Abstrak
Menurut Aristoteles, kegiatan manusia yang paling luhur itu ialah kegiatan berfilsafat,
karena berfilsafat itu adalah kegiatan akal budi manusia yang disebut logos atau nous yang
bersifat ilahi. Dengan demikian, manusia tidak hanya sebagai zoon politikon, tetapi juga
makhluk yang berakal budi (zoon logon echon). Dengan akal budinya manusia memandang.
dan merenungkan hal-hal yang abadi dan inilah yang oleh Aristoteles ·disebut "theoria"
yakni memandang kebenaran, sebagai aktivitas manusia yang tertinggi. Jadi, hidup yang
bahagia adalah hidup sebagai filsuf. Kalau kebahagiaan itu harus dicapai secara aktif, maka
dari ketiga bentuk hidup tersebut·bentuk hidup kedua dan ketigalah yang harus direalisasi,
yakni hidup berpolitik dan berfilsafat.
Zaman yunani kuno (6 SM-6M) yang disebut priode filsafat alam. Dikatakan
demikian karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, di
mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di sekitarnya. Mereka
membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan
akal pikir) dan tidak berdasarkan mitos belaka. Mereka mencari asas yang pertama dari
alam semesta yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba
berubah.
Zaman abad pertengahan (6-16 M) Secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
periode yaitu periode Scholastik Islam dan periode Scholastik Kristen. Pada periode
Scholastik Islam, para filosof Islamlah yang pertama mengenalkan filsafatnya
Aristoteles. Pada masa ini Scholastik Kristen, kekuasaan agama masih begitu
berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan filasafat, khususnya di kawasan Eropa.
Adanya tren perbudakan membuat para pemikir ahli terbatas hanya dari kaum agamis
yang berada di gereja saja, karena mereka yang diluar gereja terlalu disibukkan dengan
urusan melayani orang lain, daripada memikirkan hal- hal yang tidak mengenyangkan
seperti filsafat.
Zama Renaisans (14-16 M) adalah suatu zaman yang sangat menaruh perhatian dalam
bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Zaman renaisans terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia
dalam berpikir.
Zaman Modern (17-20 M) Setelah zaman renaisans yaitu zaman pencerahan atau
zaman modern. Zaman Pencerahan (Inggris: Enlightenment) berlangsung dari abad ke-
17 hingga ke-20 M. Di zaman ini terdapat peristiwa penting, yaitu revolusi di Inggris dan
Perancis. Orang-orang yang hidup di zaman ini memiliki keyakinan bahwa mereka
mempunyai masa depan yang cerah dan bercahaya berkat rasio mereka
sendiri. Sebelumnya, orang lebih suka berpaut pada otoritas lain di luar dirinya, seperti
otoritas gereja, kitab suci, para ahli, dan negara. Oleh karena itu, semboyan zaman
pencerahan adalah Sapere aude (beranilah berpikir sendiri). Dengan semboyan itu,
manusia di zaman pencerahan semakin bersemangat untuk menemukan hal-hal baru.
Mereka memanfaatkan akal mereka semaksimal mungkin untuk menggapai perubahan,
kemajuan, pertumbuhan, pembangunan, peradaban, reformasi, bahkan revolusi.
Zaman yunanai pasca Ariestoteles ditandai oleh tiga aliran pemikiran filsafat, yaitu
Stoisisme, Epikurisme, dan Neo-platonisme. . Zaman ini masih berhubungan dengan
zaman sebelumnya. Karena awal mula zaman ini pada abad 6 M sampai sekitar abad 14
M. Zaman ini disebut dengan zaman kegelapan. Zaman ini ditandai dengan tampilnya
para Theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Sehingga para ilmuwan yang ada pada
zaman ini hampir semua adalah para Theolog. Begitu pula dengan aktifitas keilmuan
yang mereka lakukan harus berdasar atau mendukung kepada agama. Ataupun dengan
kata lain aktivitas ilmiah terkait erat dengan aktivitas keagamaan. Pada zaman ini filsafat
sering dikenal dengan sebagai Theologiae (Pengabdi Agama). Selain itu, yang menjadi
ciri khas pada masa ini adalah dipakainya karya-karya Aristoteles dan Kitab Suci sebagai
pegangan.
a) Stoisisme
Stoisisme adalah ilmu filsafat yang dicetus oleh seorang filsuf bernama Zeno
di awal abad ke-3 SM. Stoisisme sendiri berasal dari bahasa yunani
yaitu Stoikos yang berarti beranda, hal ini karena ajaran Zeno sering dilakukan di
beranda berlukis. Ajaran Zeno sendiri banyak dipengaruhi oleh Socrates dan
filsafat Sinisme hingga dia memulai ajaran filsafatnya sendiri.Tokoh terkenal yang
menganut filsafat stoisisme adalah Kaisar Marcus Aurelius, Epictetus, dan Seneca.
Mereka adalah sosok-sosok yang terkenal karena mempraktikkan dan
menyebarkan ilmu filsafat ini. Inti dari filsafat ini adalah sebuah cara hidup untuk
menerima keadaannya di dunia yang mencerminkan kemampuan nalar manusia.
Filsafat stoisisme yang telah berumur lebih dari 2000 tahun ini masih relevan
hingga sekarang, terutama di zaman ketika depresi dan putus asa menjadi
perhatian besar saat ini. Stoisisme membantu kita untuk hidup selaras dengan
alam dan menerima kondisi yang kita miliki saat ini sehingga kita bisa bersyukur
dan menemukan kebahagiaan.
c) Epikurisme
Epikurisme adalah suatu ajaran yang dirintis oleh seorang filosof yang
bernama Epikuros (341 – 270 SM). Seperti halnya Stoisisme, ajaran Epikurisme
ditandai dengan banyak konsep dan pemikiran tentang etika, pandangan tentang
etika inilah yang membuat ajaran epikurisme lebih menonjol pada zamannya.
Dari to en mengalir nouz = “nous”, budi, akal, bahkan roh (?). “Nous”
merupakan “bayang-bayang” dari “to hen”. Dari “nous” mengalir ynch =
“psykhe”, jiwa, yang merupakan perbatasan “nous” dengan mh ou = “me on”,
materi, yang merupakan kemungkinan atau potensi bagi keberadaan suatu bentuk,
yang pada manusia adalah tubuh. “Psykhe” merupakan penghubung antara “nous”
yang terang, yang berlawanan dengan materi yang gelap, yang rohani berlawanan
dengan yang jasmani. — Menurut neo-platonisme, perlawanan itu merupakan
penyimpangan dari kebenaran. Untuk mencapai kebenaran, manusia harus
kembali kepada “to hen”, dan itulah tujuan hidup manusia. “To hen” kiranya
identik dengan konsep “Sang Sangkan Paraning Dumadi” dalam tradisi Jawa.
Kesatuan mistis dengan “to hen” merupakan kebenaran sejati. Manusia harus
berkontemplasi untuk mengatasi hal-hal yang inderawi, yang merupakan
penghambat besar bagi pembebasannya dari hidup dalam dimensi materi yang
bersifat gelap (dan berakhir kepada kematian) menuju kepada hidup dalam
dimensi roh yang membawa kepada terang (serta awal dari kekekalan).
C. Abad Pertengahan
Dalam sejarah filsafat ada saat-saat yang di anggap penting sebagai patokan suatu era,
karena selain punya cirri yang khas pada zamannya, suatu aliran filsafat bisa
meninggalkan pengaruh yang penting dalam sejarah pradaban manusia. Abad
pertengahan selalu di bahas sebagai zaman yang khas karena dalam abad-abad itu
perkembangan alam pikiran di Eropa sangat terkendala oleh keharusan untuk
disesuaikan dengan ajaran agama. Setiap ajaran filsafat harus di uji sejauh mana tidak
bertentangan dengan ajaran agam dan inter prestasi yang dikembangka dalam
lingkungan gereja dan biara. Dalam lingkungan ini ditegaskan pendirian, bahwa tindaka
keimanan harus dibedakan secara tegas dari tindakan penalaran, dan apabila terjadi
perbedaan atau pertentangan antara keduanya, maka keimanan harus di unggulkan diatas
penalaran.
Pengembangan penalaran tidak di larang, namun usaha tersebut harus disesuaikan dan
diabdikan pada keyakinan beragama. Meskipun dalam kurun waktu itu mulai dilakukan
penerjemahan karya-karya Yunani, Arab, dan Yahudi ke dalam bahasa latin, sehingga
terjangkau hal layak pembaca yang semakin meluas, namun kegiatan filsafat terutama
dilakukan oleh tokoh-tokoh terkemuka dari lingkungan gereja serta terpusat pada biara-
biara, dan baru kemudian beralih ke kalangan perguruan tinggi yang masih amat terbatas
jumlahnya. Sejak akademi Plato dan berbagai perguruan filsafat yang berkembang di
Yunani di bubarkan atas perintah kaisar Justinianus pada tahun 529, banyak sekali
sumber belajar filsafat yang hilang, apalagi karena perintah penutupan pusat-pusat
belajar itu juga di sertai larangan atas beredarnya naskah-naskah peninggalannya.
Tokoh gereja yang menonjol pada abad pertengahan ialah Aurelius Agustinus (354-
430), yang kemudian juga dikenal sebagai santa Agustinus. Dialah yang meletakkan
dasar untuk perpduan filsafat dengan theologi. Agustinus menghasilkan sebagian karya
yang selama berabad-abad membekaskan pengaruhnya terhadap filsuf dikalangan gereja,
tanpa adanya tantangan dari lingkungan lain. Baru ketika pada awal abad ke-12
bermunculan dunia belajar yang bersifat pendidikan tinggi (cikal-bakal universitas),
berbagai interprestasi dan tesis yang diwariskan oleh Agustinus menghadapi ujian.
Teori Covernicus ini dinilai sangat revolusioner, dan hingga kini pengembalian total
sesuatu pandangan sering diibaratkan sebagai revolusi covernican nama ilmuan tenar
lainnya yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup ialah Galileo Galilei (1564-1642)
yang untuk pertama kalinya berhasil menciptakan teleskop dengan kesanggupan luar
biasa guna melakukan obserfasi terhadap bulan dan sistem perbintangan. Berdasarkan
pengamatannya itulah secara gigih dipertahankannya teori Copernicus heleosentris itu.
Dia pun akhirnya dihukum, karyanya dinyatakan terkutuk dan dirinya dikenakan
hukuman kurungan seumur hidup.
D. Penutup
Filsafat menurut Immanuel Kant adalah sebuah ilmu pengetahuan yang menjadi
pokok pangkal dan puncak segala pengetahuan yang tercakup didalamnya empat
persoalan, yaitu apa yang dapat diketahui (metafisika), apa yang seharusnya dilakukan
(etika), sampai dimana harapan kita (agama), dan apa hakikat manusia (antropologi).
Pandangaan yang sejak Imanuel Kant disebut eudemonisme untuk pertama kali
dikemukakan oleh Aristoteles di dalam bukunya "Etlka Nikomachea". Menurut
Aristoteles, setiap tindakan atau perbuatan mempunyai tujuannya. Menurutnya ada dua
macam tinjauan pertama, tujuan yang diesri demi suatu tujuan selanjutnya. kedua, tujuan
yang dicari demi dirinyasendiri. Tujuan jenis pertama misalnya tujuan kepandaian dalam
ilmu kedokteran itu hanya demi tujuan selanjutnya. Yaitu agar orang sakit dapat
disembuhkan. Menurut Aristotetes, tidak mungkin semua tujuan kita cari demi tujuan
lain lagi dan pasti ada tujuan yang dicari demi dirinya sendiri tujuan itulahyang kita
sebut baik pada dirinya sendiri.
Pada zaman pasca Ariestoteles ilmu dikembangkan dan diarahkan atas dasar
kepentingan agama (Kristen) dan baru memperoleh kemandirianya semenjak adanya
gerakan renaissance dan aufklarung abad ke15-18. Sejak itu pula manusia merasa bebas
tidak terikat oleh agama, tradisi, sistem, otoritas politik dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Hung, Deni. 2020. “5 Pelajaran Penting Stoisisme, Filsafat Romawi Kuno Berumur 2000
Tahun”. https://www.idntimes.com/science/discovery/amp/deny-hung/5-pelajaran-penting-
stoisisme. Diakses pada 6 Oktober 2021.
Surajiyo. “Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hlm. 85. Lihat Juga: Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang
Lingkup Bahasan, hlm. 16. Diakses pada 9 Oktober 2021.