A. Periode Klasik
1. Periode Mesir dan Babilonia
Periode filsafat Yunani adalah periode sangat penting dalam sejarah peradaban
manusia karena saat itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi
logo-sentris. Pola pikir mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengenal
mitos untuk menjelaskan fenomena alam,seperti gempa bumi dan pelangi. Namun,
ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai
aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas (Suaedi, 2016).
Perkembangan pengetahuan manusia ini terjadi sekitar tahun 4000 SM dengan
dua pusat peradaban penting, yaitu Mesir di lembah sungai Nil, dan peradaban
Babilonia di sepanjang sungai Tigris. Perkembangan pengetahuan khusus pada zaman
ini adalah kemampuan menulis dan berhitung yang dapat dilihat di Babilonia seperti
peta perbintangan; siklus yang terdiri dari siklus mingguan, bulan dan matahari, yang
kemudian melahirkan kalender untuk mengatur upacara-upacara keagamaan
(Burhanudin, 2018).
Selanjutnya menurut Burhanudin (2018), kemampuan lainnya yang dicapai pada
periode ini adalah kemampuan mengukur, menetapkan segitiga siku-siku dengan sisi
tiga, empat, dan lima unit. Inilah cikal bakal aritmathics dan geometry. Pada masa ini
pengetahuan manusia masih dihubungkan dengan hal-hal gaib, dengan demikian belum
dikategorikan sebagai pengetahuan dalam pengertian modern, disamping tak ada nama-
nama yang tercatat sebagai penemunya.
2. Periode Yunani
Perkembangan periode Yunani menurut Dr. Nunu Burhanudin (2018), ditandai
pembabakan sejarah pengetahuan, mulai dari zaman mitologi, filsuf alam, kemudian
muncul filsuf Sophis, hingga lahir masa keemasan Yunani, dengan zaman logos, dan
kemudian muncul zaman Second Adventue, dan diakhiri dengan zaman
Hellenistik.Perkembangan pengetahuan tersebut berlangsung antara tahun 600 SM
sampai dengan 30 SM. Berbeda dengan Babilonia dan Mesir, orang-orang Yunani
sudah memperkenalkan nama-nama ilmuan yang mereka miliki, menggunakan akal
dalam penjelasan ilmiah tanpa bertumpu pada hal-hal yang bersifat gaib.
Menurut Suaedi (2016) Ahli pikir pertama kali yang muncul adalah Thales
(625–545 SM) yang berhasil mengembangkan geometri dan matematika. Likipos dan
Democritos mengembangkan teori materi, Hipocrates mengembangkan ilmu
kedokteran, Euclid mengembangkan geometri edukatif, Socrates mengembangkan teori
tentang moral, Plato mengembangkan teori tentang ide, Aristoteles mengembangkan
teori tentang dunia dan benda serta berhasil mengumpulkan data 500 jenis binatang
(ilmu biologi). Suatu keberhasilan yang luar biasa dari Aristoteles adalah menemukan
sistem pengaturan pemikiran (logika formal) yang sampai sekarang masih terkenal. Para
ahli pikir Yunani Kuno ini mencobamembuat konsep tentang asal mula alam. Walaupun
sebelumnya sudah adatentang konsep tersebut, tetapi konsepnya bersifat mitos, yaitu
mite kosmogonis(tentang asal-usul alam semesta) dan mite kosmologis (tentang asal-
usul serta sifatkejadian-kejadian dalam alam semesta) sehingga konsep mereka sebagai
mencariasche (asal mula) alam semesta dan mereka disebutnya sebagai filsuf alam.
Karenaarah pemikiran filsafat pada alam semesta, corak pemikirannya
kosmosentris.Sementara para ahli pikir seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles yang
hiduppada masa Yunani Klasik karena arah pemikirannya pada manusia maka
corakpemikiran filsafatnya antroposentris. Hal ini disebabkan arah pemikiran para
ahlipikir Yunani Klasik tersebut memasukkan manusia sebagai subjek yang
harusbertanggung jawab terhadap segala tindakannya.
3. Periode Romawi
Periode Romawi dimulai sejak berkuasanya Julius Caesar di Mesir.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, Bangsa Yunani memiliki perhatian besar terhadap
teori-teori ilmiah. Sedangkan Bangsa Romawi cenderung menyukai pengetahuan praktis
(Burhanuddin, 2018). Diantara ilmuwan yang terkenal adalah; (1) Galen (129-199 SM).
Ia terkenal di bidang kedokteran dan ilmu urai tubuh dan logika. Galen
memperkenalkan tiga spirit yang menghuni tubuh manusia, yaitu hewani
(mengendalikan pikiran), vital (mengatur pergerakan), dan alamiah (dari sumber
makanan), (2) Ptolemy, seorang yang namanya mirip dengan nama Dinasti Ptolemous,
dinasti Yunani di Mesir. Ia memiliki keahlian dibidang ilmu pasti dan ilmu
perbintangan.
Perkembangan berikutnya dunia keilmuan mengalami kemunduran dan
cenderung stagnan. Hal ini dipicu dengan berkembangnya agama Nasrani, hingga
orang-orang lebih tertarik untuk mengembangkan agama daripada ilmu pengetahuan.