Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDU

(Perkembangan Ilmu Pengetahuan)

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Filsafat Keilmuan

Disusun Oleh :
Pratiwi Rahayu
(G4A022032)

Dosen MK : Dr. Ns. Sri Rejeki, M. Kep, Sp., Mat

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia merupakan hasil upaya yang
dilakukan oleh manusia dalam mencari suatu kebenaran atau masalah
yang dihadapi. Kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh manusia
menncari suatu kebenaran atau masalah yang dihadapi pada dasarnya
merupakan kodrat dari manusia itu sendiri atau lebih dikenal sebagai
keinginan. Keinginan yang dimiliki oleh manusia akan memberikan
dorongan bagi manusia itu sendiri untuk mendapatkan segala sesuatu yang
diinginkan. Yang menjadi pembeda antara satu manusia dengan manusia
lainnya adalah upaya yang dilakukan manusia untuk mendapatkan
keinginannya tersebut. (Agus Cahyono et al., 2019)
Manusia pada hakikatnya, akan selalu berusaha meningkatkan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini dilakukan karena dengan
pengetahuan akan menimbulkan kepuasan tersendiri sesuai tuntutan
zaman, tidak hanya sebatas pengetahuan semata, tetapi lebih kepada
pengetahuan dan kebenarannya. Mempelajari segala sesuatu dengan ilmu,
pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk
mendapatkan suatu kebenaran. Kebenaran merupakan keadaan sesuatu
sesuai dengan objek yang sesungguhnya, dengan demikian mempelajari
sesuatu hal melalui pengetahuan (filsafat) merupakan sebuah langkah
untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dan objektif.(Imro’atun
Istikhomah & Wachid, 2021)
Semenjak masa Renaissance yang disusul dengan Aufklaerung (abad
XVIII), filsafat sebagai “induk” cabang-cabang ilmu pengetahuan
ditinggalkan oleh “anak-anaknya” (cabang-cabang ilmu pengetahuan).
Cabang-cabang ilmu pengetahuan bersama “anak kandungnya”
(teknologi) cenderung berdiri secara mandiri. Dalam perjalanannya
kemudian, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mengalami kemajuan
sangat pesat dan menghasilkan temuan-temuan spektakuler, sehingga
berdampak luas terhadap peradaban hidup manusia. (Nafiur Rofiq, n.d.)
Ada kecenderungan, bahwa ilmu pengetahuan dipelajari dan
diterapkan terlepas dari asumsi-asumsi dasar filsafatnya. Berbagai
permasalahan yang timbul –baik teoritis maupun praktis- ditinjau dari
sudut pandang masing-masing disiplin ilmu dan diterjemahkan dengan
bahasa teknisnya sendiri-sendiri. Akibatnya komunikasi antar ilmu
pengetahuan sulit dikembangkan. Lebih dari itu, perkembangan ilmu
pengetahuan amat mempengaruhi kehidupan dan perlu mendapat
perhatian, karena bisa berdampak pada perilaku anti-kemanusiaan atau
mengganggu keseimbangan antar individu dan masyarakat serta
lingkungannya. Misalnya, eksploitasi alam, komersialisasi ilmu,
penerapan iptek yang merusak, dls. (Nafiur Rofiq, n.d.)

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Intruksional Umum
Mahasiswa mampu mengetahui ilmu pengetahuan,, perkembangan dan
sejarah ilmu pengetahuan.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Ilmu Pengetahuan

C. Metode Penulisan
Pada metode penulisan makalah ini kami mengumpulkan referensi
yang relevan dari jurnal, buku, dan artikel.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari poin-poin yang
penting, diantaranya yaitu;
BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan teori berisi konsep dasar Ilmu Pengetahuan
BAB III : Penutup
Kesimpulan
BAB II
KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan


1. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan lahir sejak manusia pertama diciptakan, maka
perkembangannya sejak jaman purba. Secara garis besar, Amsal Bakhtiar
membagi periodeisasi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan menjadi
empat periode: pada zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada zaman
renaisans dan modern, dan pada zaman kontemporer. Sedangkan George
J. Mouly membagi perkembangan ilmu menjadi tiga (3) tahap yaitu
animisme, ilmu empiris dan ilmu teoritis. George J. Mouly dalam
bukunya Jujun S Suriasumantri, (1985:87) menjelaskan bahwa permulaan
ilmu dapat ditelusuri sampai pada permulaan manusia. (Karim, 2014)
a. Periode Yunani
Yunani kuno adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa
memilki peradaban. Oleh karenanya Yunani kuno sangat identik
dengan filsafat yang merupakan induk dari ilmu pengetahuan.
Filsafat dijadikan sebagai landasan berfikir oleh bangsa Yunani
untuk menggali ilmu pengetahuan. Karena itu, periode
perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk
memasuki peradaban baru umat manusia. Zaman ini berlangsung
dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini
menggunakan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang
menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak menerima pengalaman
yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima
segitu saja). Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur.
Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya.
Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan yang terkemuka. Di
antaranya adalah Thales (624-545 SM), Pythagoras (580 SM–500
SM), Pythagoras (580 SM–500 SM), Plato (427 SM-347 SM),
Aristoteles (384 SM- 322 SM).
b. Periode Islam
Tidak terbantahkan bahwa Islam sesungguhnya adalah ajaran
yang sangat cinta terhadap ilmu pengetahuan, hal ini sudah terlihat
dari pesan yang terkandung dalam al-Qur’an yang diwahyukan
pertama kali kepada Nabi Muhammad saw, yaitu surat al-‘Alaq
dengan diawali kata perintah iqra yang berarti (bacalah). Gairah
intelektualitas di dunia Islam ini berkembang pada saat Eropa dan
Barat mengalami titik kegelapan.
Menurut Harun Nasution, keilmuan berkembang pada zaman
Islam klasik (650-1250 M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi
tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat
dalam al-Qur`an dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi
yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang
berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman
Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia
(Syiria), dan Bactra (Persia). Sedangkan W. Montgomery Watt
menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir
diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan
filsafat Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. Terdapat
sebuah sekolah terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian
dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan kemudian pada sekitar tahun
900 M ke Baghdad.
Sekitar abad ke 6-7 Masehi obor kemajuan ilmu pengetahuan
berada di pangkuan perdaban Islam. Dalam lapangan kedokteran
muncul nama-nama terkenal seperti: Al-H}āwī karya al-Rāzī (850-
923) merupakan sebuah ensiklopedi mengenai seluruh
perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya.22 Rhazas
mengarang suatu Encyclopedia ilmu kedokteran dengan judul
Continens, Ibnu Sina (980-1037) menulis buku-buku kedokteran (al-
Qonun) yang menjadi standar dalam ilmu kedokteran di Eropa. Al-
Khawarizmi (Algorismus atau Alghoarismus) menyusun buku
Aljabar pada tahun 825 M, yang menjadi buku standar beberapa
abad di Eropa. Ia juga menulis perhitungan biasa (Arithmetics), yang
menjadi pembuka jalan penggunaan cara desimal di Eropa untuk
menggantikan tulisan Romawi. Ibnu Rushd (1126-1198) seorang
filsuf yang menterjemahkan dan mengomentari karya-karya
Aristoteles. Al Idris (1100-1166) telah membuat 70 peta dari daerah
yang dikenal pada masa itu untuk disampaikan kepada Raja Boger II
dari kerajaan Sicilia.
Menurut Felix Klein-Franke, al-Kindī berjasa membuat filsafat
dan ilmu Yunani dapat diakses dan membangun fondasi filsafat
dalam Islam dari sumber-sumber yang jarang dan sulit, yang
sebagian di antaranya kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh
al-Fārābī. Al-Kindī sangat ingin memperkenalkan filsafat dan sains
Yunani kepada sesama pemakai bahasa Arab, seperti yang sering dia
tandaskan, dan menentang para teolog ortodoks yang menolak
pengetahuan asing.
Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam
filsafat Kristen daripada filsafat Islam. Dalam filsafat Islam dia
sudah berakhir, dalam filsafat Kristen dia baru lahir. Pengaruhnya di
Eropa sangat besar, bukan hanya terhadap para skolastik, tetapi juga
pada sebagian besar pemikir-pemikir bebas non-profesional, yang
menentang keabadian dan disebut Averroists. Di Kalangan filosof
profesional, para pengagumnya pertama-tama adalah dari kalangan
Franciscan dan di Universitas Paris. Rasionalisme Ibn Rushd inilah
yang mengilhami orang Barat pada abad pertengahan dan mulai
membangun kembali peradaban mereka yang sudah terpuruk
berabad-abad lamanya yang terwujud dengan lahirnya zaman
pencerahan atau renaisans.
c. Masa renaisans dan modern
Michelet, sejarahwan terkenal, adalah orang pertama yang
menggunakan istilah renaisans. Para sejarahwan biasanya
menggunakan istilah ini untuk menunjuk berbagai periode
kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi
di Italia sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Agak sulit menentukan
garis batas yang jelas antara abad pertengahan, zaman renaisans, dan
zaman modern. Sementara orang menganggap bahwa zaman modern
hanyalah perluasan dari zaman renaisans.
Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang
terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad
modern. Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan
kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan
ilmu. Ciri utama renaisans yaitu humanisme, individualisme,
sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme. Sains berkembang
karena semangat dan hasil empirisisme, sementara Kristen semakin
ditinggalkan karena semangat humanisme.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah
berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan
kebangkitan kembali (renaisance) pusaka Yunani di Eropa pada abad
ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah
melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian
diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Walaupun Islam
akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam,
tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa.
Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan
Yunani klasik (renaisance) pada abad ke-14 M, rasionalisme pada
abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M.
d. Periode Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung
hingga saat ini. Zaman ini ditandai dengan adanya
teknologiteknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin
tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati
kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf.
Sebagian besar aplikasi ilmu dan teknologi di abad 21 merupakan
hasil penemuan mutakhir di abad 20. Pada zaman ini, ilmuwan yang
menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika
menjadi titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan
yang paling terkenal pada abad ke-20 adalah Albert Einstein. Ia lahir
pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal pada tanggal 18 April
1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah seorang ilmuwan
fisika. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak
menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika
statistik, dan kosmologi.
Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun
1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan
“pengabdiannya bagi Fisika Teoretis”. Karyanya yang lain berupa
gerak Brownian, efek fotolistrik, dan rumus Einstein yang paling
dikenal adalah E=mc². Di artikel pertamanya di tahun1905 bernama
“On the Motion-Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat-
of Small Particles Suspended in a Stationary Liquid“, mencakup
penelitian tentanggerakan Brownian. Menggunakan teori kinetik
cairan yang pada saat itu kontroversial, dia menetapkan bahwa
fenomena, yang masih kurang penjelasan yang memuaskan setelah
beberapa dekade setelah ia pertama kali diamati, memberikan bukti
empirik (atas dasar pengamatan dan eksperimen) kenyataan pada
atom. Dan juga meminjamkan keyakinan pada mekanika statistika,
yang pada saat itu juga kontroversial.
Pada zaman ini juga melihat integrasi fisika dan kimia, pada
zaman ini disebut dengan “Sains Besar”. Linus Pauling (1953)
mengarang sebuah buku yang berjudul The Nature of Chemical
Bond menggunakan prinsip-prinsip mekanika kuantum. Kemudian,
karya Pauling memuncak dalam pemodelan fisik DNA, “rahasia
kehidupan”. Pada tahun ini juga James D. Watson, Francis Crick dan
Rosalind Franklin menjelaskan struktur dasar DNA, bahan genetik
untuk mengungkapkan kehidupan dalam segala bentuknya. Hal ini
memicu rekayasa genetika yang dimulai tahun 1990 untuk
memetakan seluruh manusia genom (dalam Human Genome Project)
dan telah disebut-sebut sebagai berpotensi memiliki manfaat medis
yang besar.
Selain kimia dan fisika, teknologi komunikasi dan informasi
berkembang pesat pada zaman ini. Sebut saja beberapa penemuan
yang dilansir oleh nusantaranews.wordpress.com sebagai penemuan
yang merubah warna dunia, yaitu: Listrik, Elektronika (transistor
dan IC), Robotika (mesin produksi dan mesin pertanian), TV dan
Radio, Teknologi Nuklir, Mesin Transportasi, Komputer, Internet,
Pesawat Terbang, Telepon dan Seluler, Rekayasa Pertanian dan
DNA, Perminyakan, Teknologi Luar Angkasa, AC dan Kulkas,
Rekayasa Material, Teknologi Kesehatan (laser, IR, USG), Fiber
Optic, dan Fotografi (kamera, video). Kini, penemuan terbaru di
bidang Teknologi telah muncul kembali. sumber lain telah
memberitakan penemuan “Memristor”. Ini merupakan penemuan
Leon Chua, profesor teknik elektro dan ilmu komputer di University
of California Berkeley. Keberhasilan itu menghidupkan kembali
mimpi untuk bisa mengembangkan sistem-sistem elektronik dengan
efisiensi energi yang jauh lebih tinggi daripada saat ini. Caranya,
memori yang bisa mempertahankan informasi bahkan ketika power-
nya mati, sehingga tidak perlu ada jeda waktu untuk komputer untuk
boot up, misalnya, ketika dinyalakan kembali dari kondisi mati. Hal
ini digambarkan seperti menyala-mematikan lampu listrik, ke depan
komputer juga seperti itu (bisa dihidup-matikan dengan sangat
mudah dan cepat).

2. Pengertian Ilmu Pengetahuan


llmu berasal dari bahasa Arab: ‘alama. Arti dari kata ini adalah
pengetahuan. Dalam Bahasa Indonesia, ilmu sering disamakan dengan
sains yang berasal dari Bahasa inggris science. Kata science itu sendiri
berasal dari Bahasa Yunani yaitu scio, scire, yang artinya pengetahuan.
Berdasarkan Oxford Dictionary ilmu didefinisikan sebagai aktivitas
intelektual dan praktis yang meliputi studi sistematis tentang struktur dan
perilaku dari dunia fisik dan alam melalui pengamatan dan percobaan.
(Blackburn, 2005 dalam (Rahman, 2020).
Pengetahuan berasal dari kata “tahu”, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata tahu memiliki arti antara lain mengerti sesudah melihat
(menyaksikan, mengalami, dan sebagainya), mengenal dan mengerti.
Mubarak (2011) mendefinisikan pengetahuan sebagai segala sesuatu
yang diketahui berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan
pengetahuan akan bertambah sesuai dengan proses pengalaman yang
dialaminya. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman
penelitian tertulis bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoadmojo, 2003; Suwanti dan Aprilin, 2017 dalam (Agus Cahyono et
al., 2019) ).
Ilmu merupakan suatu pengetahuan, sedangkan pengetahuan
merupakan informasi yang didapatkan dan segala sesuatu yang diketahui
manusia. Itulah bedanya dengab ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan
pengetahuan yang berupa infomasi yang didalami sehingga menguasi
pengetahuan tersebut menjadi suatu ilmu. (Rahman, 2020)
Nuroh (2017) mendefinisikan ilmu pengetahuan adalah suatu
hasil tau dari manusia atas penggabungan atau kerjasama antara suatu
subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Segenap apa yang
diketahui oleh objek tertentu. Ilmu pengetahuan merupakan seluruh usaha
sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini
dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu bukan
sekedar pengetahuan, tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik di uji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
(Rahman, 2020)
Menurut T. Jacob, ilmu pengetahuan merupakan suatu sistem
yang dikembangkan manusia mengenai hidup dan lingkungannya,
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta menyesuaikan
lingkungan dengan dirinya dalam rangka strategi pengembangan
hidupnya. Sementara itu teknologi merupakan konsekUensi lebih lanjut
yang merupakan penerapan daripada ilmu, baik modern maupun folk-
science. (Nafiur Rofiq, n.d.)
Daoed Joesoef menambahkan bahwa ilmu pengetahuan adalah
penerapan yang selogis mungkin dari nalar manusia. Nalar manusia di
mana pun sama tetapi penerapannya berbeda. Bila sistem nilai berbeda
antara masyarakat yang satu dengan yang lain, maka pengetahuan ilmiah
dan mentalitas teknologi berbeda menurut tingkat kemajuan masyarakat
yang bersangkutan. Untuk itu diperlukan pembentukan ilmu pengetahuan
yang tidak hanya sebagai produk tetapi lebih sebagai proses. ilmu
pengetahuan mempunyai makna sebagai produk, proses, dan masyarakat.
Ilmu pengetahuan sebagai produk maksudnya, pengetahuan yang telah
diakui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan. Dari sini ilmu
pengetahuan mengandung kemungkina untuk disepakati dan terbuka
untuk diteliti, diuji atau dibantah orang lain. Oleh karena itu tidak
mungkin suatu fakta ilmiah itu bersifat original, yang original adalah
penemuan dari fakta ilmiah itu sendiri, sehingga timing dari suatu
penemuan atau publikasi menjadi penting di sini. (Nafiur Rofiq, n.d.)

3. Tujuan Ilmu Pengetahuan


Tujuan ilmu pengetahuan adalah mencari penjelasan dari gejala-gejala yang
ditemukan, yang memungkinkan untuk mengetahui sepenuhnya akan hakikat
objek yang dihadapi. Pengetahuan itu memungkinkan manusia untuk mengerti
dan memberikan alat untuk menguasai suatu masalah. Hal ini berlaku bagi
ilmu-ilmu alam maupun sosial. (Nafiur Rofiq, n.d.)

4. Komponen Pengetahuan
Adapun menurut Bahm (dikutip dalam Lake et al, 2017), definisi ilmu
pengetahuan melibatkan enam macam komponen utama, yaitu masalah
(problem), sikap (attitude), metode (method), aktivitas (activity),
kesimpulan (conclusion), dan pengaruh (effects). (Agus Cahyono et al.,
2019)
a. Masalah (problem)
Ada tiga karakteristik yang harus dipenuhi untuk menunjukkan
bahwa suatu masalah bersifat scientific, yaitu bahwa masalah
adalah sesuatu untuk dikomunikasikan, memiliki sikap ilmiah, dan
harus dapat diuji.

b. Sikap (attitude)
Karakteristik yang harus dipenuhi antara lain adanya rasa ingin
tahu tentang sesuatu; ilmuwan harus mempunyai usaha untuk
memecahkan masalah; bersikap dan bertindak objektif, dan sabar
dalam melakukan observasi
c. Metode (method)
Metode ini berkaitan dengan hipotesis yang kemudian diuji. Esensi
science terletak pada metodenya. Science merupakan sesuatu yang
selalu berubah, demikian juga metode, bukan merupakan sesuatu
yang absolut atau mutlak.
d. Aktivitas (activity)
Science adalah suatu lahan yang dikerjakan oleh para scientific
melalui scientific research, yang terdiri dari aspek individual dan
sosial.
e. Kesimpulan (conclusion)
Science merupakan a body of knowledge. Kesimpulan yang
merupakan pemahaman yang dicapai sebagai hasil pemecahan
masalah adalah tujuan dari science, yang diakhiri dengan
pembenaran dari sikap, metode, dan aktivitas.
f. Pengaruh (effects)
Apa yang dihasilkan melalui science akan memberikan pengaruh
berupa pengaruh ilmu terhadap ekologi (applied science) dan
pengaruh ilmu terhadap masyarakat dengan membudayakannya
menjadi berbagai macam nilai.
Ilmu pengetahuan lahir dari pengembangan suatu permasalahan
(problems) yang dapat dijadikan sebagai kegelisahan akademik. Atas
dasar problem, para ilmuwan memiliki suatu sikap (attitude) untuk
membangun metode-metode dan kegiatankegiatan (method and activity)
yang bertujuan untuk melahirkan suatu penyelesaian kasus (conclusions)
dalam bentuk teori-teori, yang akan memberikan pengaruh (effects) baik
terhadap ekologi maupun terhadap masyarakat.
Seluruh bentuk ilmu pengetahuan dapat digolongkan kedalam kategori
ilmu pengetahuan dimana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh
karakteristik obyek ontologis, landasan epistemologis, dan landasan
aksiologis. Salah satu dari bentuk ilmu pengetahuan ditandai dengan:
a. Obyek Ontologis : yaitu pengalaman manusia yakni segenap wujud
yang dapat dijangkau lewat panca indra atau alat yang membantu
kemampuan panca indra.
b. Landasan Epistemologis : metode ilmiah yang berupa gabungan
logika deduktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut logico
hypotetico verifikasi.
c. Landasan Aksiologis : kemaslahatan umat manusia artinya segenap
wujud ilmu pengetahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan
hidup manusia.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Perkembangan ilmu sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari rasa
keingintahuan yang besar diiringi dengan usaha-usaha yang sungguh-sungguh
melalui penalaran, percobaan, penyempurnaan, dan berani mengambil resiko tinggi
sehingga menghasilkan penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi suatu generasi
dan menjadi acuan pertimbangan bagi generasi selanjutnya untuk mengoreksi,
menyempurnakan, mengembangkan, dan menemukan penemuan selanjutnya. Faktor-
faktor inilah yang kemudian menjadi spirit dan motivasi bagi pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Hal penting yang perlu dicatat dalam hal ini adalah bahwa pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan pengembangan moralitas
spiritual, karena sebagaimana kita tahu bahwa Ilmu pengetahuan hakekatnya adalah
bebas nilai, tergantung bagaimana manusia mempergunakannya. Ilmu pengetahuan
bisa berdampak positif, tetapi ia juga dapat memiliki dampak negatif bagi kehidupan
manusia. Dampak positifnya adalah dapat semakin mempermudah dan memberikan
kenyamanan dalam kehidupan manusia, sementara dampak negatifnya adalah dapat
menghancurkan tatanan kehidupan manusia itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Cahyono, E., Studi Ilmu Keperawatan, P., Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang,
S., Korespondensi, A., Veteran Mancar, J., Peterongan, K., Jombang, K., & Timur, J.
(2019). PENGETAHUAN ; ARTIKEL REVIEW. In Jurnal Keperawatan (Vol. 12,
Issue 1).

Imro’atun Istikhomah, R., & Wachid, A. (2021). Filsafat Sebagai Landasan Ilmu dalam
Pengembangan Sains. Jurnal Filsafat Indonesia, 4.

Karim, A. (2014). SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN (Vol. 2, Issue


1).

Nafiur Rofiq, M. (n.d.). PERANAN FILSAFAT ILMU BAGI PERKEMBANGAN ILMU


PENGETAHUAN.

Rahman, M. T. (2020). Filsafat Ilmu Pengetahuan. https://books.google.co.id/books?


hl=en&lr=&id=0OlxEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq=pdf+pengertian+ilmu+pen
getahuan+filsafat&ots=sBoMaSgw4r&sig=nyMXCX2RxwFRPBOAP_gi8v6oHvI&r
edir_esc=y#v=onepage&q&f=false

Anda mungkin juga menyukai