KELOMPOK 3
Salsabila Novayanti Arliansyah (C021191021)
Devnet Vicente (C021191029)
Andi Tenriawaru Mulia P (C021191036)
Natasya Pinkan Mapaliey (C021191038)
Nur Fadillah Annisa (C021191040)
Anita Veronica (C021191043)
PSIKOLOGI B 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
A. FILSAFAT BARAT (EROPA)
1. Pra- Socrates
Mazhab Mileteus.
Bagi Thales, yang menjadi arkle (prinsip vital yang dapat menjelaskan
semesta) adalah air. Dia percaya bahwa seluruh kehidupan berasal dari air dan
akan kembali ke air. Dia beranggapan begitu barangkali karena ia mengamati
tumbuhan yang mulai tumbuh di daratan delta sungai nil setelah surut dari
banjir.
Mazhab Phytagorian
Phytagoras (570 – 495 SM)
Phytagoras lahir di Pulau Samos, lepas pantai Asia minor, dekat
dengan Mileteus, dan Ephesios, sekitar tahun 570 SM. Dikatakan bahwa ia
sebelumnnya merupakan murid dari Anaximander. ia mendirikan sekolah
yang menurut Plato sangat berpengaruh. Pengikutnya dapat dikenali melalui
lambang pentagram, yang mana kemudian aliran filsafat sekolah ini seringkali
disebut sebagai aliran filsafat mistik. Awalnya sekolah ini sangat berpengaruh
di lingkungannya tetapi sesudah terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh
Kylon, banyak penganut Phytagorean yang terbunuh.
Phytagoras dalam pandangan awam filsafat di dunia moderen ini
merupakan sosok pemikir terbesar semasa Pra-Socrates. Hal ini mungkin
diakibatkan oleh pengaruhnya yang cukup besar kepada Plato dan Aristoteles.
Filsafat Phytagoras bercampur aduk dengan relifiusitas mistis yang
menganggap penyelidika rasional merupakan bakti pada semesta. Bagi
Pythagoras, semesta adalah keseluruhan, tanpa suatu akhir (telos); dimana kita
(atau setidaknya jiwa kita) merupakan bagian darinya. Pythagoras
mempercayai perpindahan jiwa, karenanya penganut mazhab ini dilarang
mengomsumsi daging (karena bisa jadi itu merupakan transformasi jiwa
leluhur kita). filsafat baginya merupakan suatu usaha untuk mempelajari dan
memahami kosmos. Kosmos sendiri dalam pemikiran Phytagoras merupakan
sebentuk tatanan’ bawaan’ atau pola kedalaman, yang mana dalam filsafat
belakangan dikenal sebagai forma. Ini merupakan ide baru yang mana tidak
terpikirkan sebelumnya oleh filsuf-filsuf Miletian yang hanya berfokus
kepada dunia material.
Kebanyakan pengetahuan yang bisa kita dapat tentang Mazhab
Pythagorean ini berasal dari Plato. Sangat sulit untuk membedakan mana yang
merupakan pemikiran Phytagoras dan yang mana merupakan tambahan yang
diberikan oleh Platon secara manasuka. Filsafat ini sangat berpengaruh pada
pandangan metafisika Platon nantinya.
Mazhab Elea
Parmenides (515 – 445 SM)
Pengetahuan kita tentang gagasan filsafatnya terutama berasal dari :
Diskusi ide-ide nya dalam dialog-dialog Plato seperti Parmenides ;
Thaetetos ; dan Sophistes.
Kumpulan syairnya yang dibentuk menjadi buku kecil berjudul
Tentang Alam..
Zenon
Teori Atom
Demokritos, dan gurunya, Leukippos, berpendapat, bahwa atom
adalah unsur –unsur yang membentuk realitas. Di sini, mereka sepakat
dengan pluralisme Empedokles, dan Anaxagoras, yang menyatakan,
bahwa realitas terdiri dari banyak unsur, bukan satu. Akan tetapi,
bertentangan dengan kaum pluralis, Demokritos menganggap bahwa
unsur – unsur tersebut tidak dapat terbagi lagi. Karena itulah, unsur –
unsur tersebut diberi nama atomos (yang tak terbagi). Atom – atom
tersebut merupakan unsur – unsur terkecil yang membentuk realitas.
Ukurannya begitu kecil, sehingga mata manusia tidak dapat melihatnya.
Selain itu, atom juga tidak memiliki kualitas. Hal ini pula yang
membedakannya dengan konsep unsur – unsur yang diusung oleh kaum
pluralis. Atom – atom tersebut berbeda antara satu dengan lainnya, melalui
tiga hal, yaitu bentuknya; ukurannya; dan posisinya. Dengan demikian,
atom memiliki kuantitas belaka, termasuk juga massa. Jumlah atom yang
membentuk realitas ini tak berhingga. Selain itu, atom juga dipandang
sebagai sesuatu yang tidak dapat dijadikan; tidak dapat dimusnahkan; dan
tidak berubah. Yang terjadi pada atom adalah gerak. Karena itu,
Demokritos menyatakan, “Prinsip dasar alam semesta adalah atom –
atom, dan kekosongan”. Jika terdapat ruang – kosong, maka atom – atom
itu dapat bergerak. Demokritos membandingkan gerak atom dengan
situasi ketika sinar matahari memasuki kamar yang gelap, melalui celah –
celah jendela. Di situ akan terlihat bagaimana debu bergerak ke segala
arah, walaupun tidak ada angin yang menyebabkannya bergerak. Dengan
demikian, tidak diperlukan sebentuk prinsip lain yang membuat atom
bergerak, seperi prinsip cinta, dan konflik dalam pandangan Empedokles.
Dengan keberadaan ruang – kosong sudahlah cukup untuk membuat atom
bergerak.
Socrates bergaul dengan semua orang, tua dan muda, kaya dan miskin.
Ia seorang filosof dengan coraknya sendiri. Ajaran filosofinya tak pernah
dituliskannya, melainkan dilakukannya dengan perbuatan, dengan cara hidup.
1) Metode Socrates
Salah satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya
berupa percakapan antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat.
Socrates percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah dan
benar "Kenalilah dirimu". memainkan peranan yang penting dalam
mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya.
2) Etik Socrates
Budi ialah tahu, kata Socrates. Inilah inti sari daripada etiknya. Orang
yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Paham etiknya itu
kelanjutan daripada metodenya. Induksi dan definisi menuju kepada
pengetahuan yang berdasarkan pengertian
Dari pandangan etik yang rasionil itu Socrates sampai kepada sikap
hidup, yang penuh dengan rasa keagamaan. Menurut keyakinannya, dijahati
lebih baik dari berbuat jahat. Sikap itu diperlihatkannya, dengan kata dan
perbuatan, dalam pembelaannya di muka hakim. Socrates adalah orang yang
percaya kepada Tuhan. Alam ini teratur susunannya menurut ujud yang
tertentu. Itu, katanya, adalah tanda perbuatan Tuhan. Kepada Tuhan
dipercayakannya segala-galanya yang tak dapat diduga oleh otak manusia.
Jiwa manusia itu dipandangnya bagian daripada Tuhan yang menyusun alam.
Ajaran tentang Idea – Idea merupakan inti dan dasar seluruh filsafat
Plato. Idea yang dimaksudkan Plato di sini bukanlah suatu gagasan yang
terdapat dalam pemikiran saja yang bersifat subyektif belaka. Bagi Plato Idea
merupakan sesuatu yang obyektif, ada idea-idea, terlepas dari subyek yang
berfikir, Idea-idea tidak diciptakan oleh pemikiran kita, tidak tergantung pada
pemikiran, tetapi sebaliknya pemikiranlah yang tergantung pada idea-idea.
Justru karena adanya idea-idea yang berdiri sendiri, pemikiran kita
dimungkinkan. Pemikiran itu tidak lain daripada menaruh perhatian kepada
idea-idea.
2) Etika Plato
a. Logika
Logika adalah ilmu yang menuntun manusia untuk berfikir yang benar
dan bermetode. Dengan kata lain logika adalah suatu cara berfikir yang secara
ilmiah yang membicarakan bentuk-bentuk fikiran itu sendiri yang terdiri dari
pengertian, pertimbangan dan penalaran serta hukum-hukum yang menguasai
fikiran tersebut.
b. Metafisika
c. Abstraksi
d. Politik.
Negara yang paling baik ialah negara yang diarahkan buat kepentingan
umum. Susunan negara yang paling baik menurut Aristoteles ialah “Politeia”.
Poiteia adalah demokrasi moderat atau demokrasi yang mempunyai undang-
undang dasar.
e. Etika
Helenisme
Helenisme berasal dari kata Hellenizein (= berbahasa Yunani, dan juga
menjadikan Yunani) sebagai roh dan kebudayaan Yunani sepanjang roh dan
kebudayaan itu memberikan ciri-cirinya kepada para bangsa yang bukan
Yunani disekitar lautan tengah, mengadakan perubahan-perubahan dibidang
kesusasteraan, agama, dan keadaan bangsa-bangsa itu.
Dalam bidang ilmu pengetahuan dan matematika, karya-karya yang
lahir selama periode ini merupakan karya terbaik yang pernah dicapai bangsa
Yunani, untuk bidang filsafat terjadi perubahan “sudut pandang”, filsafat yang
semula bersifat teoritis menjadi filsafat yang praktis, dimana filsafat menjadi
suatu seni hidup orang bijak. Orang bijak adalah orang yang hidupnya
menurut akal dan rasionya.
Kemunculan filsafat pada periode ini dapat dibedakan menjadi empat
aliran, yaitu:
I. Kaum Sinis
Pandagan kaum sinis: kebahagian sejati tidak terdapat dalam
kelebihan lahiriah, melainkan terletak pada ke tidak tergantungan pada
segala sesuatu yang acak dan mengambang. Karenanya semua orang dapat
meraihnya dan bila berhasil diraih ia tidak akan pernah lepas lagi.
Kaum sinis yang paling terkenal adalah Diogenes, yang konon
hidup dalam sebuah tong dan tidak memiliki apapun kecuali sebuah
mantel, tongkat, dan kantong roti (maka tidak mudah mencuri kebahagiaan
drinya!). Hingga suatu hari, ketika Diogenes sedang duduk di samping tong
menikmati cahaya matahari, ia dikunjugi oleh Alexander Agung. Dalam
kunjugannya ingin memberikan bantuan kepada Diogenes, degan bertanya
apakah dia dapat melakukan seseuatu yang Diogenes inginkan. Jawaban
Diogenes terhadap pertanyaan itu, membuktikan bahwa dia tidak kalah
bahagia dan kaya dibandingkan degan pria agung di hadapannya.
IV. Neopaltonisme
Kecedrungan filsafat yang paling mengagumkan pada periode
Helenistik akhir terutama adalah yang diilhami oleh filsafat Plato.Oleh
karena itu, dinamakan Neoplatonisme.Tokoh penting dalam
Neoplatonisme adalah Plotinus, yang mempelajari filsafat di Alexandria
tapi kemudian menetap di Roma.Plotinus membawa ke Roma suatu
doktrin keselamatan yang bersaing keras degan ajaran Kristen.Namun,
Neoplatonisme juga memberi pengaruh kuat dalam aliran utama teologi
Kristen.
Plotinus percaya bahwa dunia terentang antara dua kutub.Di
ujung yang satu adalah cahaya ilahi yang dimanakannya Yang Esa. Ujung
yang satunya lagi adalah kegelapan mutlak, yang menerima cahaya dari
Yang Esa. Menurut Plotinus, jiwa disinari oleh cahaya dari Yang Esa,
sementara materi adalah kegelapan yang tidak mempunyai keberadaan
yang nyata. Tetapi bentuk-bentuk di alam ini mendapatkan sedikit cahaya
dari Yang Esa.
Maka dapat disimpulkan bahwa seluruh sistem filsafat Plotinos
ini berkisar pada konsep kesatuan. Atau dapat juga kita katakan bahwa
seluruh sistem filsafat Plotinos berkisar pada Allah sebab Allah
disebutnya dengan nama ”yang satu”
2. Zaman Pertengahan
Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5
sampai awal abad ke-17. Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa.
Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh
kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada Abad Pertengahan pun
dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat Abad
Pertengahan didominasi oleh agama.
Ini dapat dilihat dari bagaimana peran agama Kristen yang menonjol
dan mendominasi pemikiran mengenai perkembanga alam yang disesuaikan
degan ajara agama. Begitupun degan perkembangan filsafat, yang perlu diuji
apakah tidak bertentangan degan ajaran agama. Maka dari itu filsafat abad
pertengahan yang berkembang banyak membicarakan permasalahan teologis
dan alam. Diatara filosof abad pertengahan adalah:
I. Anicius Manlius Severinus Boethius (480-524 M)
Dikenal sebagai filsuf Romawi terakhir sekaligus filsuf Skolastik
pertama. Ia lahir di Roma, Italia. Pada tahun 510 Boethius diangkat sebagai
satu-satunya konsul untuk satu tahun dan dinobatkan Magister Officiorum
di bawah pemerintahan raja Ostrogoth, Theodorik Agung. Sekitar tahun
523 Boethius bersama senator Albinus dituduh melakukan intrik politik
dengan raja Byzantium, Yustinus I. Maka, ia dijebloskan ke penjara
Ticinum (Pavia). Pada tahun 524, atas titah Raja Theodorik, ia dieksekusi
mati di Calvenzano. Jenazahnya diletakkan di Gereja San Pietro di Ciel
d’Oro, Pavia.
Selama hidupnya, Boethius mengerjakan terjemahan-terjemahan
atas karya Aristoteles, Plato, Porphyrus, Ptolemeus beserta komentar-
komentarnya. Ia juga menulis refleksi teologis, yang melawan ajaran
bidaah Arius dan Eutyches. Dari semuanya itu, karya terakhir Boethius “De
Consolatione Philosophiae (Penghiburan dari Filsafat)” yang ditulisnya
selama di penjara mendapat sorotan yang lebih dibandingkan karyanya
yang lain. Karya ini secara padat mengupas tentang makna kehidupan
manusia dan kebahagiaan serta melukiskan bagaimana Boethius dihibur
oleh filsafat dalam penderitaannya.
Menurut Boethius, pengertian kebahagiaan sejati adalah keadaan di
mana segala sesuatu yang baik terintegrasi dengan sempurna (status
bonorum omnium congregatione perfecta). Kebahagiaan sejati sifatnya
bertahan lama dan selalu didamba manusia. Maka, kebahagiaan ini tidak
mungkin disertai ketidakpuasan apalagi ketakutan akan kehilangan sesuatu.
Untuk mencapai kebahagiaan sejati, haruslah nilai (bonum) yang tak
berhingga karena dialah sumber segala yang baik. Dan dalam upaya meraih
kebaikan sempurna, menjadi jalan utama untuk mengalami kebahagiaan
sejati. Upaya ini mengantar manusia akan makna terdalam yang
membahagiakan. Istilah teknis menyebut proses menapaki jalan tersebut
adalah pengilahian/theosis. Dalam terang dari Yang Mulia Philosophia,
Boethius menyadari bahwa keyakinan akan fortuna secara filosofis tidak
berguna. Fortuna (keberuntungan) hanyalah suatu keharusan tanpa
harapan, akar penderitaan yang menjauhkan pada kebahagiaan sejati dalam
kebaikan sempurna. Jalan partisipasi pada Keilahian sebagai upaya menuju
kebaikan sempurna berarti memenuhi keutamaan hidup sebagaimana
hakikatnya baik. Inilah konsekuensi logis bagi manusia berkeutamaan
bahwa ia mencapai kebaikan absolut dalam Tuhan dan hidup bahagia yang
sejati, terlepas dari keinginan/kuasa hawa nafsu.
3. Zaman Renaisans
Pada zaman ini muncul kembali kesenian dan kebudayaan Yunani
kuno. Kaum humanism zaman renaisans mengambil titik tolak pada manusia
itu sendiri bukan pada Tuhan seperti pada abad pertengahan.Manusia mulai
mempelajari mengenai hakikat diri dan alam semesta sebagai pusat
kenyataan.Renaisans dikenal dengan kaum humanisnya.
Filsafat humanism dalam rupa ideology tersebar secara psikologis
kepada orang-orang pada masa renaisans.Pemahamannya bahwa ‘kita adalah
yang utama’ jangan terikat oleh aturan-aturan, pada masa ini aturan yang
dimaksud adalah aturan-aturan dari gereja.Sehingga terjadi perkembangan
diberbagai bidang, karena orang tidak dibatasi kemampuannya oleh aturan-
aturan gereja pada abad pertengahan. Kebudayaan tampil di depan
menggantikan agama.
‘pengetahuan adalah kekuasaan’ kata filsof asal inggris Francis Bacon
(1561-1626) yang berarti bahwa manusia sudah dapat ikut campur terhadap
alam dan dapat mengontrolnya. Francis Bacon menegakan bahwa filsafat
harus dipisahkan dengan Theologi, sehingga pada masa Renaisans terjadi
pergeseran nilai-nilai mengenai agama.
4. Zaman Modern
Filsafat barat modern dimulai pada abat ke 16, yang masih dapat
dikelompok dalam beberapa periode, yakni:
a. Periode modern awal
Periode ini didominasi oleh pemikiran empiris dan rational.
Rene Descartes, tokoh filsafat asal Prancis lahir pada 31 Maret 1596
dan meninggal pada 11 Februari 1650, ia sangat menjunjung tinggi
rasionalitas manusia. Menurutnya segalanya tidak ada yang pasti,
kecuali fakta yang membuktikan bahwa manusia itu berfikir.Pemikiran
Descartes telah merangsang lahirnya aliran-aliran dalam modernism,
seperti individualis, materialism, saintisme, dan positivisme.Kemudian
seorang filsuf bernama Nicolaus Copernicus memberikan pandangan
baru terhadap alam semesta dengan teorinya mengenai matahari yang
merupakan pusat dari tata surya.Ada juga Johannes Kepler, lahir di
Jerman pada 27 Desember 1571, ia mendukung teori yang diberikan
oleh Copernicus, dan ia juga memberikan teorinya mengenai
bagaimana planet bergerak. Kepler adalah seorang Kristen yang taan,
ia sangat yakin bahwa ‘alam, dunia manusia dunia Allah, ketiganya
sangat harmonis’ karena dunia diciptakan oleh pencipta yang cerdas,
sehingga konsep planet bergerak secara tidak beraturan tidak sesuai
dengan hal tersebut.
Galileo Galilei (1564-1642) merupakan seorang astronom,
filsuf, dan fisikawan Italia.Teori milik Galileo Galilei mengenai
‘kelembaman’ membantah teori-teori yang telah ada sebelumnya.
Banyak yang dapat dikaji pada masa ini, terdapat tiga negara
yang dipadang lebih representatif, dengan tidak mengenyampingkan
pentingnya studi pada negara-negara yang lain, yaitu Inggris, Prancis
dan Jerman.
1) Pencerahan di inggris
2) Pencerahan di perancis
Masa pencerahan di Prancis bermula dari kemudian
golongan yang disebut filosof, yang terdiri dari seniman,
sastrawan, wartawan, ilmuan dan orang- orang yang
mendambakan tatanan kemasyarakatan dan kenegaraan.
Mereka tidak menghiraukan adanya pertentangan antara aliran
filsafat juga tidak berpihak pada seorang filosof atau aliran
filsafat tertentu. Tokoh golongan filosof yang terkenal antara
lain Francois Marie Arouet, dikenal dengan Voltaire. Ia
seorang sastrawan dan dermawan yang dilahirkan di Paris
pada 21 November 1694 dan meninggal pada 20 Mei 1778.
Semula di sekolah yesuid. Kemudian ia belajar sastra, sejarah,
ilmu hukum, politik ilmu pengetahuan alam, kesenian dan
filsafat.Dia adalah pengikut kepercayaan diesme yang timbul
di Inggris. Sebagai golongan filosof ia mengumandangakan
semboyan yang terkenal “Esrasez I infame” (Crush the
infamous). Kekuasaan raja yang absolut harus diakhiri dan
diganti dengan tata negara yang berbentuk Republik.
3) Pencerahan di jerman
5. Filsafat Kontemporer
Filsafat abad ke-20 diwarnai dengan proses radikalisasi kritik
rasionalitas pada segala bidang. Radikalisasi kritik akal budi bergerak dari
persoalan ketaksadaran menuju eksistensi manusia dan bahasa hingga
masyarakat dan ilmu pengetahuan. Proses radikalisasi didorong oleh
sejumlam bencana kemanusiaan yang menimpa manusia awal abad kedua
puluh: dua perang dunia, holocaust, Hirosima. Dalam konteks ini modernitas
tidak hanya dibangun di atas singgasana prestasi inovatif teknologi, sosial dan
ilmu pengetahuan, melainkan juga ditandai pelbagai fenomen destruktif.
Uraian berikut akan dipandu oleh tesis sentral bahwa paradigma-
paradigma refleksi kritis awal abad ke-20 yang sangat khusus dan sering
bertentangan satu sama lain, dewasa ini dan di masa depan akan dipadukan
secara produktif dan disempurnakan. Kita coba belajar dari semua paradigma
filosofis tersebut secara konstruktif tanpa harus menjadikannya sebagai
dogma yang harus ditaati. Dengan cara ini bentuk-bentuk baru kehidupan
manusia dan praksis bersama dapat dipikirkan pada tataran inter- dan
transkultural. Hal ini dapat membuka horison baru bagi kemampuan dan
kemungkinan kita kendati keterbatasan dan kontingensi manusiawi yang harus
tetap diterima.
Berdasarkan penjelasan di atas, uraian ini bertolak dari asumsi dasar
bahwa karya-karya filsafat paling penting abad ke-20 seperti kritik bahasa
Wittgenstein, kritik ontologi Heidegger dan kritik alienasi serta proses
pembendaan oleh Adorno memiliki kemiripan dalam struktur dasarnya.
Copleston, Frederick. 1993. A History of Philosophy (vol. 1): Greek and Rome. New
York: Image Books.
Hatta, Muhammad. 1980. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: Penerbit Tinta Mas.
Gusti, Otto. (2016). Sejarah Filsafat Kontemporer dan Postmoderen. Kota Baru:
Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero.