Anda di halaman 1dari 19

FENOMENA KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA DALAM

KEHIDUPAN SEHARI-HARI

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK IV (EMPAT)

Febby Intan Permata Sari A2G020028


Pingsi Anggriani A2G020031
Putri Nurantisyah A2G020003
Ventri Adetia Jumintri A2G020004
Witri Darlena A2G020015

Dosen Pengampu: Dr. Puspa Djuwita, M.Pd.

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
TA. 2020-2021

KATA PENGANTAR

1
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt yang memberikan banyak nikmat
kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan Makalah yang beerjudul “FENOMENA
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-
HARI ” Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw sebagai pemandu ummat manusia
terutama dalam mempelajari ilmu pengetahuan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bunda Dr. Puspa Djuwita,M.Pd sebagai dosen
pengampu mata kuliah ini, semoga makalah yang telah kami susun dapat bermanfaat untuk
mahasiswa DIKDAS UNIB pada khususnya dan semua kalangan pada umumnya.
Kami yakin masih banyak kekurangan dari MAKALAH INI ini baik secara konten
maupun penyajiannya. Oleh karena itu, kami mohon maaf sekaligus kritik dan saran sangat
kami perlukan agar kami dapat memperbaiki karya kami di masa yang akan datang.

Bengkulu, 30 Desember 2020

KELOMPOK IV

DAFTAR ISI

2
Cover 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
I BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fenomena Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara 6
B. Peran Pemuda Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara 9
C. Faktor-Faktor Pendukung Kesadaran Berbangsa Dan 11
Bernegara.
D. Faktor Penyebab Kemunduran Kehidupan Bangsa Dan 11
Negara
E. Pendidikan Kewarganegaraan Berkaitan Dengan Wawasan 12
Kebangsaan Dalam Kesadaran Berbangsa Dan Bernegara
Dalam Kehidupan Sehari-Hari

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan 18
Daftar Pustaka 19
Lampiran Isu Aktual

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gejala kesadaran berbangsa dan bernegara yang belum baik itu dapat kita lihat dalam
perilaku individu sebagai rakyat maupun pejabat yang masih menunjukan tindakan-tindakan
3
yang melanggar kaidah hukum, seperti mafia hukum, merusak hutan, pencemaran lingkungan,
tindak kriminalitas, lebih mementingkan diri dan kelompok, korupsi, bersikap kedaerahan yang
berlebihan (daerahisme) atau etnisitas yang berlebihan, bertindak anarkhis, penggunaan narkoba,
kurang menghargai karya bangsa sendiri, mendewakan produk bangsa lain, dan sebagainya.
Benarkah bahwa kesadaran berbangsa dan bernegara rakyat Indonesia melemah?
Berbagai peristiwa di tanah air yang terjadi di negeri kita, dapat kita saksikan di media massa,
bagaimana tingkah laku para wakil rakyat, pelajar, mahasiswa dan juga kelompok masyarakat 
yang menunjukan tanda- tanda bahwa mereka masih kurang memiliki kesadaran berbangsa dan
bernegara.
Berbangsa dan bernegara merupakan suatu konsep atau istilah yang menunjukkan
seseorang individu terikat dan atau menjadi bagian dari suatu bangsa dan negara tertentu. 
Masa reformasi telah berakhir, namun krisis yang melanda negeri ini sangat lambat
perubahannya, sangat berbeda dengan Negara- Negara lain yang begitu cepat dapat mengatasi
krisis,  Hal ini yang perlu mendapatkan perhatian bagi kita semua,  bahwa kesadaran berbangsa
dan bernegara sangat diperlukan. Konsep atau makna kesadaran dapat diartikan sebagai sikap
perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri dengan dilandasai suasana hati yang ikhlas/rela
tanpa tekanan dari luar untuk bertindak yang umumnya dalam upaya mewujudkan kebaikan
yang berguna untuk diri sendiri dan lingkungannya.
Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Indonesia mempunyai makna bahwa individu yang
hidup dan terikat dalam kaidah dan naungan di bawah Negara Kesatuan RI harus mempunyai
sikap dan perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasasi keikhlasan/kerelaan
bertindak demi kebaikan Bangsa dan Negara Indonesia. Membangun Kesadaran Berbangsa dan
Bernegara kepada pemuda merupakan hal penting yang tidak dapat dilupakan oleh bangsa ini,
karena pemuda merupakan penerus bangsa yang tidak dapat dipisahkan dari perjalan panjang
bangsa ini. Kesadaran berbangsa dan bernegara ini jangan ditafsir hanya berlaku pada
pemerintah saja, tetapi harus lebih luas memandangnya, sehingga dalam implementasinya,
pemuda lebih kreatif menerapkan arti sadar berbangsa dan bernegara ini dalam kehidupannya
tanpa menghilangkan hakekat kesadaran berbangsa dan bernegara itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Fenomena kehidupan berbangsa dalam kehidupan sehari-hari?

4
2. Bagaimana peran pemuda dalam Kehidupan berbangsa dan bernegara?
3. Apasaja faktor pendukung kesadaran berbangsa dan benegara?
4. Apasaja faktor penyebab kemunduran kehidupan bangsa dan negara?
5. Bagaimana pendidikan kewarganegaraan berkaitan dengan wawasan kebangsaan
dalam kesadaran berbangsa dan bernegara dalam kehidupan sehari-hari?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui fenomena kehidupan berbangsa dalam kehidupan sehari-hari.
2. Untuk mengetahui peran pemuda dalam Kehidupan berbangsa dan bernegara
3. Untuk mengetahui faktor pendukung kesadaran berbangsa dan benegara.
4. Untuk mengetahui faktor penyebab kemunduran kehidupan bangsa dan Negara
5. Untuk mengetahui pendidikan kewarganegaraan berkaitan dengan wawasan
kebangsaan dalam kesadaran berbangsa dan bernegara dalam kehidupan sehari-hari

BAB II
PEMBAHASAN

A. FENOMENA KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA


Indonesia adalah wilayah kepulauan yang terintergrasi secara nasional dari daerah
daratan dan lautan kedalam organisasi berbentuk negara kesatuan untuk melaksanakan
pembangunan ekonomi dalam mewujudkan masyarakat sejahtera sebagai realisasi impian yang

5
di amanatkan oleh UUD 1945. Berdasarkan pendekatan yang diuraikan diatas, diharapkan dapat
dipergunakan untuk menyusun suatu konsepsi yang dapat dipergunakan untuk menyatukan
sudut pandang dalam kita merumuskan, apa yang telah tertuang dalam pasa 32 UUD ‘45
sebelum diadakan perubahan. Dengan sudut pandang itu, diharapkan kita dapat menyatukan pola
berpikir dalam merumuskan visi, misi, tujuan, strategi dalam mengaktualisasikan
BERBANGSA, BERNEGARA, INDONESIA sebagai pedoman dalam kita bersikap dan
berperilaku dalam menjalankan fungsi, pekerjaan, kerja, jabatan, peran dan tanggung jawab
dalam berbangsa dan bernegara.
Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa, sejarah
serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan berbangsa adalah manusia yang mempunyai landasan
etika, bermoral , dan ber-aqlak mulia dalam bersikap mewujudkan makna sosial dan adil.
Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang
bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yang
mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut.
Sedangkan bernegara adalah manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan
menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses di dalam satu wilayah nusantara atau
Indonesia dan mempunyai cita-cita yang berlandaskan niat untuk bersatu secara emosional dan
rasional dalam membangun rasa nasionalisme secara eklektis kedalam sikap dan perilaku antar
yang berbeda ras, agama, asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarah.
Membangun Kesadaran Berbangsa dan Bernegara kepada pemuda merupakan hal penting
yang tidak dapat dilupakan oleh bangsa ini, karena pemuda merupakan penerus bangsa yang
tidak dapat dipisahkan dari perjalan panjang bangsa ini. Akan tetapi kesadaran berbangsa dan
bernegara ini jangan ditafsir hanya berlaku pada pemerintah saja, tetapi harus lebih luas
memandangnya, sehingga dalam implementasinya, pemuda lebih kreatif menerapkan arti sadar
berbangsa dan bernegara ini dalam kehidupannya tanpa menghilangkan hakekat kesadaran
berbangsa dan bernegara itu sendiri.
Kesadaran berbangsa dan bernegara sesuai dengan perkembangan bangsa mempengaruhi
kehidupan berbangsa dan bernegara yang tidak akan selalu positif. Bisa saja pada suatu masa
kesadaran tersebut tidak seutuh dengan masa sebelumnya. Bermacam-macam hal yang dapat
berpengaruh terhadap kesadaran berbangsa dan bernegara. Berbagai faktor dalam negeri seperti
dinamika kehidupan warga negara, telah ikut memberi warna terhadap kesadaran berbangsa dan

6
bernegara tersebut. Demikian pula perkembangan dan dinamika kehidupan bangsa-bangsa lain
di berbagai belahan dunia, tentu berpengaruh pula terhadap kesadaran itu. Menjadi sebuah
keharusan bagi pemuda untuk ikut bertanggung jawab mengemban amanat penting ini, bila
pemuda sudah tidak memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara, maka ini merupakan bahaya
besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke
dalam kondisi yang sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain yang telah
mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain.
Kondisi bangsa kita sekarang, merupakan salah satu indikator bahwa sebagian pemuda di
negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran berbangsa dan bernegara. Hal ini biasa kita
lihat dari segelintir persoalan ini,saya ambil contoh di perkotaan, karena bagian yang sangat
cepat dengan informasi walaupun desa juga tidak bisa dilepakan dari konteks ini, hal ini bisa
kita lihat semakin minimnya pemuda di perkotaan yang menghormati nilai-nilai budaya bangsa
sendiri dan lebih bangga dengan budaya atau simbol-simbol bangsa lain, semakin banyaknya
pemuda yang melakukan perilaku menyimpang dan penggunaan narkoba, dan kondisi ini
diperparah dengan minimnya kesadaran sosial dan perhatian kepada sesama yang ditunjukkan
dengan semakin individualisnya pemuda itu sendiri di tengah-tengah masyarakat, penguasaan
IPTEK yang terbatas.
Budaya yang mereka tiru di perkotaan merupakan salah satu indikasi betapa kuatnya
budaya asing merubah budaya kita dalam kehidupan pemuda lewat arus besar globalisasi.
Pemuda kita tidak lagi bangga dengan kekayaan budaya yang dimilikinya, seolah-olah, segala
sesuatu yang datangnya dari luar merupakan sesuatu yang paling baik, berupa bahasa, bertutur
dan berpikir,tanpa melakukan penyaringan lebih dahulu. Kecenderungan pemuda menyebutnya
dengan trend saat ini, padahal tidak kita disadari, ini merupakan bahaya laten yang akan
merusak generasi kita (pemuda). Hal ini menandakan lemahnya kesadaran pemuda kita
mempertahankan kekayaan nilai bangsa yang kita miliki. Perilaku menyimpang lainnya, seperti
free sex dan penggunaan narkoba,minum-minuman yang memabukan ini juga merupakan salah
satu lemahnya pemuda dalam menyadari apa yang dilakukan dan apa dampaknya. Setiap hari
kita mendengar, membaca dan melihat di media cetak dan elektronik bahwa selalu saja ada
pemuda yang diringkus oleh aparat keamanan akibat perilaku diatas, bila hal ini terus menerus
berlanjut dan tidak diantisipasi maka ketahanan negara ini ke depan sudah pasti terganggu.
Hal lain yang dapat mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara di tingkat pemuda yang

7
perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan sosial di
tingkat pemuda, padahal banyak persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan
pemuda untuk membantu memediasi masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu
masalah sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat dari semua lapisan
keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak
dapat di intervensi oleh negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yng harus disejahterakan
dan jangan sampai mengalami penderitaan. disitu pemuda telah melakukan langkah konkrit
dalam melakukan bela negara. Akan tetapi, kondisi itu nampaknya masih jauh dari apa yang
diharapkan dari pemuda itu sesungguhnya, kebanyakan pemuda saat ini lebih cenderung untuk
bersikap individualis atau mementingkan diri sendiri tanpa mau tahu akan persoalan di
sekitarnya.
Penguasan IPTEK yang tidak merata bagi pemuda juga merupakan salah satu tantangan
bagi kita, mau tidak mau segala sesuatu dalam hal penguasan informasi, jika pemuda kita tidak
memiliki kompetensi dibidang ini, maka kita akan terus tertinggal dan digilas zaman sehingga
dominasi negara luar semakin kuat menguasai negara kita. Pemuda tidak dapat dilupakan dan
dihilangkan dari perjalanan panjang bangsa ini. Sumpah pemuda sebagaimana telah diikrarkan
oleh pendahulu kita pada tanggal 28 oktober 1928, merupakan salah satu bukti betapa peranan
pemuda itu sangat vital dalam mempersatukan pemuda dan bangsa ini dan yang lahir dari
pikiran-pikiran kaum muda adalah juga suatu peristiwa sejarah, peristiwa yang merupakan
klimaks dari pencarian identitas baru yang telah bermula sejak awal abad ini dan manifestasi
dari puncak peranan pemuda sebagai aktor sejarah yang sadar.
Fenomena-fenomena yang disinggung diatas merupakan tantangan bagi kita dan akan
cenderung menjadi pemecah bila tidak segera diatasi, dicari jalan keluarnya. Kondisi pemuda
yang seperti itu juga akan menjadikan pemuda kita menjadi pemuda yang kehilangan identitas
dan krakter yang berdampak pada hilangnya perekat di masyarakat yaitu pemuda itu sendiri.
Pemuda harus mengambil posisi terdepan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi di
tengah masyarakat, dan terdepan pula menyuarakan kritik yang membangun, kepada
pemerintah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
karena ini merupakan harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar, untuk menahan laju pengaruh
asing yang mau menjajah atau membelenggu kita sehingga berdampak pada perpecahan
ditengah masyarakat.

8
B. PERAN PEMUDA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA
Di era globalisasi ini banyak tantangan bagi negeri kita, namun kesadaran berbangsa dan
bernegara sudah selayaknya rakyat dan pemerintah untuk bersama sama memberikan
pemahaman bagi rakyatnya, khususnya kaum muda. Pemerintah ikut bertanggung jawab
mengemban amanat untuk memberikan kesadaran berbangsa dan bernegara bagi warganya, bila
rakyat bangsa Indonesia sudah tidak memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara, maka ini
merupakan bahaya besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang mengakibatkan bangsa
ini akan jatuh ke dalam kondisi yang sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa
yang lain yang telah mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain.
Mengingat kondisi bangsa kita sekarang, merupakan salah satu indikator bahwa warga
bangsa Indonesia di negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran berbangsa dan bernegara. 
Hal ini bisa kita lihat dari berbagai daerah sering bergejolak diantaranya tawuran antar warga,
perkelaian pelajar, ketidakpuasan terhadap hasil pilkada, perebutan lahan pertanian maupun
tambang, dan lain-lain. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara  mempunyai makna bahwa individu
yang hidup dan terikat dalam kaidah dan naungan di bawah Negara Kesatuan RI harus
mempunyai sikap dan perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasasi
keikhlasan/kerelaan bertindak demi kebaikan Bangsa dan Negara Indonesia. Berbagai masalah
yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan bernegara sebaiknya mendapat perhatian dan
tanggung jawab kita semua.Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara
Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan.
Persoalan yang sedang dialami oleh pemuda saat ini, tidak ada kata lain bahwa pemuda
harus mempersiapkan diri dalam segala hal yang serta merta juga harus membangun kesadaran
bahwa dengan mampu menjaga citra pemuda sudah merupakan bagian dari menjaga negara ini
dari keterpurukanan tentunya memperkuat identitas kita. Hal penting yang tidak bisa dilupakan
oleh pemuda adalah bahwa Pancasila telah merumuskan semua pengalaman, pandangan hidup
dan harapan bangsa.
Tugas pemuda adalah untuk tetap menjaga Pancasila dan menjalankan amanat yang
terkandung didalamnya. Tentunya,bagaimana menjalankan yang diamanatkan oleh Pancasila
tersebut tidaklah hanya mengetahui saja dan menghafalnya, akan tetapi
mengimplementasikannya dalam kehidupan kita sehinga menjadi Pancasila yang hidup. Tidak

9
ada lagi kata lain, bahwa untuk menghidupkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara ini, maka pemuda harus turun ke tengah masyarakat membantu menyelesaikan
persolan-persoalan yang ada karena disana banyak persolan yang membutuhkan perhatian para
pemuda. Pemuda harus terdepan menyatakan penghormatan terhadap kemajemukan di negeri
ini, terdepan dalam menghormati toleransi, dan banyak hal lagi yang dilakukan pemuda dalam
mengimplementasikan Pancasila,  satu hal penting yang harus disadari pemuda adalah bahwa
pemuda tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab atas problematika bangsa yang
dihadapi saat ini.
Pemuda harus berperan serta dan berada dalam garis terdepan, dalam melakukan
perubahan, hanya dengan demikianlah pemuda menjaga keutuhan bangsa ini, mempersiapkan
diri dalam menghadapi tantangan yang lebih besar, untuk mengantisipasi terjadinya penjajahan
gaya baru disegala aspek, atas derasnya arus globalisasi yang tak terbendung juga merupakan
salah satu menjaga negara ini. Hal lain yang tak kalah pentingnya, pemuda harus memiliki
kepekaan sosial dan memiliki tanggung jawab atas kondisi masyarakat saat ini, maka harus
turut serta mencari solusinya. Apabila kita membangun kesadaran berbangsa, bernegara,
memahami hukum yang berlaku, dan pancasila sebagai pedoman hidup, tentu tidak akan ada
generasi yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang untuk memecahkan bangsa dan negaranya
sendiri serta tidak ada generasi muda yang memiliki perlakuan yang menyimpang dari norma-
norma umum dimasyarakat. Dengan membangun kesadaran berbangsa dan bernegara itulah,
maka pemuda telah melakukan salah satu dari sekian banyak aspek untuk menjaga keutuhan
Negara ini yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KESADARAN BERBANGSA DAN


BERNEGARA.

Beberapa faktor pendukung untuk terciptanya kesadaran berbangsa dan bernegara:


1. Tingkat ke-amanahan seorang pejabat.
2. Pemerataan kesejahteraan setiap daerah.
3. Keadilan dalam memberikan hak dan kewajiban semua rakyat
4. Kepercayaan kepada wakil rakyat atau pemerintahan
5. Tegasnya hukum dan aturan pemerintahan.

10
6. Rasa memiliki dan bangga berbangsa Indonesia.
7. Menyadari bahwa berbangsa dan bernegara yang satu.
8. Mengetahui lebih banyak nilai positif dan kekayaan bangsa.

D. FAKTOR PENYEBAB KEMUNDURAN KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARA


Faktor penyebab timbulnya kemunduran kehidupan bangsa dan negara yakni semakin
lemahnya kesadaran internal individu tentang wawasan kebangsaan semakin rapuh dan pudar
karena masyarakat sudah tidak perduli tentang pentingnya wawasan kebangsaan dan
nasionalisme. Gaya hidup masyarakat sekarang telah jauh dari perwujudan sikap nasionalisme
dan sikap wawasan kebangsaan bahkan lebih condong kepada gaya hidup bebas sesuka hati
tanpa ada batasan sehingga lepas dari pentingya pemahaman wawasan kebangsaan.
Masyarakat yang tidak perduli terhadap wawasan kebangsaan akan jauh dari rasa cinta tanah
air. Bukti lemahnya wawasan kebangsaan di kehidupan masyarakat yakni semakin terlihat
nyata terjadi perpecahan dengan membentuk kelompok/golongan dengan pemahaman
idealisme doktrin masing-masing yang di miliki kelompok telah terlepas dari ideology
wawasan kebangsaan.
Melihat situasi dan kondisi era globalisasi dan era modernisasi berkembang sangat
cepat pasti dapat mempengaruhi kehidupan social, bangsa dan negara, maka dapat memberikan
perubahan dari semua aspek kehidupan. Salam (2014) (dalam Barida, 2017:1403), menjelaskan
bahwa Peristiwa fenomena yang terjadi saat ini semakin luntur dan rapuh wawasan kebangsaan
masyarakat dapat menimbulkan efek perpecahan merusak persatuan dan kesatuan kehidupan
bangsa Indonesia, jika di biarkan terus menerus pasti terjadi anggota masyarakat membentuk
kelompok/golongan dengan kondisi keyakinan pemahaman masing-masing yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945 dan nilai-nilai wawasan kebangsaan sehingga kondisi
lemahnya wawasan kebangsaan akan sangat memudahkan membuka ruang celah lebar pihak
asing untuk bebas merusak dan menghancurkan seluruh aspek tatanan kehidupan social,
bangsa dan negara Indonesia. Lemahnya wawasan kebangsaan tentu sangat membahayakan
situasi dan kondisi bangsa bahkan sangat mudah pihak asing untuk memecah belah persatuan
dan kesatuan kehidupan bangsa sudah seharusnya menjadi kewajiban tanggung jawab seluruh
warga negara untuk menguatkan wawasan kebangsaan serta menjaga secara utuh bangsa dan
negara (Barida, 2017:1).

11
E. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERKAITAN DENGAN WAWASAN
KEBANGSAAN DALAM KESADARAN BERBANGSA DAN BERNEGARA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga


negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang
memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam
berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan Kewarganegaran
memiliki beberapa dimensi yaitu: Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge)
yang mencakup bidang politik, hukum dan moral, Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan
(Civics Skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
Dimensi Nilai-nilai 2 Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain percaya diri,
penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur.
Pendidikan kewarganegaraan sebagai upaya efektif yang harus dilakukan untuk
membentuk karakter warga negara baik yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, memiliki
sikap demokratis, menjunjung tinggi nilai sejarah budaya bangsa, dan megutamakan
sikap/perilaku toleransi agar dapat sepenuhnya menjadi warga negara baik (good citizen) yang
taat patuh terhadap semua norma dan etika yang berlaku dikehidupan social, bangsa dan negara.
Fakta menunjukan bahwa negara Indonesia adalah negara multikulturalisme maka sangat
penting dibutuhkan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kunci utama ujung tombak untuk
membentuk karakter warga negara Indonesia yang multikultural sehingga dapat menghargai
identitas jati diri budaya masyarakat yang majemuk dapat hidup demokratis dengan perbedaan
aneka ragam dengan satu semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai senjata pamungkas untuk
mempersatukan kehidupan sosial, bangsa dan NKRI. (Richardo dalam Zuriah, 2011:64).
Pendidikan kewarganegaraan harus di implementasikan ke semua warga negara Indonesia
supaya berprilaku di kehidupan sehari-hari berprinsip pada falsafah negara dan budaya. Namun
situasi dan kondisi di era globalisasi saat ini warga negara kurang terpikat terhadap pendidikan
kewarganegaraan. kenyataan praksis di lapangan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan dasar
falsafah kehidupan bangsa dan negara dan bagian dari aktualisasi suatu proses untuk
mengkonstruksi gaya hidup masyarakat multicultural untuk menguatkan sikap nasionalisme,
wawasan kebangsaan sehingga predikat kehidupan majemuk social, bangsa dan negara justru
mulai kehilangan dari aspek dimensi kemajemukan/keanekaragaman saat ini telah mengalami

12
kehilangan aktualisasinya sebab telah terperangkap terhadap penguasaan pengetahuan semu
belaka dan membiarkan aspek afeksi pendidikannya ( Zuriah, 2012:171). Kondisi yang terjadi
semakin lemahnya minat warga negara terhadap Pendidikan Kewarganegaraan di era
modernisasi justru semakin terpuruk kwalitas moralitas warga negara pada akibatnya semakin
mudah mengalami kehancuran di seluruh aspek kehidupan social, bangsa dan negara.
Pancasila dijadikan sebagai dasar prinsip pedoman warga negara untuk menjalani sesuai
kaidah nilai-nilai Pancasila. Pancasila berfungsi sebagai arah tujuan cita-cita kehidupan bangsa
dan negara Indonesia. Pancasila dijadikan pedoman hidup sekaligus pendidikan moralitas baik
sebagai warga negara supaya memiliki benteng diri sangat kuat menghadapi tantangan jaman
yang terus berubah. Pancasila menjadi sumber dari segala sumber ideology di kehidupan social,
bangsa dan negara karena Pancasila dijadikan sebagai dasar pemikiran sangat fundamen supaya
menjalani hidup ini sebaik-baiknya menjadi warga negara Indonesia yang baik.
Pancasila pada dasarnya suatu ide gagasan hasil buah pemikiran sangat mendasar yang
dijadikan sebagai pijakan untuk membentuk moral warga negara baik di Indonesia tentu harus
berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila (Rachman, 2015:132). Pancasila dijadikan sebagai dasar
prinsip warga negara Indonesia untuk berfikir benar dan bertindak sesuai kaidah nilai-nilai
murni luhur Pancasila. Moralitas warga negara Indonesia dikehidupan sehari-hari telah
mengalami degradasi, rapuh dan pudar sehingga sangat mudah masuknya paham radikalisme
sangat berbahaya merusak Pancasila. Radikalisme merupakan suatu paham dengan
menggunakan kekerasan dengan mengatas namakan agama kemudian melakukan dogma agama
yang sebagai alat cuci otak sehingga paham radikalisme sangat bertentangan dengan Pancasila
(Isnawan, 2018:2). Paham radikalisme sangat bertentangan dengan ajaran nilai-nilai luhur
Pancasila yang lebih condong kepada ajaran kemurnian agama yang ada di Indonesia
sebenarnya mengajarkan kebaikan moral sebagai warga negara baik. Paham radikalisme yang
saat ini telah menjalar di kehidupan masyarakat dapat memberikan efek sangat berbahaya
dikehidupan social, bangsa dan negara karena dapat merusak seluruh komponen aspek nilai
luhur Pancasila dan mengganggu stabilitas keamanan kehidupan bangsa dan negara.
Di dalam subtansi Pancasila pasti terdapat nilai-nilai budi pekerti luhur yang mengajarkan
cara berfikir benar dan bertindak yang sesuai dengan ideologi Pancasila negara dan bangsa
Indonesia. Pada dasarnya Pancasila memiliki nilai-nilai luhur positif yang mengajarkan warga
negara mampu berfikir sangat mendasar berfungsi sebagai filter kemudian di implementasikan

13
dalam kehidupan sehari-hari haruslah tetap menggunakan Pancasila supaya dapat menjadi warga
negara yang baik. Pancasila dijadikan sebagai rujukan dasar untuk berperilaku menjadi warga
negara baik di Indonesia (Damahuri, 2016:186).
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk mempertahankan negara
kita dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang
berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga dapat menumbuhkan rasa
patriotisme dan nasionalisme di dalam diri masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai
kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan
dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada
negara dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta terhadap
tanah air kita.

Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam kehidupan
masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
1. Cinta Tanah Air
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai. Kesadaran bela negara
yang ada pada setiap masyarakat didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita
dapat mewujudkan itu semua dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri,
melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama
baik negara kita.
2. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang harus sesuai dengan
kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita
dapat mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok
dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
3. Pancasila
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar biasa, pancasila
bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia yang
memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat
mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.

14
4. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk bangsa dan negara.
Contoh nyatanya seperti sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk
bisa mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus merelakan untuk mengorbankan
waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi
seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-
lama menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung langsung
para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa.
5. Memiliki Kemampuan Bela Negara
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap menjaga kedisiplinan,
ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi masing-masing.

Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara ikut dalam mengamankan lingkungan
sekitar seperti menjadi bagian dari Siskamling, membantu korban bencana sebagaimana kita
ketahui bahwa Indonesia sering sekali mengalami bencana alam, menjaga kebersihan minimal
kebersihan tempat tinggal kita sendiri, mencegah bahaya narkoba yang merupakan musuh besar
bagi generasi penerus bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok
karena di Indonesia sering sekali terjadi perkelahian yang justru dilakukan oleh para pemuda,
cinta produksi dalam negeri agar Indonesia tidak terus menerus mengimpor barang dari luar
negeri, melestarikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang berprestasi baik
pada tingkat nasional maupun internasional.
Apabila kita mengajarkan dan melaksanakan apa yang menjadi faktor-faktor pendukung
kesadaran berbangsa dan bernegara sejak dini, yakni dengan mengembalikan sosialisasi
pendidikan kewarganegaraan di sekolah-sekolah, juga sosialisasi di masyarakat,niscaya akan
terwujud.. Pada pendidikan kewarganegaraan ditanamkan prinsip etik multikulturalisme, yaitu
kesadaran perbedaan satu dengan yang lain menuju sikap toleran yaitu menghargai dan
mengormati perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada pada etnis dan religi sudah harusnya
menjadi bahan perekat kebangsaan apabila antar warganegara memiliki sikap toleran.
Nasionalisme adalah sikap mencintai bangsa dan negara sendiri. Nasionalisme terbagi atas ;

15
a. Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara berlebihan
sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya, nasionalisme ini disebut juga
nasionalisme yang chauvinisme, contoh Jerman pada masa Hitler.
b. Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri dan menggap
semua bangsa sama derajatnya.
Hans Kohn dalam bukunya Nationalism its meaning and history mendivinisikan
nasionalisme sebagai berikut :
1. Suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan individu tertinggi harus diserahkan pada
negara.
2. Perasaan yang mendalam akan ikatan terhadap tanah air sebagai tumpah darah.

Ada tiga hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme Indonesia :
a. Mengembangkan persamaan diantara suku-suku bangsa penghuni nusantara
b. Mengembangka sikap toleransi
c. Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan diantara sesama bangsa Indonesia

Empat hal yang harus kita hidari ndalam memupuk sermangat nasionalisme adalah :
a. Sukuisme, menganggap msuku bangsa sendiri paling baik.
b. Chauvinisme, mengganggap bangsa sendiriu paling unggul.
c. Ektrimisme, sikap mempertahankan pendirian dengan berbagai cara kalau perlu dengan
kekerasan dan senjata.
d. Provinsialisme, sikap selalu berkutat dengan provinsi atau daerah sendiri.

Sikap patriotisme bangsa indonesia telah dimulai sejak jaman penjajahan, dengan
banyaknya pahlawan pahlawan yang gugur dalam rangka mengusir penjajah seperti Sultan
Hasanudin dari Makasar, Pangeran Diponogoro dari Jawa tengah, Cut Nyak Dien Tengku Umar
dari Aceh dll. Sikap patriotis memuncak setelah proklamasi kemerdekaan pada periode
perjuangan fisik antara tahun 1945 sampai 1949 yaitu periode mempertahankan negara dari
keinginan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia.
Sikap patriotisme adalah sikap sudi berkorban segala-galanya termasuk nyawa sekalipun
untuk mempertahankan dan kejayaan negara. Ciri-ciri patriotisme adalah:

16
a. Cinta tanah air.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan.
d. Berjiwa pembaharu.
e. Tidak kenal menyerah dan putus asa.

Implementasi sikap patriotisme dalam kehidupan sehari hari :


a. Dalam kehidupan keluarga ; Menyaksikan film perjuangan, Membaca buku bertema
perjuangan, dan Mengibarkan bendera merah putih pada hari-hari tertentu.
b. Dalam kehidupan sekolah ; Melaksanakan upacara bendera, mengkaitkan materi pelajaran
dengan nilaiu-nilai perjuangan, belajar dengan sungguh-sungguh untuk kemajuan.
c. Dalam kehidupan masyarakat ; Mengembangkan sikap kesetiakawanan sosial di
lingkungannya, Memelihara kerukunan diantara sesama warga.
d. Dalam kehidupan berbangsa ; Meningkatkan persatuan dan kesatuan, Melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945, Mendukung kebijakan pemerintah, Mengembangkan kegiatann usaha
produktif, Mencintai dan memakai produk dalam negeri, Mematuhi peraturan hukum, Tidak
main hakim sendiri, Menghormati, dan menjungjung tinggi supremasi hukum, Menjaga
kelestarian lingkungan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Apabila kita  mengajarkan dan melaksanakan apa yang mrnjadi faktor-faktor pendukung
kesadaran berbangsa dan bernegara sejak dini, yakni dengan mengembalikan sosialisasi
pendidikan kewarganegaraan di sekolah-sekolah, juga sosialisasi di masyarakat,niscaya akan
terwujud.. Pada pendidikan kewarganegaraan   ditanamkan prinsip etik multikulturalisme, yaitu

17
kesadaran perbedaan satu dengan yang lain menuju sikap toleran yaitu menghargai dan
mengormati perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada pada etnis dan religi sudah harusnya
menjadi bahan perekat kebangsaan apabila antar warganegara memiliki sikap toleran.
Institusi di masyarakat, baik di partai, lembaga, yayasan, organisasi sosial, koperasi,
ditumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara melalui pendidikan multikulturalisme.
Organisasi sosial-politik , pemuda, olahraga, yayasan, koperasi, tidak bersifat eksklusif, namun
mampu bersifat inklusif dengan mengembangkan organisasi dengan penanaman kesadaran
berbangsa.
Kegiatan dialog  Kesadaran Berbangsa dan Bernegara perlu diselenggarakan dalam rangka
mendorong, memupuk, serta meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara untuk
meningkatkan kerukunan dan kesejahteraan; serta merumuskan pokok-pokok pikiran tentang
peningkatan kesadaran berbangsa dan bernegara sebagai bahan kebijakan pemerintah dalam
peningkatan wawasan kebangsaan  bagi pemuda, warga masyarakat. Di era globalisasi ini
memang telah  terjadi, suka tidak suka tidak bisa dihindari, jika diambil negatifnya kita akan
menjadi berpikiran negatif, akan lebih bijaksana jika kita mengambil segi positifnya agar kita
bisa mengikuti kemajuan jaman, dengan tidak mengesampingkan budaya local,dalam rangka
kecintaan kita pada tanah airm dengan harapan NKRI tetap terpelihara.

DAFTAR PUSTAKA

Sumodiningrat Gunawan dan Ary Ginanjar Agustian. 2008.  Mencintai Bangsa dan Negara. PT.
Sarana Komunikasi Utama: Bogor
Dr Ali masykur musa,2012. Nasionalisme di Persimpangan. erlangga, Jakarta
Kusumoprojo Wahyono Suroto .2009.  Indonesia Negara maritime. Teraju:Jakarta
Dr. Jazim Hamidi, S.H.,M.H dan Mustafa lutfi.,S.H.,m.h,2010, civic Education antara Realitas
Politik dan Implementasi Hukumnya. Gramedia pustaka utama Jakarta

18
Mahesa Desmond.J.2012. Presiden Offside, Kita Diam atau Memakzulkan. Tansmedia
pustaka:Jakarta
http://www.datadikdasmen.com/2020/06/materi-dan-teknis-pelaksanaan-daring.html

https://drive.google.com/file/d/1FbQkTr0sMG9qbDPrUWtJSbu-clm6xUzG/view

19

Anda mungkin juga menyukai