Anda di halaman 1dari 43

Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah :

1. Dr. Muhammad Tamar,M.Psi


2. Istiana Tajuddin, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog
3. Hillman Wirawan, S.Psi.,MA

PAPER FILSAFAT EKSISTENSI MANUSIA


FILSAFAT BARAT (EROPA)

KELOMPOK 3
Salsabila Novayanti Arliansyah (C021191021)
Devnet Vicente (C021191029)
Andi Tenriawaru Mulia P (C021191036)
Natasya Pinkan Mapaliey (C021191038)
Nur Fadillah Annisa (C021191040)
Anita Veronica (C021191043)

PSIKOLOGI B 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
A. FILSAFAT BARAT (EROPA)
1. Pra- Socrates

Ciri-ciri filsafat pra-socrates adalah rasional meta-fisik, dimana pemikiran


yang diikuti dengan kepercayaan kepada hal-hal gaib, seperti memberikan sesajen
kepada Dewa Matahari. Masyarakat berpikir bahwa bumi mempunyai sumber daya
yang melimpah ini ada yang menciptakannya, tapi mereka belum tahu siapa yang
menciptakannya. Jadi masyarakat beranggapan bahwa yang memberi kesuburan
adalah pohon besar. Sebelum filsafat menaiki panggung Yunani banyak pertanyaan-
pertanyaan mendasar yang diajukan oleh manusia, dan pertanyaan-pertanyaan ini
dijawab dengan oleh berbagai penjelasan teologi. Penjelasan-penjelasan agama ini
disampaikan dari generasi ke generasi dalam bentuk mitos.

Sebutan “pra-sokratik” sebenarnya kurang tepat karena perkembangan aliran


filsafat yang dimaksud ada zaman dengan hidup Sokrates sendiri. Filsafat ‘Pra-
Sokratik” sebenarnya merujuk pada aliran filsafat yang didominasi pada minat utama
untuk meneliti alam, matematika, susunan di dalamnya, dalam rangka penyelidikan
tentang asal-muasal, komponen-komponen alam, dan untuk memformulasikan
hipotesis tentang keberadaan dunia ini, maka para filsuf dari aliran ini seringkali
disebut sebagai filsuf alam (Phusikoi).

Tokoh-tokoh filsafat pada zaman Pra-Socrates

 Mazhab Mileteus.

Thales (624 – 548 SM)

Seorang filsuf yang berasal dari Miletius, sebuah koloni Yunani di


Asia kecil. Ia awalnya seorang insinyur yang melayani keluarga raja Mileteus,
dan aktif dalam perniagaan disana. Pada usia paruh baya, ia berkelana ke
Mesir untuk berdagang, tetapi ia malah mempelajari astronomi dan geometri
disana, sehingga ia memutuskan berhenti menjadi pedagang dan
mengabadikan hidupnya untuk filsafat dan matematika. Thales ini dikisah kan
pernah menghitung tinggi piramid dengan mengukur bayangannya pada saat
yang tepat. Ia menjadi terkenal setelah mampu memprediksikan gehana
matahari pada tahun 585 SM.

Bagi Thales, yang menjadi arkle (prinsip vital yang dapat menjelaskan
semesta) adalah air. Dia percaya bahwa seluruh kehidupan berasal dari air dan
akan kembali ke air. Dia beranggapan begitu barangkali karena ia mengamati
tumbuhan yang mulai tumbuh di daratan delta sungai nil setelah surut dari
banjir.

Anaximander (610 – 546 SM)

Seperti halnya Thales, Anaximander juga seorang ilmuwan berbakat,


dengan keahlian utama pada astronomi dan kartografi. Dia merupakan salah
satu murid Thales. Ia merupakan orang Yunani pertama yang membuat peta
bumi, dan mempersiapkan peta bintang. Ia juga membangun gagasan tentang
koordinat benda langit, dengan bumi berbentuk silinder di bagian tengahnya,
dan lingkaran konsentris langit di luarnya, sehingga ia membangun model
semesta darinya.

Menurutnya, arkhe adalah apa yang disebutnya sebagai apeiron.


Apeiron bersifat abadi, tak terbatas, dan tak dapat dilihat. Ia berpendapat,
bahwa ssegala hal berasal dari apeiron, dan berproses dalam jalinan rumit
dalam dua prinsip, yaitu panas/dingin, dan kering/basah. Apeiron berproses
dalam ‘dialektika materiil’ tanpa henti, hingga menghasilkan dunia seperti
yang tampak saat ini. Gagasan Anaximander ini cukup menarik, karena ia
mengungkapkan konsep arkhe yang berbeda dibandingkan filsuf sezamannya.
Ia menganggap bahwa dunia tampak, itu bersifat fana, dan transie. Segalanya
mengali, dan berubah kecuali apeiron sendiri.
Anaximenes (570 – 526 SM)
Anaximenes adalah filosof dari Mileteus, dia adalah murid dari
Anaximender. Teorinya tentang alam adalah bahwa sumber dari segala
sesuatu pastilah “udara” aau “uap”. Anaximenes beranggapan bahwa udara
yang dipadatkan, seperti ketika hujan turun, air diperas dari udara. Jika air
diperas lebih keras lagi, ia akan menjadi tanah, pikirnya. Dia mungkin pernah
melihat bagaimana tanah dan pasir terperas dari es yang meleleh. Dia juga
beranggapan bahwa api adalah udara yang dijernihkan. Oleh karenannya air,
tanhan dan api tercipta dari udara.

Kontribusi filsuf-filsuf Miletian ini memperkenalkan gagasan tentang arkhe yang


membentuk semesta. Gagasan ini merupakan suatu langkah besar ketimbang
kosmogoni yang dianut oleh bangsa Yunani sebelumnya. Filsuf Mileteus membuat
ide-ide kosmologis menjadi lebih manusiawi. Gagasan tentang arkhe ini nantinya
mempengaruhi filsuf-filsuf selanjutnya tenang gagasan mengenai substans. Pemikiran
Anaximander tentang apeiron juga sangat menarik, hingga menjadi perdebatan para
filsuf-filsuf setelahnya tentang gagasan ‘kemenjadian’.

 Mazhab Phytagorian
Phytagoras (570 – 495 SM)
Phytagoras lahir di Pulau Samos, lepas pantai Asia minor, dekat
dengan Mileteus, dan Ephesios, sekitar tahun 570 SM. Dikatakan bahwa ia
sebelumnnya merupakan murid dari Anaximander. ia mendirikan sekolah
yang menurut Plato sangat berpengaruh. Pengikutnya dapat dikenali melalui
lambang pentagram, yang mana kemudian aliran filsafat sekolah ini seringkali
disebut sebagai aliran filsafat mistik. Awalnya sekolah ini sangat berpengaruh
di lingkungannya tetapi sesudah terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh
Kylon, banyak penganut Phytagorean yang terbunuh.
Phytagoras dalam pandangan awam filsafat di dunia moderen ini
merupakan sosok pemikir terbesar semasa Pra-Socrates. Hal ini mungkin
diakibatkan oleh pengaruhnya yang cukup besar kepada Plato dan Aristoteles.
Filsafat Phytagoras bercampur aduk dengan relifiusitas mistis yang
menganggap penyelidika rasional merupakan bakti pada semesta. Bagi
Pythagoras, semesta adalah keseluruhan, tanpa suatu akhir (telos); dimana kita
(atau setidaknya jiwa kita) merupakan bagian darinya. Pythagoras
mempercayai perpindahan jiwa, karenanya penganut mazhab ini dilarang
mengomsumsi daging (karena bisa jadi itu merupakan transformasi jiwa
leluhur kita). filsafat baginya merupakan suatu usaha untuk mempelajari dan
memahami kosmos. Kosmos sendiri dalam pemikiran Phytagoras merupakan
sebentuk tatanan’ bawaan’ atau pola kedalaman, yang mana dalam filsafat
belakangan dikenal sebagai forma. Ini merupakan ide baru yang mana tidak
terpikirkan sebelumnya oleh filsuf-filsuf Miletian yang hanya berfokus
kepada dunia material.
Kebanyakan pengetahuan yang bisa kita dapat tentang Mazhab
Pythagorean ini berasal dari Plato. Sangat sulit untuk membedakan mana yang
merupakan pemikiran Phytagoras dan yang mana merupakan tambahan yang
diberikan oleh Platon secara manasuka. Filsafat ini sangat berpengaruh pada
pandangan metafisika Platon nantinya.

Heraklitos (500 – 400 SM)

Pandangan filosofinya yang terkenal adalah penerimaannya terhadap


gagasan sehari-hari, yaitu segala yang ‘ada’, selalu berubah. Heraklitus
menerima kenyataan yang dinamik ini sebagai yang fundamental di semesta
ketimbang berpegang pada gagasan abstrak tentang ‘ada’ ultima.

Meskipun demikian, Heraklitus juga percaya akan dinamika abadi


yang memang telah dirancang sesuai dengan logos universal atau formulanya,
Heraklitus menggambarkan logos sebagai api, karena selalu bergerak, selalu
‘menjadi’, sebentuk chaos yang membantu segalnya untuk bertransfomasi.
Semesta ini penuh dengan hal-hal yang bertentangan awal/akhir ; malam/siang
; muda/tua ; hidup/mati. Jadi baginya tidak ada sebentuk keseimbangan statis
melainkan pertentangan selalu berada dalam kesetimbangan dinamis, antara
khaos – kosmos – khaos – kosmos dst. Segala sesuatu selalu ‘menjadi’ dalam
gerak abadi dan tidak ada kejadian yang sama.

 Mazhab Elea
Parmenides (515 – 445 SM)
Pengetahuan kita tentang gagasan filsafatnya terutama berasal dari :
 Diskusi ide-ide nya dalam dialog-dialog Plato seperti Parmenides ;
Thaetetos ; dan Sophistes.
 Kumpulan syairnya yang dibentuk menjadi buku kecil berjudul
Tentang Alam..

Parmanides menganggap bahwa segala sesuatu yang ada pasti telah


selalu ada. Gagasai ini tidak asing bagi rakyat Yunani. Mereka menganggap
sudah selayaknya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini abadi. Tidak
ada sesuatu yang dapat muncul dari ketiadaan dan tidak ada sesuatu yang ada
didunia ini abadi. Parmanides membawa gagasan itu lebih jauh lagi ia
beranggapan bahwa tidak ada yang disebut perubahan aktual, tidak ada
sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Parmanides sdar bahwa inderanya
melihat dunia ini selalu berubah, tapi dia lebih memilih akal daripada
inderanya. Dia yakin bahwa indera-indera memberikan gambaran akal
manusia. Keyakinan yang tidak tergoyahkan pada akal manusia disebut
rasionalisme. Rasionalisme adalah seseornag yang percaya bahwa akal
manusia merupakan sumber utama pengetahuan tentang dunia. Dalam
masalah ini Parmanides mengemukakan dua pandangan :
a. Bahwa tidak ada sesuatu yang dapat berubah
b. Bahwa persepsi indera kita tidak dapat dipercaya

Zenon

Ia dapat merelatifkan kebenaran yang telah mapan/ zeno menemukan


dialektika. Istilah dialektika termasuk kata ynag mendapat pelbagai arti
sepanjang sejarah filsafat. Ia mulai mengemukakan hipotesis yaitu salah satu
anggapan yang dianut pelawan-pelawan Parminedes. Lalu ia menunjukkan
bahwa dari hipotesis itu harus ditarik kesimpulan yang mustahil. Menurut
metode ini Zeno membuktika bahwa adanya ruang kosong, pluralitas dan
gerak sama-sama mustahil.

Empedocles (490 – 430 SM)


Ia merupakan seorang Sisilia. Pendekatan filsafatnya tentang unsur -
unsur utama yang berbeda sangat berpengaruh di kemudian hari. Ia
merupakan seorang yang pertamakali menggunakan teori tentang unsur,
sebagaimana yang kita pahami dalam dunia moderen saat ini. Kita mengenali
gagasannya melalui dua buah kumpulan sajaknya, yang pertama berjudul,
Peri Phuseos, dan yang kedua berjudul, Katharmoi (berkisah tentang
kepercayaan religiusnya tentang alam). Teorinya tentang dunia, nampaknya
berasal dari observasi. Hasil observasinya menunjukkan, bahwa semesta ini
terbagi menjadi empat macam elemen, yaitu api, air, tanah, dan udara.

Keempat elemen ini, seperti juga gagasan tentang arkhe sebelumnya,


bersifat abadi; tidak dapat dihancurkan; dan tidak dapat dijadikan, atau
dengan kata lain tanpa awal, dan akhir. Segala perubahan di alam, merupakan
hasil pencampuran, dan pemisahan keempat elemen ini. Fenomena –
fenomena kompleks yang kasat mata, seperti struktur geologi; galaksi; rasi
bintang; bukanlah merupakan realitas yang sebenarnya, akan tetapi hanyalah
kombinasi semenatara dari keempat elemen tadi.
Nampaknya, Empedokles menerima argumen para filsuf Elea, tentang
kemungkinan ketiadaan ruang – kosong, akan tetapi ia tetap memegang
gagasan tentang gerak ‘kemenjadian’, yang mana terjadi karena pencampuran
elemen – elemen berbeda pada ruang.

Anaxagoras (500 – 428 SM)


Pada tahun sekitar 450 SM, ia diusir dari Athena karena dianggap
atheis, dan meninggal di pembuangannya. Gaya filsafat Anaxagoras, tidak
terlalu menekankan aspek religiositas, disbanding filsuf – filsuf Elea, dan
kaum pluralis lainnya. Filsafatnya lebih dekat dengan filsafat – filsafat
Milesian. Dua hal yang menjadi penciri filsafatnya, adalah:

→ Ia memperkenalkan konsep baru yang sepenuhnya tidak material, sebagai


arkhe, yaitu akal budi.
→ Bentuk pluralisme yang ekstrem, di mana semua benda di dunia
mengandung seluruh unsur benda lain, dalam proporsi tertentu
Mazhab Atomisme
Leukippos (450 – 420 SM)
Ia merupakan guru dari Demokritos. Di dalam aliran atomisme,
pemikiran Demokritos lebih dikenal ketimbang Leukippos, meskipun amat
sulit untuk membedakan pandangan keduanya. Sejarawan filsafat sekarang,
cenderung menganggap, bahwa Demokritos hanya meneruskan ajaran –
ajaran yang diterima dari Leukippos.

Demokritos (460 – 359 SM)


Demokritos lahir di Abdera, Yunani Utara. Ia berasal dari keluarga
kaya raya. Pada waktu muda, ia menggunakan harta warisannya untuk
melancong ke Mesir, dan negeri – negeri Timur – Tengah lainnya. Banyak
data tentang kehidupannya yang tercampur dengan legenda – legenda,
sehingga sulit dipercaya kebenarannya. Meskipun ia hidup sezaman dengan
Sokrates, bahkan dianggap lebih muda, ia tetap dianggap sebagai filsuf Pra –
Sokratik. Pandangan Demokritos, dan Leukippos tentang atom, hampir tidak
dapat dipisahkan. Filsafat Demokritos hampir tidak dikenal di Athena pada
masa hidupnya, bahkan tokoh sekaliber Platon pun tidak mengenalnya.
Barulah Aristoteles yang menaruh minat lebih pada fisika, kemudian
membongkar kembali Mazhab Atomisme.

 Teori Atom
Demokritos, dan gurunya, Leukippos, berpendapat, bahwa atom
adalah unsur –unsur yang membentuk realitas. Di sini, mereka sepakat
dengan pluralisme Empedokles, dan Anaxagoras, yang menyatakan,
bahwa realitas terdiri dari banyak unsur, bukan satu. Akan tetapi,
bertentangan dengan kaum pluralis, Demokritos menganggap bahwa
unsur – unsur tersebut tidak dapat terbagi lagi. Karena itulah, unsur –
unsur tersebut diberi nama atomos (yang tak terbagi). Atom – atom
tersebut merupakan unsur – unsur terkecil yang membentuk realitas.
Ukurannya begitu kecil, sehingga mata manusia tidak dapat melihatnya.
Selain itu, atom juga tidak memiliki kualitas. Hal ini pula yang
membedakannya dengan konsep unsur – unsur yang diusung oleh kaum
pluralis. Atom – atom tersebut berbeda antara satu dengan lainnya, melalui
tiga hal, yaitu bentuknya; ukurannya; dan posisinya. Dengan demikian,
atom memiliki kuantitas belaka, termasuk juga massa. Jumlah atom yang
membentuk realitas ini tak berhingga. Selain itu, atom juga dipandang
sebagai sesuatu yang tidak dapat dijadikan; tidak dapat dimusnahkan; dan
tidak berubah. Yang terjadi pada atom adalah gerak. Karena itu,
Demokritos menyatakan, “Prinsip dasar alam semesta adalah atom –
atom, dan kekosongan”. Jika terdapat ruang – kosong, maka atom – atom
itu dapat bergerak. Demokritos membandingkan gerak atom dengan
situasi ketika sinar matahari memasuki kamar yang gelap, melalui celah –
celah jendela. Di situ akan terlihat bagaimana debu bergerak ke segala
arah, walaupun tidak ada angin yang menyebabkannya bergerak. Dengan
demikian, tidak diperlukan sebentuk prinsip lain yang membuat atom
bergerak, seperi prinsip cinta, dan konflik dalam pandangan Empedokles.
Dengan keberadaan ruang – kosong sudahlah cukup untuk membuat atom
bergerak.

Zaman Keemasan Filsafat di Yunani

Puncak Filsafat Yunani dicapai pada Socrates, Plato dan Aristoteles.


Filsafat dalam periode ini ditandai oleh ajarannya yg “membumi”
dibandingkan ajaran-ajaran filosof sebelumnya.

Tokoh-tokoh Zaman Keemasan Filsafat.


1) Socrates (470-400 S.M)
Socrates adalah filsuf dari Yunani yang merupakan salah satu figur
paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan
merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani
selain Plato dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato, kemudian Plato pada
gilirannya mengajar Aristoteles. Semasa hidupnya, Socrates tidak pernah
meninggalkan karya tulisan, sehingga sumber utama mengenai pemikiran
Socrates berasal dari tulisan muridnya, Plato.
Socrates yang dilahirkan di Athena, is adalah putra seorang pemahat
dan seorang bidan yang hanya sedikit dikenal kecuali nama mereka, yaitu
Sophonicus dan Phaenarete.
Masa hidupnya hampir sejalan dengan perkembangan sofisme di
Athena. Pada hari tuanya Socrates melihat kota tumpah darahnya mulai
mundur, setelah mencapai puncak kebesaran yang gilang-gemilang.

Socrates bergaul dengan semua orang, tua dan muda, kaya dan miskin.
Ia seorang filosof dengan coraknya sendiri. Ajaran filosofinya tak pernah
dituliskannya, melainkan dilakukannya dengan perbuatan, dengan cara hidup.

1) Metode Socrates

Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika ditilik benar-benar,


ia malahan tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Bagi dia
filosofi bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma,
melainkan fungsi yang hidup. Filosofinya mencari kebenaran. Oleh karena ia
mencari kebenaran, ia tidak mengajarkan. Ia bukan ahli pengetahuan,
melainkan pemikir.

Dalam mencari kebenaran, ia tidak memikir sendiri, melainkan setiap


kali berdua dengan orang lain, dengan jalan tanya jawab. Orang yang kedua
itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan yang
diajak bersama-sama mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir dari jiwa
kawan bercakap itu sendiri. Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong
mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang. Sebab itu metodenya
disebut maieutik, menguraikan, seolah-olah menyerupai pekerjaan ibunya
sebagai dukun beranak.

Socrates mencari pengertian, yaitu bentuk yang tetap daripada


sesuatunya. Sebab itu ia selalu bertanya: apa itu? Apa yang dikatakan berani,
apa yang disebut indah, apa yang bernama adil? Pertanyaan tentang “apa itu”
harus lebih dahulu daripada “apa sebabOleh karena Socrates mencari
kebenaran yang tetap dengan tanya jawab sana dan sini, yang kemudian
dibulatkan dengan pengertian, maka jalan yang ditempuhnya ialah metode
induksi dan definisi. Kedua-duanya itu bersangkutpaut. Induksi menjadi dasar
definisi.

Yang menjadi metode Socrates ialah memperbandingkan secara kritis.


Ia tidak berusaha mencapai dengan contoh dan persamaan, dan diuji pula
dengan saksi dan lawan saksi. Pengertian yang diperoleh itu diujikan kepada
beberapa keadaan atau kejadian yang nyata. Apabila dalam pasangan itu
pengertian tidak mencukupi, maka dari ujian itu pengertian dicari perbaikan
definisi. Definisi yang tercapai dengan cara begitu diuji pula sekali lagi untuk
mencapai perbaikan yang lebih sempurna. Demikianlah seterusnya. Contoh
Socrates bekerja itu dapat diketahui dari dialog-dialog Plato yang mula-mula,
di mana caranya berfilosofi masih dekat sekali kepada Socrates.

Salah satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya
berupa percakapan antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat.
Socrates percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah dan
benar "Kenalilah dirimu". memainkan peranan yang penting dalam
mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya.

2) Etik Socrates

Budi ialah tahu, kata Socrates. Inilah inti sari daripada etiknya. Orang
yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Paham etiknya itu
kelanjutan daripada metodenya. Induksi dan definisi menuju kepada
pengetahuan yang berdasarkan pengertian

Dari ucapan itu nyatalah, bahwa ajaran etik Socrates intelektual


sifatnya. Selain dari itu juga rasionil. Apabila budi adalah tahu, maka tak ada
orang yang sengaja, atas maunya sendiri, berbuat jahat. Kedua-duanya, budi
dan tahu, bersangkut-paut. Apa itu “kesenangan hidup”? Ini tak pernah
dipersoalkan oleh Socrates, sehingga murid-muridnya kemudian memberikan
pendapat mereka sendiri-sendiri, yang satu bertentangan dengan yang lain.
Menurut Socrates, manusia itu pada dasarnya baik. Seperti dengan
segala barang yang ada itu ada tujuannya, begitu juga hidup manusia. Apa
misalnya tujuan meja? Kekuatannya, kebaikannya. Begitu juga dengan
manusia. Keadaan dan tujuan manusia ialah kebaikan sifatnya dan kebaikan
budinya.

Dari pandangan etik yang rasionil itu Socrates sampai kepada sikap
hidup, yang penuh dengan rasa keagamaan. Menurut keyakinannya, dijahati
lebih baik dari berbuat jahat. Sikap itu diperlihatkannya, dengan kata dan
perbuatan, dalam pembelaannya di muka hakim. Socrates adalah orang yang
percaya kepada Tuhan. Alam ini teratur susunannya menurut ujud yang
tertentu. Itu, katanya, adalah tanda perbuatan Tuhan. Kepada Tuhan
dipercayakannya segala-galanya yang tak dapat diduga oleh otak manusia.
Jiwa manusia itu dipandangnya bagian daripada Tuhan yang menyusun alam.

Plato (428-348 SM)


Plato adalah murid Socrates yang paling terkemuka yang sepenuhnya
menyerap ajaran-ajaran pendidikan besar itu, kemudian mengembangkan
sistem filsafatnya sendiri secara lengkap. la mendirikan akademi, suatu pusat
untuk studi. Plato, dilahirkan dalam keluarga Aristokrasi yang kaya
(mungkin di Athena disekitar tahun 427 SM).
1) Ajaran-ajaran Plato tentang Idea

Ajaran tentang Idea – Idea merupakan inti dan dasar seluruh filsafat
Plato. Idea yang dimaksudkan Plato di sini bukanlah suatu gagasan yang
terdapat dalam pemikiran saja yang bersifat subyektif belaka. Bagi Plato Idea
merupakan sesuatu yang obyektif, ada idea-idea, terlepas dari subyek yang
berfikir, Idea-idea tidak diciptakan oleh pemikiran kita, tidak tergantung pada
pemikiran, tetapi sebaliknya pemikiranlah yang tergantung pada idea-idea.
Justru karena adanya idea-idea yang berdiri sendiri, pemikiran kita
dimungkinkan. Pemikiran itu tidak lain daripada menaruh perhatian kepada
idea-idea.

2) Etika Plato

Etik Plato bersifat intelektual dan rasional. Dasar ajarannya adalah


mencapai budi baik. Budi ialah tahu. Orang yang berpengetahuan dengan
sendirinya berbudi baik. Sebab itu sempurnakanlah pengetahuan dengan
pengertian.

Tujuan hidup ialah mencapai kesenganan hidup. Yang dimaksud


dengan kesenangan hidup itu bukanlah memuaskan hawa nafsu didunia ini.
Kesenangan hidup diperoleh dengan pengetahuan. Yang tepat tentang nilai
barang-barang yang dituju.

2) Aristoteles (384-322 S.M)


Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia,
Macedonia tengah tahun 384 SM. Ayahnya yang benama Nicomacus adalah
seorang tabib pribadi Raja Amyntas III dari Macedonia. Ayahnya meninggal
ketika Aristoteles berusia 15 tahun. Karena itu, ia kemudian di asuh oleh
pamannya yang bernama Proxenus. Pada usia 17 tahun, Aristoteles pergi ke
Athena balajar di Akademi Plato dan menjadi murid Plato. Kemudian ia
diangkat menjadi seorang guru selama 20 tahun di akademi tersebut. Di
bawah asuhan Plato dia menanamkan minat dalam hal spekulasi filosofis.
Aristoteles merupakan orang pertama di dunia yang dapat membuktikan
bahwa bumi bulat. Pembuktian yang dilakukannya dengan jalan melihat
gerhana.
Dengan meninggalya Plato pada tahun 347 SM, Aristoteles
meninggalkan Athena dan mengembara selama 12 tahun.Aristoteles didakwa
kurang ajar kepada dewa dikarenakan penelitian-penelitian yang ia lakukan.
Kerena takut di bunuh orang Yunani yang membenci pengikut Alexander,
Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis. Satu tahun setelah pelariannya
ke kota itu, tepat pada tahun 322 SM, Aristoteles meninggal pada usia 62
tahun.

Ajaran – ajaran Aristoteles.

a. Logika

Logika adalah ilmu yang menuntun manusia untuk berfikir yang benar
dan bermetode. Dengan kata lain logika adalah suatu cara berfikir yang secara
ilmiah yang membicarakan bentuk-bentuk fikiran itu sendiri yang terdiri dari
pengertian, pertimbangan dan penalaran serta hukum-hukum yang menguasai
fikiran tersebut.

Aristoteles membagi ilmu pengetahuan atas tiga bagian;

• Ilmu pengetahuan praktis, yang meliputi etika dan politik

• Ilmu pengetahuan produktif, yaitu teknik dan seni.

• Ilmu pengetahuan teoritis yang meliputi phisika, matematika dan filsafat.

Dalam hal ini Aristoteles tidak memasukkan Logika sebagai cabang


ilmu pengetahuan, melainkan hanya suatu alat agar kita dapat mempraktekkan
ilmu pengetahuan.

b. Metafisika

Dalam uraian ini Aristoteles mengkritik ajaran gurunya tentang idea-


idea. Menurut Aristoteles ; yang sungguh ada itu bukanlah yang umum
melainkan yang khusus, satu persatu. Bukanlah manusia pada umumnya yang
ada, melainkan manusia ini, itu, Anas, dan lain-lain. Semuanya ada, jadi
Aristoteles bertentangan dengan gurunya Plato yang mengatakan “bahwa
semua yang nampak hanyalah merupakan bayangan semata”.
Menurut Aristoteles, tidak ada idea-idea yang umum serta merupakan
realita yang sebenarnya. Dunia idea di ingkari oleh Aristoteles sebagai dunia
realitas, karena tidak dapat di buktikan. Jadi Aristoteles berpangkal pada yang
kongkrit saja, yang satu persatu dan bermacam-macam, yang berubah, itulah
yang merupakan realitas sebenarnya.

c. Abstraksi

Bagaimana budi dapat mencapai pengetahuan yang umum itu


sedangkan hal-hal yang menjadi obyeknya tidak umum.

Menurut Aristoteles ; obyek yang diketahui itu memang kongkrit dan


satu persatu, jadi tidak umum. Yang demikian itu ditangkap oleh indera dan
indera mengenalnya. Pengetahuan indera yang macam-macam itu dapat diolah
oleh manusia (budi). Manusia itu menanggalkan yang bermacam-macam dan
tidak sama, walaupun tidak di ingkari. Yang dipandang hanya yang sama saja
dalam permacaman itu. Pengetahuan yang satu dalam macamnya oleh
Aristoteles dinamai idea atau pengertian.

Jadi Aristoteles tidak mengingkari dunia pengalaman, sedangkan idea


juga dihargainya serta diterangkan bagaimana pula mencapainya dengan
berpangkal pada realitas yang bermacam-macam. Maka selayaknya aliran
Aristoteles disebut “Realisme”.

d. Politik.

Aristoteles dalam bukunya menyatakan “bahwa manusia menurut


kodratnya merupakan “Zoion Politikon”atau mahluk sosial yang hidup dalam
negara.

Tujuan negara adalah memungkinkan warga negaranya hidup denga


baik dalam arti sepenuhnya. Dengan kata lain lembaga-lembaga yang ada di
dalamnya, keluarga di dalam suatu negara, hubungan antar negara tetangga
semua baik.

Negara yang paling baik ialah negara yang diarahkan buat kepentingan
umum. Susunan negara yang paling baik menurut Aristoteles ialah “Politeia”.
Poiteia adalah demokrasi moderat atau demokrasi yang mempunyai undang-
undang dasar.

e. Etika

Dalam karya Aristoteles “ Ethika Nicomachea” mengatakan ; dalam


segala perbuatannya manusia mengejar suatu tujuan. Ia selalu mencari sesuatu
yang baik baginya. Dari sekian banyak tujuan yang ingin dicapai manusia,
maka tujuan yang tertinggi dan terakhir dari manusia adalah kebahagiaan.
Tugas Etika ialah mengembangkan dan mempertahankan kebahagiaan itu.

Menurut Aristoteles; manusia hanya disebut bahagia jika ia


menjalankan aktivitasnya dengan baik. Dengan kata lain agar manusia
berbahagia ia harus menjalankan aktivitasnya dengan baik.

Helenisme
Helenisme berasal dari kata Hellenizein (= berbahasa Yunani, dan juga
menjadikan Yunani) sebagai roh dan kebudayaan Yunani sepanjang roh dan
kebudayaan itu memberikan ciri-cirinya kepada para bangsa yang bukan
Yunani disekitar lautan tengah, mengadakan perubahan-perubahan dibidang
kesusasteraan, agama, dan keadaan bangsa-bangsa itu.
Dalam bidang ilmu pengetahuan dan matematika, karya-karya yang
lahir selama periode ini merupakan karya terbaik yang pernah dicapai bangsa
Yunani, untuk bidang filsafat terjadi perubahan “sudut pandang”, filsafat yang
semula bersifat teoritis menjadi filsafat yang praktis, dimana filsafat menjadi
suatu seni hidup orang bijak. Orang bijak adalah orang yang hidupnya
menurut akal dan rasionya.
Kemunculan filsafat pada periode ini dapat dibedakan menjadi empat
aliran, yaitu:
I. Kaum Sinis
Pandagan kaum sinis: kebahagian sejati tidak terdapat dalam
kelebihan lahiriah, melainkan terletak pada ke tidak tergantungan pada
segala sesuatu yang acak dan mengambang. Karenanya semua orang dapat
meraihnya dan bila berhasil diraih ia tidak akan pernah lepas lagi.
Kaum sinis yang paling terkenal adalah Diogenes, yang konon
hidup dalam sebuah tong dan tidak memiliki apapun kecuali sebuah
mantel, tongkat, dan kantong roti (maka tidak mudah mencuri kebahagiaan
drinya!). Hingga suatu hari, ketika Diogenes sedang duduk di samping tong
menikmati cahaya matahari, ia dikunjugi oleh Alexander Agung. Dalam
kunjugannya ingin memberikan bantuan kepada Diogenes, degan bertanya
apakah dia dapat melakukan seseuatu yang Diogenes inginkan. Jawaban
Diogenes terhadap pertanyaan itu, membuktikan bahwa dia tidak kalah
bahagia dan kaya dibandingkan degan pria agung di hadapannya.

II. Kaum Stoik


Perkembangan filsafat stoik di Atenah, dipengaruhi oleh peran
kaum sinis. Pendirinya adalah Zeno, yang aslinya berasal dri Syprus dank
arena kapanya karam ia bergabung dengan kaum sinis di Athena, yang
dimana ia sering mengumpukan para pengikutnya di bawah serambi.
Kata serambi ini, dalam Yunani dinamakan “Stoik” atau stoa.Di
kemudian hari Stoikisme, membawa pengaruh besar terhadap kebudayaan
Romawi.
Seperti Heraclitus, kaum stoik percaya bahwa setiap orang adalah
bagian dari satu akal atau “logos” yang sama. Mereka menganggap
bahwa setiap orang, seperti miniatur atau “mikrokosmos” yang
merupakan cerminan “makrokosmos”.Hal ini memberikan dorongan
pemikiran bahwa ada suatu kebenaran universal, yang dinamakan hukum
alam.
Dan karena hukum alam ini didasarkan pada akal manusia yang
abadi dan universal, ia tidak berubah sejalan degan berlalunya waktu dan
berpindahnya tempat. Hukum alam mengatur seluruh umat manusia,
bahkan para budak.Kaum stoik beranggapan bahwa ketentuan dari
beragai Negara hanyalah tiruan tidak sempurna dari “hukum” yang
tertanam pada alam itu sendiri.
Kaum stoik dikatakan “kosmopolitan”, dalam pengertian bahwa
mereka mudah menerima kebudayaan kontemporer dibandingkan “para
filosof tong”(kaum sinis). Para kaum stoik memberikan perhatian pada
persahabatan manusia, terutama Kaisar Romawi Marcus Aurelius seorang
negarawan yang aktif. Mendorong perkembangan kebudayaan dan filsafat
Yunani di Romawi, dan salah seorang tokoh yang paling menonjol di
antara mereka adalah sang orator filosof dan negrawan, Cicero. Dialah
yang membentuk konsep “humanisme” yaitu pandangan hidup yang
menempatkan individu sebagai focus utamanya. Beberapa tahun
kemudian, tokoh stoik Seneca yang mengatakan bahwa “bagia umat
manusia, manusia itu suci”.

Kaum stoik secara lebih lanjut menekankan bahwa semua proses


alam, sepeti penyakit dan kematian mengikuti hukumalam yang tidak
pernah lekang. Oleh karena itu, manusia belajar untuk menerima
takdirnya. Karna tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan,
melainkan memiliki sebab. Selain itu kaum stoik juga berpandangan
bahwa, orang harus menerima peristiwa-peristiwa yang membahagiakan
dalam hidup tanpa gelisah.
III. Kaum Epicurean
Sekitar 300 SM, Epicurus mendirikan suatua aliran filsafat
Athena dan para pengikutnya dinamakan kaum Epicurean. Dia
mengembangkan etika kenikmatan Aristippus dan menggabungkannya
degan teori atom Democritus.
Konon kaum Epicurean hidup ditaman, sehingga mereka dikenal
sebagai “para filosof taman”. Di atas pintu masuk ke taman ini katanya
digantungakan sebuah pengumuman yang berbunyi, “Orang asing, di sini
lah kalian akan hidup senang. Di sini kenikmatan adalah kebaikan
tertinggi”.
Epicurus menekankan bahwa hasil-hasil yang meyenangkan dari
suatu tindakan harus selalu mempertimbangkan efek samping yang
mungkin ditimbulkannya. Epicurus juga percaya bahwa bahwa hasil
menyenangkan dalam jangka pendek harus ditahan demi kemunginan
timbulnya kenikmatan yang lebih besar, lebih kekal, atau lebih hebat
dalam jangaka panjang.Namun, kenikmatan tidak berarti kenikmatan
indrawi tapi juga nilai-nilai persahbatan dan pengharaan terhadap
kesenian juga masuk kedalam kenikmatan.Maka dari itu diperlukan
kontrol diri, kesederhanaan, dan ketulusan. Nafsu perlu dikekang, dan
ketentraman hait akan membantu kita menahan penderitaan. Maka moto
kaum Epicurean adalah “Hidup untuk saat ini!” yang menggambarkan
sesorang yang hidup hanya demi kesenangan.

IV. Neopaltonisme
Kecedrungan filsafat yang paling mengagumkan pada periode
Helenistik akhir terutama adalah yang diilhami oleh filsafat Plato.Oleh
karena itu, dinamakan Neoplatonisme.Tokoh penting dalam
Neoplatonisme adalah Plotinus, yang mempelajari filsafat di Alexandria
tapi kemudian menetap di Roma.Plotinus membawa ke Roma suatu
doktrin keselamatan yang bersaing keras degan ajaran Kristen.Namun,
Neoplatonisme juga memberi pengaruh kuat dalam aliran utama teologi
Kristen.
Plotinus percaya bahwa dunia terentang antara dua kutub.Di
ujung yang satu adalah cahaya ilahi yang dimanakannya Yang Esa. Ujung
yang satunya lagi adalah kegelapan mutlak, yang menerima cahaya dari
Yang Esa. Menurut Plotinus, jiwa disinari oleh cahaya dari Yang Esa,
sementara materi adalah kegelapan yang tidak mempunyai keberadaan
yang nyata. Tetapi bentuk-bentuk di alam ini mendapatkan sedikit cahaya
dari Yang Esa.
Maka dapat disimpulkan bahwa seluruh sistem filsafat Plotinos
ini berkisar pada konsep kesatuan. Atau dapat juga kita katakan bahwa
seluruh sistem filsafat Plotinos berkisar pada Allah sebab Allah
disebutnya dengan nama ”yang satu”

2. Zaman Pertengahan
Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5
sampai awal abad ke-17. Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa.
Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh
kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada Abad Pertengahan pun
dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat Abad
Pertengahan didominasi oleh agama.
Ini dapat dilihat dari bagaimana peran agama Kristen yang menonjol
dan mendominasi pemikiran mengenai perkembanga alam yang disesuaikan
degan ajara agama. Begitupun degan perkembangan filsafat, yang perlu diuji
apakah tidak bertentangan degan ajaran agama. Maka dari itu filsafat abad
pertengahan yang berkembang banyak membicarakan permasalahan teologis
dan alam. Diatara filosof abad pertengahan adalah:
I. Anicius Manlius Severinus Boethius (480-524 M)
Dikenal sebagai filsuf Romawi terakhir sekaligus filsuf Skolastik
pertama. Ia lahir di Roma, Italia. Pada tahun 510 Boethius diangkat sebagai
satu-satunya konsul untuk satu tahun dan dinobatkan Magister Officiorum
di bawah pemerintahan raja Ostrogoth, Theodorik Agung. Sekitar tahun
523 Boethius bersama senator Albinus dituduh melakukan intrik politik
dengan raja Byzantium, Yustinus I. Maka, ia dijebloskan ke penjara
Ticinum (Pavia). Pada tahun 524, atas titah Raja Theodorik, ia dieksekusi
mati di Calvenzano. Jenazahnya diletakkan di Gereja San Pietro di Ciel
d’Oro, Pavia.
Selama hidupnya, Boethius mengerjakan terjemahan-terjemahan
atas karya Aristoteles, Plato, Porphyrus, Ptolemeus beserta komentar-
komentarnya. Ia juga menulis refleksi teologis, yang melawan ajaran
bidaah Arius dan Eutyches. Dari semuanya itu, karya terakhir Boethius “De
Consolatione Philosophiae (Penghiburan dari Filsafat)” yang ditulisnya
selama di penjara mendapat sorotan yang lebih dibandingkan karyanya
yang lain. Karya ini secara padat mengupas tentang makna kehidupan
manusia dan kebahagiaan serta melukiskan bagaimana Boethius dihibur
oleh filsafat dalam penderitaannya.
Menurut Boethius, pengertian kebahagiaan sejati adalah keadaan di
mana segala sesuatu yang baik terintegrasi dengan sempurna (status
bonorum omnium congregatione perfecta). Kebahagiaan sejati sifatnya
bertahan lama dan selalu didamba manusia. Maka, kebahagiaan ini tidak
mungkin disertai ketidakpuasan apalagi ketakutan akan kehilangan sesuatu.
Untuk mencapai kebahagiaan sejati, haruslah nilai (bonum) yang tak
berhingga karena dialah sumber segala yang baik. Dan dalam upaya meraih
kebaikan sempurna, menjadi jalan utama untuk mengalami kebahagiaan
sejati. Upaya ini mengantar manusia akan makna terdalam yang
membahagiakan. Istilah teknis menyebut proses menapaki jalan tersebut
adalah pengilahian/theosis. Dalam terang dari Yang Mulia Philosophia,
Boethius menyadari bahwa keyakinan akan fortuna secara filosofis tidak
berguna. Fortuna (keberuntungan) hanyalah suatu keharusan tanpa
harapan, akar penderitaan yang menjauhkan pada kebahagiaan sejati dalam
kebaikan sempurna. Jalan partisipasi pada Keilahian sebagai upaya menuju
kebaikan sempurna berarti memenuhi keutamaan hidup sebagaimana
hakikatnya baik. Inilah konsekuensi logis bagi manusia berkeutamaan
bahwa ia mencapai kebaikan absolut dalam Tuhan dan hidup bahagia yang
sejati, terlepas dari keinginan/kuasa hawa nafsu.

II. St. Thomas Aquinas


Lahir di Lombardy, Rossa Sicca, daerah di kerajaan Napels, Italia
pada tahun 1225 M. Semasa hidupnya, Thomas Aquinas berjasa dalam
memberi kuliah bidang filsafat dan teologi beberapa kota yang ada di
Italia, yaitu kota Anangi, Orvetio, Roma, dan Vitebro. St. Thomas
Aquinas, seorang filosof dan teolog yang terkenal pada era abad
pertengahan, meninggal dunia ketika berusia sekitar lima puluh tahun,
tepatnya pada tanggal 7 Maret 1274 M.
Aquinas percaya pada adanya “kebenaran teologis alamiah”, yaitu
kebenaran-kebenaran yang dapat dicapai melalui iman dan melalui akal
bawaan atau akal alamiah kita. Aquinas juga meyakini adanya jalan
menuju Tuhan yang dimana, satu jalan melalui iman dan wahyu Tuhan
dan satu jalan lagi melaui akal dan indra. Dari keduanya, jalan melalui
iman dan wahyu jelas merupakan jalan yang paling pasti, sebab orang
sudah tersesat jika hanya mempercayai akal. Tapi degan akal, manusia
dapat mengetahui segala sesuatu disekitarnya pastilah mempunyai ‘sebab
formal’, Tuhan mengungkapkan dirinya kepada umat manusia melalui
kitab suci dan juga melalui akal. Oleh karena itu, ada ‘teologi iman’ dan
’teologi alam’. Kitap suci menajarkan kepada manusia cara menjalani
hidup. Tapi, Tuhan juga memberikan kesdaran yang memungkinkan kita
membedakan antra yang salah atas dasar ‘alam’. Hanya dengan melalui
kitab lah, manusia bisa mendapat informasi tentang Tuhan. Oleh
karenanya tuntutan yang paling pasti menurut Aquinas adalah mengikuti
perintah kitab.

3. Zaman Renaisans
Pada zaman ini muncul kembali kesenian dan kebudayaan Yunani
kuno. Kaum humanism zaman renaisans mengambil titik tolak pada manusia
itu sendiri bukan pada Tuhan seperti pada abad pertengahan.Manusia mulai
mempelajari mengenai hakikat diri dan alam semesta sebagai pusat
kenyataan.Renaisans dikenal dengan kaum humanisnya.
Filsafat humanism dalam rupa ideology tersebar secara psikologis
kepada orang-orang pada masa renaisans.Pemahamannya bahwa ‘kita adalah
yang utama’ jangan terikat oleh aturan-aturan, pada masa ini aturan yang
dimaksud adalah aturan-aturan dari gereja.Sehingga terjadi perkembangan
diberbagai bidang, karena orang tidak dibatasi kemampuannya oleh aturan-
aturan gereja pada abad pertengahan. Kebudayaan tampil di depan
menggantikan agama.
‘pengetahuan adalah kekuasaan’ kata filsof asal inggris Francis Bacon
(1561-1626) yang berarti bahwa manusia sudah dapat ikut campur terhadap
alam dan dapat mengontrolnya. Francis Bacon menegakan bahwa filsafat
harus dipisahkan dengan Theologi, sehingga pada masa Renaisans terjadi
pergeseran nilai-nilai mengenai agama.
4. Zaman Modern
Filsafat barat modern dimulai pada abat ke 16, yang masih dapat
dikelompok dalam beberapa periode, yakni:
a. Periode modern awal
Periode ini didominasi oleh pemikiran empiris dan rational.
Rene Descartes, tokoh filsafat asal Prancis lahir pada 31 Maret 1596
dan meninggal pada 11 Februari 1650, ia sangat menjunjung tinggi
rasionalitas manusia. Menurutnya segalanya tidak ada yang pasti,
kecuali fakta yang membuktikan bahwa manusia itu berfikir.Pemikiran
Descartes telah merangsang lahirnya aliran-aliran dalam modernism,
seperti individualis, materialism, saintisme, dan positivisme.Kemudian
seorang filsuf bernama Nicolaus Copernicus memberikan pandangan
baru terhadap alam semesta dengan teorinya mengenai matahari yang
merupakan pusat dari tata surya.Ada juga Johannes Kepler, lahir di
Jerman pada 27 Desember 1571, ia mendukung teori yang diberikan
oleh Copernicus, dan ia juga memberikan teorinya mengenai
bagaimana planet bergerak. Kepler adalah seorang Kristen yang taan,
ia sangat yakin bahwa ‘alam, dunia manusia dunia Allah, ketiganya
sangat harmonis’ karena dunia diciptakan oleh pencipta yang cerdas,
sehingga konsep planet bergerak secara tidak beraturan tidak sesuai
dengan hal tersebut.
Galileo Galilei (1564-1642) merupakan seorang astronom,
filsuf, dan fisikawan Italia.Teori milik Galileo Galilei mengenai
‘kelembaman’ membantah teori-teori yang telah ada sebelumnya.

Perdebatan antara agama dan sains adalah perdebatan


klasik.Dalam sejarah filsafat modern, perdebatan tersebut menemukan
momen radikalnya dalam pemikiran Baruch Spinoza.Dalam sistem
filsafatnya, agama dan sains berusaha dipertemukansedemikian
rupa.Istilah ‘Deus sive Natura’ atau ‘God or Nature’ adalah kata kunci
dalam filsafat ketuhanan Spinoza.Apa yang dilakukan oleh Spinoza
memangcukup khas zaman itu, yaitu zaman ketika konsepsi manusia
dan alam mengalami perubahan radikal. Manusia dinilai bukan lagi
sentral dari kehidupan, melainkan bagian dari alam atau jagat raya.
Olehnya, pada Spinoza, Tuhan dan Alam berusahadisatukan.
b. Periode pencerahan

Pada abad ke 18 merupakan dimulainya babak baru yang


berakar dari masa renaissance serta yang menolarkan buah pahit dari
rasionalisme dan emipirsme. Abad ini di sebut zaman penyerahan
(aufklarung atau enlightenment ), baligh yang disebabkan karena
kesalahan manusia pada penafian penggunaan akalnya.Gerakan abad
ini mengarah kepada emansipasi spritualitas manusia dari pemikiran
reflektif kepada pemikiran penyelesaian masalah filosafis dengan
memberikan alasan-alasan (resaons). Oleh karenanya, abad ini
merupakan sebuah gerakan kritis dengan gerakan konsep pemikiran
rasional yang menjadi aturan absolute (absolute ruler) dalam
kehidupan manusia. Oleh karenanya abad ini juga dikenal sebagai age
of reason. Istilah yang dipergunakan dalam kesehariannya, acap kali
berubah-ubah (inter-changeble) antara aufklarung dan enlightenment.

Banyak yang dapat dikaji pada masa ini, terdapat tiga negara
yang dipadang lebih representatif, dengan tidak mengenyampingkan
pentingnya studi pada negara-negara yang lain, yaitu Inggris, Prancis
dan Jerman.

1) Pencerahan di inggris

Banyak aliran filsafat yang berkembang di Inggris pada


abad ini, yang sangat dimungkinkan dipengaruhi
keanekaragaman kepercayaan. Salah satu aliran kepercayaan
ialah aliran “deisme” yaitu suatu aliran di Inggris pada abad ke
18 yang megabungkan diri dengan Eduard Herbert dari
Chereburry (1581-1648), dikenal sebagai pemberi alas ajaran
agama alamiah (natural religion). Deisme merupakan aliran
yang bersifat kontrotantif terhadap agama wahyu (revealed
religion) beserta kesaksian-kesaksiannya, buku-buku “al-
kitab‟, kepada kritik akal dalam menjabarkan agama dari
pengetahuan alamiah, bebas dari segala ajaran gereja.

Dalam bidang filsafat tokoh yang terkenal dalam kajian


metafisika dan pengikut aliran deisme ialah George Barceley.
Dia dilahirkan di kota Kilkenny, Inggris, pada tanggal 18
Maret 1685 dan meninggal pada tahun 1753. Dia belajar
Teologia di Dublin (1707), dan menjadi “imam” di Angkikan
(1721), dan kemudian mengajar teologia, bahasa Yunani dan
Ibrani, serta menerbitkan karangan-karangan tentang filsafat.
Dia dikenal karena teorinya yang disebut “idealisme, yang
olehnya sendiri disebut “immaterialisme”, sebab ia
menyangkal adanya dunia yang diluar kesadaran manusia.
Idealisme ini menjelaskan fenomena alam yang
mengembalikannya kepada ide-ide dalam beberapa bentuk.
Pendapat ini didasarkan pada analisa pengamatan penglihatan.
Dalam pandangan ini kita dapat melihat jarak (titik jarak
diretina jatuh di titik yang sama) sehingga kita tidak dapat
melihat hal besar atau perubahan tempat (gerakan). Menurut
Berkeley : Tidak bisa dikatakan bahwa pengamatan ialah
seperti menangkap makna bahasa.

Spiritualisme merupakan kelanjutan filsafat lock yang


mengatakan : “semua pengetahuan berdasarkan pengalaman”.
Berkeley, kemudian mengembangkan teori tersebut dengan
mengatakan : “pengalaman itu tidak disebabkan sesuatu diluar
kita, asalnya dunia, benda-benda hanya “ada” kalau benda-
benda ini “diamati‟ Sesuatu yang tidak diamati sama sekali
tidak ada. Tidak ada “pohon‟ kalau tidak dilihat oleh “saya”.
Ini merupakan pandangan yang berserangan dengan aliran
materialisme, aliran yang ekstrem yang nantinya akan
mempengaruhi pemikiran Kant, Hegel, Fichte dan Schelling,
yaitu dalam aliran idealisme.Aliran lain yang dikenal di inggris
adalah aliran skeptisisme yang dimunculkan oleh David Hume,
sebagai kelanjutan pemikiran Lock dan Brekley. Hume
dilahirkan di dekat Edinburg Scotlandia pada tanggal 26 April
1711. Pemikiran Hume yang sekeptis oleh sementara tokoh
dianggap mematikan jalan filsafat karena paham skpetisis
menyalah filsafat menjadi tidak masuk akal. Pandangan Hume
yang skeptis ini menyangkut bahwa manusia tidak Memiliki
pengetahuan bawaan dalam hidupnya. Sumber pengetahuan
adalah kesan-kesan (impression) dan pengertian (ide-ide).
Dalam pandangan ini Hume tidak membenarkan adanya ”aku”,
sebagai pusat pengalaman, kesadaran, pemikiran dan perasaan.
Dalam pemikirannya tentang agama ia membedakan dua
bentuk agama, yaitu natural religion (yang berasal dari akal
budi) dan agama yang penuh fanatisme Dia tidak mempercayai
adanya Tuhan, karena tiada bukti yang dapat dipakai untuk
membuktikannya. Juga tiada bukti bahwa Tuhan
menyelenggarakan dunia, seperti tidak adanya bukti jiwa yang
tidak dapat diamati.Dari pandangan ini, maka dapat ditarik
benang merah antara kesinambungan pemikiran filosofis dari
Lock, diteruskan pada Berkeley dan sampai kepada Hume,
yang pada hakikatnya bersifat kritis, analistis dan skeptis.

2) Pencerahan di perancis
Masa pencerahan di Prancis bermula dari kemudian
golongan yang disebut filosof, yang terdiri dari seniman,
sastrawan, wartawan, ilmuan dan orang- orang yang
mendambakan tatanan kemasyarakatan dan kenegaraan.
Mereka tidak menghiraukan adanya pertentangan antara aliran
filsafat juga tidak berpihak pada seorang filosof atau aliran
filsafat tertentu. Tokoh golongan filosof yang terkenal antara
lain Francois Marie Arouet, dikenal dengan Voltaire. Ia
seorang sastrawan dan dermawan yang dilahirkan di Paris
pada 21 November 1694 dan meninggal pada 20 Mei 1778.
Semula di sekolah yesuid. Kemudian ia belajar sastra, sejarah,
ilmu hukum, politik ilmu pengetahuan alam, kesenian dan
filsafat.Dia adalah pengikut kepercayaan diesme yang timbul
di Inggris. Sebagai golongan filosof ia mengumandangakan
semboyan yang terkenal “Esrasez I infame” (Crush the
infamous). Kekuasaan raja yang absolut harus diakhiri dan
diganti dengan tata negara yang berbentuk Republik.

Tokoh lain yang terkenal adalah Jean Jaques Rousseau.


Dia adalah filosof dan pengarang yang dilahirakan di Jenewa,
Swis pada 28 Juni 1728. Pada 1725, dia belajar di
Jenewa.Rousseau berpendapat bahwa kemajuan ilmu dan
kebudayaan hanya membuat manusia terasing dari dirinya
sendiri. Untuk itu manusia harus kembali kepada keadaan
alamiahnya, pada keadaan primitif dimana manusia hidup
otonom dan bahagia. Untuk melestarikan keadaan tersebut
manusia membentuk masyarakat (keadaan sosial) yang dapat
memberikan rasa keamanan dan ketenangan. Tentang
pendidikan Rousseau memberikan ideal paedagogis
berdasarkan prinsip”kembali ke alam‟ (back to nature).
Dengan model pendidikan seperti ini maka anak menurutnya
harus dijauhkan dari kebudayaan dan diberi kesempatan untuk
mengembangkan potensi dirinya secara bebas. Pengaruh
Rousseau atas pemikiran Barat sangat besar dan mendalam.
Hal ini setidaknya terlihat pada Kant, Geothe, Schiler, Nietzhe
dan Marx.

3) Pencerahan di jerman

Diantara tokoh pemikir pada era pencerahan di Jerman


yang dianggap cukup representatif untuk disebut adalah
Immanuel Kant. Ia meneruskan usaha-usaha yang telah
dirintis pemikir sebelumnya dengan cara mensintesiskan
antara idealisme Crhistian Wolf di Jerman di satu pihak dan
empirisme Lock atau Hume di Inggris di pihak lain.
Sintesisnya yang merupakan titik pangkal suatu periode baru
ini disebut kritisme.Imanuel Kant lahir di kingsberg, jerman
pada 22 April 1724.Ia memperoleh pendidikan di Sekolah
Tinggi di Collegium Fridericianum, kemudian melanjutkan
pendidikan di Universitas koningsberg. Diantara karya-
karyanya antara lain : Kritik dan Reinen Vernunft (kritik atas
Rasio Murni) (1781), kritik der praktikchen Vernunft (kritik
atas daya pertimbangan) (1790). Masa hidupnya dibagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap praktis dan tahap kritis, dimana
tahun 1770 sebagai garis pembatasnya, yaitu ketika ia
menerima jabatan sebagian guru besar.

Dalam filsafat pengetahuan, Kant memulainya dengan


membedakan antara pengetahuan murni dan tidak murni.
Menurutnya, penelitian pengetahuan itu memberikan kepada
kita nilai dan jangkauan pengetahuan di suatu pihak dan
syarat- syarat yang diperlukan dipihak lain.

Pengetahuan, menurutnya bersandar pada putusan,


yang mengandung dua pengertian yaitu subyek dan predikat.
Bila predikat menambahkan sesuatu yang baru pada
subyeknya disebut putusan sintesis dan aposteriori sifatnya.
Bila tidak, maka disebut putusan analitis dan aprior sifatnya.
Bila merupakan kompromi dari keduanya maka putusan itu
disebut apriori dan aposteriori sekaligus.Menurut Kant,
Pengertian empiris dibentuk dan diturunkan dari pengertian-
pengertian transendetal.Pengertian semacam itulah yang
kemudian oleh Kant disebut dengan istilah kategori.Setiap
perbuatan berpikir tentu disertai gagasan “aku”, sehingga
munculah gagasan aku berpikir yang secara fundamental
menyatukan kategori.

Menurut Kant, kategori-kategori yang secara khusus


bersifat asasi adalah yang menunjukan kuantitas, kualitas,
relasi dan modalitas.Kategori-kategori semacam ini pada
dasarnya dapat disederhanakan formulasinya menjadi tesa,
antitesa dan sintesa, dengan kata lain, lewat perantaran fantasi
akal menyusun benda yang diamati. Sejarah pemikiran
modern, baik rasionalisme maupun empirisme saling bertemu
dalam filsafat Kant. Pikirannya merupakan sinesis yang
sekaligus merupakan titik akhir bagi kedua aliran tersebut.
Dari hasil sintesanya lahirlah kemudian dua aliran baru, yaitu
idealisme dan positivisme. Idealisme menampakan
pengaruhnya pada Fichte, Schelling dan Hegel yang
menekankan pada unsur kesadaran. Positivisme melanjutkan
skeptisisme Kant.

5. Filsafat Kontemporer
Filsafat abad ke-20 diwarnai dengan proses radikalisasi kritik
rasionalitas pada segala bidang. Radikalisasi kritik akal budi bergerak dari
persoalan ketaksadaran menuju eksistensi manusia dan bahasa hingga
masyarakat dan ilmu pengetahuan. Proses radikalisasi didorong oleh
sejumlam bencana kemanusiaan yang menimpa manusia awal abad kedua
puluh: dua perang dunia, holocaust, Hirosima. Dalam konteks ini modernitas
tidak hanya dibangun di atas singgasana prestasi inovatif teknologi, sosial dan
ilmu pengetahuan, melainkan juga ditandai pelbagai fenomen destruktif.
Uraian berikut akan dipandu oleh tesis sentral bahwa paradigma-
paradigma refleksi kritis awal abad ke-20 yang sangat khusus dan sering
bertentangan satu sama lain, dewasa ini dan di masa depan akan dipadukan
secara produktif dan disempurnakan. Kita coba belajar dari semua paradigma
filosofis tersebut secara konstruktif tanpa harus menjadikannya sebagai
dogma yang harus ditaati. Dengan cara ini bentuk-bentuk baru kehidupan
manusia dan praksis bersama dapat dipikirkan pada tataran inter- dan
transkultural. Hal ini dapat membuka horison baru bagi kemampuan dan
kemungkinan kita kendati keterbatasan dan kontingensi manusiawi yang harus
tetap diterima.
Berdasarkan penjelasan di atas, uraian ini bertolak dari asumsi dasar
bahwa karya-karya filsafat paling penting abad ke-20 seperti kritik bahasa
Wittgenstein, kritik ontologi Heidegger dan kritik alienasi serta proses
pembendaan oleh Adorno memiliki kemiripan dalam struktur dasarnya.

a. Pergantian Abad: Awal, Hubungan, Peralihan dan Mulai Baru


Untuk memahami awal dan perkembangan filsafat abad ke-20, sangat
penting pertama-tama melihat paradigma dan karya penting nonakademis
dan nonfilosofis abad ke-19 dan 20 yang berpengaruh terhadap
perkembangan filsafat. Perubahanperubahan substansial dan proses
radikalisasi menandai cara berpikir zaman ini. Hal ini dipicu oleh
perubahan radikal pada bidang sosial, budaya, teknologi, ilmu
pengetahuan dan gambaran diri manusia.Pemikir-pemikir berpengaruh
pada zaman ini adalah Kierkegaard, Marx, Peirce, Nietzsche, Frege, Freud
dan Einstein.Pada masa peralihah dari abad 19 ke abad 20 mereka
memberikan pendasaran atas pergeseran paradigma dan memperjuangkan
revolusi berpikir.Filsafat abad ke-20 tak mungkin dapat dipahami tanpa
filsafat eksistensialisme, marxisme, analisis konsep logis dan bahasa
pragmatis, tanpa kritik peradaban dan moral, psikoanalisa dan teori
relativitas.Paradigma-paradigma ini berakar jauh di abad ke-19 dan
menariknya kebanyakan bukan dikembangkan oleh ahli filsafat.Awalnya
tak ada tempat dalam ilmu pengetahuan dan filsafat untuk model-model
berpikir ini.
Sören Kirkegaard (1813-1855) misalnya belajar filsafat, namun
menulis karya-karya besar sastra dan filsafatnya seperti Entweder – Oder
(1843), Furcht und Zittern (1843), Der Begriff Angst (1844) dan
Krankheit zum Tode (1849) di luar karier universitas. Lewat analisis
radikal atas eksistensi manusia dan kefanaannya dalam situasi
pengambilan keputusan sesaat (Der Augenblick, 1855), dalam rasa kagum
dan takut dan di hadapan kemungkinan hidup estetis, etis dan religius
Kierkegaard mendirikan filsafat eksistensialis (Jaspers), ontologi
eksistensial (Heidegger) dan eksistensialisme (Sartre dan Camus) yang
mewarnai abad ke-20.
Juga Karl Marx (1818-1883) mengembangkan karya pentingnya Das
Kapital (Jilid I 1867) dan kumpulan tulisan Zur Kritik der politischen
Ökonomie (1857-59) di luar universitas.Pandangannya tentang
materialisme historis dan dialektis berpengaruh terhadap perkembangan
sosialisme dan komunisme global.Marxisme teoretis abad ke-20 ikut
mempengaruhi perdebatan akademis di bidang filsafat.
Untuk perkembangan filsafat pada paruh kedua abad ke-20, pengaruh
pragmatisme Amerika memainkan peran penting. Di Amerika Serikat,
Charles Sanders Peirce (18391914), Wiliam James (1842-1910), dan John
Dewey (1859-1952) mengembangkan epistemologi (teori pengetahuan)
dan filsafat ilmu pengetahuan atas dasar prinsip teori tindakan yang
bertolak dari fenomen empiris sehari-hari. Prinsip teori tindakan ini
memasukkan proses-proses perkembangan jangka panjang ke dalam
refleksi atas persoalan-persoalan moral dan memandang ideal demokrasi
sebagai basis makna tuntutan-tuntutan kebenaran. Dengan demikian
proses ini menunjukkan secara kasat mata implikasi praktis-normatif dari
sistem ilmu pengetahuan deskriptif teoretis, seperti halnya syarat-syarat
deskriptif teoretis dari etika, pedagogik dan sosiologi.
Peirce belajar filsafat, namun menjadi insinyur teknik.Juga dampak
internasional dari transformasi semiotik dari kritik pengetahuan baru
mulai dirasakan pada paruhan kedua abad ke-20.Ia menghubungkan
filsafat bahasa dengan pragmatik dan filsafat sosial dengan cara
menjadikan penggunaan simbol atau tanda kemunukasi manusiawi
sebagai pusat analisisnya. Teori ini menjadi cikal bakal lahirnya teori-teori
sistematik abad ke-20 seperti pragmatik transendental dan universal dari
Karl Otto Apel dan Jürgen Habermas.
Friedrich Niatzsche (1844-1900) adalah seorang ahli filologi tua.Ia
meninggalkan dunia universitas dan mengabdikan seluruh waktunya untuk
penelitian dan menulis buku. Karya-karyanya berisikan kritik fundamental
atas kebudayaan dan peradaban Eropa termasuk filsafat sejak zaman
Yunani Kuno dan kekristenan. Menurut Nietzsche, hampir seluruh dari
apa yang dihasilkan oleh kebudayaan dan peradaban manusia hingga kini
tak lebih dari ideologi (kesadaran palsu). Ia mengumumkan “Umwertung
aller Werte“ (penjungkirbalikan nilai-nilai) dan “den Tod Gottes“
(Kematian Allah). Setelah kematian Nietzsche karya-karyanya memicu
perdebatan filosofis yang besar dan berpengaruh terhadap pemikiran
Heidegger dan konsep dekonstruksi di Prancis.
Gottlob Frege (1848-1925) adalah seorang ahli logika dan matematik
di Universitas Jena.Ia juga menekuni filsafat Kant. Ia mengembangkan
analisis-analisis penting tentang bahasa, konsep, penilaian dan struktur
logis kalimat-kalimat. Pemikirannya ini ditulisnya dalam karya-karyanya
seputar teori makna.Ia menjalin relasi personal dengan filsuf-filsuf besar
seperti Russel, Wittgenstein dan Rudolf Carnap. Berkat jasa filsuf-filsuf
ini pemikiran Frege setelah ia meninggal dunia berpengaruh secara global
terhadap filsafat bahasa dan filsafat analitis. Frege telah menyiapkan lahir
dan berkembangnya salah satu aliran filsafat terpenting abad ke-20 yakni
linguistic turn atau revolusi kritis filsafat bahasa.
Sigmund Freud (1856-1939) adalah seorang dokter ahli saraf. Di
tempat praktik dokter ia sering dikonfrontasi dengan persoalan gangguan
dan penyakit psikis. Persoalan ini mendorongnya untuk mengembangkan
teori revolusi jiwa manusia dalam hubungan dengan ketubuhan dan
dimensi perasaan manusia terutama naluri seksual.Ia mengajarkan struktur
kesadaran manusia yang terdiri dari tiga bagian yakni Ich, Es dan Über-
Ich. Teori psikoanalisa Freud membahas ranah pengalaman dan eksistensi
manusia yang selalu ditekan, tabu untuk dibaicarakan atau mengalami
proses ideologisasi, yakni pengalaman masa kanak-kanak tentang
seksualitas, ketakutan, mimpi dan kegilaan. Pandangan Freud tentang
ketaksadaran dan analisisnya tentang cinta badaniah serta mimpi waktu
tidur setiap hari (Die Traumdeutung, 1900) telah melahirkan paradigma
berpikir baru tentang masyarakat moderen klasik. Menurut Freud, dalam
praksis hidup sehari-hari dimensi ketaksadaran memainkan peran jauh
lebih penting ketimbang kesadaran.
Albert Einstein (1879-1955) mengembangkan teori tentang relasi
antara ruang dan waktu, cahaya dan masa (berat) yang kemudian dikenal
dengan teori relativitas. Di satu sisi teori ini melahirkan sebuah
pemahaman baru tentang pengaruh timbal-balik yang sangat erat antara
keempat unsur di atas, di sisi lain memunculkan penilaian metodologis
yang baru tentang ketergantungan teori-teori fisika dari hitunganhitungan
geometris. Penemuan Einstein ini mendapat sambutan luar biasa dari
publik waktu itu.Einstein telah membawa sebuah revolusi kopernikan
dalam teori fisika.
Ketujuh ilmuwan di atas telah ikut membentuk dan memberi arah bagi
perkembangan filsafat abad ke-20.Perkembangan ilmu pengetahuan telah
meletakkan basis bagi munculnya eksistensialisme, marxisme,
pragmatisme, kritik kebudayaan radikal, analisa bahasa logis, psikoanalisa
dan diskursus yang intensif dengan teori-teori fisika serta ilmu alam
kontemporer.
Di samping perkembangan baru ini, filsafat akademis yang diajarkan
di universitas-universitas Eropa tetap diwarnai oleh pandangan moderen
klasik seperti misalnya neokantianisme. Substansi teorinya dapat
dirumuskan sebagai berikut: teori pengetahuan atau epistemologi
memainkan peran sentral dalam filsafat. Tugas filsafat ialah menemukan
dan merumuskan syarat-syarat (Kant: Bedingungen der Möglichkeit)
semua pengetahuan ilmiah termasuk juga semua tuntutan validitas kultural
(hukum, sosial, estetik, religius) yang terobjektivasi dalam institusi-
institusi. Filsafat juga melancarkan kritik atas pemahaman pengetahuan
manusia yang bersifat empiris (psikologis, faktis-deskriptif) semata. Lebih
jauh ia mengembangkan refleksi atas persoalan validitas dan prinsip-
prinsip bagi semua bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Salah seorang pemikir neokantian terpenting abad ke-20 adalah Ernst
Cassirer (18741945).Ia mengembangkan konsep Kant tentang konstruksi
pengetahuan lewat bentuk-bentuk transendental. Hal ini berlaku untuk
semua jenis pengetahuan dan bukan hanya pengetahuan
konseptual.Cassirer berbicara tentang apriori absolut di sampiang apriori
relatif yang berlaku untuk konteks-konteks tertentu.Kritik rasionalitas
Kant yang bersifat statis diperluas menjadi kritik kebudayaan
dinamisprosedural.Dalam opus magnum-nya Philosphie der symbolischen
Formen (tiga jilid 1923, 1925, 1929) Cassirer mendefinisikan manusia
sebagai animal symbolicum.Manusia adalah makhluk yang menggunakan
simbol dalam segala ranah kehidupan.Pemikiran dan rumusan konseptual
hanyalah salah satu contoh khas dari representasi simbolis yang jauh lebih
kemprehensif.Cassirer membedakan tiga jenis representasi
simbolik.Pertama, fungsi ungkapan yang ditemukan dan bersifat
konstitutif di bidang mitologi dan agama.Kedua, fungsi pandangan hidup
atau ideologis, konstitutif untuk pengalaman sehari-hari.Ketiga, fungsi
makna ditemukan dalam dunia ilmu pengetahuan konseptual.Lewat
metode analisis simbol Cassirer mengembangkan prinsip-prinsip sebuah
filsafat kebudayaan yang komprehensif.Pada 1919-1933 Cassirer bekerja
sebagai profesor di Hamburg, tahun 1933 harus meninggalkan
Jerman.Pertama menuju Inggris, lalu ke Swedia dan akhirnya menetap di
USA di mana dia bekerja sebagai profesor di Yale dan New
York.Karyanya tentang filsafat kebudayaan ditulis dalam buku An Essay
on Man.An Introduction to a Philosophy of Human Culture (1944).
Di samping neokantianisme, filsafat kehidupan (Lebensphilosophie)
merupakan satu aliran filsafat penting pada abad ke-20.Di Prancis Henri
Bergson (1859-1941) mengembangkan ajaran tentang ẻlan vital (sebuah
daya dorong kehidupan).Karya utamanya tentang perkembangan yang
kreatif (1907) mendapat hadiah Nobel bidang literatur pada tahun
1927.Bergson berpikir tentang potensi dasar hidup manusia melampaui
darwinisme dan analisis ilmu pengetahuan alam. Potensi dasar kehidupan
itu tampak dalam kesadaran akan “aliran murni hidup spiritual” yang
selalu bekerja dalam waktu yang kreatif. Bergson ingin memahami hidup
manusia secara autentik.
Wilhelm Dilthey (1833-1911) ingin mengembangkan lebih jauh kritik
akal budi Kant menjadi sebuah kritik akal budi historis.Ia belajar sejarah,
filsafat dan teologi. Jika kita menerapkan kritik akal budi Dilthey dengan
analisis batas-batas rasionalitas dan kefanaan ke dalam bidang sejarah,
maka lahirlah pertanyaan dasariah tentang kemungkinan untuk memahami
bentuk-bentuk kehidupan yang asing.Pertanyaan ini menghantar Dilthey
kepada hermeneutik sebagai teori pengetahuan khusus tentang
memahami.Karena itu hermeneutik Dilthey disebut hermeneutik
kehidupan.Ia menulis: “Pengetahuan tak dapat melampaui kehidupan.”
Dilethey juga merancang teori kategori-kategori kehidupan yang
pesimistis dengan berpijak pada faktisitas irasional. Dilthey menulis:
“Analisis kontemporer tentang eksistensi manusia memenuhi hidup kita
dengan perasaan kerapuhan, kekuasaan nafsu gelap, penderitaan lantaran
kekelaman dan ilusi, terutama kefanaan hidup itu sendiri.” Konsep sentral
Dilthey tentang kehidupan adalah kerapuhan dan kefanaan.Akarnya
terletak pada historisitas kehidupan dan ini menghantar Dilthey menuju
relativisme ideologi yang menguak prasyarat historis setiap ideologi atau
pandangan hidup.
Georg Simmel (1858-1918) merupakan salah seorang pendiri disiplin
ilmu sosiologi yang menjadikan Lebensphilosophie (filsafat kehidupan)
sebagai pusaran refleksi filosofisnya.Ia membangun dialog dengan
pemikiran Kant, Darwin dan Nietzsche. Dari penelitian moderen manusia
dan seluruh hidup sosialnya dimengerti sebagai hasil sebuah proses
sejarah genus yang dapat dijelaskan secara biologis. Sementara itu di sisi
lain filsafat terutama Kant selalu mengajarkan bahwa manusia adalah
makhluk bebas dan otonom. Itu berarti ia bebas dari ketergantungan pada
alam dan atas dasar tanggungjawab mampu menciptakan “kerajaan
keadilan“ (Reich der Gerechtigkeit). Penelitian-penelitian ilmiah tentang
hidup manusia di atas merupakan serangan terhadap konsep moral dalam
filsafat.Dari perspektif moral penelitianpenelitian ilmu alam tak
menjanjikan kebaikan selain hanya menguak ketergantungan.Paradigma
ilmu alam Darwinian berpijak pada fungsionalisme yang sinis dan
memandang rendah konsep martabat manusia. Di sisi lain terdapat
tuntutan moral yang absolut yang didasarkan pada kejujuran dan tindakan
bebas. Ketegangan ekstrim antara Kant dan Darwin menjadi pusat refleksi
filsafat kehidupan.
Georg Simmel melukiskan ketegangan secara simbolik dalam
uraiannya tentang filsafat agama.Benar bahwa agama-agama lahir dari
pergulatan manusia dengan penderitaan, rasa takut dan siksaan.Namun
terlepas dari konteks kelahirannya agama-gama juga merupakan simbol
martabat manusia dan kebenaran. Menurut Simmel, keindahan sekuntum
bunga mawar tak berkurang sedikitpun karena pohon mawar bertumbuh di
atas tumpukan sampah. Simmel membahas pesismisme tragis dari abad
ke-19 (Schopenhauer) dan menemukan di dalamnya sebuah sensibilitas
analitis untuk kerapuhan dan instabilitas model-model organisasi
sosial.Dalam struktur tragis kehidupan yang diuraikan Simmel kita dapat
menemukan jembatan menuju teori revolusi Marx.Demikianpun karyanya
Philosophie des Geldes (1900) sebagai sebuah teori ralasi merupakan
antitesis atas analisis kapital Marx. Sebagai substansi filsafat kebudayaan
Simmel yang bersifat tragis dalam ambivalensi antara Darwin dan
Nietzsche di satu sisi dan Kant di sisi lain ditunjukkannya dalam
metafisika eksistensial. Hidup harus mampu melampaui dirinya sendiri
atau mentransendensi dirinya agar dapat menemukan dirinya dan bertahan
hidup.Hidup harus memberikan bentuk kepada dunia. Karena itu untuk
memenuhi kebutuhan akan seksualitas dan cinta terbentuklah institusi
keluarga moderen. Demikianpun dari hidup Yesus yang dramatis telah
lahir institusi Gereja Kristen.
Filsafat dialog merupakan salah satu mazhab filsafat penting pada
abad ke-20. Aliran filsafat ini dikembangkan oleh Martin Buber (1878-
1965) dan Franz Rosenzweig (1886-1929).Filsafat ini menjadikan
komunikasi dan relasi dialogal sebagai pusat refleksi etika dan filsafat
agama.Dalam Ich und Du (1923), Martin Buber mengulas relasi dialogal
manusia sebagai basis seluruh tindakan atau praksis.Sesuai tradisi judeo-
biblis relasi manusia dengan Allah juga dipahami sebagai sebuah dialog.
Bersama Martin Buber, Rosenzweig menerjemahkan kitab suci Perjanjian
Lama ke dalam bahasa Jerman dan dalam karyanya Der Stern der
Erlösung, ia mengembangkan dalam diskursus dengan Kekristenan sebuah
teologi filsafat Yahudi yang bersifat dialogal. Ia coba menangkap
pengalaman hidup yang nyata tentang makna dan komunikasi dalam
momen kekinian. Dengan cara itu ia memikirkan relasi antara bahasa dan
waktu.
Aliran neokantianisme, filsafat kehidupan dan filsafat dialog terpisah
satu dari yang lain, namun memiliki relasi yang erat.Relasi tersebut
terutama tampak jelas dalam pengaruhnya di kemudian hari yang diwarnai
dengan perang dunia kedua.Putusnya relasi dengan tradisi pencerahan
Yahudi lantaran ideologi dan politik rasisme Nazi memiliki dampak
negatif bagi perkembangan filsafat di Jerman, sebab banyak filsuf besar
berasal dari keturunan Yahudi.

Perkembangan ilmu pengetahuan lainnya yang mewarnai sejarah


filsafat abad ke-20 adalah proses pemisahan psikologi dan sosiologi dari
disiplin ilmu filsafat. Sejak kelahiran filsafat dalam masyarakat Yunani
kuno sejumlah disiplin ilmu pengetahuan seperti fisika, politik, ekonomi,
zoologi lahir dari rahim ilmu filsafat dan kemudian mengembangkan
dirinya sebagai disiplin ilmu yang otonom. Proses pemisahan terakhir
terjadi pada abad ke-20 dalam disiplin ilmu sosiologi dan psikologi. Hal
ini berkaitan erat dengan perubahan radikal yang dialami masyarakat
moderen.Di satu sisi manusia sendiri dengan segala kemungkinannya
sebagai objek penelitian empiris semakin menjadi pusat pemikiran dan
kajian ilmu pengetahuan. Di sisi lain manusia sendiri juga semakin sadar
bahwa dalam perubahan radikal ini masyarakat dengan kota-kotanya yang
makin besar, hubungan produksi dan kerja serta jaringan-jaringan global
menjadi semakin kompleks dan berarti bagi prasyarat-prasyarat hidup dan
pemahaman manusia, sehingga masyarakat tersebut harus ditematisasi
dalam disiplin ilmu pengetahuan yang khusus.
Proses pemisahan diri sosiologi dari filsafat dapat juga dijelaskan
sebagai berikut. Disiplin-disiplin filsafat tradisional yang sejak zaman
Yunani Kuno mentematisasi persoalan masyarakat (etika, politik dan
ekonomi) dirancang untuk menjelaskan persoalan sosial untuk ukuran
polis atau negara kota. Perkembangan global masyarakat moderen
membawa perubahan-perubahan ekstrim, masyarakat moderen dengan
jutaan kotanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sama sekali baru.
Seperti halnya Karl Marx di Jerman, Auguste Comte (1798-1857) dan
Emile Durkheim (1858-1917) di Prancis sudah memperkenalkan teori-
teori dan analisisanalisis khusus yang baru.Durkheim misalnya pada
masanya sudah bicara secara khusus tentang pembagian kerja, bunuh diri
dan sosiologi agama.
Filsuf dan sosiolog Ferdinand Tönnis (1855-1936) membedakan
sosiologi teoretis murni yang secara konstruktif membahas konsep-
konsep, dari sebuah sosiologi historis terapan yang secara deduktif
menjelaskan perkembangan masyarakat dari perspektif normatif, dan
sosiologi empiris yang secara induktif menjalankan penelitian-penelitian
khusus.Dalam opus magnum Gemeinschaft und Gesellschaft (1887) secara
filosofis Tönnis mendalami konsep-konsep dasar sosiologi murni.
Max Weber (1867-1920) memberikan pendasaran atas sosiologi
sebagai teori yang otonom yang ingin menjelaskan realitas sosial dengan
bantuan “tipe-tipe ideal“ (Idealtyppen). Tipe-tipe ideal dalam bidang
hukum, negara, ekonomi dan kekuasaan dapat digali lewat studi-studi
lintas dan perbandingan budaya. Dalam karya utama Wirtschaftund
Gesellschaft, Weber menggambarkan proses rasionalisasi yang konstitutif
bagi modernitas dan menjangkau seluruh ranah kehidupan lewat
perkembangan masyarakat industrial. Ia menamakan proses tersebut
sebagai Entzauberung der Welt (demitologisasi atau sekularisasi dunia).
Pemisahan psikologi dan sosiologi telah melahirkan situasi baru bagi
filsafat abad ke20.Jaringan relasi interdisipliner dan perkembangan yang
kontradiktoris dari masing-masing bidang tetap bertahan dalam pelbagai
bentuk. Di satu sisi, konsep-konsep dasar sosiologi dan psikologi (jiwa,
roh, masyarakat dan komunitas) dan persoalan metodenya tetap sama dan
menuntut refleksi kritis filosofis, di sisi lain, filsafat hanya menjadi
relevan jika tetap harus mengikuti perrkembangan aktual hasil penelitian-
penelitian dalam bidang psikologi dan sosiologi.
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, Kees. 1975. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Copleston, Frederick. 1993. A History of Philosophy (vol. 1): Greek and Rome. New
York: Image Books.

Hatta, Muhammad. 1980. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: Penerbit Tinta Mas.

Gusti, Otto. (2016). Sejarah Filsafat Kontemporer dan Postmoderen. Kota Baru:
Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero.

Gaarder, J. (2015). Dunia Sophie “Sebuah Novel Filsafat”. Bandung: Mizan.

Hamersma, Harry, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, Cet. V: Jakarta:


PT.Gramedia,192
Hadiwijono, Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat II, cet: XVI: Yogyakarta: Kansius,
1980
Scruton, Roger, Sejarah Singkat Fiksafat Modern. Cet. II: Jakarta PT. Pantja Simpati,
1984

Anda mungkin juga menyukai