnu Sina serta
filsuf Kristen bernama Thomas Aquinas.
 Berikut beberapa argumen kosmologis menurut
Thomas Aquinas:
 A. Sesuatu yang bergerak pasti memiliki potensi
untuk bergerak
 B. Hukum kausalitas menyatakan bahwa tidak
mungkin ada rangkaian sebab yang tidak terbatas:
pasti ada titik awal
 C. Ketergantungan setiap eksistensi makhluk hidup
mengharuskan adanya wujud yang wajib.
 D. Adanya kesempurnaan paling tinggi yang melampui
segalanya
 E. Keterarahan alam semesta karena adanya sesuatu
yang mengatur (dibahas pada argumen teleologis)
 Frans Magnis Suseno (Menalar Tuhan)
menyajikan beberapa argumennya tentang
Tuhan.
 1. dalam alam semesta ada proses keterarahan
dengan tujuan tertentu
 2. keterarahan tersebut bukan suatu kebetulan
semata
 3. proses-proses itu bukan kebetulan, tapi
merupakan pengarahan
 4. proses yang terarah tersebut menunjuk pada
realitas yang mengarahkan
 5. realitas itu adalah yang kita sebut Tuhan
 Alam raya yang terbentuk dari ledakan purba
(big bang) sekitar 14 milyar tahun lalu. Alam
raya sepertinya sudah terkunci pada posisinya
masing-masing (fine tuned). Jarak antar-planet
dan galaksi dibentuk dari milyaran kemungkinan
dan akhirnya terjadilah kehidupan.
 Pembentukan molekul-molekul DNA
(desoxsyribonuclein acid, sel-sel protein).
Menurut Leahy ada 10 pangkat 48 kemungkinan
konfiguransi molekul-molekul itu dan hanya ada
20 darinya yang cocok menunjang kehidupan.
 Apakah 2 contoh di atas adalah suatu
kebetulan?
 Atau memang ada yang mengarahkan?
 Menurut ilmuwan Alam (kelompok Neo-
darwisme) menyatakan bahwa semua proses
yang kelihatan terarah itu pada tujuannya
merupakan kejadian yang semata-mata
kebetulan.
 Benarkah?
 Berapa besar probabilitas bahwa proses
terarah itu terjadi kebetulan?
 Menurut John Leslie: manusia ada di dunia
karena “alam” memilih persis 1 di antara 10
pangkat 5.313.680 kemungkinan yang
tersedia.
 Demi survival atau kesehatan, sel-sel tubuh
dapat mengambil alih tugas sel lain yang tidak
dapat bekerja lagi. Ini adalah tanda
keterarahan.
 William Paley (Teolog Inggris) mendukung argumen
ini dengan ilustrasi sebuah jam.
 Dalam menciptakan buah delima yang lezat, saat
benih buah delima di lempar ke tanah atau bumi,
dibutuhkan setidaknya tiga unsur yang saling
bekerja sama. Unsur-unsur tersebut adalah udara,
air, dan cahaya matahari. Komposisi yang ideal akan
menghasilkan buah delima yang lezat.
 Bagaimana bisa komposisi tiga komponen yang
tidak berakal tadi mampu menciptakan buah yang
lezat yang bahkan manusia pun tak tidak sanggup
melakukannya?
 Argumen moral dikemukakan oleh Imanuel
Kant (1724—1804).
 Allah dan suara hati,
 Lebih jelas akan dibahas pada filsafat moral
 William James (Filsuf dan Psikolog Amerika)
menyatakan bahwa pengalaman keagamaan
bersifat tak terlukiskan/ tak bisa diungkapkan.
 Pengalaman keagamaan ini tidak dialami oleh
manusia seperti kita yang memiliki keterbatasan.
Pengalaman ini biasanya dialami oleh para sufi,
mistikus, dan orang-orang suci yang telah
mengklaim berhubungan dengan eksistensi di
luar dunia materi dan dunia nyata.
 Namun, Pengalaman mistik disebut sebagai
subjektif-spekulatif sehingga dianggap tidak
memiliki basis objektif-ontologis.
 Menurut William James dan Karen Armstrong,
pengalaman mistik tidak dapat diungkapkan
dengan kata-kata atau bahasa.
 Itulah alasannya mengapa dalam wacana
sufistik, para sufi sering menuangkan
pengalaman-pengalaman spiritualnya ke dalam
bentuk puisi, syair, atau dalam bahasa metaforis.
 Menurut Ibn Taimiyah, sesuatu yang tidak bisa
dicerna dengan logika dan bahasa, bukan berarti
realitas tentang sesuatu itu tidak ada.
Pengalaman mistik bersifat supraindrawi atau
suprarasional yang tidak terjangkau oleh
kapasitas pancaindra dan akal manusia.
 Blaise Pascal melontarkan sebuah ide
tentang eksistensi Tuhan dengan sebutan
Teori Pertaruhan (Le Pari).
 Teori ini sebagai sanggahan terhadap Rene
Descartes yang mengkaji Tuhan dengan
ranah rasio.
 Bagi Pascal, eksistensi Tuhan tidak hanya
didekati dengan rasio tetapi juga dengan
menggunakan pendekatan hati. Hati yang
dimaksud tersebut bukanlah hati sebagai
pusat emosi manusia tetapi hati sebagai
pusat eksistensi manusia
 Teori Pertaruhan (Le Pari):
 1. Jika Tuhan Ada
- seseorang yang benar-benar percaya Tuhan
itu ada maka ia akan menggapai kemenangan
tak terbatas
- seseorang yang tidak percaya maka ia akan
menerima kekalahan, kerugian, kehilangan
abadi
2. Jika Tuhan Tidak Ada
- orang yang percaya adanya Tuhan akan
mengalami kekalahan sementara di dunia
- orang tidak percaya adanya Tuhan, ia akan
meraih kemenangan sementara

Anda mungkin juga menyukai