Pengetahuan
-----------------------------------------------------------------
Teoritis,Praktis,Produktif,
-----------------------------------------------------------------
Teologi/metafisik, Matematika, Fisika, Etika, Politik, Seni
------------------------------------------------------------------
Ilmu Hitung, Ilmu ukur, Retorika
Aristoteles berpendapat bahwa logika tidak termasuk ilmu
pengetahuan tersendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai
persiapan berfikir secara ilmiah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah,
logika diuraikan secara sistematis. Tidak dapat dibantah bahwa logika
Aristoteles memainkan peranan penting dalam sejarah intelektual
manusia; tidaklah berlebihan bila Immanuel Kant mengatakan bahwa
sejak Aristoteles, logika tidak maju selangkahpun. Mengenai
pengetahuan, Aristoteles mengatakan bahwa pengetahuan dapat
dihasilkan melalui jalan induksi dan jalan deduksi, induksi
mengandalkan panca indera yang "lemah", sedangkan deduksi lepas
dari pengetahuan inderawi. Karena itu dalam logikanya Aristoteles
sangat banyak memberi tempat pada deduksi yg dipandangnya sebagai
jalan sempurna menuju pengetahuan baru. Salah satu cara Aristoteles
mempraktekkan deduksi adalah Syllogismos (silogisme)
Filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu: periode
Scholastik Islam dan periode Scholastik Kristen.
Pada periode Scholastik Islam, para filosof Islamlah yang pertama
mengenalkan filsafatnya Aristoteles. Diantaranya adalah Ibnu Rusyd, ia
mengenalkan kepada orang-orang barat yang belum mengenal filsafat
Aristoteles. Para ahli pikir Islam yang lain (Scholastik Islam) yaitu Al-Kindi,
Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dan lain-lain
Mereka itulah yang memberi sumbagan sangat besar bagi para filosof Eropa
yang menganggap bahwa filsafat Aristoteles, Plato, dan Al-Quran adalah
benar. Namun dalam kenyataannya bangsa Eropa tidak mengakui atas
peranan ahli pikir Islam yang mengantarkam kemoderenan bangsa Barat.
Pada masa ini Scholastik Kristen, kekuasaan agama masih begitu
berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan filasafat, khususnya di
kawasan Eropa. Adanya tren perbudakan membuat para pemikir ahli terbatas
hanya dari kaum agamis yang berada di gereja saja, karena mereka yang
diluar gereja terlalu disibukkan dengan urusan melayani orang lain, daripada
memikirkan hal- hal yang tidak mengenyangkan seperti filsafat. Pada masa
inilah perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan sangat buruk.Karena
pihak gereja membatasi dan melarang para filosof dalam berfikir, sehingga
ilmu pengetahuan dan filsafat tidak berkembang
Pada masa filsafat modern ini terdapat beberapa aliran yang berkembang pada
masa itu, diantaranya yaitu:
1) Idealisme
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa
realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa.ide-ide dan pikiran atau
yangsejenis dengan itu.Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting
dalam perkembangansejarah pikiran manusia.
2) Materialisme
Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa
dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah
satu.Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari
kaum agama dimana-mana.Hal ini disebabkan bahwa faham Materialisme
ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah
diyakini mengatur budi masyarakat.Pada masa ini, kritikpun muncul di
kalangan ulama-ulama barat yang menentang Materialisme.
3) Dualisme
Dualisme adalah ajaran atau aliran/faham yang memandang alam ini
terdiri atas dua macam hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat rohani.
Kedua macam hakekat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama
azazi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan
dalam alam Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua
hakekat ini adalah terdapat dalam diri manusia.
4) Empirisme
5) Rasionalisme
Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang
berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal.Selain itu, tidak ada sumber
kebenaran yang hakiki.
6) Fenomenalisme
Secara harfiah Fenomenalisme adalah aliran atau faham yang
menganggapbahwa Fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan
dan kebenaran.Seorang Fenomenalisme suka melihat gejala.Dia berbeda
dengan seorang ahli ilmupositif yang mengumpulkan data, mencari
korelasi dan fungsi, serta membuathukum-hukum dan
teori.Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti.Hal
yangmenampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang
evidensi yanglangsung.Fenomenalisme adalah suatu metode pemikiran,
“a way of looking atthings”.
7) Intusionalisme
Intusionalisme adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa
intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.Intuisi
termasuk salah satu kegiatan berfikir yang tidak didasarkan pada
penalaran.Jadi Intuisi adalah non-analitik dan tidak didasarkan atau suatu
pola berfikir tertentu dan sering bercampur aduk dengan perasaan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan IPTEK dewasa ini sangat pesat,
dan membawa kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Saat ini manusia tak
dapat hidup tanpa bantuan teknologi. Di samping dampak positif terdapat
juga dampak negatif dari perkembangan kemajuan IPTEK. Pelanggaran
IPTEK pun masih terjadi di segala bidang kehidupan masyarakat Indonesia.
Kemajuan perkembangan IPTEK di Indonesia sepenuh-penuhnya sesuai
dengan Tujuan Negara Republik Indonesia yang tertuang secara jelas dalam
pembukaan UUD 1945 pada alenia empat, berbunyi : “Melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial” Dapat disimpulkan tujuan Negara Republik Indonesia adalah
tujuan perlindungan, kesejahteraan, pencerdasan, dan pedamaian.
2. Soenoto (1929-*)
Soenoto adalah seorang yang termasuk dalam kelompok pengkaji Filsafat
Indonesia. Ia lahir pada tahun 1929 dan mulai mengenal Filsafat ketika
pertama kali masuk Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dimana
Soenoto berhasil menyelesaikan Studi Sarjana dan Magister Ilmu Sosial
dan Politik. Dan melanjutkan Studi Doktoral di bidang Ilmu Sosial dan
Politik di Vrije University di Amsterdam, Belanda.
Setelah menyelesaikan berbagai tahapan studinya, Soenoto menjabat
beberapa posisi seperti, menjadi Dosen tetap Universitas Gadjah Mada,
tahun 1958. Menjabat sebagai Dekan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah
Mada pada tahun, 1967-1979, dan menjadi Peneliti Filsafat Pancasila di
Departemen Pertahanan Keamanan (Dephankam). Menjadi Ketua Survei
Pengamalan Pancasila di Universitas Gadjah Mada dan Departemen
Dalam Negeri (Depdagri).
Sepanjang perjalanan akademisnya, Soenoto berhasil menyelesaikan
beberapa karya-karya hebatnya, adapun karya-karya yang berhubungan
langsung dengan Filsafat Indonesia yakni. Menuju Filsafat Indonesia:
Negara-Negara di Jawa sebelum Proklamasi Kemerdekaan, terbit 1987.
Pemikiran tentang Kefilsafatan Indonesia, terbit 1983. dan Selayang
Pandang Tentang Filsafat Indonesia, terbit 1981.
Dari ketiga karyanya di atas, Soenoto dianggap oleh sebagian pemikir
lainnya, telah berhasil menyempurnakan pemikiran awal yang dirintis
oleh M. Nasroen, dengan menelusuri tradisi-tradisi kefilsafatan Jawa lebih
dalam dan memberikan pandangan dan penjelasan yang detail terkait
tradisi filsafat yang ditemukan. Walaupun begitu bagi sebagian orang dan
bahkan Soenoto sendiripun mengakui bahwa masih terdapat kekurangan
dalam penjelasannya.
Norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah
sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran.
Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu
perbuatan. Tetapi jika tidak adanya norma maka kiranya kehidupan manusia
akan manjadi brutal.
Macam-macam Norma:
a. Norma agama, yaitu peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan
larangan yang berasal dari Tuhan.
b. Norma moral/kesusilaan, yaitu peraturan atau kaidah hidup yang
bersumber dari hati nurani dan merupakan nilai-nilai moral yang
mengikat manusia.
c. Norma kesopanan, yaitu peraturan atau kaidah yang bersumber dari
pergaulan hidup antar manusia. Norma sopan santun adalah peraturan
hidup yang timbul dari hasil pergulan sekelompok itu. Norma kesopanan
bersifat relatif artinya apa yang dianggapsebagai kesopananberbeda-beda
diberbagai tempat, lingkungan atau waktu. Contoh-contoh norma sopan
santun ialah: Menghormati orang yang lebih tua. Tidak menyela
pembicaraan. Tidak berkata kasar,kotor, dan takabur, dan lain-lain.
Norma sopan santun sangat penting diterapkan dalam masyarakat ,karena
norma ini sangat erat kaitannya dengan msyarakat. Sekali saja ada yang
melaggar, pelanggar akan mendapatkan sanksi. Contoh sanksi ialah:
cemoohan, celaan, hinaan, atau dikucilkan dari pergaulan masyarakat.
d. Norma hukum, yaitu peraturan atau kaidah yang diciptakan oleh
kekuasaan resmi atau negara yang sifatnya mengikat atau memaksa.
Moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan
manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Antara etika dan moral
memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula berbedaannya, yakni etika
lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.
Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan
manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral
menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.
Moral (bahasa latin moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia
lain atau orang lainnya dalam tindakan yang memilikinilai positif. Manusia
yang tidak memiliki nilai mora disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan
tidak memiliki nilai positifdi mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah
hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara explisit adalah
hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral
manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
Kesusilaan
Leibniz seorang filsuf pada zaman Modern berpendapat bahwa kesusilaan
adalah hasil suatu “menjadi” yang terjadi didalam jiwa.Perkembangan dari
nafsu alamiah yang gelap sampai pada kehendak yang sadar, yang berarti
sampai pada kesadaran kesusilaan yang telah tumbuh lengkap, disebabkan
oleh aktifitas jiwa sendiri.Segala perbuatan kehendak kita sejak semula telah
ada.Apa yang benar-benar kita kehendaki telah terkandung sebagai benih di
dalam nafsu alamiah yang gelap.
Kesusilaan merupakan bagian kecil dari norma sehingga bisa mengenal nama
norma susila, yaitu aturan yang menata tindakan manusia dalam pergaulan
setiap hari atau seharihari. Contohnya pergaulan antara pria dan wanita.
Kesusilaandapat pula menjadi bagian dari adab dan sopan santun.
Berdasarkan pernyataan guru bangsa Ki Hadjar Dewantara ada lima dasar pada
pendidikan, yakni:
a. Asas kemerdekaan; Memfasilitasi kebebasan kepada peserta didik.
Maksud dari kebebasan disini tentu sesuai dengan apa yang telah
dicanangkan dimana peserta didik tetap patuh dengan norma moral sebagai
individu dan masyarakat yang bersinergi dengan alam.
b. Asas kodrat Alam; Manusia sebagai bagian dari alam tentu bisa
mempelajari apa yang ada di alam. Bisa membacanya dan menerima
sebagaimana mestinya sebagai manusia yang wajar dan seimbang.
c. Asas kebudayaan; Berdasar pada kebudayaan bangsa, tetapi tetap melihat
dan mempelajari kebudayaan yang lebih maju. Kemajuan bukanlah
sesuatu yang buruk akan tetapi bisa digunakan untuk landasan memacu
diri.
d. Asas kebangsaan; Membentuk perpaduan satu bangsa, perasaan gotong
royong dalam senang dan sedih, dan berjuang untuk bangsa dan tetap
menghargai orang lain.
e. Asas kemanusiaan; Membimbing peserta didik menjadi manusia
seutuhnya dan sewajarnya sebagai manusia yang merupakan ciptaan
Tuhan.
Pengendalian diri atau self control dapat pula diartikan sebagai ”perbuatan
membina tekad untuk mendisiplinkan kemauan, memacu semangat, mengikis
keseganan dan mengarahkan energi untuk benar-benar melaksanakan apa
yang harus dikerjakan. Dengan memiliki pengendalian diri yang baik,
individu dapat mengoptimalkan tindakan mereka dan menahan diri untuk
berbuat yang tidak seharusnya mereka perbuat.
Generalisasi
1. Pertanyaan ontologis pendidikan yang harus dipahami pendidik adalah
apakah pendidikan sudah mengarah kepada masalah antropologis
(manusianya), tujuan hidupnya, perkembangannya, dan lingkungan
kehidupannya di masa sekarang dan yang akan datang.
2. Pertanyaan epistemologis pendidikan yang harus dipahami pendidik
adalah (1) apakah yang telah dilakukan pendidik dengan melalui proses
belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai?
(2) apakah pendidik memahami hakikat tujuan pendidikan yang dirancang
untuk dicapai setelah kegiatan belajar mengajar selesai?
3. Pertanyaan aksiologis pendidikan yang harus dimengerti pendidik adalah
(1) apa yang para siswa pelajari di sekolah apakah mempunyai kontribusi
langsung terhadap sikap hidup, tujuan hidup, dan mencapai kebahagiaan
hidup (bukan hedonis)? (2) seberapa besar pengaruh – pengaruh belajar
matematika, IPA, IPS, Agama, PPKn, dan mata –mata pelajaran lain
terhadap kepribadian anak/siswa dalam kehidupannya?pertanyaan-
pertanyaan tersebut erat kaitannya dengan bagaimana pendidik memahami
tujuan pendidikan dari setiap pelajaran yang digunakan sebagai alat
pendidikan.
P13
Filsafat di Bidang Ilmu Pendidikan
4. Hakikat Ilmu Pendidikan
5. Objek Ilmu Pendidikan
6. Pendekatan Metode dalam Ilmu Pendidikan
Objek formal adalah bidang yan menjadi keseluruhan ruang lingkup garapan
riset pendidikan. Seperti upaya untuk mendidik, membimbing, dan melatih
siswa menuju perbaikan dan berkaitan dengan persoalan pendidikan. Objek
formal juga berarti suduttinjauan dari penelitian atau pembicaraan yang
dilakukan oleh seseorang terhadap suatu ilmu pengetahuan atau bisa
dikatakan sudut pandang darimana objek material itu disorot.
Tanpa masyarakat, tidak akan ada ilmu pengetahuan dan teknologi, itulah
sebabnya penemuan alat dan peralatan tertentu dapat membantu mencapai
tujuan besar. Masyarakat tidak dapat melakukannya tanpa industri kita saat
ini. Masyarakat membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penciptaan
komputer adalah karya seni pribadi, yang merupakan tonggak sejarah dan
telah membuat kemajuan besar dalam membantu masyarakat. Komputer
membantu kita memainkan peran kita dengan memperoleh informasi
berharga yang dapat digunakan untuk memperkaya hidup kita. Pengaruh ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat diakui secara serius. Banyak orang di dunia
telah mengambil contoh akademisi dari universitas dan perguruan tinggi
untuk memimpin dalam menyelidiki hubungan antara sains dan teknologi.
Era globalisasi saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan tumbuh sangat pesat
begitu juga dengan sosial budaya.Perkembangan ilmu ini sangat
mempengaruhi perkembangan budaya.Dahulu manusia berpergian dengan
menggunakan kuda atau onta, sekarang manusia berpergian menggunakan
motor, mobil dan sejenisnya.Sruktur sosial masyarakat dahulu cukup
dikepalai oleh kepala suku, namum dengan perkembangan ilmu, stuktur sosial
masyarakat dikepalai oleh raja atau presiden dengan konsep yang lebih
sistematis.Hal- hal diatas merupakan perubahan dari budaya yang dipengaruhi
oleh perkembangan ilmu.
3. Sesat Pikir
Dalam logika ada banyak jenis penalaran yang sepintas benar, tetapi setelah
diteliti, penalaran tersebut sebetulnya salah. Inilah yang disebut “kesesatan”
(Latin: fallacia, Inggris: fallacy). Secara sederhana kesesatan dapat dibedakan
dalam dua kategori, yaitu kesesatan formal dan kesesatan material. Kesesatan
formal adalah kesesatan yang dilakukan karena bentuk (forma) penalaran
yang tidak tepat atau tidak sahih. Kesesatan ini terjadi karena pelanggaran
terhadap prinsip-prinsip logika mengenai term dan proposisi dalam suaru
argumen.
Sebaliknya, kesesatan material adalah kesesatan yang terutama menyangkut
isi (materi) penalaran. Kesesatan ini dapat terjadi karena faktor bahasa
(kesesatan bahasa) yang menyebabkan kekeliruan dalam menarik kesimpulan
dan juga dapat terjadi karena memang tidak adanya hubungan logis atau
relevansi antara premis dan kesimpulannya (kesesatan relevansi). Jadi
“Kesesatan Bahasa” adalah kesesatan berpikir yang terjadi karena faktor
bahasa yang menyebabkan kekeliruan dalam menarik kesimpulan.
logical fallacy atau sesat pikir adalah tipe argumen yang terlihat benar,
namun sebenarnya mengandung kesalahan dalam penalarannya.