KELOMPOK 3:
1. Bagus Dwi
2. Ghoffaro Alfard Richardo
3. M. Rafi Ramadhan
4. Nida Fadilah
5. Serlyta Orcidita Fiella
6. Syakila Claradita Argiani
7. Yuyun Anggraini
Kelas/Semester :1/A
Prodi : Adminitrasi Publik
1. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU FILSAFAT
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun
secara historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil mengubah pola
fikir bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris.
Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di
alam ini dipengaruhi oleh para dewa. Karenanya para dewa harus dihormati dan sekaligus
ditakuti kemudian disembah. Dengan filsafat, pola fikir yang selalu tergantung pada dewa
diubah menjadi pola fikir yang tergantung pada rasio.
Perubahan dari pola fikir mitosentris ke logosentris membawa implikasi yang besar.
Alam dengan segala gejalanya, yang selama ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan
dieksploitasi. Perubahan ini melahirkan berbagai cabang ilmu pengetahuan mulai dari
zaman Yunani kuno sampai dengan zaman modern. Perubahan yang mendasar adalah
ditemukannya huku-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang
terjadi, baik di alam jagad raya (makrokosmos) maupun alam manusia (mikrokosmos).
Perkembangan sejarah filsafat di dunia barat dapat dibagi dalam empat periodisasi yaitu
sebagai berikut :
1. Zaman Yunani Kuno (6 SM- 6 M)
Kelahiran pemikiran filsafat diawali pada abad ke-6 SM yang ditandai oleh runtuhnya
mite-mite yang selama ini menjadi pembenaran setiap gejala alam. Sedangkan sejak abad
ke-6 SM orang mulai mencari jawaban rasional tentang asal usul dan kejadian alam
semesta. Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Mereka membuat
pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir)
dan tidak berdasarkan mitos belaka. Mereka mencari asas yang pertama dari alam
semesta yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba
berubah. Filosof yang mengembangkan filasfat pada zaman Yunani yang begitu ramai
dipersoalkan sepanjang sejarah yaitu Socrates. Setelah itu, Plato meneruskan keaktifan
Socrates dengan mengarang dialog-dialog seperti gurunya. Plato berpendapat bahwa
berfilsafat artinya mencari kebijaksanaan atau kebenaran, dan oleh karena itu dapat
dimengerti bahwa mencari kebenaran itu dilakukan secara bersama-sama dalam suatu
dialog. Pemikiran filsafat Yunani Kuno mencapai puncaknya pada masa Aristoteles (384
SM-322 SM). Ia mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan ialah mencari
penyebab objek yang diselidiki. Kekurangan utama para filosof sebelumnya adalah
mereka tidak memeriksa semua penyebabnya.
2. Zaman Pertengahan (6 M- 16 M)
Terdapat periode yang membuat perkembangan filsafat tidak berlanjut, yaitu pada masa
skolastik Kristen. Hal ini dikarenakan pihak gereja membatasi para filosof dalam
berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak bisa berkembang, karena
semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan kenyakinan dan jika
bertentangan akan dianggap murtad dan dihukum berat sampai pada hukuman mati.
Secara garis besar filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu:
periode Scholastik Islam dan periode Scholastik Kristen. Pada periode Scholastik Islam,
para filosof Islamlah yang pertama mengenalkan filsafatnya Aristoteles. Diantaranya
adalah Ibnu Rusyd, ia mengenalkan kepada orang-orang barat yang belum mengenal
filsafat Aristoteles. Para ahli pikir Islam yang lain (Scholastik Islam) yaitu Al-Kindi, Al-
Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dan lain-lain. Mereka itulah yang memberi sumbangan
sangat besar bagi para filosof Eropa yang menganggap bahwa filsafat Aristoteles, Plato,
dan Al-Quran adalah benar. Pada masa inilah perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan sangat buruk. Karena pihak gereja membatasi dan melarang para filosof
dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan dan filsafat tidak berkembang.
Perbandingannya yaitu pada zaman Yunani Kuno ciri pemikiran filsafat adalah
kosmosentris yakni para filosof masa ini mempertanyakan asal-usul alam semesta dan
jagad raya. Lalu pada zaman abad pertengahan, ciri pemikiran abad ini teosentris, yakni
membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak
bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan
kenyakinan dan jika bertentangan akan dianggap murtad dan dihukum berat sampai pada
hukuman mati. Kemudian Zaman Reainsans, manusia mulai berpikir secara baru, dan
melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini telah membatasi manusia
dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan. Kemudian pada zaman
modern, di zaman ini memiliki keyakinan bahwa mereka mempunyai masa depan yang
cerah, bercahaya berkat rasio mereka sendiri dan semakin bersemangat untuk
menemukan hal-hal baru. Semboyan zaman modern adalah Sapere aude (beranilah
berpikir sendiri). Sedangakan pada masa kini atau disebut juga zaman kontemporer.
Filsafat Kontemporer yaitu cara pandang dan berpikir mendalam menyangkut kehidupan
pada masa saat ini. Filsafat kontemporer telah melahirkan apresiasi dan respon yang
besar dalam sejarah pemikiran dan memunculkan pilar – pilar filsafat kontemporer antara
lain:
1. Pilar yang pertama adalah etika, di mana merupakan hasil dari refleksi moralitas yang
kemudian melahirkan aliran-aliran filsafat yang dikembangkan oleh para filosof.
Dalam memahami etika sebagai suatu ajaran tentang seni hidup, atau menempatkan
sebagai kebahagiaan ke pusat etika (Aristoteles), dan kemudian pemikiran ini
direligiuskan oleh Thomas Aquinas.
2. Pilar yang kedua adalah fenomenologi, dengan tokoh sentralnya Edmund Hussel
(1859-1938) fenomenologi merupakan salah satu dari arus pemikiran yang paling
berpengaruh pada Abad ke-20. Secara umum fenomenologi lahir dari persoalan
fenomena yang dibawa ke ruang publik –pertama kali– oleh Hegel dengan ruh
absolutnya.
3. Pilar yang ketiga adalah eksisitensialisme. Eksistensialisme tidak lagi membahas
pertanyaan-pertanyaan esensi dan kodrat, akan tetapi lebih menekankan masalah
seputar eksistensi.
4. Pilar yang ke empat adalah filsafat budaya. Jika dilihat dari sudut pandang filosofis
akan melahirkan dimensi subyektif dan obyektif. Di mana dimensi subyektif adalah
daya yang menjadikan produk (alam) menjadi produk yang lebih baik, sedangkan
dimensi obyektif adalah hasil dari kegiatan daya.
Perkembangan ilmu pada zaman kontemporer ini meliputi hampir seluruh bidang ilmu
dan teknologi, dan ilmu-ilmu sosial seperti : sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi,
hukum,dan politik serta ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia dan biologi serta aplikasi-
aplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika, informasi dan komunikasi dan lain-
lain.