Pada abad ke-18 adalah abad yang paling menyedihkan bagi umat islam yang
menperoleh catatan buruk bagi peradaba islam secara universal. Dlam bukunya,
The Recontrucction of Religius Thought in Islam menyatakan bahwa penyebab
utama kematian semangat ilmiah di kalangan umat islam adalah diterimanya
paham yunani mengenai realitas yang pada pokokmya bersifat statis, sementara
jiwa islam bersifat dinamis dan berkembang. Sebab lainnya adalah persepsi yang
keliru dalam memahami pemikiran Al- Gazali yang menolak filsafat . seklain
sebab-sebab diatas, kesulitan-kesulitan ijtihat dan mistisime asketik juga
merupakan factor yang menyebabakan kemunduran tradisi intelektual dan
keilmuan di dunia islam.
Perhitungan Kalkulus atau yang disebut juga diferensial/ Integral oeh Newton di
Inggris dan Leibniz di Jerman terbukti sangat luas gunanya untuk menghitung
macam-macam hubungan antara dua atau lebih banyak hal yang berubah bersama
dengan ketentuan yang teratur.
Joseph Black (1728-1799) dikenal sebagai pelopor dalam pemeriksaan kualitatif,
ia menemukan gas CO2. Hendry Prestey (1731-1810) menemukan sembilan
macam hawa No dan Oksigen yang antara lain dihasilkan oleh tanaman. Antonie
Laurent Lavoiser (1743-1794) meletakan dasar ilmu kimia sebagaimana yang
dikenas sekarang.
Tiga aliran filsafat di atas, tergolong pada aliran pramaterialisme. Oleh karena itu,
dapat diambil pemahaman bahwa perkembangan filsafat pada abad modern
memperlihatkan idealisme pemikiran yang luar biasa dilihat dari sisi perkembangan
cara berpikir manusia. Selain aliran itu, juga akan diketengahkan aliran-aliran
besar lainnya yang ikut berperan mengisi lembaran filsafat modern, yaitu idealisme,
materialisme, positivisme, fenomenologi, eksistensialisme dan pragmatisme.
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab
suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia
sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran
rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio kebenaran pasti
berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah
sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul
aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.