Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

A. Pendahuuan
Eksistensi ilmu pengetahuan tidak lepas dari sejarah perkembangannya yang merupakan
sebuah proses panjang tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan itu sendiri. Pada setiap
fase perkembangan ilmu pengetahuan muncul sesuatu yang baru dan memilki karakteristik di
setiap masanya. Karakteristik tersebut adalah hasil dari sebuah pergumulan budaya yang terjadi
dalam dinamika sosial. Tentu hal itu tidak bisa lepas dari berbagai pengaruh sosial, budaya, dan
politik yang berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan
demikian perkembangan ilmu pengetahuan dapat diperiodesasikan sesuai dengan dinamika yang
ada yaitu periode Yunani kuno, periode Islam, periode renaisans dan modern, dan periode
kontemporer.

Idealnya sejarah adalah rekam jejak tentang semua rentetan peristiwa yang telah terjadi,
yang berfungsi untuk mengungkapkan segala sesuatu sesuai fakta yang ada tanpa adanya distorsi
sedikitpun, namun dalam kenyataannya terkadang sejarah hanya mengungkap sepenggal saja
atau tidak utuh dari rentetan peristiwa tersebut dan tidak bisa lepas sepenuhnya dari
pengaruhpengaruh kondisi sosial politik tertentu. Apalagi sejarah yang dimaksud dalam
pembahasan ini adalah sejarah atau periodisasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan yang
merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Untuk itu, perlu adanya upaya yang
sungguh-sungguh dalam mengungkap fakta sejarah yang ada. Dalam konsepsi agama ilmu
pengetahuan lahir sejak diciptakannya manusia pertama yaitu Adam, 1kemudian berkembang
menjadi sebuah ilmu atau ilmu pengetahuan. Pada hakekatnya ilmu pengetahuan lahir karena
hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Hasrat ingin tahu ini timbul oleh karena tuntutan dan
kebutuhan dalam kehidupan yang terus berkembang. Secara teoritis perkembangan ilmu
pengetahuan selalu mengacu kepada peradaban Yunani. Hal ini didukung oleh beberapa faktor,
di antaranya adalah mitologi bangsa Yunani, kesusastraan Yunani, dan pengaruh ilmu
pengetahuan pada waktu itu yang sudah sampai di Timur Kuno. Terjadinya perkembangan ilmu
pengetahuan di setiap periode ini dikarenakan pola pikir manusia yang mengalami perubahan
dari mitos-mitos menjadi lebih rasional.2Manusia menjadi lebih proaktif dan kreatif menjadikan
alam sebagai objek penelitian dan pengkajian. Oleh Karena itu, dalam makalah yang singkat ini,
penulis akan menjelaskan tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan tersebut sesuai dan
kemampuan yang penulis miliki, tentunya penulis yakin hal ini masih jauh darikesempurnaan.

B. Pembahasan

1
Lihat:Al-Qur‟anSuratAl-Baqarahayat30-33
2
George J. Mouly, Perkembangan Ilmu, dalam Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan Tentang
Hakekat Ilmu, Jujun S. Suriasumantri, (Jakarta: Gramedia, 1991), hlm. 87
Di kalangan para ahli sejarah banyak pendapat yang beragam dalam mendefinisikan
tentang sejarah, namun dapat penulis simpulkan bahwa pada intinya sejarah adalah
kesinambungan atau rentetan suatu peristiwa/ kejadian antara masa lampau, masa sekarang dan
masa depan. Hal ini dapat diketahui dari segi kronologis dan geografis, yang bisa dilihat dengan
kurun waktu dimana sejarah itu terjadi. Dalam setiap periode sejarah pekembangan ilmu
pengetahuan memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu. Tetapi dalam pembagian periodisasi
perkembangan ilmu pengetahuan ada perbedaan dalam berbagai literature yang ada. Maka dari
itu, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu pengetahuan secara mudah, di sini telah
dilakukan elaborasi dan klasifikasi atau pembagian secara garis besar. Berikut adalah uraian
singkat dari masing-masing periode atau sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari masa ke
masa. Kalau pengetahuan lahir sejak manusia pertama diciptakan, maka perkembangannya sejak
jaman purba. Secara garis besar, Amsal Bakhtiar membagi periodeisasi sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada
zaman renaisans dan modern, dan pada zaman kontemporer. 3Sedangkan George J. Mouly
membagi perkembangan ilmu menjadi tiga (3) tahap yaitu animisme, ilmu empiris dan ilmu
teoritis. George J. Mouly dalam bukunya Jujun S Suriasumantri, 4menjelaskan bahwa permulaan
ilmu dapat ditelusuri sampai pada permulaan manusia. Tak diragukan lagi bahwa manusia purba
telah menemukan beberapa hubungan yang bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk
mengerti keadaan

Berbeda lagi dalam bukunya Prof. Dr. Sutarjo A. Wiramiharja, Psi. membagi sejarah
perkembangan filsafat itu menjadi lima (5) periode, yaitu: Pertama, Zaman Yunani Kuno, (600
SM-200 M). Kedua, Zaman Patristik dan Pertengahan (200 M-1600 M). Ketiga, Zaman Modern
(1600 M-1800 M). Keempat, Zaman Baru (1800 M-1950 M). Kelima, Zaman Pasca-Modern
(1950 M- Sekarang).5Usaha mula-mula di bidang keilmuan yang tercatat dalam lembaran sejarah
dilakukan oleh bangsa Mesir dimana banjir Sungai Nil terjadi tiap tahun ikut menyebabkan
berkembangnya sistem almanak, geometri dan kegiatan survey.6George J. Mouly menjelaskan
bahwa pada tahap animisme, manusia menjelaskan gejala yang ditemuinya dalam kehidupan
sebagai perbuatan dewa-dewi, hantu dan berbagai makhluk halus. Pada tahap inilah pola pikir
mitosentris masih sangat kental mewarnai pemikiran bangsa Yunani sebelum berubah menjadi
logosentris. Sebagai contoh, gempa bumi pada saat itu tidak dianggap fenomena alam biasa,
tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat
diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi
aktivitas alam yang terjadi secara kualitas. 7Dari hal tersebut diketahui bahwa proses berpikir
manusiamenuntutmerekauntukmenemukansebuahmetodebelajardaripengalamandan

3
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013 edisi revisi), hlm. 21-27.
4
Op. cit. hal. 87
5
Prof. Dr. Sutarjo A. Wiramiharja, Psi., Pengantar Filsafat: Sistematika Sejarah Filsafat Logika dan Filsafat Ilmu
(Epistemologi) Metafisika dan Filsafat Manusia Aksiologi, (Bandung: PT. Rafika Aditama, 2006), hlm. 45-77
6
George J. Mouly, Perkembangan Ilmu, dalam Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan Tentang
Hakekat Ilmu, Jujun S. Suriasumantri, (Jakarta: Gramedia, 1991), hlm. 87
7
Ibid.
memunculkan keinginan untuk menyusun sesuatu hal secara empiris, serta dapat diukur. Dalam
sejarah mencatat bangsa Yunanilah yang pertama diakui oleh dunia sebagai perintis terbentuknya
ilmu karena telah berhasil menyusunnya secara sistematis. Implikasi dari hal tersebut manusia
akan mencoba merumuskan semua hal termasuk asal-muasal mitos-mitos karena mereka
menyadari bahwa hal tersebut dapat dijelaskan asalusulnya dan kondisi sebenarnya. Sehingga
sesuatu hal yang tidak jelas yang hanya berupa tahu atau pengetahuan dapat dibuktikan
kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan pada saat itu. Dari sinilah awal kemenangan
ilmu pengetahuan atas mitos-mitos, dan kepercayaan tradisional yang berlaku di
masyarakat.8Sedangkan perkembangan sejarah ilmu pengetahuan menurut amsal bakhtiar yang
dibagi menjadi empat periode dijelaskan sebagaiberikut:

1. Periode Yunani Kuno


Yunani kuno adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa memiliki peradaban. Oleh
karenanya Yunani kuno sangat identik dengan filsafat yang merupakan induk dari ilmu
pengetahuan. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah berkembang jauh
sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan
mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang
pengaruhnya terasa hingga sekarang. Menurut Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak
ada yang begitu mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di
Yunani secara mendadak. Memang banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan tahun di
Mesir dan Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai kemudian bangsa
Yunanilah yang menyempurnakannya.9Seiring dengan berkembangannya waktu, filsafat
dijadikan sebagai landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan,
sehingga berkembang pada generasi-generasi setelahnya. Itu ibarat pembuka pintu-pintu
aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Karena itu, periode
perkembangan filsafat Yunani merupakan entry point untuk memasuki peradaban baru umat
manusia.10Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini
menggunakan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu
secara kritis), dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude
(sikap menerima segitu saja). Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani
mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya. Perkembangan ilmu pengetahuan
hingga seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses
bertahap, dan evolutif. Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan yang terkemuka. Di
antaranya adalah: a. Thales (624-545 SM). Kurang lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Isa
(Yesus) terlahir, muncul sosok pertama dari tridente Miletus yaitu Thales yang menggebrak

8
George J. Mouly, Perkembangan Ilmu, dalam Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan Tentang
Hakekat Ilmu, Jujun S. Suriasumantri, (Jakarta: Gramedia, 1991), hlm. 87
9
Lihat: Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno
Hingga Sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 3-4.
10
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013 edisi revisi), hlm. 22
cara berfikir mitologis masyarakat Yunani dalam menjelaskan segala sesuatu. Sebagai
Saudagar-Filosof, Thales amat gemar melakukan rihlah. Ia bahkan pernah melakukan
lawatan ke Mesir. Thales adalah filsuf pertama sebelum masa Socrates. Menurutnya zat
utama yang menjadi dasar segala materi adalah air. Pada masanya, ia menjadi filsuf yang
mempertanyakan isi dasar alam. b. Pythagoras (580 SM–500 SM) Pythagoras lahir di Samos
(daerah Ioni), tetapi kemudian berada di Kroton (Italia Selatan). Ia adalah seorang
matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai
Bapak Bilangan, dan salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema
Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah
sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di
dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini
dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini
secara matematis. Selain itu, Pythagoras berhasil membuat lembaga pendidikan yang disebut
Pythagoras Society. Selain itu, dalam tonggak awal berkembangnnya ilmu pengetahuan
dalam sejarah peradaban umat manusia. Perkembangan ilmu ini dilatarbelakangi dengan
perubahan paradigma dan pola pikir yang berkembang saat itu. Sebelumnya bangsa Yunani
masih diselemuti oleh pola pikir mitosentris, namun pada abad ke 6 SM di Yunani lahirlah
filsafat yang dikenal dengan the greek miracle. Dengan paradigma ini, ilmu pengetahuan
berkembang sangat pesat karena menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio dan
meninggalkan kepercayaan terhadap mitologi atau tahayul yang irrasional. ilmu ukur dan
aritmatika ia berhasil menyumbang teori tentang bilangan, pembentukan benda, dan
menemukan hubungan antara nada dengan panjang dawai. 11c. Socrates (469 SM-399 SM)
Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari
Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato
pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. sumbangsih Socrates yang terpenting bagi
pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos,
yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates
dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara
umum.12Periode setelah Socrates ini disebut dengan zaman keemasan kelimuan bangsa
Yunani, karena pada zaman ini kajian-kajian kelimuan yang muncul adalah perpaduan antara
filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah Plato (429-
347 SM), yang sekaligus murid Socrates.13d. Plato (427 SM-347 SM) Ia adalah murid
Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (Politeia) di
mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan ideal. Selain itu, ia juga
menulis tentang Hukum dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.
Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini
tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya
sangatsempurna.
11
Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hlm. 19
12
W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad Pertengahan, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 60-61
13
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, hlm. 30
Plato, yang hidup di awal abad ke-4 S.M., adalah seorang filsuf earliest (paling tua) yang
tulisan-tulisannya masih menghiasi dunia akademisi hingga saat ini. Karyanya Timaeus
merupakan karya yang sangat berpengaruh di zaman sebelumnya; dalam karya ini ia
membuat garis besar suatu kosmogoni yang meliputi teori musik yang ditinjau dari sudut
perimbangan dan teori-teori fisika dan fisiologi yang diterima pada saat itu. 14e. Aristoteles
(384 SM- 322 SM) Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari
Alexander yang Agung. Ia memberikan kontribusi di bidang Metafisika, Fisika, Etika,
Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam. Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama
yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis.
Sementara itu, di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah
gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Dari kontribusinya, yang paling penting
adalah masalah logika dan Teologi (Metefisika). Logika Aristoteles adalah suatu sistem
berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai
dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian
ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif
(inductive thinking). Logika yang digunakan untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan
yang dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan pada susunan pikir. Masa keemasan kelimuan
bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia berhasil menemukan
pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem:
logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis
bahasa yang disebut silogisme (syllogisme).15Selain nama-nama di atas, masih ada filosof-
filosof seperti Anaximander (610 SM-546 SM) dengan diktum falsafinya bahwa permulaan
yang pertama, tidaklah bisa ditentukan (Apeiron), karena tidaklah memiliki sifat-sifat zat
yang ada sekarang. Anaximenes yang hidup pada abad ke 6 SM., masih satu generasi dengan
Anaximander, ia berpendapat bahwa zat yang awal ada adalah udara. Ia menganggap bahwa
semuanya di alam semesta dirasuki dengan udara. Demokreitos (460-370 SM), ia
mengembangkan teori mengenai atom sebagai dasar materi, sehingga ia dikenal sebagai
“Bapak Atom Pertama”. Empedokles (484-424 SM) adalah seorang filsuf Yunani
berpendapat bahwa materi terdiri atas empat unsur dasar yang ia sebut sebagai akar, yaitu air,
tanah, udara, dan api. Selain itu, ia menambahkan satu unsur lagi yang ia sebut cinta (philia).
Hal ini dilakukannya untuk menerangkan adanya keterikatan dari satu unsur ke unsur
lainnya. Empedokles juga dikenal sebagai peletak dasar ilmu-ilmu fisika dan biologi pada
abad 4 dan 3 SM. Dan juga Archimedes, (sekitar 287-212 SM) ia adalah seorang ahli
matematika, astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur berbangsa Yunani. Archimedes
dianggap sebagai salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa, hal ini didasarkan pada
temuannya berupa prinsip matematis tuas, sistem katrol (yang didemonstrasikannya dengan
menariksebuahkapalsendiriansaja),danulirpenak,yaiturancanganmodelplanetarium

14
Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),
cetakan ke-4, hlm. 10
15
Ibid., hlm. 30
yang dapat menunjukkan gerak matahari, bulan, planet-planet, dan kemungkinan konstelasi
di langit. Dari karya-karyanya yang bersifat eksperimental, ia kemudian dijuluki sebagai
Bapak IPA Eksperimental.16Sebelum masuk periode Islam ada yang menyebut sebagai
periode pertengahan. Zaman ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya. Karena awal
mula zaman ini pada abad 6 M sampai sekitar abad 14 M. Zaman ini disebut dengan zaman
kegelapan (The Dark Ages). Zaman ini ditandai dengan tampilnya para Theolog di lapangan
ilmu pengetahuan. Sehingga para ilmuwan yang ada pada zaman ini hampir semua adalah
para Theolog. Begitu pula dengan aktifitas keilmuan yang mereka lakukan harus berdasar
atau mendukung kepada agama. Ataupun dengan kata lain aktivitas ilmiah terkait erat dengan
aktivitas keagamaan. Pada zaman ini filsafat sering dikenal dengan sebagai Anchilla
Theologiae (Pengabdi Agama). Selain itu, yang menjadi ciri khas pada masa ini adalah
dipakainya karya-karya Aristoteles dan Kitab Suci sebagaipegangan.

2. Periode Islam.
Tidak terbantahkan bahwa Islam sesungguhnya adalah ajaran yang sangat cinta terhadap
ilmu pengetahuan, hal ini sudah terlihat dari pesan yang terkandung dalam al-Qur‟an yang
diwahyukan pertama kali kepada Nabi Muhammad saw, yaitu surat al-„Alaq dengan diawali
kata perintah iqra yang berarti (bacalah). Gairah intelektualitas di dunia Islam ini
berkembang pada saat Eropa dan Barat mengalami titik kegelapan, Sebagaimana dikatakan
oleh Josep Schumpeter dalam buku magnum opusnya yang menyatakan adanya great gap
dalam sejarah pemikiran ekonomi selama 500 tahun, yaitu masa yang dikenal sebagai dark
ages. Masa kegelapan Barat itu sebenarnya merupakan masa kegemilangan umat Islam, suatu
hal yang berusaha disembunyikan oleh Barat karena pemikiran ekonom Muslim pada masa
inilah yang kemudian banyak dicuri oleh para ekonom Barat. 17Pada saat itulah di Timur
terutama di wilayah kekuasaan Islam terjadi perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat. Di
saat Eropa pada zaman Pertengahan lebih berkutat pada isu-isu keagamaan, maka peradaban
dunia Islam melakukan penterjemahan besar-besaran terhadap karya-karya filosof Yunani,
dan berbagai temuan di lapangan ilmiah lainnya. 18Menurut Harun Nasution, keilmuan
berkembang pada pergerakan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari semboyan yang
berlaku bagi ilmu pada masa itu adalah ancillla theologia atau abdi agama. Atau dengan kata
lain, kegiatan ilmiah tersebut diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Agama Kristen
menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan
kebenaran sejati. Inilah yang dianggap sebagai salah satu penyebab masa ini disebut dengan
Abad gelap (dark age). Usaha-usaha menghidupkan kembali keilmuanhanya sesekali

16
Jadiwijaya, “Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan” dalam
websitehttp://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/2010/06/02/sejarah-perkembanganilmu/ diakses 16
September 2014.
17
Joseph A. Schumpeter, A History of Economic Analysis, (New york : Oxford University Press, 1954), bandingkan
dengan Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), Edisi Ke-3, hlm
10-11
18
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm.
85. Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2002), cet. Ke-2, hlm.
128
dilakukan oleh raja-raja besar seperti Alfred dan Charlemagne. Zaman Islam klasik (650-
1250 M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan
akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi
yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat
peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur
(Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia).19Sedangkan W. Montgomery Watt
menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab
pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan di berbagai pusat
belajar. Terdapat sebuah sekolah terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan
pertama kali ke Syiria, dan kemudian pada sekitar tahun 900 M ke Baghdad. 20Sekitar abad ke
6-7 Masehi obor kemajuan ilmu pengetahuan berada di pangkuan perdaban Islam. Dalam
lapangan kedokteran muncul nama-nama terkenal seperti: Al-Hāwī karya al-Rāzī (850-923)
merupakan sebuah ensiklopedi mengenai seluruh perkembangan ilmu kedokteran sampai
masanya.21Rhazas mengarang suatu Encyclopedia ilmu kedokteran dengan judul Continens,
Ibnu Sina (980-1037) menulis buku-buku kedokteran (al-Qonun) yang menjadi standar dalam
ilmu kedokteran di Eropa. Al-Khawarizmi (Algorismus atau Alghoarismus) menyusun buku
Aljabar pada tahun 825 M, yang menjadi buku standar beberapa abad di Eropa. Ia juga
menulis perhitungan biasa (Arithmetics), yang menjadi pembuka jalan penggunaan cara
desimal di Eropa untuk menggantikan tulisan Romawi. Ibnu Rushd (1126-1198) seorang
filsuf yang menterjemahkan dan mengomentari karyakarya Aristoteles. Al Idris (1100-1166)
telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenal pada masa itu untuk disampaikan kepada
Raja Boger II dari kerajaan Sicilia.22Dalam bidang kimia ada Jābir ibn Hayyān (Geber) dan.
Sebagian karya Jābir ibn Hayyān memaparkan metode-metode pengolahan berbagai zat
kimia maupun metode pemurniannya. Sebagian besar kata untuk menunjukkan zat dan
bejana-bejana kimia yang belakangan menjadi bahasa orang-orang Eropa berasal dari karya-
karyanya. Sementara itu, al-Bīrūnī mengukur sendiri gaya berat khusus dari beberapa zat
yang mencapai ketepatan tinggi.23Selain disiplin-disiplin ilmu di atas, sebagian umat Islam
juga menekuni logika dan filsafat. Sebut saja al-Kindī, al-Fārābī (w. 950 M), Ibn Sīnā atau
Avicenna (w. 1037 M), al-Ghazālī (w. 1111 M), Ibn Bājah atau Avempace (w. 1138 M), Ibn
Tufayl atau Abubacer (w. 1185 M), dan Ibn Rushd atau Averroes (w. 1198 M). Menurut
Felix Klein-Franke, al-Kindī berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani dapat diakses dan
membangun fondasi filsafat dalam Islam dari sumber-sumber yang jarang dan sulit, yang
sebagian di antaranya kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh al-Fārābī. Al-Kindī
sangat ingin memperkenalkan filsafat dan sains Yunani kepada sesama pemakai bahasa Arab,
sepertiyangseringdiatandaskan,danmenentangparateologortodoksyangmenolak

19
Harun Nasution, Islam Rasional (Bandung: Mizan, 1998), hlm.7
20
W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad Pertengahan, hlm. 44-45
21
Lenn E. Goodman, “Muhammad ibn Zakariyyā al-Rāzī”, dalam Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol. 1, ed.
Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman (Bandung: Mizan, 2003), hlm. 243-265.
22
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, (Yogykarta : Liberty, 1996), hlm 42.
23
W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad Pertengahan, hlm. 60-61.
pengetahuan asing.24Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat
Kristen daripada filsafat Islam. Dalam filsafat Islam dia sudah berakhir, dalam filsafat
Kristen dia baru lahir. Pengaruhnya di Eropa sangat besar, bukan hanya terhadap para
skolastik, tetapi juga pada sebagian besar pemikir-pemikir bebas non-profesional, yang
menentang keabadian dan disebut Averroists. Di Kalangan filosof profesional, para
pengagumnya pertama-tama adalah dari kalangan Franciscan dan di Universitas Paris.
Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang mengilhami orang Barat pada abad pertengahan dan
mulai membangun kembali peradaban mereka yang sudah terpuruk berabad-abad lamanya
yang terwujud dengan lahirnya zaman pencerahan ataurenaisans.25

3. Masa renaisans danmodern


Michelet, sejarahwan terkenal, adalah orang pertama yang menggunakan istilah
renaisans. Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk menunjuk berbagai
periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia
sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Agak sulit menentukan garis batas yang jelas antara abad
pertengahan, zaman renaisans, dan zaman modern. Sementara orang menganggap bahwa
zaman modern hanyalah perluasan dari zaman renaisans. 26Renaisans adalah periode
perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul
abad modern. Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan
yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Ciri utama renaisans yaitu humanisme,
individualisme, sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme. Sains berkembang karena
semangat dan hasil empirisisme, sementara Kristen semakin ditinggalkan karena semangat
humanisme. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak
abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaisance) pusaka Yunani di
Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah
melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke
dalam bahasa latin. Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang
sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan
itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaisance) pada abad ke-14 M,
rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18M.27

4. Periode Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini. Zaman ini
ditandai dengan adanya teknologi-teknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang
semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempatikedudukan paling

24
Felix Klein-Franke, “Al-Kindī”, dalam Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol. 1, ed. Seyyed Hossein Nasr dan
Oliver Leaman (Bandung: Mizan, 2003), hlm. 209-210
25
Russell, Betrand, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga
sekarang, hlm 567
26
27Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, hlm. 50
27
28 K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hlm. 32.
tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Sebagian besar aplikasi ilmu dan teknologi di
abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20. Pada zaman ini, ilmuwan yang
menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika menjadi titik pusat
perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan yang paling terkenal pada abad ke-20 adalah
Albert Einstein. Ia lahir pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal pada tanggal 18 April
1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah seorang ilmuwan fisika. Dia mengemukakan
teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum,
mekanika statistik, dan kosmologi.28Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada
tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan “pengabdiannya bagi Fisika
Teoretis”. Karyanya yang lain berupa gerak Brownian, efek fotolistrik, dan rumus Einstein
yang paling dikenal adalah E=mc². Di artikel pertamanya di tahun1905 bernama “On the
Motion-Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat-of Small Particles Suspended in a
Stationary Liquid“, mencakup penelitian tentang gerakan Brownian. Menggunakan teori
kinetik cairan yang pada saat itu kontroversial, dia menetapkan bahwa fenomena, yang masih
kurang penjelasan yang memuaskan setelah beberapa dekade setelah ia pertama kali diamati,
memberikan bukti empirik (atas dasar pengamatan dan eksperimen) kenyataan pada atom.
Dan juga meminjamkan keyakinan pada mekanika statistika, yang pada saat itu juga
kontroversial.29Pada zaman ini juga melihat integrasi fisika dan kimia, pada zaman ini
disebut dengan “Sains Besar”. Linus Pauling (1953) mengarang sebuah buku yang berjudul
The Nature of Chemical Bond menggunakan prinsip-prinsip mekanika kuantum. Kemudian,
karya Pauling memuncak dalam pemodelan fisik DNA, “rahasia kehidupan”. Pada tahun ini
juga James D. Watson, Francis Crick dan Rosalind Franklin menjelaskan struktur dasar
DNA, bahan genetik untuk mengungkapkan kehidupan dalam segala bentuknya. Hal ini
memicu rekayasa genetika yang dimulai tahun 1990 untuk memetakan seluruh manusia
genom (dalam Human Genome Project) dan telah disebut-sebut sebagai berpotensi memiliki
manfaat medis yang besar.30Selain kimia dan fisika, teknologi komunikasi dan informasi
berkembang pesat pada zaman ini. Sebut saja beberapa penemuan yang dilansir oleh
nusantaranews.wordpress.com sebagai penemuan yang merubah warna dunia, yaitu: Listrik,
Elektronika (transistor dan IC), Robotika (mesin produksi dan mesin pertanian), TV dan
Radio, Teknologi Nuklir, Mesin Transportasi, Komputer, Internet, Pesawat Terbang, Telepon
dan Seluler, Rekayasa Pertanian dan DNA, Perminyakan, Teknologi Luar Angkasa, AC dan
Kulkas, Rekayasa Material, Teknologi Kesehatan (laser, IR, USG), Fiber Optic, dan
Fotografi (kamera, video). Kini, penemuan terbaru di bidang Teknologi telah muncul
kembali. sumber lain telah memberitakan penemuan “Memristor”. Ini merupakan penemuan
Leon Chua, profesor teknik elektro dan ilmu komputer di University of California Berkeley.
Keberhasilan itu menghidupkan kembali mimpi untuk bisa mengembangkan sistem-sistem
elektronikdenganefisiensienergiyangjauhlebihtinggidaripadasaatini.Caranya,memori
28
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar, hlm. 89.
29
Ibid. hal 90
30
Jadiwijaya, Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dalam http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/2010/06/02/sejarah-
perkembangan-ilmu/
yang bisa mempertahankan informasi bahkan ketika power-nya mati, sehingga tidak perlu
ada jeda waktu untuk komputer untuk boot up, misalnya, ketika dinyalakan kembali dari
kondisi mati. Hal ini digambarkan seperti menyala-mematikan lampu listrik, ke depan
komputer juga seperti itu (bisa dihidup-matikan dengan sangat mudah dan cepat).
Kesimpulan Perkembangan ilmu sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari rasa keingintahuan
yang besar diiringi dengan usaha-usaha yang sungguh-sungguh melalui penalaran,
percobaan, penyempurnaan, dan berani mengambil resiko tinggi sehingga menghasilkan
penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi suatu generasi dan menjadi acuan pertimbangan
bagi generasi selanjutnya untuk mengoreksi, menyempurnakan, mengembangkan, dan
menemukan penemuan selanjutnya. Faktor-faktor inilah yang kemudian menjadi spirit dan
motivasi bagi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Hal penting yang
perlu dicatat dalam hal ini adalah bahwa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan harus
diimbangi dengan pengembangan moralitas spiritual, karena sebagaimana kita tahu bahwa
Ilmu pengetahuan hakekatnya adalah bebas nilai, tergantung bagaimana manusia
mempergunakannya. Ilmu pengetahuan bisa berdampak positif, tetapi ia juga dapat memiliki
dampak negatif bagi kehidupan manusia. Dampak positifnya adalah dapat semakin
mempermudah dan memberikan kenyamanan dalam kehidupan manusia, sementara dampak
negatifnya adalah dapat menghancurkan tatanan kehidupan manusia itusendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, edisi revisi

Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari
Zaman Kuno Hingga Sekarang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Felix Klein-Franke, “Al-Kindī”, dalam Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol. 1, ed.

Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman, Bandung: Mizan, 2003

George J. Mouly, Perkembangan Ilmu, dalam Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan
Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Jujun S. Suriasumantri, Jakarta: Gramedia, 1991

Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: Kanisius, 1980

Harun Nasution, Islam Rasional, Bandung: Mizan, 1998

Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Fikrah, Vol. 2, No. 1, Juni 2014 289
http://sophiascientia.wordpress.com/kronologis-historis-sejarahdan-perkembangan-ilmu-
pengetahuan/.

Jadiwijaya, “Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan”


http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id/2010/06/02/sejarahperkembangan-ilmu/

Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004, cetakan ke-4

Joseph A. Schumpeter, A History of Economic Analysis, (New york : Oxford University


Press, 1954), Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007, Edisi Ke-3

K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1986

Lenn E. Goodman, “Muḥammad ibn Zakariyyā al-Rāzī”, dalam Ensiklopedi TematisFilsafat


Islam, Vol. 1, ed. Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman, Bandung: Mizan,2003

Paul Strathern, 90 Menit Bersama Aristoteles, Jakarta: Erlangga, 2001


Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset,
2002, cet.Ke-2

Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi
Aksara, 2007

Sutarjo A. Wiramiharja, Pengantar Filsafat: Sistematika Sejarah Filsafat Logika dan Filsafat
Ilmu (Epistemologi) Metafisika dan Filsafat Manusia Aksiologi, Bandung: PT. Rafika
Aditama, 2006

Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, Yogykarta : Liberty, 1996

W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad
Pertengahan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997

Anda mungkin juga menyukai