Filsafat Sebuah Perjalanan Ilmu Dari Waktu ke Waktu
Dr. H. Sigit Widiyarto,M.Pd
Perkembangan Ilmu Filsafat • Dalam perkembangannya filsafat berkembang melalui beberapa zaman yaitu diawali dari Zaman Yunani Kuno, Zaman kegelapan (Abad 12- 13 M), Zaman Pencerahan (14-15 M), Zaman awal Modern dan Modern (Abad 16-18 M), dan Zaman Pos Modern (Abad 18-19) hingga saat ini • Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna (hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup Langkah Awal Pendekatan dijangkau hanya dengan panca indera Filsafat manusia sekalipun. Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh Esensi Filsafat dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya. Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek materinya adalah semua yang ada “ Pada periode ini muncullah filosof pertama yang mengkaji tentang asal usul alam yaitu Thales (624-546 SM). Pada masa itu, Ia mengatakan bahwa asal alam adalah air karena unsur terpenting bagi setiap makhluk hidup adalah air. Air dapat berubah menjadi gas seperti uap dan benda padat seperti es, dan bumi ini juga berada di atas air. Sedangkan Heraklitos berpendapat bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi. Ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada dan mengubah sesuatu tersebut menjadi abu atau asap ” ZAMAN YUNANI KUNO ZAMAN KEEMASAN • Zaman keemasan atau puncak dari filsafat Yunani Kuno atau Klasik, dicapai pada masa Sokrates (± 470 – 400 SM), Plato (428-348 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Sokrates merupakan anak dari seorang pemahat Sophroniscos, ibunya bernama Phairmarete yang bekerja sebagai seorang bidan. Istrinya bernama Xantipe yang terkenal galak dan keras. Jaman Kegelapan (Abad 12-13 M) • Jaman ini dikenal sebagai Abad • Tokoh-tokoh Patristik Yunani antara lain Pertengahan. Filsafat pada jaman ini Clemens dari Alexandria (150-215), Origenes (185-254). Gregorius dari Naziane (330-390), dikuasai oleh pemikiran keagamaan Basilius (330-379). Tokoh-tokoh dari Patristik yaitu Kristiani. Puncak dari filsafat Latin antara lain Hilarius (315-367), Ambrosius Kristiani adalah Patristik (Lt. (339-397), Hieronymus (347-420) dan “Patres”/Bapa-bapa Gereja) dan Augustinus (354-430). Ajaran dari para Bapa Skolastik Patristik. Skolastik Patristik Gereja ini adalah falsafi-teologis. Ajaran ini ingin memperlihatkan bahwa iman sesuai dibagi menjadi dua yaitu Patristik dengan pikiran-pikiran paling dalam dari Yunani (Patristik Timur) dan Patristik manusia. Ajaran-ajaran ini banyak pengaruh Latin (Patristik Barat). dari plotinos. Jaman Pencerahan (Abad 14-15 M) • Pada Abad Petengahan ini muncullah seorang astronom berkebangsaan Polandia. Astronom tersebut bernama N. Copernicus. Pada saat itu, N. Copernicus mengemukakan temuannya bahwa pusat peredaran benda-benda angkasa adalah matahari (Heleosentrisme). Namun temuan N. Copernicus ini tidak disambut baik oleh otoritas Gereja sebab mereka menganggap bahwa teori yang dikemukakan oleh N. Copernicus bertentangan dengan teori geosentrisme (Bumi sebagai pusat peredaran benda-benda angkasa) yang dikemukakan oleh Ptolomeus. Oleh karena itulah, N. Copernicus dihukum kurungan seumur hidup oleh otoritas Gereja. Zaman Awal Modern (Abad 16 M) Pada masa ini Kristen yang berkuasa dan menjadi sumber otoritas kebenaran mengalami kehancuran, dan juga awal abad kemunduran bagi umat Islam. Pada masa ini muncullah berbagai pemikiran Yunani antara lain rasionalisme, empirisrme, dan kritisme. Selain itu, masa ini juga memunculkan seorang intelektual yang bernama Gerard Van Cromona yang menyalin buku Ibnu Sina, “The canon of medicine”. Fransiscan Roger Bacon, yang menganut aliran pemikiran empirisme dan realisme berusaha menentang berbagai kebijakan gereja dan penguasa saat itu. Dalam hal ini Galileo dan Copernicus juga mengalami penindasan dari penguasa. Masa ini juga menyebabkan perpecahan dalam agama Kristen, yaitu Kristen Katolik dan Protestan. Pada masa ini, para filsuf jaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari penguasa, tetapi dari diri mereka sendiri. Kemudian, terjadilah perbedaan pendapat dalam memahami aspek tersebut. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio yakni kebenaran pasti berasal dari (akal). Berbeda dengan aliran rasionalisme, aliran empirisme meyakini bahwa pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Kemudian, muncullah aliran kritisisme yang mencoba untuk memadukan kedua pendapat tersebut. Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596- 1650 M) Jaman Modern (Abad 17-18 M) • Pada abad kedelapan belas mulai memasuki perkembangan baru. Filsuf-filsuf pada jaman ini disebut sebagai para empirikus, yang ajarannya lebih menekankan bahwa suatu pengetahuan adalah mungkin karena adanya pengalaman indrawi manusia. Para empirikus besar Inggris antara lain J. Locke (1632-1704), G. Berkeley (1684-1753) dan D. Hume (1711-1776), di Perancis JJ.Rousseau (1712-1778) dan di Jerman Immanuel Kant (1724-1804). • Immanuel Kant dalam karyanya yang berjudul Kritik der reinen vernunft (Ing. Critique of Pure Reason) yang terbit tahun 1781, memberi arah baru mengenai filsafat pengetahuan. Dalam bukunya itu Kant memperkenalkan suatu konsepsi baru tentang pengetahuan. Pada dasarnya dia tidak mengingkari kebenaran pengetahuan yang dikemukakan oleh kaum rasionalisme maupun empirisme, yang salah apabila masing-masing dari keduanya mengkalim secara ekstrim pendapatnya dan menolak pendapat yang lainnya. Dengan kata lain memang pengetahuan dihimpun setelah melalui (aposteriori) sistem penginderaan (sensory system) manusia, tetapi tanpa pikiran murni (a priori) yang aktif tidaklah mungkin tanpa kategorisasi dan penataan dari rasio manusia. Jaman Pos Modern (Abad 18-19 M) • Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas perkembangan pemikiran filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar: rasionalisme, empirisme dan idealisme dengan mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat antara laian: positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, neokantianisme, neo-tomisme dan fenomenologi. Berkaitan dengan filosofi penelitian Ilmu Sosial, aliran yang tidak bisa dilewatkan adalah positivisme yang digagas oleh filsuf A. Comte (1798-1857). Menurut Comte pemikiran manusia dapat dibagi kedalam tiga tahap, yaitu : Teologis, Metafisis, Positif Ilmiah • Bagi era manusia dewasa (modern) ini pengetahuan hanya mungkin dengan menerapkan metode-metode positif ilmiah, artinya setiap pemikiran hanya benar secara ilmiah bilamana dapat diuji dan dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran yang jelas dan pasti sebagaimana berat, luas dan isi suatu benda. Dengan demikian Comte menolak spekulasi “metafisik”, dan oleh karena itu ilmu sosial yang digagas olehnya ketika itu dinamakan “Fisika Sosial” sebelum dikenal sekarang sebagai “Sosiologi”. Bisa dipahami, karena pada masa itu ilmu-ilmu alam (Natural sciences) sudah lebih “mantap” dan “mapan”, sehingga banyak pendekatan dan metode-metode ilmu-ilmu alam yang diambil-oper oleh ilmu-ilmu sosial (Social sciences) yang berkembang sesudahnya. Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut di atas munculah aliran-aliran filsafat, misalnya : “Strukturalisme” dan “Postmodernisme”. Strukturalisme dengan tokoh-tokohnya misalnya Cl. Lévi-Strauss, J. Lacan dan M. Faoucault. Tokoh-tokoh Postmodernisme antara lain. J. Habermas, J. Derida. Kini oleh para epistemolog (ataupun dari kalangan sosiologi pengetahuan) dalam perkembangannya kemudian, struktur ilmu pengetahuan semakin lebih sistematik dan lebih lengkap (dilengkapi dengan, teori, logika dan metode sain), sebagaimana yang dikemukakan oleh Walter L.Wallace dalam bukunya The Logic of Science in Sociology. Dari struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah penelitian (search dan research).
Pada periode ini juga muuncul aliran “Pragmatisme”. Pragmatisme berasal
dari kata pragma yang artinya guna. Maka pragmatisme adalah suatu aliran yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Tokohnya William James (1842-1910) lahir di New York, memperkenalkan ide-idenya tentang pragmatisme kepada dunia. Ia ahli dalam bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi dan filsafat.