Cetakan ke: 5 4 3 2 1
Tahun: 23 22 21 20 19
ISBN 978-979-21-xxxx-x
Kata Pengantar 3
4 Logika: Seni Berpikir Lurus
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
SKEMA PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
BAB I - PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
A. Sekilas tentang Filsafat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
B. Secara Khusus Tentang Logika . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
C. Macam-Macam Logika . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
D. Beberapa Alasan Mempelajari Logika . . . . . . . . . . . . . . . . 26
Dafar Isi 5
2. Abad Pertengahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
3. Zaman Modern (Rene Descartes Dan John Locke) . . 55
4. Dewasa Ini . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
F. Pembagian Ide . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
1. Pembagian Dari Segi Isi / Materinya . . . . . . . . . . . . . . 59
2. Pembagian Dari Segi Luasnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60
3. Pembagian Dari Segi Kesempurnaannya . . . . . . . . . . 61
G. Isi dan Luas Ide . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63
Soal Latihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64
BAB IV - PENALARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65
A. Pengertian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66
B. Induksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 67
C. Deduksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 69
D. Dialektika Deduksi-Induksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70
E. Silogisme . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 72
Soal Latihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 75
BAB V - KEPUTUSAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77
A. Unsur-unsur Keputusan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 80
B. Macam-Macam Keputusan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 83
C. Keputusan A, E, I, O . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 87
D. Pembalikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88
E. Perlawanan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 89
Soal Latihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 91
BIOGRAFI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 119
Dafar Isi 7
SKEMA PEMBAHASAN
BAB I
PENGANTAR
sekilas tentang filsafat - pengertian “logika” - berpikir - dari
segi sejarah terdapat dua macam logika yaitu: logika naturalis
(alamiah) dan logika artifisial (buatan atau ilmiah) - logika
artificialis dibagi lagi menjadi dua, yaitu: logika material
(logika mayor) dan logika formal (logika minor) - beberapa
alasan mengapa kita mempelajari logika
BAB II
PRINSIP UMUM LOGIKA
prinsip atau hukum, yaitu: Prinsip Identitas - Prinsip Non-
Kontradiksi - Prinsip Penyisihan Jalan Tengah - prinsip “cukup
alasan” (sufficient reason).
BAB III
IDE
Pengertian “ide” - konsep - term - univokal - equivokal -
analogal - abstrak - kolekif - sederhana - term singular
- term partikular - term universal - persoalan ide yang
diperbincangkan oleh para filsuf sejak dahulu hingga dewasa
ini - pembagian ide
BAB V
KEPUTUSAN
Keputusan adalah suatu perbuatan tertentu dari manusia yang
mengakui atau memungkiri kesatuan/hubungan antara dua
hal - Keputusan mengandung tiga unsur: subyek (sesuatu yang
diberi keterangan) - Predikat (saesuatu yang menerangkan
tentang subyek) - Kata Penghubung (pernyataan yang
mengakui atau memungkiri hubungan antara subyek dan
predikat) macam keputusan - pembalikan - hukum pembalikan
- perlawanan
Skema Pembahasan 9
BAB VI
PEMBAGIAN (PENGGOLONGAN)
DAN DEFINISI
Yang dimaksud dengan pembagian (penggolongan) adalah
suatu kegiatan akal budi tertentu yang menguraikan,
“membagi”, “menggolongkan”, dan menyusun pengertian-
pengertian dan barang-barang tertentu. - beberapa kesulitan
yang dapat timbul dalam penggolongan - “definisi” yang
berarti “pembatasan” definisi nominal - definisi real -
beberapa peraturan yang perlu ditepati untuk suatu definsi
BAB VII
KESESATAN
Pengertian kesesatan (fallacia/fallscy) - Kalau penalaran yang
sesat itu dengan sengaja digunakan umntuk menyesatkan
orang lain disebut sofisme - kesesatan karena sifat bahasa -
kesesatan relevansi - argumentum ad hominem - Argumentum
ad verecundiam atau argumentum auctoritatis - Argumentum
ad baculum - Argumentum ad misericordiam - Argumentum
ad populum - Kesesatan non causa pro causa - Kesesatan
aksidensi - Kesesatan karena komposisi dan divisi - Ignoratio
elenchi
Kompetensi Dasar:
Mahasiswa dapat memahami letak Logika dalam bingkai flsafat (C-2).
Indikator:
- pembaca mampu menjelaskan secara ringkas sejarah flsafat dengan
runtut
- pembaca mampu menunjukkan posisi logika dalam flsafat dengan
benar
Kompetensi Dasar:
Pembaca bisa menjelaskan pembagian Logika dan kegunaan logika (C-2).
Indikator:
- pembaca bisa menyebutkan pembagian Logika dengan benar (logika
naturalis, logika artifcialis, logika material, logika formal, logika
tradisional, dan logika simbolik)
- pembaca mampu menjelaskan isi dari logika naturalis, logika
artifcialis, logika material, logika formal, logika tradisional, dan
logika simbolik tersebut dengan benar
- pembaca mampu membuat contoh dari dua macam Logika
- pembaca bisa menjelaskan kegunaan belajar logika dengan tepat
Bab I - Pengantar 11
A. SEKILAS TENTANG FILSAFAT
Bab I - Pengantar 13
Metode berflsafat dalam tradisi Yunani adalah spekulatif.
Maksudnya, refeksi dan argumentasi dijalankan dengan
instrumen logika akal budi secara ketat. Metode ini belum
bersentuhan dengan metode empiris. Filsafat adalah studi
tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat
tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen
dan percobaan-percobaan dalam laboratorium, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu,
memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi
tertentu. Akhir dari semua itu dimasukkan ke dalam sebuah
proses berpikir yang runtut dan logis. Logika dengan demikian
menjadi hal yang konstitutif dalam pergumulan flsafat.
Filsafat berasal dari kata “philein” (mencintai) dan “sofia”
(kebijaksanaan). Orang yang belajar flsafat adalah dia yang
belajar segala sesuatu mengenai kebijaksanaan. Terminologi
“kebijaksaan” dengan demikian memaksudkan pula
pengertian, pengetahuan, dan penguasaan persoalan sampai
ke akar-akarnya.
Orang bijak mengandaikan pemilikan knowledge of the
why (pengetahuan tentang “mengapa”). Aneka pengalaman
yang lahir dari indera tidak berkaitan dengan wisdom,
karena hanya menyentuh hal-hal khusus belaka. Pengalaman
semacam itu tidak mampu mengatakan “why” dari apa yang
dialami. Misalnya: pengalaman akan api yang dirasakan oleh
indera kulit jelas hanya menegaskan kesimpulan bahwa api
Bab I - Pengantar 15
Perhatian flsafat pada periode berikutnya kemudian
bergeser pada pembahasan tentang manusia dan hidup
bersamanya. Sokrates dan para Sofs berada dalam periode
ini, di mana yang amat menonjol adalah pencarian terdalam
akan kodrat hidup manusia. Aristoteles kemudian mengatakan
bahwa manusia adalah animal rationale, zoon, politicon, dst.
Sokrates kemudian menggeser perhatian dari pencarian
rasional terhadap alam semesta ke seluk beluk hidup manusia.
Sokrates menggagas pengertian hakiki hidup manusia, hidup
bersamanya, dan tujuan hidup manusia. Wilayah-wilayah
politik, etika, retorika, sastra, tata negara, bahkan Tuhan
dengan demikian menjadi bidang pergelutan flsafat sejauh
bisa didekati oleh akal budi. Semua ini dimulai dari keheranan.
Artinya, keheranan adalah awal dari segala kebijaksanaan.
Perkembangan flsafat Yunani mencapai puncak
sistematisnya pada pemikiran Aristoteles dan Plato. Bagi
Aristoteles, relasi antara manusia dengan dunia identik dengan
relasi antara rasio dan realitas. Artinya, pengetahuan manusia
tentang dunia adalah pengetahuan rasional tentang realitas.
Bagi Aristoteles, apa yang disebut pengetahuan adalah soal
relasi kesesuaian antara apa yang ada dalam akal budi dengan
obyek real yang diketahui di luar akal budi. Pengetahuan
memiliki makna jika pengetahuan itu benar, sahih, dan valid.
Bagaimana dengan Plato? Kesejatian pengetahuan Platonis
menunjuk pada Forma atau Idea. Kesejatian baginya adalah
Bab I - Pengantar 17
Dari kesadaran sebagai pengembara pada wilayah
kebenaran tanpa batas, dapat disimpulkan bahwa manusia
sebenarnya terarah kepada kebenaran. Dia bukan makhluk
manipulatif, koruptif, perusak, dan yang semacamnya. Artinya,
manusia selalu berusaha agar cara berpikir dan tindakannya
benar, tidak sembarangan, dan serampangan. Benar berarti
rasional. Jadi, bukan benar sebagaimana menunjuk kepada
instruksi legal tertentu, dogma tertentu, ajaran ini/itu, dan
yang semacamnya. Benar di sini berurusan dengan prinsip
ratio (prinsip akal budi). Berpikir yang bagaimana dapat
dikatakan berflsafat? Berflsafat adalah berpikir yang radikal,
logis, universal, konseptual, koheren, konsisten, sistematik,
komperehensif, kritis, bebas, bertanggung jawab, dan bijaksana.
Filsafat ditujukan untuk mendapatkan kebenaran mutlak
(absolut) yaitu benar dilihat dari berbagai sudut pandang dan
benar pula untuk sepanjang masa. Artinya, flsafat memandang
segala sesuatu secara komprehensif.
Khalayak umum biasanya membagi tradisi flsafat ke
dalam dua bagian besar, yaitu flsafat barat dan flsafat timur.
Secara umum, Filsafat Timur adalah tradisi flosofs yang
terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Cina,
Jepang, Indonesia, dan daerah-daerah lain yang pernah
dipengaruhi olehnya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah
dekatnya hubungan flsafat dengan agama. Meskipun hal ini
kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama
di Abad Pertengahan, tetapi di dunia barat, rasio masih lebih
Bab I - Pengantar 19
dua cabang flsafat yang membahas aspek kualitas hidup
manusia: etika dan estetika. Etika, atau flsafat moral,
membahas tentang bagaimana seharusnya manusia
bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran
dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Beberapa topik
yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran,
tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya. Estetika
membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada
kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori
mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam
hasil budaya.
Semua pembidangan tersebut tentu membutuhkan logika
dalam perjalanannya. Logika menjadi halyang mutlak harus
ada ketika berbicara secara metafsis, epistemologis, dan
aksiologis.
Bab I - Pengantar 21
yakni suatu alat untuk melihat. Logika merupakan suatu alat
dari pemikiran flsafat seperti halnya matematika merupakan
suatu alat bagi fsika).
Kesimpulan yang bisa ditarik dari aneka penjelasan di atas
adalah: logika bisa dimaknai sebagai suatu alat atau piranti
yang digunakan manusia untuk dapat berpikir secara lurus,
runtut , dan sah.
C. MACAM-MACAM LOGIKA
Bab I - Pengantar 23
aturan dan aneka patokan berpikir yang telah ada kemudian
diatur secara sistematis, untuk selanjutnya diserahkan kepada
manusia agar dipergunakan sebagaimana mestinya, sehingga
mereka bisa berpikir lebih tepat, cepat, efektif, dan efsien.
Logika artificialis dibagi lagi menjadi dua, yaitu: logika
material (logika mayor) dan logika formal (logika minor).
a. Logika material membicarakan materi atau bahan-bahan
atau barang-barang dalam realita yang berhubungan
dengan pikiran. Logika material membicarakan persesuaian
antara pikiran dengan obyeknya, materinya, atau hal
yang dipikirkannya. Logika material biasanya disebut
epistemologi. Logika material menyibukkan diri dengan
membahas “hal-nya,” dan bukan bentuk atau prosedur
berpikirnya.
b. Logika formal atau logika minor mempelajari bentuk
berpikir atau forma-nya. Yang dimaksud dengan bentuk-
bentuk berpikir adalah aturan-aturan yang digunakan
orang untuk dapat berpikir dengan cepat. Fokus logika
formal adalah kepada prosedur berpikir dan tidak mau
repot dengan soal materinya. Aneka rumus biasanya
dimasukkan ke dalam logika formal ini.
Logika formal terbagi lagi menjadi dua macam, yaitu:
logika tradisional dan logika modern (simbolik):
a. Logika tradisional mempelajari asas dan aturan
penyimpulan yang sah menurut bentuknya. Logika
Logika Naturalis
Logika
Bab I - Pengantar 25
D. BEBERAPA ALASAN MEMPELAJARI LOGIKA
Bab I - Pengantar 27
Dengan berbekal pengetahuan yang fundamental tentang
logika, seseorang diharapkan dapat menambah efsiensi cara
berfkirnya. Dengan logika orang diharapakan dapat melakukan
pengecekan terhadap hasil-hasil pemikiran sendiri atau hasil
pemikiran orang lain dengan cara yang obyektif. Dengan
logika sesorang akan terlatih untuk membenahi pemikiran
sendiri, yang kemudian mengembangkan cara berpikir ilmiah
yang konsisten dan logis. Logika juga dapat meningkatkan
kemampuan manusia dalam mengungkapkan gagasan-gagasan
secara ringkas, runtut, tidak melompat-lompat, dan jelas.
Logika sebenarnya melatih manusia untuk mampu berfkir
abstrak. Logika amat mengandaikan rasio yang mampu
menembus batas empirik belaka. Logika mempampukan
manusia berbicara tentang sesuatu tanpa harus melihat
materinya. Manusia akan mampu menyimpulkan secara
logis bahwa kalau dia akan merasakan panas jika memegang
api. Kesimpulan semacam ini (bahwa api itu panas) muncul
tanpa perlu orang tersebut memegang api bukan? Kemampuan
berabstraksi semacam ini hanya bisa dikembangkan dan diasah
dengan logika.
Kompetensi Dasar:
Pembaca dapat memahami empat prinsip dasar dalam Logika (C-2).
Indikator:
- pembaca bisa menyebutkan empat prinsip dasar Logika dengan benar
(prinsip identitas, prinsip non-kontradiksi, prinsip penyisihan jalan
tengah, dan prinsip cukup alasan)
- pembaca a mampu menjelaskan isi dari empat prinsip dasar Logika
tersebut (prinsip identitas, prinsip non-kontradiksi, prinsip penyisihan
jalan tengah, dan prinsip cukup alas an) dengan benar
- pembaca mampu mencontohkan dua prinsip dasar logika dengan
benar
Kompetensi Dasar:
Pembaca bisa menjelaskan macam-macam (pembagian) Logika (C-2).
Indikator:
- pembaca bisa menyebutkan pembagian Logika dengan benar (logika
naturalis, logika artifcialis, logika material, logika formal, logika
tradisional, dan logika simbolik)
- pembaca mampu menjelaskan isi dari logika naturalis, logika
artifcialis, logika material, logika formal, logika tradisional, dan
logika simbolik tersebut dengan benar
- pembaca mampu membuat contoh dari dua macam Logika
B. PRINSIP NON-KONTRADIKSI
Kompetensi Dasar:
Pembaca dapat mengaplikasikan konsep tentang IDE dengan benar (C-3).
Indikator:
- pembaca bisa menguraikan IDE secara benar
- pembaca mampu menjelaskan pembagian IDE (ide kolektif, ide
distributif, ide konkrit, ide abstrak, ide singular, ide partikular, ide
universal, ide lengkap, dan ide terang) dengan benar
- pembaca mampu mendeskripsikan persoalan IDE dalam sejarah
flsafat (mulai dari Yunani kuno, abad pertengahan, abad modern,
dan dewasa ini) dengan benar
- pembaca bisa menghubungan antara isi dan luas ide dengan benar
- pembaca mampu membuat gagasan mengenai relevansi IDE bagi
pemikiran dewasa ini dalam sebuah tulisan atau makalah
Kompetensi Dasar:
Mahasiwa bisa menyusun TERM dengan benar (C-3).
Indikator:
- pembaca mampu menjelaskan arti TERM dengan benar
- pembaca mampu mendeskripsikan macam-macam TERM (term abs
trak, term kolektif, term sederhana, term singular, term particular, term
universal, term equivocal, term univokal, term analogal) dengan benar
- pembaca mampu membuat TERM yang benar dalam contoh
- pembaca mampu menganalisis contoh-contoh TERM yang ada dalam
koran, majalah, kejadian sehari-hari, dst.
PENGERTIAN
B. TERM (TERMINUS)
2. Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan istilah yang digunakan untuk
ide adalah istilah ”universale” atau “conceptus”. Rumusan
pertanyaannya adalah: apakah “universale” itu benar-benar ada
ataukah hanya sekedar nama, yang tidak menunjukkan realita?
Dua aliran yang berusaha menjawab persoalan tadi yakni
Ultra-realisme dan Nominalisme.
(a) Ultra-realisme:
Ultra-realisme mengatakan bahwa universale itu sungguh-
sungguh ada, terdapat dalam tiap-tiap dan semua individu
yang sejenis. Universale itu sama, oleh sebab itu berlaku
umum (universale= umum). Ada hal yang berlaku umum
untuk semua, dan hal ini harus diterima sebagai kebenaran.
Manusia tidak akan bisa berbicara apapun jika tidak menerima
kebenaran umum. Abeladrus mengatakan bahwa ide tidak
lain merupakan sifat atau aspek yang sama, dan terdapat pada
semua individu. Tiap-tiap individu dan semua yang termasuk
di dalamnya memiliki aspek itu, maka berlaku umumlah sifat
ini. Jadi universale menunjukkan realita.
4. Dewasa ini
Cara pandang tentang ide dari berbagai periode di atas
setidaknya didasari atas paham yang membedakan dua
dimensi dari kemanusiaan, yaitu jiwa dan raga, tetapi toh
yang ada itu manusia yang satu, sehingga pengetahuannya
pun pengetahuan manusia pula, bukan pengetahuan milik
jiwa bukan pula pengetahuan milik raga. Sejak zaman Yunani
manusia seakan-akan dipilah kepada badan dan jiwa. Rasio
adalah kapasitas yang dimilki jiwa, dan indera adalah kapasitas
yang dimiliki oleh badan. Keduanya seakan-akan tidak bisa
didamaikan, juga ketika menjelaskan mengenai adanya ide.
Dewasa ini berkembang pandangan yang lebih
komprehensif. Ide dan pengetahuan adalah milik manusia.
Pengetahuan manusia itu diperoleh melalui daya-daya atau
F. PEMBAGIAN IDE
c. Ide Universal
Ide universal mencakup seluruh individu atau barang atau
hal. Biasanya ide universal ditandai dengan kata-kata:
segenap, seluruh, semua. Misalnya: Semua orang bernafas
dan membutuhkan makanan. Keterangan: “semua orang”
merupakan contoh ide universal.
kolektif vs distributif
Materi/isinya konkret vs abstrak
menunjukkan vs menyindir
singular
IDE Luasnya partikular
universal
lengkap vs tidak lengkap
Kesempurnaannya
terang vs tidak terang
SOAL LATIHAN
Kompetensi Dasar:
Pembaca bisa membuat PENALARAN yang benar (C-4). Indikator:
- pembaca mampu menjelaskan apa arti penalaran dengan benar
- pembaca mampu mendeskripsikan macam-macam penalaran
(penalaran deduktif dan penalaran induktif) dengan benar
- pembaca mampu membuat perbedaan antara penalaran deduktif dan
induktif
- pembaca mampu menganalisis contoh-contoh penalaran yang ada
dalam koran, majalah, kejadian sehari-hari, dst
- pembaca mampu menciptakan contoh penalaran deduktif atau
induktif (pilih salah satu)
Kompetensi Dasar:
Mahasiswa bisa merumuskan SILOGISME yang benar (C-4). Indikator:
- pembaca mampu menjelaskan arti silogisme dengan benar
- pembaca mampu mendeskripsikan pembagian silogisme (silogisme
kategoris dan silogisme hipotetis) dengan benar
- pembaca mampu membuat perbedaan antara silogisme kategoris dan
hipotetis dalam bagan
- pembaca mampu menganalisis contoh-contoh silogisme yang salah
dalam kejadian sehari-hari
- pembaca mampu menciptakan contoh silogisme kategoris dan
hipotetis (pilih salah satu) dengan benar
Bab IV - Penalaran 65
A. PENGERTIAN
Bab IV - Penalaran 67
apa yang diselidiki ternyata sangat banyak dan mencakup
wilayah yang sangat luas. Dapatkah atau mungkinkah peneliti
menyelidiki seluruh populasi yang sangat banyak dan luas
tersebut tanpa ada yang dikecualikan? Hal itu menjadi masalah
karena dalam penelitian biasanya ada keterbatasan dalam hal
anggaran, waktu, dan tenaga. Dalam kasus apel tadi, apakah
mungkin peneliti akan memakan seluruh buah apel dalam satu
keranjang besar tersebut tanpa mengalami sakit perut?
Kedua, dalam induksi tidak sempurna peneliti tidak
membutuhkan seluruh obyek, individu, atau hal untuk
diselidiki semuanya. Peneliti cukup mengeksplorasi sebagian
saja dari subyek yang menjadi bagian dalam kelas tersebut.
Jadi, prosedur dari penyelidikan indukif tidak sempurna
mengikuti prosedur atau sejalan dengan prosedur penyelidikan
sampel (sampling study). Sungguhpun begitu, kesimpulan dari
penyelidikan terhadap sampel subyek hendak dikenakan pada
seluruh subyek yang belum atau tidak diselidiki. Misalnya:
- Kucing butuh makan
- Kerbau butuh makan
- Lembu butuh makan
- Jadi, semua binatang butuh makan
Melihat semua contoh diatas, tidak semua binatang diteliti
dan hanya sebagian saja dari binatang. Dari sebagian populasi
hewan tadi ditariklah kesimpulan untuk seluruh binatang.
Inilah yang disebut induksi tidak sempurna, karena seluruh
C. DEDUKSI
Bab IV - Penalaran 69
sebagai hal yang benar pada peristiwa yang termasuk dalam
kelas ataupun jenis itu.” Jika semua orang dapat membuktikan
bahwa suatu peristiwa termasuk dalam kelas yang dipandang
benar, maka secara logis dan otomatis, orang dapat menarik
kesimpulan bahwa kebenaran yang terdapat dalam kelas itu
menjadi peristiwa yang khusus.
D. DIALEKTIKA DEDUKSI-INDUKSI
Bab IV - Penalaran 71
E. SILOGISME
Bab IV - Penalaran 73
belum tentu konklusinya juga salah, seperti terlihat pada
contoh berikut:
Premis salah Manusia itu jahat.
Budi adalah manusia.
Konklusi salah Jadi, Budi adalah jahat.
Bab IV - Penalaran 75
76 Logika: Seni Berpikir Lurus
BAB V
KEPUTUSAN
Standar Kompetensi:
Pada akhir pertemuan pembaca bisa memproduksi KEPUTUSAN yang
benar (C-4).
Indikator:
- pembaca mampu menjelaskan arti keputusan dengan benar
- pembaca mampu mendeskripsikan unsur-unsur keputusan (subyek,
predikat, dan kata penghubung) dengan benar
- pembaca mampu membedakan macam-macam keputusan (keputusan
kategoris, keputusan hipotetis, keputusan analitis, keputusan sintesis,
keputusan positif-afrmatif, keputusan negative, keputusan universal,
keputusan partikular, keputusan singular), dengan benar
- pembaca mampu menganalisis contoh-contoh keputusan A (afrmatif
universal), E (negatif universal), I (afrmatif partikular), O (negatif
partikular) yang disediakan dosen dengan benar
- pembaca mempu membuat keputusan A,E,I,O (masing-masing lima)
dengan benar.
- pembaca mampu menciptakan pembalikan keputusan dengan benar
- pembaca mampu membuat perlawanan keputusan dengan benar
Bab V - Keputusan 77
Manusia kerap membuat keputusan dalam hidupnya,
misalnya keputusan untuk menikah, mempunyai anak,
kuliah, membeli rumah, dan lain sebagainya. Jika ditelaah
secara flosofs, apakah sebenarnya keputusan itu? Mari ambil
satu contoh: saya memutuskan untuk menikah. Jika saya
mengatakan ‘ya’ (menikah), maka saya mengakui hubungan
antara saya dan menikah. Sebaliknya, jika saya mengatakan
‘tidak menikah, berarti saya menolak/melawan hubungan
antara saya dan menikah. Keputusan dengan demikian adalah
suatu perbuatan tertentu dari manusia yang mengakui atau
memungkiri kesatuan/hubungan antara dua hal. Keputusan
merupakan suatu kegiatan manusia yang mempersatukan
karena mengakui, dan memisahkan karena memungkiri
sesuatu.
Uraian di atas mengandung beberapa unsur dari keputusan,
yaitu: perbuatan manusia, mengakui ataukah menungkiri,
dan hubungan atara dua hal. Penjelasan berikut ini akan
menguraikan unsur-unsur tersebut:
- “Perbuatan Manusia.” Sebenarnya seluruh diri manusialah
yang bekerja dengan akal budi. Secara formal keputusan
yang diambil merupakan perbuatan akal budinya.
Hanya manusia yang bisa membuat keputusan, karena
makhluk lain tidak mempunyai kapasitas rasional yang
memungkinkannya untuk membuat keputusan.
Bab V - Keputusan 79
A. UNSUR-UNSUR KEPUTUSAN
Bab V - Keputusan 81
menggandengkan kata demi kata. “To be” inilah yang
menjadi penentu logika berbahasa, yang sayangnya tidak
ada dalam Bahasa Indonesia. “To be” kerap diterjemahkan
dengan kata “adalah” dalam Bahasa Indonesia. Dalam
logika, to be inilah yang dikatakan sebagai kata penghubung.
2. Term subyek seringkali disebut juga subyek logis. Subyek
logis itu tidak sama dengan subyek kalimat menurut
tata bahasa. Sekali lagu subjek logis adalah: apa yang
diterangkan oleh predikat. Misalnya: “Orang yang menaruh
bunga di depan rumahku ternyata adalah pamanku.” Subjek
logis dalam contoh tersebut adalah: “orang yang menaruh
bunga di depan rumahku.”
3. Untuk menemukan term predikat (predikat logis),
perlulah diperhatikan apakah yang sesungguhnya hendak
diberitahukan dalam suatu keputusan, misalnya:
“Dialah yang mencuri buah itu.”
Dia (S) adalah (penghubung) orang yang mencuri buah itu
(P)
“Kenikmatan dikejar semua orang.”
Kenikmatan (S) adalah (penghubung) sesuatu yang dikejar
semua orang (P).
4. Suatu keputusan disebut negatif apabila kata penghubungnya
negatif dan tidak lain daripada itu. Lagi-lagi, dalam Bahasa
Inggris hal ini menjadi amat jelas, misalnya: “I am not a
B. MACAM-MACAM KEPUTUSAN
Bab V - Keputusan 83
2. Keputusan Hipotetis.
Keputusan hipotetis memuat Predikat (P) yang
menerangkan Subyek (S) dengan syarat tertentu, tidak
secara mutlak. Keputusan ini masih dapat dibedakan
menjadi:
- Keputusan (hipotetis) kondisional. Biasanya ditandai
dengan: Jika ......, maka.......
- Keputusan (hipotetis) disjungtif, yang biasanya ditandai
dengan: Atau ......, atau......
- Keputusan (hipotetis) konjungtif, yang biasanya
ditandai dengan: Tidak sekaligus ...... dan ......
2. Berdasarkan bentuknya:
Keputusan dapat dibedakan menjadi keputusan positif
(afrmatif) dan negatif. Pembedaan ini didasarkan atas
kualitas kata penghubung. Yang dimaksud dengan
keputusan positif (afrmatif) ialah keputusan di mana
predikat (P) dipersatukan dengan subyek (S) oleh kata
penghubung. Subyek menjadi satu atau sama dengan
predikat. Seluruh isi subjek diakui oleh predikat. Seluruh
luas subyek dimasukkan pada luas predikat dan seluruh isi
predikat diterapkan pada subyek, misalnya: “Semua kera
adalah binatang.” Keputusan negatif adalah keputusan
dimana subyek dan predikat dinyatakan sebagai tidak
sama, berlainan, dan dipungkiri, misalnya: “Semua kera
bukan tikus.”
Bab V - Keputusan 85
3. Berdasarkan luasnya:
Ada pembedaan antara keputusan universal, partikular,
dan singular.
a. Keputusan universal terjadi ketika subyek dan predikat
menerangkan, mengakui, atau memungkiri seluruh
luas subyek. Misalnya: semua orang dapat mati. Perlu
dicatat bahwa keputusan universal tidak sama dengan
“keputusan umum.” Di mana letak perbedaannya?
Dalam keputusan umum dikatakan sesuatu yang
pada umumnya benar, tetapi selalu ada kecualiannya,
misalnya: “Orang Batak pandai menyanyi.” Keputusan
umum ini tidak salah, kalau ada beberapa orang Batak
tidak pandai menyanyi, padahal dalam keputusan
universal dikatakan sesuatu tentang seluruh luasnya
tanpa ada pengecualiannya. Keputusan universal
selalu menyertakan klausul “semua,” misalnya: “Semua
kucing adalah binatang.”
b. Keputusan partikular terjadi ketika predikat mene
rangkan (mengakui atau memungkiri) sebagian dari
seluruh luas subyek. Misalnya: beberapa orang dapat
mati.
c. Keputusan singular terjadi ketika predikat menerangkan
(mengakui atau memungkiri) satu barang (subyek)
yang ditujukan dengan tegas. Misalnya: Tukiman dapat
mati.
Bab V - Keputusan 87
D. PEMBALIKAN
E. PERLAWANAN
Bab V - Keputusan 89
Ada bebarapa macam perlawanan:
1. Menurut bentuknya:
Perlawanan ini disebut perlawanan “kontraris” (A-E) dan
“subkontraris” (I-O).
2. Menurut luasnya:
Perlawanan ini disebut perlawanan “sub altern”(A-I;E-O).
3. Menurut bentuknya ataupun luasnya:
Disebut perlawanan “kontradiktoris”(A-O ; E-I).
I subkontraris O
Beberapa orang baik Beberapa orang tidak baik
(Tidak semua orang baik)
Bab V - Keputusan 91
92 Logika: Seni Berpikir Lurus
BAB VI
PEMBAGIAN (PENGGOLONGAN)
DAN DEFINISI
Standar Kompetensi:
Pada akhir pertemuan pembaca bisa merumuskan PEMBAGIAN/
PENGGOLONGAN dengan benar (C-4). Indikator:
- pembaca mampu menjelaskan arti pembagian/penggolongan dengan
benar
- pembaca mampu mendeskripsikan aturan membuat penggolongan
dengan benar
- pembaca mampu membuat penggolongan berdasarkan aturan tsb
- pembaca mampu menganalisis contoh-contoh penggolongan yang
salah yang ada dalam koran, majalah, kejadian sehari-hari, dst
- pembaca mampu menciptakan contoh penggolongan yang benar
Standar Kompetensi:
Pada akhir pertemuan mahasiswa bisa membuat DEFINISI dengan benar
(C-4). Indikator:
- pembaca mampu menjelaskan arti defnisi/batasan dengan benar
- pembaca mampu mendeskripsikan macam-macam defnisi (defnisi
real dan defnisi nominal), dengan benar
- pembaca mampu menguraikan aturan untuk membuat defnisi yang
benar
- pembaca mampu menganalisis contoh-contoh defnisi yang salah
(yang ada dalam Koran, majalah, kejadian sehari-hari, dst)
- pembaca mampu menciptakan contoh defnisi yang baik
SOAL LATIHAN
Standar Kompetensi:
Pada akhir pertemuan pembaca bisa mengkritisi aneka KESESATAN
dalam hidup sehari-hari (C-5). Indikator:
- pembaca mampu menjelaskan arti kesesatan dengan benar
- pembaca mampu mendeskripsikan macam-macam kesesatan
(kesesatan ad hominem, kesesatan ad baculum,kesesatan ad
misericordiam, kesesatan ad auctoritatis, kesesatan aksen, kesesatan
term ekuivokal, kesesatan amfboli, kesesatan metafora, kesesatan
ad populum, kesesatan non causa pro causa, kesesatan aksidensi,
kesesatan komposisi dan divisi, dan ignoratio elenchi) dengan benar
- pembaca mampu menganalisis contoh-contoh kesesatan yang ada
dalam televisi, koran, majalah, kejadian sehari-hari, dst
- pembaca mampu membuat refeksi mengenai kesesatan berpikir
dalam masyarakat dalam sebuah tulisan/paper
C. KESESATAN RELEVANSI
2. Argumentum ad auctoritatis
Kesesatan ini juga menerima atau menolak sesuatu bukan
berdasarkan nilai penalarannya, akan tetapi karena orang
yang mengemukakannya adalah orang yang berwibawa,
dapat dipercaya, punya kuasa, seorang ahli, dst. Secara logis
seharusnya orang tidak menggantungkan diri kepada orang
3. Argumentum ad baculum
Baculum artinya tongkat. Kesesatan ini timbul kalau
penerimaan atau penolakan suatu penalaran didasarkan
atas adanya ancaman hukuman. Kalau tidak menyetujui,
maka akan dihukum; dipenjarakan, dipukuli, dan
dipersulit hidupnya. Teror pada hakekatnya adalah paksaan
untuk menerima atau suatu gagasan atau penalaran atau
ketakutan. Terorisme adalah bentuk dari argumentum ad
baculum.
4. Argumentum ad misericordiam
Penalaran ini ditunjukkan untuk menimbulkan belas
kasihan agar dapat diterima. Argumen yang demikian
biasanya berhubungan dengan usaha agar suatu perbuatan
dimaafan. Sering dalam sebuah pengadilan argumen ini
diajukan untuk menarik belas kasihan hakim, misalnya
dengan mengingatkan hakim bahwa ia mempunyai istri
dan anak-anak yang hidupnya tergantung kepadanya,
bahwa istrinya sedang sakit keras atau lain sebagainya.
7. Kesesatan aksidensi
Kesesatan karena aksidensi terjadi kalau kita menerapkan
prinsip atau pernyataan umum kepada peristiwa tertentu,
padahal karena keadaannya aksidental membuat penerapan
itu tidak cocok. Sifat atau kondisi yang aksidental ialah sifat
atau kondisi yang kebetulan, yang tidak harus ada, yaitu
tidak mutlak. Kalau seseorang memberikan susu atau
buah-buahan kepada bayinya meskipun bayinya sedang
sakit, dengan pengertian bahwa susu dan buah-buahan
sangat berguna dan sangat baik bagi sang bayi, maka
sang ibu telah melakukan penalaran yang sesat karena
aksidensi. Kondisi aksidental dari bayinya yang sedang
sakit perut menyebabkan prinsip umum (bahwa buah itu
baik untukkesehatan) dalam hal ini tidak berlaku. Makan
adalah suatu perbuatan yang baik, akan tetapi kalau kita
Agustinus W. Dewantara
Lahir dan tinggal di Madiun, Jawa Timur. Menyelesaikan program
doktoral ilmu flsafat di Universitas Gadjah Mada pada 2016. Sejak tahun
2004 sampai sekarang menjadi dosen di beberapa perguruan tinggi, dan
mengajar terutama di mata kuliah berbasis flsafat (Filsafat Ketuhanan,
Etika, Pancasila, Kewarganegaraan, Filsafat Umum, Logika, Filsafat
Manusia), dan Teologi, Kitab Suci, dan Perbandingan Agama.
Sekarang menjadi trainer dan pemberi pelatihan pengembangan SDM,
seminar, rekoleksi/retret, narasumber, dan direktur Rumah Bina Karya
Ilahi. Aktif menulis di berbagai surat kabar, jurnal ilmiah nasional dan
internasional. Buku yang sudah diterbitkan oleh Kanisius: Alangkah
Hebatnya Negara Gotong-Royong (Indonesia dalam Kacamata Soekarno),
Diskursus FIlsafat Pancasila Dewasa Ini, dan Filsafat Moral (Pergumulan
Etis Keseharian Hidup Manusia).
Biograf 119
120 Logika: Seni Berpikir Lurus